Anda di halaman 1dari 63

MAKALAH KAPITA SELEKTA ILMU QIRO’AT

KAEDAH BACAAN DALAM ILMU QIROAT TUJUH

(Kaedah Umum, Farsy Al-Huruf, Ruang Lingkup Kaedah Ushuliyah)

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Kapita Selekta Ilmu Qiro’at

Oleh:

Kelas IAT 1B (Kelompok 10)

Muhammad Ridwan Monteiro (221411046)

Naning Zuliarti (221411049)

Nurhakim Zaki Djafar (221411050)

Rudi Hartanto (221411057)

Sarah Fajarwati (221411059)

Dosen Pengampu:
Dr. Hj. Romlah Widayati, M.Ag

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR`AN DAN TAFSIR


PROGRAM PASCA SARJANA
INSTITUT ILMU AL-QUR`AN (IIQ) JAKARTA
1443 H/2021 M
KATA PENGANTAR

‫اّٰلل ال َّر ْح ٰم ِن ال َّر ِح ْي ِم‬


ِ ‫س ِم ه‬
ْ ِ‫ب‬

Segala puji dan syukur ke hadirat Allah ta’ala, yang telah menjadikan
manusia kholifatan fil ardh, yang telah mengutus kepada setiap kaum
seorang rasul sebagai peyampai risalah-Nya, DIA lah yang maha kekal lagi
bijaksana. Shalawat serta salam sentiasa tercurah kepada junjungan kita,
baginda Muhammad Saw, kekasih-Nya yang di juluki al-amin, yang sentiasa
kita rindukan dan dinantikan syafa’at beliau.

Dengan rasa syukur yang tidak terhingga, berkat hidayah-Nya kami dapat
meyusun makalah dengan bahasan KAEDAH BACAAN DALAM ILMU
QIROAT TUJUH . Kami menyadari bahwa setiap manusia tidak luput dari
kekurangan, dan kami pun dengan berbesar hati meminta saran serta
masukan dari Dosen Pengampu dalam Mata kuliah kapita selekta ilmu qiroat
Dr. Hj. Romlah Widayati, M.Ag agar selalu membimbing dan membersamai
kami. Tak lupa berharap agar setiap aktifitas yang kami lakukan sentiasa
mendapat ridho Allah ta’ala. Amin ya Robbal ‘Alamin

Jakarta, 27 november 2021

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................... i

DAFTAR ISI ......................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................. 1


A. Latar Belakang .......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................... 1
C. Tujuan ....................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ................................................................. 2


A. Kaedah Ushuliyah ...................................................................... 2
B. Farsy Alhuruf ............................................................................. 7
C. Ruang Lingkup Kaedah Ushuliyah ........................................... 11

BAB III PENUTUP ......................................................................... 59

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 60

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Qiroat adalah sebuah mazhab dalam mengucapkan al-quran yang dipilih
oleh salah seorang imam qirao’at, sebagai satu mazhab yang berbeda
dengan mazhab yang lainnya. Sebuah qiro’at ditetapkan berdasarkan
sanad- sanadnya yang bersambung dengan Rasulullah Saw.
Adanya perbedaan qiro’at antara qori’ terbagi dalam dua kategori, iaitu
ushul qiro’at dan furusy (furu’) qiro’at. Terdapat beberapa macam kaidah
dalam ilmu qiro’at yang secara prinsip merupakan pengembangan dan
kelanjutan dari kaidah yang telah tertuang dalam ilmu tajwid, dan ada pula
kaidah yang mengikat dan berlaku pada semua ayat al-qur’an. 1
Dalam pembahasan kita sekarang ini, insyaallah akan kita pelajari
bersama tentang kaedah bacaan yang terdapat pada kaedah ushuliyyah dan
farsy al-huruf, di sertai contoh dari setiap kaedah yang dimaksud.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka dapat kami
simpulkan beberapa perumusan masalah dalam makalah ini :
1. Apa yang di maksud kaedah ushuliyyah ?
2. Apa yang di maksud farsy al-huruf ?
3. Apa saja dengan ruang lingkup kaedah ushuliyyah ?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Mengetahui kaedah ushuliyyah
2. Mengetahui farsy al-huruf
3. Mengetahui ruang lingkup kaedah ushuliyyah beserta contohnya.

1 Qiroat ‘asyarih h.38

1
BAB II

PEMBAHASAN

Di dalam Ilmu Qiraat, baik Qiraat Tujuh maupun Qiraat Sepuluh dikenal
dua macam kaidah yaitu, Kaedah Ushuliyah dan Farsy Al-Huruf.

I. KAEDAH USHULIYYAH

Kaidah Ushuliyyah atau biasa disebut Kaidah Umum, adalah kaidah-


kaidah dasar yang berlaku secara umum terhadap semua kata oleh para
imam atau rawi yang terjaring dalam kaidah-kaidah tersebut seperti kaidah
membaca isti‟adzah, basmalah, mim jama‟, ha‟ kinayah, mad dan qasar, mad
asli, mad munfasil, mad muttashil, mad „aridh lissukun, mad lazim, mad
badal, ibdal, dua huruf lin, naqal, saktah, fatah, imalah, hukum nun sukun dan
tanwin serta mim sukun.2

Disebut kaidah umum apabila sebuah rumusan atau pedoman bacaan


suatu lafaz oleh Imam Qiraat yang dapat diberlakukan di manapun berada di
dalam al-Qur’an tanpa ada batasan ayat atau surat tertentu. Pembahasan
kaidah umum biasanya terletak pada separoh bagian pertama; sedang
separoh bagian terakhir, untuk membahas kaidah khusus (Farsy alHuruf).3

Contoh bacaan al-Qa`idat al-Usuliyyah pada bacaan Isti‟adzah, dan


Basmalah;

‫أ‬- Al-Isti’azah

Al-Isti’azah adalah membaca ‫أعوذ باﷲ‬

2 Bt Abdul Aziz, S. A. (2017). Penerapan pembacaan Al-Qur’an dengan Qiraat ‘Asyarah (studi
kajian mahasiswa institut Al-Qur’an Darul Aman Di Kedah-Malaysia) (Doctoral dissertation,
Universitas Islam Negeri Sumatera Utara). h.61

3 Fathoni, A. Mengenal Kaidah dan Istilah Dalam Ilmu Qira’at. h.1063

2
 Cara Membaca Isti’azah

*Menurut Imam Nafi’ dan Hamzah isti’azah dibaca tanpa suara.

*Menurut riwayat Khalaf, Imam Hamzah membaca isti’azah dengan


suara nyaring pada awal Surat al-Fatihah dan tanpa suara pada selainnya.

*Menurut riwayat Khallad, Imam Hamzah membolehkan bacaan


isti’azah dengan nyaring atau tanpa suara.

**Jumhur Ulama Qira’ah berpendapat bahwa hukum membaca isti’azah


dengan suara nyaring ketika hendak membaca Al-qur’an adalah sunat.
Dikecualikan pada beberapa tempat, di mana qari’ tidak disunatkan
membacanya dengan nyaring, yaitu:

a. Jika qari’ membaca Alqur’an dengan suara rendah, saat dia sendirian
atau bersama dengan jamaah dalam satu majlis.
b. Jika qari’ membaca Alqur’an sendirian dengan suara nyaring atau
rendah.
c. Jika qari’ membaca Alqur’an dalam shalat sama ada shalat nyaring atau
tidak.
d. Jika qari’ membaca Alqur’an bersama jamaah dalam tadarus Al-Qur’an,
tetapi dia tidak pembaca pertama.

Jika qari’ memulai bacaannya dari awal surat selain Surat al-Bara’ah,
dan al-Isti’azah diiringi dengan basmalah, maka ketika itu dibolehkan
padanya empat cara, yaitu:

a. Berwaqaf pada isti’azah dan basmalah. Cara ini disebut memutuskan


keseluruhan.
b. Berwaqaf pada isti’azah, kemudian menyambungkan basmalah dengan
awal surat. Cara ini disebut memutuskan yang pertama, dan
menyambungkan yang kedua dengan yang ketiga.

3
c. Menyambungkan isti’azah dengan basmalah dan berwaqaf padanya.
Cara ini disebut menyambungkan yang pertama dengan yang kedua dan
memutuskan yang kedua dengan yang ketiga.
d. Menyambungkan izti’azah dengan basmalah, dan menyambungkan
basmalah dengan awal surat. Cara ini disebut menyambungkan
keseluruhan.

Jika bacaan dimulai dari awal Surat al-Bara’ah, maka dibolehkan


padanya dua cara yaitu:

a. Berwaqaf pada Isti’azah, kemudian membaca awal surat tanpa basmalah.


b. Menyambungkan Isti’azah dengan awal surat tanpa basmalah.

Jika qari’ memberhentikan bacaan dalam keadaan terpaksa seperti


bersin, mendehem, atau qari’ berbicara tentang hah-hal yang berkaitan
dengan masalah bacaan, dia tidak dituntut membaca istiazah kembali. Tetapi
jika dia beralih dari bacaan atau dia berbicara tentang hal-hal yang tidak ada
kaitannya dengan bacaan, seperti menjawab salam maka dia dituntut
kembali membaca isti’azah .4

‫ب‬- Basmalah

Basmalah adalah mashdar ( ‫ ) بسمل‬seperti ‫ حوقل‬yang berarti membaca ‫بسم هللا‬

Ulama Qira’at mereka menetapkan basmalah ketika hendak membaca


Al-Qur’an berdasarkan firman Allah Swt dalam Surat an-Nahl, dan mereka
menetapkan basmalah di awal Surat al-Fatihah, sama ada disambungkan
dengan Surat an-Nas atau bacaan dimulai daripadanya. Seterusnya Ibnu
Katsir dan Nafi’ memisahkan antara dua surat dengan basmalah dan
membacanya di awal setiap surat Alqur’an selain Surat al-Bara’ah, karena
basmalah dituliskan dan dicantumkan pada awal setiap surat kecuali Surat
al-Bara’ah dan juga sebagian ulama berpendapat bahwa basmalah salah
satu ayat setiap surat Al-Qur’an selain Surat al-Bara’ah.

4 Nasution, M. R. (2019). QIRA’AT SAB’AH: Khazanah Bacaan Al-qur’an Teori dan


Praktik. h. 26-29

4
 Hukum Membaca Basmalah di Pertengahan Surat Al-Qur’an.

Para ulama berbeda pendapat tentang hukum membaca basmalah di


pertengahan surat-surat Al-Qur’an. Sebagian mereka berpendapat bahwa
qari’ diberi kebebasan membaca basmalah atau meninggalkannya pada
pertengahan surat-surat Al-Qur’an termasuk Surat al-Bara’ah, sementara
sebagian yang lain mengeceualikan Surah al-Baraah, di mana hukum
membacanya di pertengahan surat sama dengan di awal surat.

 Hukum Membaca Basmalah Di antara Dua Surat.

Para Qurra’ berbeda pendapat tentang hukum membaca basmalah di


antara dua surat. Berikut ini pandangan para Qurra’:

a. Qalun, Ibnu Katsir, ‘Ashim dan al-Kasaiy memisahkan dua surat dengan
basmalah kecuali antara Surat al-Anfal dengan Surat Al-Bara’ah.

b. Hamzah menyambungkan dua surat tanpa basmalah.

c. Warasy, Abu ‘amr dan Ibnu ‘Amir membacanya tiga wajah:

1. Memisahkan keduanya dengan basmalah.


2. Saktah (berwaqaf tanpa bernafas pada akhir surat yang pertama,
kemudian membaca awal surat yang kedua tanpa basmalah.
3. Washal (menyambungkan akhir surat yang pertama dengan yang
kedua tanpa basmalah).

Hukum ini berlaku kepada semua surat Al-Qur’an jika kedua surat itu
berurut sesuai dengan susunan surat-surat Al-Qur’an seperti akhir Surat al-
Baqarah dengan awal Surat ‘Ali ‘Imran atau keduanya berantara seperti akhir
Surat al-A’raf dengan awal Surat Yusuf. Adapun jika keduanya tidak berurut
sesuai dengan susunan surat-surat Al-Qur’an seperti menyambungkan akhir
Surat Ali ‘Imran dengan awal Surat al-Baqarah, keduanya harus diantarai
dengan basmalah dan tidak boleh saktah atau washal. Kemudian jika
disambungkan akhir suatu surat dengan awalnya (yaitu mengulang surat
yang sama) seperti mengulang surat Al-Ikhlas, maka basmalah dibaca setiap
mengawalinya.

5
Sebagaimana dijelaskan di atas, bahwa sebagian Qurra’ memisahkan
dua surat dengan basmalah, maka ketika itu pembaca dibolehkan memilih
salah satu cara berikut :

a. Berwaqaf pada akhir surat yang pertama dan berwaqaf pada basmalah.
Cara ini disebut memutuskan keseluruhan.

b. Berwaqaf pada akhir surat, kemudian menyambungkan basmalah dengan


awal surat yang kedua. Cara ini disebut memutuskan yang pertama
dengan yang kedua dan menuyambungkan yang kedua dengan yang
ketiga.

c. Menyambungkan akhir surat dengan basmalah dan menyambungkan


basmalah dengan awal surat. Cara ini disebut menyambungkan
keseluruhan.

Adapun menyambungkan akhir surat dengan basmalah kemudian


berwaqaf padanya, para qurra’ tidak membolehkannya, karena ia akan
menyebabkan keraguan sehingga orang menyangka bahwa basmalah
termasuk salah satu ayat dari surat yang pertama bukan surat yang kedua.

Tiga cara di atas merupakan pilihan Imam Qalun, Ibn Katsir, ‘Asyim dan
al-Kisaiy, sementara Imam Warasy, Abu Amr dan Ibn ‘Amir menambahkan
dua wajah lagi, yaitu saktah dan washal. Adapun Hamzah menyambungkan
keduanya tanpa basmalah.

Kemudian para qurra’ menyambungkan Surat al-Anfal dengan at-


Taubah dengan tiga wajah yaitu:

a. Berwaqaf dengan bernafas pada akhir Surat al-Anfal.

b. Berwaqaf tanpa nafas (saktah) pada akhir Surat al-anfal


c. Menyambungkan akhir Surat al-Anfal dengan awal at-Taubah

Semua wajah di atas tidak boleh diantarai dengan bismillah. Tiga wajah
di atas dapat diterapkan antara Surat at-Taubah dengan surat-surat lain yang
posisinya berada sebelumnya, seperti menyambungkan akhir Surat al-An’am
dengan awal Surat at-Taubah. Adapun jika surat itu berada sesudah at-

6
Taubah seperti menyambungkan akhir Surat al-Furqan dengan awal at-
Taubah, maka wajah yang boleh digunakan hanya waqaf dan tidak boleh
saktah dan washal. Begitu juga jika disambungkan akhir at-Taubah dengan
awalnya, wajah yang boleh digunakan hanya waqaf saja dan tidak boleh
saktah dan washal.5

II. FARSY AL-HURUF

a. DEFINISI

Secara Etimologi:

( farsy ) bermakna menyebar dan membentang, ( huruf ) adalah jamak


dari harfun, dan huruf yang di maksud ialah Qiro’at. Dikatakan Huruf Nafi’,
Huruf Ibnu Katsir, bermakna Qiroat Nafi’ Dan Qiroat Ibnu Katsir.

Dan boleh jadi ada dalam farsy ini kaidah yang umum, dan boleh jadi
juga dalam ushul terdapat yang bukan kaidah umum seperti kalimat-kalimat
tertentu dalam bab imalah dan bab yaa idhofah dan yaa zawaid. 6

Secara Terminologi :

Ulama qiroat menyebutnya, sebagai kalam pada kalimat-kalimat


quraniyah yang berbeda-beda di setiap surat, karena huruf-hurufnya
menyebar disetiap tempatnya disetiap daripada surat-surat dalam al- Qur’an.
7

Farsy juga di definisikan sebagai sesuatu yang sedikit penggunaannya


dari setiap huruf Qiroat yang berbeda-beda, karena ketika farsy al-huruf

5 Nasution, M. R. (2019). QIRA’AT SAB’AH: Khazanah Bacaan Al-qur’an Teori dan Praktik.
h.29-33

6 Taqrib al- Ma’aniy fi syarhi hirzi al- Amaniy fi qirat as- Sab’a, h. 184

7 Taqrib al- Ma’aniy fi syarhi hirzi al- Amaniy fi qirat as- Sab’a, h. 184

7
disebutkan didalam tempat-tempatnya dari setiap surat dalam al-Qur’an
ianya seperti terhampar.8

b. PERBEDAAN ANTARA FARSY DAN USHUL :

Pelajar harus mendalami lebih dahulu bagian kaedah ushuliyah sebelum


mempelajari farsy, sebab kaedah ushuliyyah adalah bagian asas yang di
pelajari.

(al- ushul) atau ushul al-qiro’at ialah kaedah umum yang sesuai dengan
kaedah- kaedah lainnya, yang dapat dirumuskan dengan pasti dan berlaku
untuk keseluruhan al-Qur’an.

Sedangkan farsy al-huruf hanya terdapat pada kalimat tertentu dan tempat
tertentu saja dalam ayat al-Qur’an, Kaedah furusy tidak dapat dirumuskan
dengan baku karena hanya berlaku pada kalimat tertentu dan di surat
tertentu saja, seperti sebuah permadani yang terbentang hanya dibeberapa
ruangan tertentu. 9

c. CONTOH / PRAKTIK

Contoh farsy al- huruf terdapat di setiap surat di dalam al-Qur’an, dimulai
dari surat al-Fatihah sampai kepada Surat An- Nas. Sebagai contoh untuk
pembelajaran kali ini kita akan mengambil contoh farsy al- huruf di Surah Al-
Baqoroh saja, dan hanya beberapa tempat saja.

Diantaranya, ialah :

8 Ihab Fikri, taqrib as-syatibiyah (al- Maktabah al- Islamiyah), cet.2, h. 153

9 Qiro’at Asyaroh ( teori dan aplikasi ) h. 19 dan h. 25

8
1. Q.S.Al- Baqoroh ayat 9 10
َ ُ‫اَّللَ َوالاذِينَ آ َمنُوا َو َما َي ْخدَعُونَ ِإ اَّل أ َ ْنف‬
َ‫س ُه ْم َو َما َي ْشعُ ُرون‬ ‫يُخَا ِدعُونَ ا‬

Dalam kalimat [ ‫] يخدعون‬


*Imam Nafi’, Ibnu Katsir, Abu ‘Amru membaca [ ‫ ]يخادعون‬dengan huruf
yaa dhommah, khoo fathah, dan ada alif mad setelahnya, serta huruf
daal kasroh. *Adapun qurroo yang lain -ditulis dalam rumus huruf dzal
ialah- ibnu ‘amir, dan –al-kufiyuun- ‘ashim, hamzah, al-Kisa’i membaca
dengan [ َ‫ ] َي ْخدَعُون‬dengan huruf yaa fathah, khoo sukun, daal fathah
serta tanpa ada alif dari kalimat ‫ مخادعة‬.

2. Q.S. Al- Baqoroh ayat 10 11

‫اَّللُ َم َرضًا َولَ ُه ْم َعذَابٌ أ َ ِلي ٌم ِب َما كَانُوا َي ْك ِذبُون‬ ٌ ‫ِفي قُلُو ِب ِه ْم َم َر‬
‫ض فَزَ ادَ ُه ُم ا‬

Dalam kalimat [‫] َي ْك ِذبُون‬


*al-baqun -Imam ‘Ashim, Hamzah,dan Al-Kisa’I- membaca [ ‫بما كانوا يكذبون‬
] dengan huruf ya fathah, huruf kaaf sukun dan dzaal yang berkasroh
tipis dari kalimat ‫الكذب‬.
*Sedangkan Imam Nafi’, Ibnu Katsir, Abu ‘Amru Al-Bishriy, dan Ibnu
Amir membaca [ ‫ ] يُ َكذّبون‬huruf yaa dhommah, kaaf fathah, dan dzal
kasroh bertasydid tebal dari kalimat ‫التكذيب‬

3. Q.S. Al- Baqoroh ayat 184 12

10Sayid lasyin abu al- farh dan kholid ibn Muhammad al- hafiz al- ‘ilmiy, taqrib al- ma’aniy fi
syarh hirzi al- amaniy fi al- qiroat as- sab’a, (maktabh dar az- zaman lin nasyr wa at-tauzi’,
1421H), h. 184, manba’ul barokat h.41

11Taqrib al- Ma’aniy fi syarh hirzi al- Amaniy fi al- qiroat as- sab’a, h. 185, manba’ul barokat
h.42

9
َ ٌ‫سفَ ٍر فَ ِعداة ٌ ِم ْن أَي ٍاام أُخ ََر َو َعلَى الاذِينَ ي ُِطيقُونَهُ فِدْ َية‬
‫ط َعا ُم‬ َ ‫ت َف َم ْن َكانَ ِم ْن ُك ْم َم ِريضًا أ َ ْو َعلَى‬ ٍ ‫أَياا ًما َم ْعد ُودَا‬
ُ َ‫ع َخي ًْرا َف ُه َو َخي ٌْر َلهُ َوأ َ ْن ت‬
‫صو ُموا َخي ٌْر َل ُك ْم إِ ْن ُك ْنت ُ ْم ت َ ْع َل ُمون‬ َ َ ‫ين فَ َم ْن ت‬
َ ‫ط او‬ ٍ ‫ِم ْس ِك‬

Dalam kalimat [‫]وعلى الذين يُطيقونه‬


َ ُ‫]ي‬.
* imam Ibnu ‘abbas membaca [‫ط ّوقونه‬

Dalam kalimat [‫] فديةٌ طعا ُم مسكين‬


* Hisyam membaca [ َ‫طعا ُم َمساكين‬َ ٌ‫ ]وعلى الذين يطيقونه فِدْيَة‬dengan tanwin
pada kalimat ٌ ‫ فِدْيَة‬dan rofa’ pada kalimat ‫طعا ُم‬ َ , dengan sebab ‫طعام‬
adalah badal dari ‫فدية‬
* Imam Nafi’ dan Ibnu Dzakwan, membaca [ َ‫عام َمساكين‬
ِ ‫ط‬ َ ُ‫ ] فِدْيَة‬dengan
meninggalkan tanwin pada kalimat ُ‫ فدية‬dan menjadikan khofdu pada
kalimat ‫طعام‬
ِ dengan sebab idhofah kedua nya (di idhofahkan kalimat
‫ طعام‬kepada kalimat ‫) فدية‬
* sedangkan Imam qiroat lainnya- ibnu katsir, abu ‘amru, dan kufiyyun-
َ ٌ‫ ] فِدْيَة‬dengan mufrod dan tanwin serta kasroh [
membaca [ ‫طعا ُم ِمسْكين‬
‫] ِم ْس ِكين‬
Dengan ringkasan sebagai berikut :
a) Ibnu katsir, Abu ‘Amru dan kufiyyun membaca [ ‫مسكين‬
ٍ ‫] فديةٌ طعا ُم‬
b) Imam Nafi’ dan Ibnu Dzakwan membaca [ َ‫طعام مساكين‬
ِ ٌ ‫] فدية‬
c) Riwayat dari Hisyam membaca [ َ‫] فدية ٌ طعا ُم مساكين‬

Dalam kalimat [ ‫تطوع‬


ّ ‫ ]فمن‬dibaca dalam bentuk fiil madhi,
‫] يَ ا‬
ْ ‫ط او‬
* adapun Imam Hamzah dan Kisa’i membaca dengan jazm [ ‫ع‬
huruf ya fathah, tho bertasydid, ‘ain ber-jazm, yang bermaksud
kepada makna mudhori’‫يتطوع‬.
ّ
* sedangkan imam qiro’at’ yang lain membaca [ ‫ع‬ َ َ ‫ ] ت‬dengan huruf ta
َ ‫ط او‬
fathah, tho yang di baca tipis, dan ‘ain yang ber-fathah. 13

12Muhammad ibn ali as- sobuni, Kitab raowai’ al- bayan fi tafsir ayat al- ahkam jilid1, h. 55
dan taqrib syarh syatibiyyah, h.198-199, manba’ul barokat h.

13 Manba’ul barokat h. 229-230

10
Dalam kalimat [ ‫] َفَ ُه َو‬
* imam qolun , abu ‘amru, dan kisai membaca [ ‫ ]فَ ْه َو‬dengan huruf ha
sukun
* sedangkan imam qiro’at yang lain membaca [ ‫ ] فَ ُه َو‬dengan huruf ha di-
dhommahkan.

Dan masih banyak contoh farsy al- huruf lainnya yang terdapat di setiap surat
dalam Al- Qur’an.

III. RUANG LINGKUP KAEDAH USHULIYYAH

‫أ‬- MAD

Pada bab al-Mad ini akan menjelaskan tentang kaidah bacaan Imam
Qiraat Tujuh pada Mad Muththashil14, Mad Munfashil15, Mad Badal16 dan Mad
Layin Mahmûz17.

Untuk lebih mempermudah, akan dijelaskan dalam bentuk tabel.18

14 Mad Muththashil adalah apabila terdapat Hamzah yang terletak sesudah Huruf Mad

dan masih dalam satu kata. Lihat Ahmad Fathoni, Kaidah Qira’at Tujuh 1 & 2, (Tangerang
Selatan: Yayasan Bengkel Metode Maisura, 2016), h. 77

15 Mad Munfashil adalah apabila terdapat Hamzah yang terletak sesudah Huruf Mad,

namun tidak dalam satu kata. Lihat Ahmad Fathoni, Kaidah Qira’at Tujuh 1 & 2, h. 77

16
Mad Badal adalah apabila ada Hamzah yang terletak sebelum Huruf Mad. Adapun
huruf Mad ada 3, yaitu: Alif (baik ada Rasm-nya atau tidak) yang terletak sesudah huruf yang
berharakat Fathah, Wâw Sukûn (baik ada Rasm-nya atau tidak) yang terletak sesudah huruf
yang berharakat Dhammah, dan Yâ’ Sukûn (baik ada Rasm-nya atau tidak) yang terletak
sesudah huruf yang berharakat Kasrah. Lihat Ahmad Fathoni, Kaidah Qira’at Tujuh 1 & 2, h.
Ahmad Fathoni, Kaidah Qira’at Tujuh 1 & 2, h. 76

17 Mad Layin Mahmûz adalah apabila Hamzah terletak sesudah Huruf Lein. Adapun

Huruf Lein ada 2, yaitu: Yâ’ Sukûn (baik ada Rasm-nya atau tidak) yang terletak sesudah
huruf yang berharakat Fathah, dan Wâw Sukûn yang terletak sesudah huruf yang berharakat
Fathah. Lihat Ahmad Fathoni, Kaidah Qira’at Tujuh 1 & 2, h. 76

18 Romlah Widayati, dkk, Ilmu Qiro’at 1 Memahami Bacaan Imam Qiroat Tujuh, h. 67-
68

11
‫ائمة القراء‬ ‫األمثلة‬ ‫األحوال‬ ‫رقم‬

‫بالطول‬ ‫ورش و حمزة‬ ‫● َجا َء‬

‫● شَا َء‬ ‫المد المتصل‬ ‫‪١‬‬


‫بالتوسط‬ ‫الباقون‬
‫● ْال َمالَئِ َكةُ‬

‫بالطول‬ ‫ورش و حمزة‬

‫بالقصر‬ ‫قالون و‬

‫بالتوسط‬ ‫الدورى‬ ‫● قُ ْوا أ َ ْنفُ َ‬


‫س ُك ْم‬
‫المد المنفصل‬ ‫‪٢‬‬
‫ابن كثير و‬ ‫● اِلَى أ َ ْم ِر ه‬
‫اَّللِ‬
‫بالقصر‬
‫السوسى‬

‫بالتوسط‬ ‫الباقون‬

‫بالقصر‬ ‫ورش ‪:‬‬ ‫● أ َ َمنُ ْوا‬

‫بالتوسط‬ ‫ثالثة أوجه‬ ‫اخ َرة َ‬


‫● َء ِ‬

‫بالطول‬ ‫)ثالثة البدل(‬ ‫ف‬


‫● َر ُء ْو ٌ‬

‫● بَا ُء ْوا‬ ‫المد البدل‬ ‫‪٣‬‬

‫● َجا ُء ْوا‬
‫بالقصر‬ ‫الباقون‬
‫● فَا ُء ْوا‬

‫● النابِ ْي ِئيْن‬

‫بالتوسط‬ ‫ش ْيئًا‬
‫● َ‬
‫ورش‬
‫بالطول‬ ‫ش ْي ٌء‬
‫● َ‬
‫اللين المهموز‬ ‫‪٤‬‬
‫● َك َه ْيئ َ ِة‬
‫بالقصر‬ ‫الباقون‬
‫س ْو َءة َ‬
‫● َ‬

‫‪12‬‬
‫ب‬- MIM JAMA, IDGHAM SHAGIR DAN IDGHAM KABIR,
HAMZAH MUFRAD DAN DUA HAMZAH DALAM SATU KATA

1. MIM JAMA

Yang dimaksud dengan Mim Jama’ adalah setiap mim yang


merupakan dhamir jama’ , baik jama’ untuk ghaib maupun muhkotob. Seperti
‫ عرضهم‬-‫ عليكم‬-‫ أنتم‬-‫ منهم‬. Mim seperti ini dibaca dengan “ shilatul mim” yaitu
dengan mendhommahkan Mim tersebut yang aslinya berharokat sukun dan
memanjangkan bacaannya sekadar dua harokat, seperti mad shilah
qoshiroh.

Qori yang membaca shilatul mim seperti ini adalan Qolun, Ibnu Katsir, dan
Abu ja’far. Sedangkan jika mim itu adalah asli kalimat seperti ‫ أنعمت‬maka
semua qori sepakat untuk membaca mim tersebut dengan sukun sepertimana
asalnya.

Namun warsy juga memiliki bacaan shilatul mim pada mim jama’ dengan
syarat setelah mim adalah huruf hamzah, seperti ‫ و إذا قيل لهم أمنوا‬. dan karena
dia membaca semua mad denga isyba’ yaitu enam harokat, maka mim
jama’ndisini juga dishilahkan dengan kadar panjang enam harokat.

2. IDGHAM SHAGIR DAN IDGHAM KABIR

Idgham secara bahasa artinya memasukan sesuatu kepada sesuatu 19.

Sementara secara istilah Idgham adalah mengucapkan dua huruf menjadi


satu, seperti bunyi huruf bertasydid20.

Apabila huruf yang pertama mati dan huruf yang kedua berharakat maka
dinamai dengan Idgham shagir, sementara bila huruf pertama atau huruf

19
Abil Qasim, Ali bin Utsman Al-Baghdady, Sirajul Qari al-Mubtadi wa Tidzkaril Muqri al-
Muntahi, Darul Kutub Ilmiyyah, Libanon, Cet: 2, tahun 2004, hal: 41

20 Romlah Widayati, dkk, Ilmu Qiraat 1,. IIQ Jakarta Press, Cet. Ke-4 Februari 2020; hal: 79

13
yang akan diidghamkan hidup dan huruf yang kedua juga hidup maka disebut
dengan Idgham Kabir. Adapun jika huruf yang kedua mati (sukun) maka
tidak terjadi bacaan idgham21.

Contoh idgham shagir bacaan ( ‫) من ربك‬

Dibaca oleh semua imam Qiraat dengan (mir rabbika)

Bacaan ( ‫إذ جعلكم‬ ) Abu Amir dan Hisyam membacanya dengan (ij
ja’alakum)22

a Idgham kabir

Secara garis besar idgham kabir terbagi kepada dua macam. Pertama
idgham Mitslain, dan kedua idgham Mutaqaribain. Berdasarkan letaknya
huruf yang akan diidghamkan masing-masing ada dua macama, yaitu: (1)
Mitslain dalam satu kata dan mitslain dalam dua kata, (2) Mutaqaribain dalam
satu kata dan mutaqaribain dalam dua kata. Imam qiraat yang mempunyai
bacaan idgham pada kasus idgham kabir adalah As-Susi salah satu rawi
Imam Abu ‘Amr23.

b Idgham Kabir; Idgham Mitslain

Mitslain adalah apabila dua huruf yang sama makhraj dan sifatnya saling
berhadapan. Mitslain ada dua macam, Mitslain dalam satu kata dan mitslain
dalam dua kata.

21 Idem, lihat Juga Ahmad Fathoni, Mengenal Kaidah dan Istilah Dalam Ilmu Qira’at ,
Jurnal SOSIO-RELIGIA, Vol. 8, No. 4, Agustus 2009, hal: 1065, juga Ahmad Fathoni,
Petunjuk Praktis Tahsin Tartil Al-Quran Metode Maisura (Yayasan Bengkel Metode Maisura
bekerjasama dengan Pesantren Takhasus IIQ Jakarta, Mei 2021) hal: 77.

22Ahmad Fathoni, Mengenal Kaidah dan Istilah Dalam Ilmu Qira’at , Jurnal SOSIO-RELIGIA,
Vol. 8, No. 4, Agustus 2009, hal: 1065

23 Romlah Widayati, dkk, Ilmu Qiraat 1,. IIQ Jakarta Press, Cet. Ke-4 Februari 2020; hal: 79

14
Idgham mitslain dalam satu kata hanya terdapat pada huruf kaf bertemu
dengan kaf dan keduanya berharakat. Ini hanya terdapat pada dua ayat
berikut:

)200 : ‫مناسككم (البقرة‬

)42 :‫ما سلككم (المدثر‬

Imam As-Susi mengidghamkan kaf yang pertama pada kaf yang kedua,
sementara Imam lainnya membaca dengan izhhar24.

Idgham mitslain dalam dua kata terdiri dari tiga keadaan.

Keadaan yang pertama: apabila dua huruf yang sama bertemu dan
keduanya berharakat, huruf yang diidghamkan merupakan akhir dari kata baik
sebelumnya berharakat atau sukun shahih atau huruf mad, dan huruf yang
kedua awal dari kata25.

contoh :

)255 : ‫يعلم ما بين أيديهم (البقرة‬

)20 : ‫لذهب بسمعهم (البقرة‬

)2 : ‫فيه هدى (البقرة‬

)199 : ‫خذ العفو وأمر (األعراف‬

Maka Imam As-Susi membacanya dengan mengidghamkan huruf yang


pertama kepada huruf yang kedua dengan syarat huruf pertama yang di akhir
kata ini tidak berbentuk satu di antara empat yaitu:

a. berbentuk ta mutakalim, seperti:

24 Romlah Widayati, dkk, Ilmu Qiraat 1,. IIQ Jakarta Press, Cet. Ke-4 Februari 2020; hal: 80

25 idem

15
)40 : ‫كنت ترابا (النبأ‬
b. ta mukhatab, seperti:
( ‫) أفأنت تكره‬
c. berharakat tanwin, seperti
‫سميع عليم‬
d. huruf bertasydid, seperti:
‫فتم ميقات‬

Keadaan kedua

Bertemunya dua huruf yang sama pada dua kata disebabkan adanya huruf
yang dibuang pada kata yang pertama sehingga huruf di kata pertama
menjadi huruf akhir. Ini hanya ada pada tiga tempat:

‫ومن يبتغ غير‬

‫يخل لكم‬

‫وإن يك كاذبا‬

Imam As-susi membacanya dengan dua wajah bacaan bisa izhhar dan
idgham sementara seluruh Imam membacanya dengan Izhhar.

Keadaan ketiga:

Bacaan

)4 :‫والا ِئ يئسن (الطالق‬

Imam Abu Amr membacanya dengan ibdal hamzah ‫والا ْي يئسن‬

Sementara As-Susi membacanya dengan 4 cara26

26 Romlah Widayati, dkk, Ilmu Qiraat 1,. IIQ Jakarta Press, Cet. Ke-4 Februari 2020; hal: 81

16
1. Tashil bersama mad
2. Tashil tanpa Mad (qashar)
3. Mengganti Hamzah dengan huruf ya, dan dibaca izhhar
4. Mengganti Hamza dengan huruf ya, dan dibaca idgham

Idgham Kabir; Idgham Mutaqaribain

Mutaqaribain adalah apabila dua huruf yang berdekatan makhraj dan sifat
hurufnya saling berhadapan. Mutaqaribain terbagi dua macam, Mutaqaribain
dalam satu kata dan mutaqaribain dalam dua kata.

Idgham Mutaqaribain dalam satu kata

Idgham mutaqaribain dalam satu kata hanya pada huruif qaf bertemu kaf.
Maka As-Susi mengidghamkan qaf pada kaf dengan sarat sebelum huruf qaf
huruf yang berharakat dan setelah huruf kaf adalah mim jama. Seperti pada
ayat: ‫ يرزقكم‬-‫ واثقكم‬-‫خلقكم‬

Adapun pada ayat )5 : ‫طلقكن (التحريم‬

Maka As-Susi mempunyai dua wajah atau bentuk bacaan yang dibolehkan,
yaitu dibaca izhhar dan dibaca idgham.

Idgham Mutaqaribain dalam dua kata

Huruf yang diidghamkan dalam idgham mutaqaribain berjumlah 16 huruf


yaitu:

17
‫ش–ل–ت–ن–ب–ر–د–ض–ث–ك–ذ–ح–س–م–ق–ج‬

) ‫( شفا لم تضق نفسا بها رم دوا ضن * ثوا كان ذا حسن سأى منه قد جال‬

As-Susi mensaratkan idgham mutaqaribain dengan tiga sarat:

1. Huruf yang diidghamkan tidak berharakat tanwin


2. Huruf yang diidghamkan bukan dalam bentuk jazm
3. Huruf yang diidghamkan tidak bertasydid

Pertama:

Mengidhamkan huruf ha pada ‘ain

‫ح_ع‬

)185 : ‫فمن زحزح عن النار (ال عمران‬

Huruf ha yang diidghamkan pada ain, hanya pada ayat ini, sementara selain
ayat ini maka tidak diberlakukan idgham. Seperti pada ayat berikut:

‫وما ذبح على النصب‬

‫َّلجناح عليكم‬

Kedua:

Huruf qof pada kaf ( ‫) ق _ ك‬

)20 : ‫وخلق كل شيئ (الفرقان‬

)17 :‫أفمن يخلق كمن َّليخلق (النحل‬

Ketiga:

18
Huruf kaf pada qof

‫ك_ ق‬

‫نقدس لك قال‬

‫لك قصورا‬

Sarat idgham huruf Qaf pada kaf, atau sebaliknya kaf pada Qaf sebelum
huruf yang diidghamkan itu harus berharakat, maka apabila huruf sebelum
yang diidghamkan itu sukun maka dibaca izhhar oleh As-Susi. Seperti ayat:

)11 : ‫) وتركوك قائما (الجمعة‬76 : ‫وفوق كل ذي علم عليم( يوسف‬

Keempat:

Huruf jim hanya pada dua tempat ini saja

‫ج_ت‬

)3 : ‫من هللا ذي المعارج تعرج المالئكة (المعارج‬

‫ج_ش‬

)29 :‫كزرع أخرج شطأه ( الفتح‬

Kelima:

Huruf dhad hanya pada tempat ini saja

‫ض_ش‬

)62 : ‫لبعض شأنهم (النور‬

19
Keenam:

Huruf sin hanya pada tempat ini saja

‫س_ز‬

)7 : ‫وإذا النفوس زوجت (التكوير‬

Ketujuh:

Huruf sin hanya pada tempat ini saja dibaca dengan dua wajah (cara)
pertama Izhhar kedua idgham

‫س_ش‬

)4 : ‫واشتعل الرأس شيبا (مريم‬

Kedelapan:

Mengidghamkan huruf dal. As-susi mengidghamkan huruf dal ( ‫ ) د‬pada


sepuluh huruf

‫ د _ ج‬،‫ د _ ظ‬،‫ د _ ص‬،‫ د _ ز‬،‫ د _ ث‬،‫ د _ ض‬،‫ د _ ش‬،‫ د _ ذ‬،‫ د _ س‬،‫د _ ت‬

dengan sarat huruf dal tidak berharakat fathah setelah sukun, kecuali pada
huruf ta saja karena kuatnya kesamaan jenis antara keduanya dan itu hanya
ada di dua tempat saja yaitu:

)117 : ‫من بعد ما كاد تزيغ قلوب فريق منهم (التوبة‬

)91 :‫وَّلتنقضوا األيمان بعد توكيدها (النحل‬

Maka As-Susi membaca dengan izhhar pada selain 2 ayat di atas seperti :

20
‫ثم إنكم بعد ذلك لميتون (المؤمنون ‪)14 :‬‬

‫‪Contoh-contoh ayat As-Susi mengidghamkan huruf dal:‬‬

‫وأنتم عاكفون في المساجد تلك (البقرة‪)187 :‬‬

‫عدد سنين (المؤمنون ‪ )112 :‬يكاد سنا برقه (النور ‪)43 :‬‬

‫والقالئد ذلك (المائدة ‪)97 :‬‬

‫وشهد شاهد (سويف ‪)26 :‬‬

‫من بعد ضراء مستهم (يونس ‪ ) 419 :‬من بعد ضراء مسته (فصلت ‪)50 :‬‬

‫من كان يريد ثواب الدنيا‬

‫تريد زينة الحيوة الدنيا‬

‫نفقد صواع الملك (يوسف ‪)72:‬‬

‫من بعد ظلمه‬

‫وقتل داود جالوت ( البقرة ‪)251 :‬‬

‫‪Kesembilan:‬‬

‫‪As-susi mengidghamkan huruf ta pada huruf yang sepuluh dimana dal‬‬


‫‪diidghamkan, kecuali bertemu huruf ta, yang mengganti posisinya adalah‬‬
‫‪huruf Tha. Ada juga Riwayat dari As-Susi dua cara membaca, yaitu dengan‬‬
‫‪mengidghamkan dan mengizhharkan bacaan pada beberapa tempat yaitu:‬‬

‫وأتوا الزكوة ثم توليتم (البقرة ‪)83 :‬‬

‫مثل الذين حملوا التورىة ثم لم يحملوها (الجمعة ‪)5 :‬‬

‫‪21‬‬
‫وأت ذاالقربى حقه (اإلسراء ‪)26 :‬‬

‫فئات ذاالقربى حقه (الورم ‪)37 :‬‬

‫جئت شيئا فريا (مريم ‪)27 :‬‬

‫‪Berikut contoh-contoh idgham ta‬‬

‫ت _ س ‪ :‬وعملوا الصالحات سندخلهم‬

‫ت _ ذ ‪ :‬والذريات ذروا‬

‫ت _ ش ‪ :‬بأربعة شهداء‬

‫ت _ ض ‪ :‬والعاديات ضبحا‬

‫ت _ ث ‪:‬يوم القيامة ثم‬

‫ت _ ز ‪ :‬إلى الجنة زمرا‬

‫ت _ ص ‪ :‬والمالئكة صفا َّليتكلمون‬

‫ت _ ظ ‪ :‬الذين تتوفاهم المالئكة ظالمي أنفسهم‬

‫ت _ ج ‪ :‬زعملوا الصالحات جناح‬

‫ت _ ط ‪ :‬المالئكة طيبين‬

‫‪Kesepuluh :‬‬

‫‪Huruf tsa‬‬

‫‪As-Susi mengidghamkan huruf tsa pada 5 huruf yang diidghamkan pada‬‬


‫‪huruf dal yaitu:‬‬

‫ت‪ ،‬س‪ ،‬ذ‪ ،‬ش‪ ،‬ض‬

‫ث _ ت ‪ :‬حيث تؤمرون‬

‫‪22‬‬
‫ وورث سليمان‬: ‫ث _ س‬

‫ واألنعام والحرث ذلك‬: ‫ث _ ذ‬

‫ حيث شئتما‬: ‫ث _ ش‬

‫ حديث ضيف إبراهيم‬: ‫ث _ ض‬

Kesebelas :

Huruf dzal hanya pada tempat berikut ini saja

)61 : ‫ فاتخذ سبيله (الكهف‬: ‫ذ _ س‬

)63 : ‫واتخذ سبيله ( الكهف‬

)3 : ‫ ما اتخذ صاحبة ( الجن‬: ‫ذ _ ص‬

Keduabelas dan ketigabelas:

Huruf ra pada lam dan sebaliknya huruf lam pada ra

Mengidghamkan lam pada ra dan sebalikinya, terlarang bila keduanya


berharakat fathah sebelumnya huruf yang bersukun sepeti :

‫وافعلوا الخير لعلكم تفلحون‬

‫وأنزلنا إليك الذكر لتبين‬

Dikecualikan untuk huruf lam pada kata ( ‫ ) قال‬pada Al-Quran, walaupun dia
berharakat fathah setelah sukun tetap diidghamkan, seperti :

‫وإذقال ربك‬

Adapun selain itu maka berlaku hukum idgham, seperti contoh:

‫ هن أطهر لكم‬: ‫ر _ ل‬

23
‫وسخر لكم‬

‫واختالف الليل والنهار أليات‬

‫ أنا رسول ربك‬: ‫ل_ ر‬

‫أرسل رسوله بالهدى‬

Keempatbelas:

Huruf nun pada lam, seperti : ‫فلما تبين له‬

dengan sarat nun terletak setelah huruf yang berharakat, dan bila nun terletak
setelah huruf sukun maka terlarang diidghamkan seperti :

‫ ما يكون لي‬- ‫يخافون ربهم – بإذن ربهم‬

Dikecualikan dari sini kata ( ‫ ) نحن‬nun tetap diidghamkan pada lam walaupun
setelah huruf sukun sepeti :

‫ونحن له مسلمون – ونحن له عابدون‬

Kelimabelas:

Huruf mim pada ba.

As-Susi mensukunkan huruf mim apabila bertemu huruf ba dan sebelum mim
huruf yang berharakat, maka terjadilah hukum ikhfa syafawi. Seperti pada
contoh di bawah ini:

‫ربكم أعلَ ُم ِبكم‬

‫فأح ُك ُم بَينكم‬

Apabila sebelum huruf mim huruf sukun, maka berlaku izhhar, seperti pada
ayat:

24
‫َّلطاقة لنا اليوم بجالوت‬

‫وأولوا األرحام بعضهم‬

Keenambelas:

Huruf ba pada mim, Imam As-Susi mengidghamkan ba pada mim pada


bacaan :

)4 : ‫ – الفتح‬21 : ‫ – العنكبوت‬40 : ‫ – المائدة‬18 : ‫ – المائدة‬129 : ‫يعذب من يشاء (ال عمران‬

Yang terletak di 5 tempat di atas.

Dikecualikan dari bacaan ini ( ‫ ) يعذب من يشاء‬pada surat Al-Baqarah ayat 284,
karena beliau menjazamkan (mensukunkan) huruf ba, hingga tidak terjadi
idgham27.

DUA HAMZAH DALAM SATU KATA

Dua hamzah dalam satu kata adalah apabila ada dua hamzah yang
berhadapan dan berada dalam satu kata, Hamzah pertama selalu berharakat
fathah sedangkan hamzah kedua bisa berharakat fathah, kasrah atau
dhammah. Seperti ‫ءأنذرتهم – أئذا – أؤنبئكم‬

Imam qiraat tujuh berbeda dalam membaca dua hamzah dalam satu kata
pada 3 keadaan28:

27Romlah Widayati, dkk, Ilmu Qiraat 1,. IIQ Jakarta Press, Cet. Ke-4 Februari 2020; hal: 91-
96

28Sayyid Lasyin Abul Farah dan Khalid Muhammad Hafizh, Taqrib Ma’ani fi syarhi hirzil
amani fil Qira’ati sab’i, Maktabah Daruzaman, Madinah Munawarrah, Cet ke-3, 1420, hal: 77-
79

25
Keadaan Pertama : hamzah pertama dan kedua berharakat fathah29 seperti
pada bacaan :

)72 : ‫ ءألد و أنا عجوز (هود‬- )20 : ‫) – ءأسلمتم ( ال عمران‬6 : ‫َءأ َ ْنذَ ْرت َ ُه ْم ( البقرة‬

a. Imam Qalun dan Abu Amr membacanya dengan tashil hamzah kedua
diiringi dengan idkhal ( ‫) َءاأ َ ْنذَ ْرت َ ُهم‬. Tashil adalah istilah untuk
perubahaan yang masuk pada hamzah baik dengan tashil hamzah
baina baina (mengucapkan hamzah antara hamzah dan alif) atau
dengan membuangnya bisa juga menggantinya, dengan kata lain tashil
adalah meringankan bunyi pengucapan hamzah 30. Sementara istilah
Idkhal adalah memasukkan atau menyisipkan huruf alif (mad) dia
antara dua hamzah, sehingga hamzah pertama dibaca panjang
seukuran dua harakat31
b. Imam Warasy memiliki dua wajah (cara pembacaan), pertama dengan
tashil hamzah kedua tanpa idkhal, ( ‫ ) َءأ َ ْنذَ ْرت َ ُهم‬kedua mengganti hamzah
kedua dengan alif dan memanjangkannya seukuran enam harakat (
‫) َءآ ْنذَ ْرت َ ُهم‬
c. Imam Ibnu Katsir, tashil hamzah tanpa idkhal ( ‫) َءأ َ ْنذَ ْرت َ ُهم‬
d. Imam Hisyam, memiliki dua wajah (cara pembacaan), pertama dengan
cara tahqiq hamzah kedua diiringi idkhal ( ‫ ) َءاأ َ ْنذَ ْرت َ ُهم‬kedua tashil
hamzah kedua diiringi idkhal ( ‫) َءاأ َ ْنذَ ْرت َ ُهم‬
e. Selain ke 5 Imam di atas maka dibaca tahqiq tanpa idkhal ( ‫) َءأ َ ْنذَ ْرت َ ُه ْم‬

Keadaan kedua: apabila huruf hamzah pertama berharakat fathah


sementara hamzah kedua berharakat kasrah32.

Seperti bacaan :

29 Romlah Widayati, dkk, Ilmu Qiraat 1,. IIQ Jakarta Press, Cet. Ke-4 Februari 2020; hal: 111

30Abdul Ali Al-Masul, Mu’jam mushtalahat Al-Qiraat Al-Quraniyah, Kairo penerbit Darussalam
Republik Arab Mesir, Cet. Ke-1 2007; hal: 135

31 Romlah Widayati, dkk, Ilmu Qiraat 1,. IIQ Jakarta Press, Cet. Ke-4 Februari 2020; hal: 113

32 Idem ; hal: 112

26
‫ أئنا لتاركوا‬- ‫ أئنكم لتأتون الرجال‬- ‫أئذا متنا‬

Maka dalam hal ini para Imam qiraat membacanya dengan cara:

a. Imam Qalun dan Abu Amr, tashil hamazah kedua diiringi idkhal
b. Imam Warasy dan Imam Ibnu Katsir, tashil hamzah kedua tanpa idkhal
c. Imam Hisyam dengan dua wajah (cara pembacaan). Pertama dengan
mentahqiq hamzah kedua diiriangi idkhal, kedua dengan mentahqiq
hamzah kedua tanpa diirngi idkhal
d. Selain ke 5 Imam di atas maka membacanya dengan tahqiq hamzah
kedua tanpa diiringi idkhal

Keadaan ketiga: huruf hamzah pertama berharakat fathah sementara


hamzah kedua berharakat dhammah33. Seperti bacaan :

)8 : ‫ أَؤُنزل عليه الذكر (ص‬- ‫ أ َؤُنبئكم بخير‬- )25 : ‫أ َ ُؤلقي ( القمر‬

Maka dalam hal ini Imam qiraat berbeda pembacaan dengan cara :

a. Imam Qalun tashil hamazah kedua diiringi idkhal


b. Imam Warasy dan Imam Ibnu Katsir, tashil hamzah kedua tanpa idkhal
c. Imam Abu Amr, memiliki dua wajah bacaan (cara pembacaan)
pertama, tashil hamazah kedua diiringi idkhal, kedua tashil hamzah
kedua tanpa idkhal
d. Imam Hisyam dengan dua wajah (cara pembacaan). Pertama dengan
mentahqiq hamzah kedua diiriangi idkhal, kedua dengan mentahqiq
hamzah kedua tanpa diirngi idkhal
e. Selain ke 5 Imam di atas maka membacanya dengan tahqiq hamzah
kedua tanpa diiringi idkhal

Catatan tambahan :

33 Idem

27
Khusus bacaan )8 : ‫أَؤُنزل عليه الذكر (ص‬ - )25 : ‫ أَؤُلقي ( القمر‬Imam Hisyam
mempunyai tambahan wajah ( cara bacaan) yaitu, tashil hamazah kedua
diiringi idkhal34

Pengecualian kaedah bacaan Imam qiraat tujuh pada dua Hamzah dalam
satu kata35

Beberapa pengecualian kaidah bacaan Imam Qiraat sab’ah pada bacaan dua
Hamzah dalam satu kata dalam dua keadaan, pertama kedua Hamzah
berharakat fathah, keadaan kedua hamzah pertama berharakat fathah
sedangkan hamzah kedua berharakat kasrah

1. Hamzah pertama dan kedua berharakat Fathah (ada di delapan tempat)36

Pertama : bacaan ( 44 : ‫ فصلت‬: ‫) ءأعجمي و عربي‬

a. Imam Hamzah dan Imam Al-Kisa’i, mentahqiqi kedua hamzah


b. Imam Hisyam isqhat (menggugurkan) hamzah pertama ( ‫) أعجمي‬
c. Selain kedua Imam ini cara membacanya dengan tahqiq hamzah
pertama dan tashil Hamzah kedua

Kedua : bacaan ( 20 : ‫ األحقاف‬: ‫) أذهبتم طيباتكم‬

34 Romlah Widayati, dkk, Ilmu Qiraat 1,. IIQ Jakarta Press, Cet. Ke-4 Februari 2020; hal:113

35 Idem, hal 119

36Lihat Romlah Widayati, dkk, Ilmu Qiraat 1,. IIQ Jakarta Press, Cet. Ke-4 Februari 2020;
hal:119-122

28
a. Imam Ibnu Katsir dibaca dengan dua hamzah ( ‫َءأَذهبتم‬ ), cara
membacanya dengan tahqiq hamzah pertama dan tashil Hamzah
kedua
b. Imam Hisyam dibaca dengan dua hamzah, cara membacanya ada dua
wajah (cara membaca) pertama: dengan tahqiq hamzah pertama dan
tashil Hamzah kedua diiringi idkhal, kedua: tahqiq hamzah pertama
dan kedua diiringi idkhal
c. Imam Ibnu Dzakwan dibaca dengan dua hamzah dan mentahqiq
keduanya ( ‫) َءأَذهبتم‬
d. Selain ketiga Imam ini membaca dengan satu hamzah yang ditahqiq (
‫) أذهبتم‬

Ketiga: bacaan ( 14 : ‫ القلم‬: ‫) أن كان ذا مال وبنين‬

a. Imam Hamzah dan Syu’bah, dibaca dengan dua hamzah dan


mentahqiq keduanya
b. Imam Ibnu Dzakwan dibaca dengan dua hamzah, dengan cara
membacanya tahqiq hamzah pertama dan tashil hamzah kedua tanpa
diiringi idkhal
c. Imam Hisyam dibaca dengan dua hamzah, dengan cara membacanya,
tahqiq hamzah pertama dan tashil Hamzah kedua diiringi idkhal
d. Selain ketiga Imam di atas, membacanya dengan satu hamzah dan
mentahqiqnya.

Keempat: bacaan ( 73 : ‫ ال عمران‬: ‫) أن يؤتى أحد‬

a. Imam Ibnu Katsir, dibaca dengan dua hamzah, cara membacanya


tahqiq hamzah pertama dan tashil hamzah kedua tanpa diiringi idkhal
b. Selain imam Ibnu katsir, membacanya dengan satu hamzah dan
mentahqiqnya.

29
Kelima: bacaan ( 123 : ‫ األعراف‬: ‫) قال فرعون ءامنتم‬

a. Imam Nafi, Imam Al-Bazzi, Imam Abu Amr dan Imam Ibnu Amir
membacanya dengan dua hamzah, yaitu mentahqiq hamzah pertama
dan tashil hamzah kedua tanpa diiringi idkhal ( ‫) َء َءامنتم‬
b. Imam Qunbul memiliki dua wajah (cara bacaan) pertama ketika
washal mengganti hamzah pertama dengan wau dan mentashil
hamzah kedua ( ‫فرعون َو َءامنتم‬ ). Kedua ketika waqaf, dengan
mentahqiq hamzah pertama dan mentashil yang hamzah kedua
tanpa diiringi idkhal ( ‫) َء َءامنتم‬
c. Imam Hafsh membacanya dengan isqath hamzah pertama ( ‫) َءامنتم‬
d. Selain imam di atas (Imam Syu’bah, Imam Hamzah, dan Imam Al-
Kisai) membaca dengan tahqiq hamzah pertama dan kedua tanpa
diiringi idkhal ( ‫) َء َءامنتم‬

Keenam: bacaan ( 71 : ‫ طه‬: ‫) قال َءا َم ْنتم له‬

a. Imam Nafi, Imam Al-Bazzi, Imam Abu Amr dan Imam Ibnu Amir
membacanya dengan dua hamzah, yaitu mentahqiq hamzah pertama
dan tashil hamzah kedua tanpa diiringi idkhal ( ‫) َء َءامنتم‬
b. Imam Qunbul dan Imam Hafsh membacanya dengan isqath hamzah
pertama ( ‫) َءامنتم‬
c. Selain imam di atas (Imam Syu’bah, Imam Hamzah, dan Imam Al-
Kisai) membaca dengan tahqiq hamzah pertama dan kedua tanpa
diiringi idkhal ( ‫) َء َءامنتم‬

Ketujuh: bacaan ( 49 : ‫ الشعراء‬: ‫) قال َءا َم ْنتم له‬

a. Imam Nafi, Imam Ibnu Katsir, Imam Abu Amr dan Imam Ibnu Amir
membacanya dengan dua hamzah, yaitu mentahqiq hamzah pertama
dan tashil hamzah kedua tanpa diiringi idkhal ( ‫) َء َءامنتم‬
b. Imam Hafsh membacanya dengan isqath hamzah pertama ( ‫) َءامنتم‬
c. Selain imam di atas (Imam Syu’bah, Imam Hamzah, dan Imam Al-Kisai)
membacanya dengan tahqiq hamzah pertama dan kedua tanpa diiringi
idkhal ( ‫) َء َءامنتم‬

30
Kedelapan: bacaan ( ‫) وإليه النشور َءأ َ ِم ْنتم له‬

a. Imam Qalun dan Imam Abu Amr membacanya dengan tashil hamzah
kedua diiringi idkhal ( ‫) َءاأ َ ِمنتم‬
b. Imam Warasy membacanya dengan dua wajah, pertama tashil hamzah
kedua tanpa diiringi idkhal ( ‫) َءأَ ِمنتم‬, kedua dengan ibdal (mengganti)
hamzah kedua dengan alif dan memanjangkannya seukuran 2 harakat (
‫) َء ِامنتم‬.
c. Imam Al-Bazzi membacanya dengan tashil hamzah kedua tanpa
diiringi idkhal ( ‫) َءأَمنتم‬
d. Imam Qunbul memiliki dua wajah bacaan, pertama ketika washal, cara
membacanya dengan ibdal (mengganti) hamzah pertama dengan wau
kemudian mentashil hamzah kedua ( ‫) َوإِليه النشور َوأَمنتم‬. Kedua ketika
waqaf, dengan mentahqiq hamzah pertama dan mentashil yang
hamzah kedua tanpa diiringi idkhal ( ‫) َءأَمنتم‬
e. Imam Hisyam memiliki dua wajah bacaan. Pertama membacanya
dengan tahqiq hamzah kedua diiringi idkhal ( ‫َءاأَ ِمنتم‬ ). Kedua
membacanya dengan tashil Hamzah kedua diiringi idkhal ( ‫) َءاأَ ِمنتم‬.
f. Selain mereka ( Imam Ibnu Dzakwan, Imam Ashim Imam Hamzah dan
Imam Al-Kisa’i) membacanya dengan tahqiq hamzah pertama dan
kedua tanpa diiringi idkhal ( ‫) َءأَ ِم ْنتم‬

2. Hamzah pertama berharakat fathah dan hamzah kedua berharakat


kasrah 37
Pertama: bacaan ( 66 : ‫ مريم‬: ‫) أ َ ِءذَا ما مت‬
a. Imam Qalun dan Imam Abu Amr, membacanya dengan tashil hamzah
ِ َ‫) أ‬
kedua diiringi idkhal ( ‫اءذَا‬
b. Imam Warsy dan Imam Ibnu Katsir, membacanya dengan tashil
hamzah kedua tanpa diiringi idkhal ( ‫) أَ ِءذَا‬
c. Imam Hisyam membacanya dengan tahqiq hamzah kedua diiringi
ِ َ‫) أ‬
idkhal ( ‫اءذَا‬

37 Romlah Widayati, dkk, Ilmu Qiraat 1,. IIQ Jakarta Press, Cet. Ke-4 Februari 2020; hal:123

31
d. Imam Ibnu Dzakwan membacanya dengan cara dua wajah bacaan.
Pertama dengan satu hamzah ( ‫ ) إِذَا‬kedua dengan tahqiq hamzah
kedua tanpa diiringi idkhal ( ‫) أَ ِءذَا‬
e. Selain mereka (Imam Ashim, Imam Hamzah dan Imam Al-Kisa’i)
membacanya dengan tahqiq hamzah kedua tanpa diiringi idkhal ( ‫) أَ ِءذَا‬

Kedua : bacaan ( 81 : ‫ األعراف‬: ‫) أَئِنكم لتأتون‬

a. Imam Nafi dan Imam Hafsh membacanya dengan satu hamzah ( ‫) ِإنكم‬
b. Imam Ibnu Katsir membacanya dengan tashil hamzah kedua tanpa
diiringi idkhal ( ‫) أَئِنكم‬
c. Imam Abu Amr membacanya dengan tashil hamzah kedua diiringi
idkhal ( ‫) أَائِنكم‬
d. Imam Hisyam membacanya dengan tahqiq hamzah kedua diiringi
idkhal ( ‫) أَا ِئنكم‬
e. Selain mereka (Imam Ibnu Dzakwan, Imam Syu’bah, Imam Hamzah
dan Imam Al-Kisa’i) membacanya dengan tahqiq hamzah kedua tanpa
diiringi idkhal ( ‫) أَئِنكم‬

Ketiga: bacaan ( 113 : ‫ األعراف‬: ‫) أَئِ ان لنا ألجرا‬

a. Imam Nafi, Imam Ibnu Katsir, dan Imam Hafsh membacanya dengan
ّ )
satu hamzah ( ‫إن‬
b. Imam Abu Amr membacanya dengan tashil hamzah kedua diiringi
idkhal ( ‫) أَا ِئ ّن‬
c. Imam Hisyam dengan tahqiq hamzah kedua diiringi idkhal ( ‫) أَائِ ّن‬
d. Selain mereka membacanya dengan tahqiq hamzah kedua tanpa
diiringi idkhal ( ‫) أَئِ ّن‬

Keempat:

(68 : ‫ الصافات‬: ‫ – أئفكا‬25 : ‫ الصافات‬: ‫ – أءنك‬14 : ‫ الشعراء‬: ‫)أَئِ ان لنا ألجرا‬

32
a. Imam Qalun dan Imam Abu Amr, membacanya dengan tashil hamzah
kedua diiringi idkhal ( ‫اءنّك – أَا ِئ ْفـكا‬
ِ َ ‫) أَا ِئ ان – أ‬
b. Imam Warsy dan Imam Ibnu Katsir, membacanya dengan tashil
hamzah kedua tanpa diiringi idkhal ( ‫) أَئِ ان – أ َ ِءنّك – أَئِ ْفـكا‬
c. Imam tahqiq hamzah kedua diiringi idkhal ( ‫اءنّك – أَائِ ْفـكا‬
ِ َ ‫) أَائِ ان – أ‬
d. Selain mereka tahqiq hamzah kedua tanpa diiringi idkhal ( – ‫أَئِ ان – أَ ِء ّنك‬
‫) أَئِ ْفـكا‬

Kelima: bacaan

( 42 :‫ – السجدة‬14 :‫ – القصص‬5 : ‫ – القصص‬37 : ‫ – األنبياء‬21 : ‫ التوبة‬: ‫) أَئِـ ّمة‬

a. Imam Nafi, Imam Ibnu Katsir, dan Abu Amr membacanya dengan
tashil hamzah kedua tanpa diiringi idkhal ( ‫) أَائِـ ّمة‬
b. Imam Hisyam memiliki dua wajah bacaan. Pertama membacanya
dengan tahqiq hamzah kedua diiringi idkhal ( ‫أَائِـ ّمة‬ ). Kedua
membacanya dengan tahqiq Hamzah kedua tanpa diiringi idkhal ( ‫أَئِـ ّمة‬
)
c. Selain mereka tahqiq Hamzah kedua tanpa diiringi idkhal ( ‫) أ َ ِئـ ّمة‬

Keenam: bacaan ( 9 : ‫ فصلت‬: ‫) قل أَئِنّكم‬

a. Imam Qalun dan Imam Abu Amr, membacanya dengan tashil hamzah
kedua diiringi idkhal ( ‫) أَائِنّكم‬
b. Imam Warsy dan Imam Ibnu Katsir, membacanya dengan tashil
hamzah kedua tanpa diiringi idkhal ( ‫) أَئِنّكم‬
c. Imam Hamzah memiliki dua wajah bacaan. Pertama membacanya
dengan tahqiq hamzah kedua diiringi idkhal ( ‫أَائِنّكم‬ ). Kedua
membacanya dengan tashil Hamzah kedua diiringi idkhal ( ‫) أَائِنّكم‬
d. Selain mereka (Imam Ibnu Dzakwan, Imam Ashim, Imam Hamzah dan
Imam Al-Kisa’i) membacanya dengan tahqiq hamzah kedua tanpa
diiringi idkhal ( ‫) أ َ ِئنّكم‬

Dua Hamzah dalam dua kata

33
Dua hamzah dalam dua kata secara garis besar akan kita temukan dalam Al-
Quran dalam dua keadaan. Pertama, keadaan kedua hamzah memiliki
harakat yang sama (muttafiq filharakah), yaitu kedua hamzah berharakat
fathah, atau kasrah, atau dhammah. Kedua, adakalanya kedua hamzah
berharakat berbeda (mukhtalaf filharakah).

Kondisi pertama: Kedua hamzah berharakat sama

Ketika kedua harakat hamzah sama maka bacaan Imam qiraat sab’ah
mempunyai qiraat berbeda:

a. Qiraat Imam Qalun dan Imam Al-Bazzi.


1. Bila kedua hamzah berharakat fathah seperti pada bacaan
( ‫) شاء أنشرة – جاء أمرنا – جاء أحدكم‬
maka ada dua wajah bacaan. Pertama isqhat hamzah pertama dan
membacanya dengan qashar. Qashar adalah bacaan dengan
menetapkan huruf mad38. Kedua membacanya dengan tawasuth.
Tawasuth adalah bacaan antara qashr dan Isyba’39
2. Bila kedua hamzah berharakat kasrah dan berharakat dhammah
seperti bacaan
( ‫هؤَّلء ِإن كنتم – أوليا ُء أُولئك‬
ِ – ‫السماء ِإن‬
ِ ‫) من‬
maka membacanya dengan tashil hamzah pertama diiringi qashr
dan tawasuth.40
Kecuali pada bacaan ( 53 : ‫ يوسف‬: ‫بالسو ِء إَِّل‬
ْ ‫) ألمارة‬

38Abdul Ali Al-Masul, Mu’jam mushtalahat Al-Qiraat Al-Quraniyah, Kairo penerbit Darussalam
Republik Arab Mesir, Cet. Ke-1 2007; hal: 276

39 Idem hal: 158

40 Romlah Widayati, dkk, Ilmu Qiraat 1,. IIQ Jakarta Press, Cet. Ke-4 Februari 2020; hal: 135

34
maka kedua Imam ini membacanya dengan ibdal hamzah pertama
menjadi wau kemudian mengidghamkan wau pertama pada wau
kedua maka dibaca ( ‫)بالس ّ ُِّو‬41
b. Qiraat Imam Abu Amr ketika kedua hamzah berharakat sama, baik
fathah, kasrah atau dhammah seperti;
( ‫) شاء أنشرة – جاء أمرنا – جاء أحدكم‬
( ‫هؤَّلء ِإن كنتم – أوليا ُء أُولئك‬
ِ – ‫السماء ِإن‬
ِ ‫) من‬
maka bacaannya dengan dua wajah isqhat hamzah pertama diiringi
bacaan qashr dan tawasuth
c. Qiraat Imam Warsy dan Qunbul ketika kedua hamzah berharakat
sama, baik fathah, kasrah atau dhammah seperti
( ‫) شاء أنشرة – جاء أمرنا – جاء أحدكم‬
( ‫هؤَّلء ِإن كنتم – أوليا ُء أُولئك‬
ِ – ‫السماء ِإن‬
ِ ‫) من‬
Maka membacanya dengan beberapa wajah bacaan
1. Tashil hamzah kedua
2. Ibdal hamzah kedua dengan huruf mad dan memanjangkannya
seukuran 6 harakat
3. Dalam bacaan ( 31 ‫ البقرة‬: ‫هؤَّلء إِ ْن كنتم‬
ِ ) Imam Warsy memiliki bacaan
ketiga yaitu dengan ibdal hamzah menjadi huruf ya
4. Dalam bacaan ( 33 : ‫ النور‬: ‫البغاء إِن أردن‬
ِ ‫ )على‬Imam Warasy memiliki
empat wajah bacaan. Bacaan kedua dan ketiga dengan ibdal
(mengganti) hamzah yang kedua menjadi huruf mad serta
memanjangkannya dengan Qashr dan Thul, yang keempat dengan
ibdal (mengganti) hamzah kedua dengan huruf ya dengan tidak
dipanjangkan42.
d. Qiraat Imam selain keempat di atas. ketika kedua hamzah berharakat
sama, baik fathah, kasrah atau dhammah seperti
( ‫هؤَّلء ِإن كنتم – أوليا ُء أُولئك‬
ِ – ‫) شا َء أَنشرة‬
Maka membacanya dengan tahqiq hamzah pertama dan kedua

41Sayyid Lasyin Abul Farah dan Khalid Muhammad Hafizh, Taqrib Ma’ani fi syarhi hirzil
amani fil Qira’ati sab’i, Maktabah Daruzaman, Madinah Munawarrah, Cet ke-3, 1420, hal: 81

42 Idem, hal : 82

35
Kondisi kedua: Kedua hamzah berharakat berbeda

Ketika kedua hamzah berbeda harakat maka bacaan qiraat Imam sab’ah
terbagi 243:

a Bacaan Imam Nafi, Imam Ibnu Katsir, Imam Abu Amr. Dalam 5 kondisi
a. Hamzah pertama berharakat fathah dan hamzah kedua berharakat
kasrah seperti :
( ‫) تفي َء إِلى أمر هللا – شهدا َء إِذ حضر‬
Cara membacanya dengan mentahqiq hamzah pertama dan tashil
hamzah kedua
b. Hamzah pertama berharakat fathah dan hamzah kedua berharakat
dhammah seperti
( 4 : ‫ المؤمنون‬: ‫ ) جا َء أُمة رسولها‬hanya ada di satu tempat ini saja.
Cara membacanya dengan mentahqiq hamzah pertama dan tashil
hamzah kedua
c. Hamzah pertama berharakat dhammah dan hamzah kedua
berharakat fathah seperti
( ‫ السفها ُء أََّل إنهم‬- ‫) لو نشا ُء أَصبناهم‬
Cara membacanya dengan mentahqiq hamzah pertama dan ibdal
hamzah kedua dengan huruf wau
d. Hamzah pertama berharakat kasrah dan hamzah kedua berharakat
fathah seperti
( ‫السماء أ َ ِوائْتنا‬
ِ ‫ من‬- ‫الماء أَ ْو‬
ِ ‫ من‬- ‫النساء أ َ ْو‬
ِ ‫ خطب ِة‬- ‫هؤَّلء أَلهة‬
ِ )
Cara membacanya dengan mentahqiq hamzah pertama dan ibdal
hamzah kedua dengan huruf ya
e. Hamzah pertama berharakat dhammah dan hamzah kedua
berharakat kasrah seperti

43 Romlah Widayati, dkk, Ilmu Qiraat 1,. IIQ Jakarta Press, Cet. Ke-4 Februari 2020; hal: 145

36
( ‫ مسني السو ُء ِإن أنا‬- ‫ أنتم الفقرا ُء إِلى هللا‬- ‫) من يشا ُء ِإلى‬
Cara membacanya dengan dua wajah bacaan. Pertama
mentahqiq hamzah pertama dan tashil hamzah kedua. Kedua
mentahqiq hamzah pertama dan ibdal hamzah kedua dengan
huruf wau

b Selain ketiga Imam di atas dalam membaca dua hamzah yang berbeda
harakat dengan mentahqiq hamzah pertama dan hamzah kedua

HAMZAH MUFRAD

Hamzah mufrad adalah hamzah yang tidak disertai hamzah yang lainnya 44,
atau hamzah yang berdiri sendiri45.

Secara umum terkait hamzah mufrad ini yang memiliki kaidah berbeda
dengan Imam qira’at yang lainnya adalah Imam Wars dan Imam As-Susi
(yaitu dengan ibdal hamzah dengan huruf mad yang sesuai harakat huruf
sebelumnya)46.

Penjelasan detilnya sebagaimana berikut ini:

Pertama: hamzah sukun pada fa fiil seperti :

( ‫ فَأْتُوا‬- ‫) ال ُمؤْ ِمنون – َيأْلمون – َيـأ ْ ُكل‬

Maka Imam Waras membacanya dengan ibdal hamzah pada huruf mad
kecuali dalam jumlah iiwa ( ‫اإليواء‬
ِ ‫ ) جملة‬yaitu lafadz yang berasal dari kata
ma’wa dan derivatifnya. Jumlahnya ada 7 lafazh dalam Al-Quran.

‫المأوى – ومأوىهم – ومأوىه – ومأوىكم – فأووا – تؤوي – تؤويه‬

44Abdul Ali Al-Masul, Mu’jam mushtalahat Al-Qiraat Al-Quraniyah, Kairo penerbit Darussalam
Republik Arab Mesir, Cet. Ke-1 2007; hal: 333

45 Romlah Widayati, dkk, Ilmu Qiraat 1,. IIQ Jakarta Press, Cet. Ke-4 Februari 2020; hal: 157

46 Idem

37
Kedua: hamzah berharakat fathah pada fa fiil dan sebelumnya berharakat
dhammah seperti:

ِ ‫ يُ َؤ‬- ‫) ُم َؤ اجال – ُم َؤذِّن – ي َُؤ ِيّد‬


( ‫اخذُكم‬

Maka Imam Warasy membacanya dengan ibdal (ibdal hamzah pada huruf
wau)

Ketiga: hamzah sukun pada fa fiil atau ain fiil atau lam fiil. Seperti:

( ‫ فادارأتم‬- ‫) يؤمنون – البأساء – جئت – شئت‬

Maka Imam As-Susi membacanya dengan ibdal seperti Imam Warasy 47 .


Kecuali pada lafazh berikut:

( ‫ إقرأ‬- ‫) تسؤ – نشأ – يشأ – يهيء – ننسأها – أم لم ينبأ – هيئ – أنبئهم – نبئ – أرجئه‬

Keempat: hamzah pada semua bacaan di atas oleh selain Imam Warasy dan
As-Susi dibaca dengan tahqiq.

MUSTATSNAYAT

(Lafazh-lafazh yang dikecualikan bacaannya pada hamzah mufrad)

Beberapa lafazh dalam Al-Quran dikecualikan bacaannya oleh Imam Warsy


dan As-Susi serta imam qira’at sab’ah lainnya.

1. ( ‫اإليواء‬
ِ ‫ ) جملة‬yaitu lafadz yang berasal dari kata ma’wa dan derivatifnya.
Jumlahnya ada 7 lafazh dalam Al-Quran.
‫المأوى – ومأوىهم – ومأوىه – ومأوىكم – فأووا – تؤوي – تؤويه‬
Dibaca oleh Imam Warasy dengan Tahqiq
2. Hamzah yang berstatus atau bekedudukan majzum dalam fiil.

47Sayyid Lasyin Abul Farah dan Khalid Muhammad Hafizh, Taqrib Ma’ani fi syarhi hirzil
amani fil Qira’ati sab’i, Maktabah Daruzaman, Madinah Munawarrah, Cet ke-3, 1420, hal: 87

38
( ْ ‫) تسؤْ – نشأ ْ – يشأ ْ – يهي ْء – ننسأْها – أم لم ينبأ‬
Dibaca oleh Imam As-Susi dengan Tahqiq
Pada lafazh ( ‫ ) نُ ْن ِسيها‬As-Susi membaca ( ‫سأْها‬
َ ‫ ) نَ ْن‬dengan memfathahkan
nun serta menambahkan hamzah sukun terletak pada lam fiil,
semestinya As-Susi membaca dengan ibdal, tapi karena sukunnya
disebabkan majzum maka tetap dibaca dengan Tahqiq.
3. Hamzah Sukun karena mabni pada lafazh ( ‫ اقرأ‬- ‫هيئ – أنبئهم – نبئ – ارجئه‬
)
Dibaca oleh Imam As-Susi dengan Tahqiq
Pada lafazh ( ‫ ) ارجه‬Imam As-Susi membacanya dengan ( ‫) ارجئه‬
dengan menambahkan hamzah sukun dengan demikian hamzah
terletak pada lam fiil, semestinya As-Susi membaca dengan ibdal, tapi
karena sukunnya disebabkan majzum maka tetap dibaca dengan
Tahqiq
4. Lafazh ( ‫ تؤوي‬- ‫) تؤويه‬
Dibaca oleh Imam As-Susi dengan tahqiq
5. Lafzh ( ‫) رئيا‬
Dibaca oleh Imam As-Susi dengan tahqiq
6. Lafazh ( ‫) مؤصدة‬
Dibaca oleh Imam As-Susi dengan tahqiq

7. Lafazh ( 45 : ‫ الحج‬: ‫ بئسما – بئر معطلة‬- ‫) بئس‬


Dibaca oleh Imam Warasy dan Imam As-Susi dengan ibdal

( ‫ بيسما – بير‬- ‫) بيس‬

8. Lafazh ( ‫ فأكله الذئب‬: ‫ لئن أكله الذئب‬: ‫ أن يأكله الذئب‬:‫) الذئب‬


Dibaca oleh Imam Warasy dan Imam As-Susi dan Imam Al-Kisa’i
dengan ibdal

( ‫) ال ِذّيْب‬

9. Lafazh ( ‫ لؤلؤ‬: ‫) اللؤؤ‬


Dibaca oleh Imam As-Susi dan Syu’bah dengan Ibdal

39
10. Kata ( ‫) لئال‬

Dibaca oleh Imam Warsy dengan ibdal hamzah pada ya ( ‫) ِليَالا‬

11. Lafazh ( ‫) النسيئ‬


Dibaca oleh Imam Warasy dengan ibdal hamzah pada ya kemudian
diidghomkan ( ‫ي‬
ُّ ‫)النس‬

Adapun selain Imam di atas, maka semua bacaan hamzah mufrad ini dibaca
dengan tahqiq.

‫ت‬- HA’ al-KINAYAH DAN IMALAH

a Ha’ al-Kinayah

Ha’ al-kinayah adalah ha’ dhamir atau kata ganti nama untuk seorang
atau satu. Pada asalnya ha’ al-kinayah berbaris dhammah kecuali jika huruf
sebelumnya berbaris bawah atau sebelumnya ya’ yang mati, maka ia dibarisi
baris kasrah, atau dibarisi seperti baris asalnya yaitu dhammah.

Posisi ha’ al-kinayah dalam kata adalah sebagai berikut:

 Ha’ diantarai dua huruf yang mati, Contoh pada Surat Al-
Baqarah Ayat 197;
۟ ُ‫َو َما تَ ْف َعل‬
‫وا ِم ْن َخي ٍْر َي ْعلَ ْمهُ ا‬
ُ‫ٱَّلل‬
 Ha’ didahului huruf yang berbaris dan sesudahnya huruf yang
mati, contoh pada firman Allah SWT Surat An-nisa Ayat 83;
ُ ِ‫لَعَ ِل َمهُ ٱلاذِينَ يَ ْست َۢنب‬
‫طونَهُۥ‬
 Ha’ diantarai dua huruf yang berbaris, (yaitu sebelum dan
sesudahnya huruf yang berbaris), contoh pada firman Allah SWT
Surat Al-Anfal Ayat 61;
‫إِناهُۥ ه َُو ٱلس ِامي ُع ْٱلعَ ِلي ُم‬

 Ha’ didahului huruf yang mati dan diiringi huruf yang berbaris.
contoh pada firman Allah SWT Surat Al-araf 142;

40
َ‫س ٰى ِأل َ ِخي ِه ٰ َه ُرون‬
َ ‫َوقَا َل ُمو‬

Ibnu Katsir pada posisi seperti ini menambahkan waw atau ya’ sesudah ha’
dhamir, sementara qurra’ yang lain tidak menambahkannya.48

b Imalah

Dalam satu definisi, imalah diartikan dengan memiringkan. Bisa juga diartikan
dengan membengkokkan. Sekali lagi, artinya adalah membengkokkan, bukan
bengkok. Membengkokkan tentu berbeda dengan bengkok.

Hal itu merupakan pengertian imalah secara bahasa. Secara istilah, imalah
adalah memiringkan bunyi fathah ke arah kasrah. Atau, memiringkan alif ke
arah ya’. Namun begitu, definisi pertama yang umumnya lebih banyak
digunakan. Sebab, dalam hal Ilmu Tajwid, imalah berkaitan dengan bunyi.

Contoh Imalah
Contoh bacaan imalah hanya ditemukan pada satu tempat saja di dalam Al-
Qur’an. Letak bacaan imalah tersebut berada pada juz 12, yakni pada Surat
Hud. Bunyi ayatnya adalah seperti di bawah ini:

ٌ ُ‫ساهَا إِ ان َربِّي لَغَف‬


‫ور َر ِحي ٌم‬ ْ ‫َوقَا َل‬
ِ ‫ار َكبُوا فِي َها بِس ِْم ا‬
َ ‫اَّلل َمجْ َراهَا َو ُم ْر‬

[41/‫]هود‬

Fokus contoh tersebut adalah pada lafadz ‫ َمجْ َراهَا‬. Bacaan yang dibaca imalah
tepatnya berada pada huruf ra, sesuai dengan riwayat Imam Hafsh.

Namun begitu, jika mengikuti bacaan Al-Qur’an yang diriwayatkan oleh imam-
imam lain, bisa jadi contoh imalah akan lebih banyak lagi. Sebab, ada juga
imam yang membaca imalah lafadz-lafadz berikut:

48
Taqribul Ma'ani Fi Sharh Hirzil Amani Fil Qira'atil Sab'I, Sayyid Lasheen Abul Farah & Dr.
Khalid ibn Muhammed Al-'Ilmi. Dar Al Zaman Library. Hal. 61

41
‫ض َحى‬
ُّ ‫َوال‬

[1/‫]الضحى‬

‫قَلَى‬

[3/‫]الضحى‬

Cara membaca Imalah


Imalah adalah memiringkan bunyi fathah ke arah kasrah. Lantas bagaimana
bunyinya? Bunyi imalah sama seperti bunyi huruf E pada kata hei atau kata
meja. Dengan begitu, huruf ra pada kata ‫ َمجْ َراهَا‬tidak dibaca dengan ra, tetapi
dibaca dengan re.

Kesalahan yang Sering Dilakukan saat Membaca Imalah


Ada tiga catatan saja yang harus diperhatikan ketika Anda membaca imalah.
Sebab, tiga hal ini sering kali luput dari perhatian dan menjadikan bacaan
imalah yang dihasilkan kurang tepat. Tiga catatan tersebut adalah:

1. Membaca imalah seperti membaca fathah biasa. Hal ini biasa terjadi pada
orang yang tidak mengerti bahwa ‫ َمجْ َراهَا‬, misalnya, merupakan bacaan imalah.
Sebab, secara penulisan sama sekali tidak ada perbedaan
dengan fathah biasa.
2. Membaca imalah seperti kasrah. Biasanya, jika imalah ditekan menuju
kasrah terlalu banyak, maka secara tidak langsung bunyinya akan berubah
menjadi kasrah. Ini mengapa perlu belajar dengan serius untuk bisa
membunyikan imalah dengan tepat.
3. Membaca imalah dengan taqlil. Taqlil ini merupakan suara di antara
fathah dan imalah. Jika dibuat urutan dari fathah menuju kasrah, maka
urutannya adalah fathah, taqlil, imalah, baru kemudian kasrah.
Perbedaan taqlil dengan imalah adalah:

1. Suara imalah seperti huruf E pada kata meja atau hei. Imalah ini bisa
juga disebut dengan imalah kubro.

42
2. Suara taqlil seperti huruf E kedua pada kata jelek. Taqlil juga sering
disebut imalah shughro.

‫ث‬- Ya’ al-Idhafah

Maksud ya’ al-idhafah di sini adalah ya’ mutakallim yang bersambung dengan
َ dengan fi’il seperti ‫ ِليَ ْبلُ َونِ ْي‬dan dengan huruf seperti ‫ انِّي‬Berarti
isim seperti ِ ‫س ِب ْي ِلي‬
ya’ al-idhafah bukan fa’, a’in atau lam fi’il. Ya’ al-idhafah terbagi enam yaitu:

1. Ya’ diiringi hamzah qatha’ yang berbaris fathah

2. Ya’ diiringi hamzah qatha’ yang berbaris kasrah

3. Ya’ diiringi hamzah qatha’ yang berbaris dhammah

4. Ya’ diiringi hamzah washal pada (al) at-ta’rif

5. Ya’ diiringi hamzah wasal

6. Ya’ diiringi huruf selain hamzah

1. Ya’ diiringi hamzah qatha’ berbaris fathah


Firman Allah SWT:
﴾٣٣: ‫اِ ِنّ ْي ا َ ْعلَ ُم ﴿ البقرة‬
﴾١٥٢: ‫فَاذْ ُك ُر ْونِ ْي اَذْ ُك ْر ُك ْم ﴿ البقرة‬
﴾٤١ : ‫اجْ عَ ْل ِلّ ْي ٰايَةً ﴿ آل عمران‬
﴾٤٩ : ‫﴿ آل عمران‬ ‫اَنِّ ْي ا َ ْخلُ ُق لَ ُك ْم‬

ُ ‫اِنِّ ْي اَخ‬
﴾ ٢٨ :‫َاف ﴿سورة المائدة‬

﴾١١٦:‫َما َي ُك ْونُ ِل ْي ا َ ْن اَقُ ْو َل ﴿ سورة المائدة‬

ُ ‫اِنِّ ْي اَخ‬
﴾ ١٥ :‫َاف ﴿ سورة األنعام‬

﴾ ٧٤ :‫اِنِّ ْي ا َ ٰرىكَ َوقَ ْو َمكَ ﴿ سورة األنعام‬

43
ُ ‫اِنِّ ْي اَخ‬
﴾٥٩ : ‫َاف ﴿ سورة األعراف‬

ُ ‫قَا َل َربّ ِ ا َ ِرنِ ْي اَ ْن‬


﴾١٤٣:‫ظ ْر اِلَيْكَ ﴿ سورة األعراف‬

﴾٤٨ : ‫اِ ِنّ ْي ا َ ٰرى ﴿األنفال‬

ُ ‫اِنِّ ْي اَخ‬
﴾٤٨ : ‫َاف﴿ األنفال‬

َ ‫لا ْن ت َْخ ُر ُج ْوا َم ِع‬


﴾٨٣ :‫ي اَبَدًا﴿سورة التوبة‬

Menurut kaedah asal, Imam Nafi’, Ibnu Katsir dan Abu Amr, ya’ yang
diiringi dengan hamzah qatha’ berbaris fathah dibaca dengan fathah seperti
ayat-ayat di atas, kecuali pada beberapa tempat, di mana sebagian mereka
membacanya dengan fathah sesuai dengan kaedah asal, sementara
sebagian yang lain mematikannya seperti bacaan qurra’ yang lainnya.
Bahkan para qurra’ sepakat mematikan ya’ al-idhafah pada sebagian ayat-
ayat Al-Qur’an. Berikut ini penjelasannya:

Firman Allah SWT:


﴾١٤٣:‫ظ ْر اِلَيْكَ ﴿ سورة األعراف‬ ُ ‫َربّ ِ ا َ ِرنِ ْي اَ ْن‬
﴾٤٣ : ‫س ِويًّا ﴿ سورة مريم‬ ً ‫ص َرا‬
َ ‫طا‬ ِ َ‫فَات ا ِب ْع ِن ْي اَ ْهدِك‬
َ ‫ا ت َ ْفتِ ِنّ ْي اَ ََّل فِى ْال ِفتْنَ ِة‬
ُ َ‫سق‬
﴾١٤٣: ‫ط ْوا﴿ سورة التوبة‬
﴾١٤٣: ‫ت َ ْغ ِف ْر ِل ْي َوت َْر َح ْمنِ ْي ا َ ُك ْن ِ ّمنَ ْال ٰخ ِس ِريْنَ ﴿ سورة هود‬
Para qurra’ sepakat membaca ya’ yang ada pada 4 ayat di atas
dengan sukun. Tetapi Imam Ibnu Katsir dan as-Susy mematikan ra’ yang
terdapat pada kata ‫ أ َ ِرنِ ْي‬dalam Surat al-A’raf ayat 143.

Firman Allah SWT:


﴾٢٦ : ‫ذَ ُر ْونِ ْي ا َ ْقت ُ ْل ُم ْوسٰ ى﴿ سورة غافر‬
﴾٦٠ : ‫﴿ سورة غافر‬ ‫ادْع ُْونِ ْي ا َ ْست َِجبْ لَ ُكم‬
﴾١٥٢ : ‫فَاذْ ُك ُر ْونِ ْي اَذْ ُك ْر ُك ْم ﴿ سورة البقرة‬
Ibnu Katsir membaca ya’ pada ayat-ayat di atas dengan fathah sesuai dengan
kaedah ya’ yang diiringi dengan hamzah qata’ yang berbaris fathah,
sementara Nafi’ dan abu Amr mematikannya seperti para qurra’ yang lain.
Firman Allah SWT:

44
﴾١٥ : ‫ سورة األحقاف‬,١٩ : ‫َربّ ِ اَ ْو ِز ْعنِ ْي اَ ْن اَ ْش ُك َر نِ ْع َمتَكَ ﴿ سورة النمل‬
Warasy dan al-Bazzy membaca ya’ pada ayat di atas dengan fathah sesuai
dengan kaedah di atas, sementara Qalun, Qumbul dan Abu Amr
mematikannya seperti qurra’ yang lain.
Firman Allah SWT:
﴾٦٠ : ‫ِليَ ْبلُ َونِ ْي َءا َ ْش ُك ُر اَ ْم ا َ ْكفُ ُر﴿ سورة النمل‬
﴾١٠٨ : ‫﴿ سورة يوسف‬ ِ‫اَّلل‬ َ ‫قُ ْل ٰهذ ِٖه‬
‫س ِب ْي ِل ْي اَدْع ُْوا اِلَى ه‬
Nafi’ membaca ya’ pada dua ayat di atas dengan fathah sesuai dengan
kaedah di atas, sementara Ibnu Katsir dan Abu Amr mematikannya seperti
qurra’ yang lain.

Firman Allah SWT:


﴾٣٦ :‫﴿ سورة يوسف‬ ِ ‫اِ ِنّ ْي ا َ ٰرى ِن ْي اَع‬
‫ْص ُر‬
﴾٣٦ : ‫اِ ِنّ ْي ا َ ٰرىنِ ْي اَحْ ِم ُل﴿ سورة يوسف‬
‫َحتهى يَأْذَنَ ِل ْي اَبِ ْي ا َ ْو يَحْ ُك َم ه‬
﴾٨٠ : ‫اَّللُ ِل ْي﴿ سورة يوسف‬
﴾٧٨ : ‫﴿ سورة هود‬ َ ‫ض ْي ِف ْي اَلَي‬
‫ْس ِم ْن ُك ْم‬ َ ‫فِ ْي‬
﴾٢٦ :‫ي﴿ سورة طه‬ ْ ‫س ْر ِل ْي ا َ ْم ِر‬
ّ ِ َ‫َوي‬
﴾١٠ : ‫اجْ َع ْل ِّل ْي ٰايَةً﴿ سورة يمريم‬
﴾٤١ : ‫اجْ َع ْل ِلّ ْي ٰايَةً﴿ سورة عمران‬
Abu Amr dan Nafi’ membaca ya’ pada ayat-ayat di atas dengan fathah,
sementara Ibnu Katsir mematikannya seperti qurra’ yang lain.
Firman Allah SWT:
﴾٤٣ : ‫﴿ سورة يوسف‬ ٍ ‫س ْب َع بَقَ ٰر‬
‫ت‬ َ ‫اِنِّ ْي اَ ٰرى‬
﴾٦٩ : ‫اِنِّ ْي اَن َ۠ا ا َ ُخ ْوكَ ﴿ سورة يوسف‬
‫اِ ِنّ ْي ا َ ْعلَ ُم ِمنَ ه‬
﴾٩٦ : ‫اَّللِ﴿ سورة يوسف‬
Abu Amr, Nafi’ dan Ibnu Katsir membaca ayat di atas berbaris fathah
sesuai dengan kaedah. Selain mereka membacanya dengan sukun.
Firman Allah SWT:
﴾٩٦ : ‫﴿ سورة هود‬ ‫َو ٰل ِكنِّ ْي ا َ ٰرى ُك ْم‬
Nafi’ Abu Amr dan al-Bazzy membaca ya’ pada ayat-ayat
di atas berbaris fathah, sementara Qumbul mematikannya seperti para qurra’
yang lain.
Firman Allah SWT:
﴾٥١ : ‫﴿ سورة هود‬ َ‫ط َرنِ ْي اَفَ َال تَ ْع ِقلُ ْون‬
َ َ‫ف‬

45
Al-Bazzy dan Nafi’ membaca ya’ pada ayat di atas berbaris fathah,
sementara Qumbul dan Abu Amr mematikannya seperti qurra’ yang lain.

Firman Allah SWT:


﴾١٣ : ‫اِنِّ ْي لَيَحْ ُزنُنِ ْي ا َ ْن تَذْ َهب ُْوا بِ ٖه ﴿ سورة يوسف‬
Nafi’ dan Ibnu Katsir membaca ya’ pada ayat-ayat di atas berbaris
fathah, sementara Abu Amr mematikannya seperti qurra’ yang lain.
Firman Allah SWT:
﴾٩٢ : ‫ع ُّز َعلَ ْي ُك ْم ﴿ سورة هود‬
َ َ ‫ا َ َر ْه ِط ْي ا‬
Nafi’, Ibnu Katsir, Abu Amr dan Ibnu Zakwan membaca ya’ pada ayat
di atas berbaris fathah, sementara qurra’ yang lain mematikannya.
Firman Allah SWT:
﴾٤١ : ‫ي اَدْع ُْو ُك ْم اِلَى النا ٰجو ِة ﴿ سورة هود‬
ْ ‫َما ِل‬
Nafi’, Ibnu Katsir Abu Amr dan Hisyam membaca ya’ pada ayat di atas
berbaris fathah, sementara qurra’yang lain mematikannya.
Firman Allah SWT:
﴾٤٦ : ‫لا َع ِلّ ْي ا َ ْر ِج ُع ﴿ سورة يوسف‬
﴾١٠ : ‫﴿ سورة طه‬ ‫لا َع ِلّ ْي ٰاتِ ْي ُك ْم ِ ّم ْن َها‬
﴾١٠٠ : ‫﴿ سورة المؤمنون‬ ‫صا ِل ًحا‬ َ ‫لَ َع ِلّ ْي أ َ ْع َم ُل‬
﴾٢٩ : ‫ي ٰاتِ ْي ُك ْم ﴿ سورة القصص‬
ْ ّ‫لاعَ ِل‬
Nafi’, Ibnu Katsir, Abu Amr, Ibnu Amir membaca ya’pada ayat-ayat di
atas berbaris fathah, sementara qurra’ yang lain mematikannya.
Firman Allah SWT:
َ ‫لا ْن ت َْخ ُر ُج ْوا َم ِع‬
﴾٨٣ : ‫ي ا َ َبدًا ﴿ سورة التوبة‬
﴾٢٨ : ‫ي ا َ ْو َر ِح َمنَا ﴿ سورة الملك‬
َ ‫َو َم ْن ام ِع‬
Ibnu Katsir, Abu Amr, Ibnu Amir, Nafi’ dan Hafash membaca ya’ pada
ayat-ayat di atas berbaris fathah, sementara qurra’ yang lain mematikannya.

Firman Allah SWT:


﴾٧٨ : ‫﴿ سورة القصص‬ ْ ‫َع ٰلى ِع ْل ٍم ِع ْند‬
‫ِي اَ َولَ ْم َي ْعلَ ْم‬
Abu Amr, Nafi’ membaca ya’ pada ayat di atas berbaris fathah, sementara
Ibnu Katsir membacanya dua wajah; fathah atau mati. Selain mereka
mematikannya.

46
2. Ya’ diiringi hamzah qata’ berbaris kasrah Nafi’ dan Abu Amr membaca ya’
yang diiringi dengan hamzah qatha’ yang berbaris kasrah dengan fathah.
Dikecualikan dari kaedah ini sebagian ayat-ayat Al-Qur’an. Berikut ini
penjelasannya:

Firman Allah SWT:

ۤ َ ‫ٰه‬
﴾٧١ : ‫ؤَُّل ِء َب ٰنتِ ْي ا ِْن ُك ْنت ُ ْم ٰف ِع ِليْنَ ﴿ سورة الحجر‬
‫ي اِلَى ه‬
﴾١٤ : ‫اَّللِ ﴿ سورة الصف‬ ْ ‫ار‬
ِ ‫ص‬َ ‫ۗ َم ْن اَ ْن‬
﴾٥٢ : ‫ي اِنا ُك ْم ُّمتابَعُ ْونَ ﴿ سورة الشعراء‬ ْ ‫ا َ ْن اَس ِْر بِ ِعبَا ِد‬
﴾٧٨ : ‫علَيْكَ لَ ْعنَتِ ْي ا ِٰلى يَ ْو ِم ال ِدّي ِْن ﴿ سورة ص‬
َ ‫اوا اِن‬
﴾١٠٢ : ‫﴿ سورة الصفات‬ ‫ست َِجدُنِ ْي ا ِْن ش َۤا َء ه‬
ُ‫اَّلل‬ َ

Nafi’ membaca ya’ pada ayat-ayat di atas berbaris atas, sementara Abu
Amr dan qurra’ yang lain mematikannya.

Firman Allah SWT:

ٌ ‫َو َبيْنَ ا ِْخ َوتِ ْي ا اِن َر ِبّ ْي لَ ِطي‬


﴾١٠٠ : ‫ْف ﴿ سورة يوسف‬

Warasy membaca ya’ pada ayat di atas berbaris atas, sementara


Qalun, Abu ‘Amr dan qurra’ yang lain mematikannya.

Firman Allah SWT :

َ ‫َما اَن َ۠ا ِب َباسِطٍ ايد‬


﴾٢٨ : ‫ِي اِلَيْكَ َِّلَ ْقتُلَكَ ﴿ سورة المائدة‬

Nafi’, Hafash dan Abu ‘Amr membaca ya’ pada ayat di atas berbaris
atas, sementara qurra’ yang lain mematikannya.

Firman Allah SWT:

﴾٨٣ : ‫ي َع ِزي ٌْز ﴿ سورة التوبة‬


ٌّ ‫اَّلل قَ ِو‬ ُ ‫ََّلَ ْغ ِلبَ ان اَن َ۠ا َو ُر‬
َ ‫س ِل ْي ا اِن ه‬

Nafi’, Ibnu ‘Amir membaca ya' pada ayat di atas berbaris atas, sementara
qurra’ yang lain mematikannya.

47
Firman Allah SWT:

ٰ ‫ات ا ِخذُونِي وأ ُ ِّم‬


﴾١١٦ : ‫اَّللِ ﴿ سورة المائدة‬
‫ُون ا‬ِ ‫ي إِلَ َهي ِْن ِم ْن د‬
َ َ
َ ‫إِ ْن أ َ ْج ِر‬
‫ي ِإ اَّل َعلَى ا‬
﴾٤٧ : ‫اَّللِ ﴿ سورة سبأ‬
َ َ‫ي ِإ اَّل َعلَى الاذِي ف‬
﴾٥١ : ‫ط َرنِي ﴿ سورة هود‬ َ ‫ِإ ْن أَجْ ِر‬
Ibnu Katsir, Hamzah, Al-Kasaiy dan Syu’bah mematikan ya’ pada ayat-
ayat di atas, sementara qurra’ yang lain membacanya berbaris atas.

Firman Allah SWT:

ْ ‫فَلَ ْم يَ ِزدْ ُه ْم د ُ َع ۤا ِء‬


ً ‫ي ا اَِّل فِ َر‬
﴾٦ : ‫ارا ﴿ سورة نوح‬

﴾٣٨ : ‫ِيم ﴿ سورة يوسف‬ ِ َ‫َواتابَ ْعتُ ِملاةَ آب‬


َ ‫اءى إِب َْراه‬

‘Ashim, Hamzah dan Al-Kasaiy mematikan ya’ pada ayat-ayat di atas,


sementara qurra’ yang lain membacanya berbaris atas.

Firman Allah SWT:

‫َو َما ت َْوفِ ْي ِق ْي ا اَِّل بِ ه‬


﴾٨٨ : ‫اَّلل ﴿ سورة هود‬

Kufiyun (‘Ashim, Hamzah dan Al-Kasaiy) dan Ibnu Katsir mematikan


ya’ pada ayat- ayat di atas, sementara qurra’ yang lain membacanya
berbaris atas.

Firman Allah SWT:

﴾٣٤ : ‫َاف ا َ ْن يُّ َك ِذّب ُْو ِن﴿ سورة القصص‬


ُ ‫ص ِدّقُنِ ْي ۖاِنِّ ْي اَخ‬ َ ُّ‫ِردْ ًءا ي‬
﴾١٤ : ‫َقا َل ا َ ْن ِظ ْر ِن ْي ا ِٰلى َي ْو ِم يُ ْب َعث ُ ْونَ ﴿ سورة األعراف‬
Para qurra’ sepakat mematikan ya’ pada ayat- ayat di atas.

Selain ayat-ayat yang disebutkan di atas terdapat ayat-ayat lain yang


mengandung ya’ yang diiringi dengan hamzah qatha’ berbaris bawah. Ya’
pada ayat-ayat itu dibaca sesuai dengan kaedah asal yaitu dibaca
berbaris fathah menurut Imam Nafi’ dan Abu Amr, sementara imam-imam
yang lain mematikannya. Ayatnya adalah sebagai berikut:

48
﴾٢٤٩ : ‫غ ْرفَةً ۢ ِب َيد ِٖه ﴿ سورة البقرة‬ َ ‫فَ ِاناهٗ ِمنِّ ْي ا اَِّل َم ِن ا ْغت ََر‬
ُ ‫ف‬

3. Ya’ diiringi hamzah qatha’ berbaris depan

Firman Allah SWT:

‫شي ْٰط ِن ا‬
﴾٣٦ : ‫الر ِجي ِْم ﴿ سورة آل عمران‬ ‫َواِنِّ ْي ا ُ ِع ْيذُهَا ِبكَ َوذ ُ ِ ّرياتَ َها ِمنَ ال ا‬
﴾٢٩ : ‫اِ ِنّ ْي ا ُ ِر ْيد ُ ا َ ْن تَب ۤ ُْوا َ ِب ِاثْ ِم ْي َواِثْ ِمكَ ﴿ سورة المائدة‬

Imam Nafi’ membaca ya’ pada ayat-ayat di atas berbaris atas,


sementara imam-imam yang lain mematikannya.

Firman Allah SWT:

﴾٤٠ : ‫ف ِب َع ْه ِد ُك ْم ﴿ سورة البقرة‬ِ ‫ِي ا ُ ْو‬ْ ‫َوا َ ْوفُ ْوا ِب َع ْهد‬


﴾٩٦ : ‫ط ًرا ﴿ سورة البقرة‬ ْ ِ‫علَ ْي ِه ق‬
َ ‫غ‬ ْ ‫ٰات ُ ْو ِن ْي ا ُ ْف ِر‬

Para qurra’ sab’ah sepakat mematikan ya’ pada dua ayat di atas.

4. Ya’ diiringi hamzah washal yang terdapat pada ( al ) at-ta’rif dan yang
seumpamanya

Ya’ al-idhafah diiringi hamzah washal yang terdapat pada ( al ) at ta’rif


dan yang seumpamanya terdapat sebanyak 14 tempat dalam Al
Qur’an yaitu:

﴾٣١ : ‫ص ٰلوة َ﴿ سورة إبرهيم‬


‫ِي الا ِذيْنَ ٰا َمنُ ْوا يُ ِق ْي ُموا ال ا‬
َ ‫قُ ْل ِلّ ِع َباد‬
Imam Hamzah mematikan ya’ al-idhafah yang terdapat pada ayat di
atas, sementara sebagian qurra’ sepakat dengan Hamzah dalam
mematikannya pada 5 tempat. Berikut ini penjelasannya:

Firman Allah SWT:

‫قَا َل ََّل يَنَا ُل َع ْهدِى ال ه‬


﴾٢٥٨ : ‫ظ ِل ِميْنَ ﴿ سورة البقرة‬

49
Hafash hanya mematikan ya’ pada ayat di atas.

Firman Allah SWT:

﴾٣١ : ‫ص ٰلوة َ ﴿ سورة إبرهيم‬


‫ِي الا ِذيْنَ ٰا َمنُ ْوا يُ ِق ْي ُموا ال ا‬
َ ‫قُ ْل ِلّ ِعبَاد‬
Ibnu ‘amir dan al-Kasaiy mematikan ya’ pada ayat di atas.

Firman Allah SWT:


﴾٥٦ : ‫ِي الا ِذيْنَ ٰا َمنُ ْوا﴿ سورة األنكبوت‬ َ ‫ٰي ِعبَاد‬
﴾٥٣ : ‫ِي الا ِذيْنَ اَس َْرفُ ْوا َع ٰلى ا َ ْنفُ ِس ِه ْم﴿ سورة الزمر‬
َ ‫قُ ْل ٰي ِعبَاد‬
Abu ‘Amr dan al-Kasaiy mematikan ya’ pada dua ayat di atas yaitu ya’
yang terdapat pada kata-- ِyang didahului huruf nida’ dan diiringi al at-ta’rif.
Ya’ ini hanya terdapat dua tempat dalam Al-Qur’an.

Firman Allah SWT:


َ ِ‫ع ْن ٰا ٰيت‬
﴾١٤٦ : ‫ي الا ِذيْنَ يَت َ َكب ُار ْونَ ﴿ سورة األعراف‬ َ ‫ف‬ ْ َ ‫سا‬
ُ ‫ص ِر‬ َ
Ibnu Amir mematikan ya’ pada ayat di atas.
Perlu diketahui bahwa jika ya’ dimatikan ketika washal, bunyinya akan
hilang dan ketika waqaf bunyinya tetap.
5. Ya’ diiringi hamzah washal Para qurra’ berbeda pendapat dalam membaca
tujuh ya’ al-idhafah yang diiringi hamzah washal. Tujuh ya’ ini terdapat dalam
Firman Allah SWT:
﴾٣١-٣٠ : ‫ي﴿ سورة طه‬ ْ ‫ٰه ُر ْونَ ا َ ِخى ا ْشدُدْ ِب ٖه ا َ ْز ِر‬
ِ ‫طفَ ْيتُكَ َعلَى ال ان‬
﴾١٤٤ : ‫اس﴿ سورة األعراف‬ َ ‫ص‬
ْ ‫قَا َل ٰي ُم ْوسٰ ى اِنِّى ا‬
﴾ ٢٧ : ‫سبِي ًْال﴿ سورة الفرقان‬َ ‫س ْو ِل‬ ‫يَقُ ْو ُل ٰيلَ ْيتَنِى ات ا َخذْتُ َم َع ا‬
ُ ‫الر‬
﴾٤٣-٤٢ : ‫ط ٰغى﴿ سورة طه‬ َ ٗ‫ع ْونَ اِناه‬ َ ‫ي اِذْ َهبَا ا ِٰلى فِ ْر‬ْ ‫َو ََّل ت َ ِنيَا فِ ْي ِذ ْك ِر‬
﴾٦ : ‫س ْو ٍل ياأْتِ ْي ِم ۢ ْن َب ْعدِى ا ْس ُمهٗ اَحْ َمد ُ﴿ سورة الصف‬
ُ ‫ش ًر ۢا بِ َر‬
ّ ِ َ‫َو ُمب‬
Penjelasannya adalah sebagai berikut:
Abu ‘Amr membaca ya’ pada semua ayat-ayat di atas dengan berbaris fathah.
Ibnu Katsir membaca ya’ pada semua ayat-ayat di atas dengan
berbaris fathah kecuali ya’ yang terdapat pada Surat al-Furqan ayat 27.

50
Menurut riwayat Qunbul dikecualikan juga ya’ yang terdapat pada
Surat al-Furqan ayat 30. Nafi’ membaca ya’ pada semua ayat-ayat di atas
dengan berbaris fathah kecuali yang terdapat pada Surat al-A’raf ayat 144,
Surat Thaha ayat 30-31, dan Surat al-Furqan ayat 27.

Firman Allah SWT:


﴾٣١-٣٠ : ‫ي﴿ سورة طه‬ ْ ‫ٰه ُر ْونَ ا َ ِخى ا ْشدُدْ ِب ٖه ا َ ْز ِر‬
ِ ‫طفَ ْيتُكَ َعلَى النا‬
﴾١٤٤ : ‫اس﴿ سورة األعراف‬ َ ‫ص‬ْ ‫قَا َل ٰي ُم ْوسٰ ى اِ ِنّى ا‬
Ibnu Katsir dan Abu ‘Amr membaca ya’ pada dua ayat di atas dengan fathah.

Firman Allah SWT:


﴾ ٢٧ : ‫س ِبي ًْال﴿ سورة الفرقان‬
َ ‫س ْو ِل‬ ‫يَقُ ْو ُل ٰيلَ ْيتَنِى ات ا َخذْتُ َم َع ا‬
ُ ‫الر‬
Abu Amr membaca ya’ pada ayat di atas dengan fathah.
Firman Allah SWT:
﴾ ٣٢ -٣١ :‫ي اِذْهَبْ اَ ْنتَ َواَ ُخ ْوكَ ﴿ سورة طه‬ ْ ‫طنَ ْعتُكَ ِلنَ ْف ِس‬َ ‫ص‬ْ ‫َوا‬
﴾ ٣٣ - ٣٢ : ‫ط ٰغى ﴿ سورة طه‬
َ ٗ‫ع ْونَ اِناه‬َ ‫ي اِذْ َهبَا ا ِٰلى فِ ْر‬ ْ ‫َو ََّل ت َ ِنيَا فِ ْي ِذ ْك ِر‬
Abu Amr, Nafi’, dan Ibnu Katsir membaca ya’ pada dua ayat di atas dengan
fathah.

Firman Allah SWT:


﴾ ٣٠ : ‫ا اِن قَ ْو ِمى اتا َخذ ُ ْوا ٰهذَا ْالقُ ْر ٰانَ َم ْه ُج ْو ًرا﴿ سورة الفرقان‬
Abu Amr, Nafi’ dan al-Bazzy dari Ibnu Katsir membaca ya’ pada ayat di atas
dengan fathah.

Firman Allah SWT:


﴾ ٦ : ‫س ْو ٍل ياأْتِ ْي ِم ۢ ْن َب ْعدِى ا ْس ُمهٗ اَحْ َمد ُ﴿ سورة الصف‬
ُ ‫ش ًر ۢا بِ َر‬
ّ ِ َ‫َو ُمب‬
Abu amr Nafi’, Ibnu Katsir, dan Syu’bah dari ‘Ashim membaca ya’ pada
ayat di atas dengan fathah. Selain mereka membacanya dengan sukun.
Kemudian ya’ pada selain ayat-ayat di atas, para qurra’ membacanya dengan
sukun.

6. Ya’ diiringi huruf selain huruf hamzah


Para qurra’ berbeda pendapat dalam membaca ya’ yang diiringi dengan huruf
selain hamzah pada 30 tempat dalam Al-Qur’an salah satunya ada di surah:

51
﴾١٦٢ : ‫َّلل َربّ ِ ْالعٰ لَ ِميْنَ ﴿ سورة إاألنعام‬
ِ ‫اي َو َم َماتِ ْي ِ ه‬
َ ‫َو َمحْ َي‬

‫ج‬- Ya’ Tambahan

Ya’ tambahan ialah ya’ yang tidak wujud dalam rasam mushhaf
kemudian ditambahkan ke akhir suatu kata ketika membacanya. Ya’
tambahan terbagi dua:
1. Ya’ yang asal yang merupakan lam fi’il
2. Ya’ yang bukan asal yaitu ya’ yang bukan lam fi’il
Ya’ tambahan dalam Al-Qur’an berjumlah 62 tempat. Sebagian qurra’
berpendapat jumlahnya 61 tempat. Dari pendapat pertama dikeluarkan dua
tempat yaitu kata ‫آتاني‬ditambahkan kepadanya satu tempat yaitu kata ‫ِعبَا ِد‬
dalam Surat az-Zukhruf ayat 68. Ya’ tambahan Sebagian terdapat pada.

Firman Allah SWT:


﴾١٩٥ : ‫ش َرك َۤا َء ُك ْم ث ُ ام ِك ْيد ُْو ِن فَ َال ت ُ ْن ِظ ُر ْو ِن﴿ سورة األعراف‬
ُ ‫قُ ِل ادْع ُْوا‬
﴾٤ : ‫َوا ال ْي ِل اِذَا َيس ِْر﴿ سورة الفجر‬
﴾٨ : ‫ُّم ْه ِط ِعيْنَ اِلَى الدااعِ﴿ سورة القمر‬
ْ ‫َو ِم ْن ٰا ٰيتِ ِه ْال َج َو ِار فِى ْالبَحْ ِر ك‬
﴾٣٢ : ‫َاَّلَع َْال ِم﴿ سورة الشورى‬
ٍ ‫َوا ْست َِم ْع يَ ْو َم يُنَا ِد ْال ُمنَا ِد ِم ْن امك‬
ٍ ‫َان قَ ِر ْي‬
﴾٤١ :‫ب﴿ سورة ق‬
Berikut ini penjelasan tentang mazhab para qurra’ tentang ya’ tambahan yang
disebutkan pada ayat-ayat di atas:
Nafi’ riwayat Warasy menambahkan ya’ ketika washal pada 47 tempat, dan
riwayat Qalun 20 tempat, serta Warasy membaca ya’ dua wajah pada 2
tempat yaitu pada firman Allah SWT:
ِ ‫ِليُ ْنذ َِر يَ ْو َم الت ا َال‬
﴾١٥ : ‫ق﴿ سورة غافر‬
﴾٣٢ :‫َاف َعلَ ْي ُك ْم يَ ْو َم التانَا ِد﴿ سورة غافر‬
ُ ‫َو ٰيقَ ْو ِم اِنِّ ْي اَخ‬
Ibnu Katsir riwayat Qunbul dan al-Bazzy menambahkan ya’ pada 21
tempat ketika washal dan waqaf, sementara perawinya Qunbul dan alBazzy
berbeda pendapat pada 6 tempat yaitu
pada firman Allah SWT:
﴾٤٠ : ‫َربانَا َوتَ َقب ْال د ُ َع ۤا ِء﴿ سورة إبرهيم‬
َ ‫ع الدااعِ ا ِٰلى‬
﴾٦ :‫ش ْيءٍ نُّ ُك ٍر﴿ سورة القمر‬ ُ ْ‫فَت ََو ال َع ْن ُه ْم ۘ يَ ْو َم يَد‬

52
﴾٩ :‫ص ْخ َر ِب ْال َوا ِۖد﴿ سورة الفجر‬
‫َوث َ ُم ْودَ ا ال ِذيْنَ َجابُوا ال ا‬
﴾١٥ :‫فَا َ ْك َر َمهٗ َونَ اع َمهٗ َف َيقُ ْو ُل َر ِّب ْي ا َ ْك َر َم ِن﴿ سورة الفجر‬
﴾١٦ :‫فَقَدَ َر َعلَ ْي ِه ِر ْزقَهٗ ە فَيَقُ ْو ُل َربِّ ْي اَهَان َِن﴿ سورة الفجر‬
﴾٩٠ :‫صبِ ْر﴿ سورة يوسف‬ ِ ‫اِناهٗ َم ْن يات ا‬
ْ َ‫ق َوي‬
Al-Bazzy menambahkan ya’ pada 5 tempat ketika washal dan waqaf
yaitu pada Surat Ibrahim ayat 40, Surat al-Qamar ayat 6, Surat al-Fajar ayat
9,15 dan 16, sementara Qunbul membaca ya’ dua wajah ketika washal pada
Surat al-Fajar ayat 9, dan menggugurkannya ketika washal dan waqaf pada 4
tempat yaitu pada Surat Ibrahim ayat 40, Surat al Qamar ayat 6, Surat al-
Fajar ayat 15 dan 16, dan menetapkannya pada Surat Yusuf ayat 90.
Abu ‘Amr menambahkan ya’ketika washal pada 34 tempat, dan membacanya
dua wajah pada 2 tempat yaitu pada Surat al-Fajr ayat 15 dan 16, tetapi
membuang ya’ lebih utama.
Al-Kasaiy menambahkan ya’ ketika washal pada 2 tempat yaitu pada firman
Allah SWT:
﴾٦٤ :‫﴿ سورة الكهف‬ ‫ارتَداا‬ْ َ‫قا َ َل ٰذلِكَ َما ُكناا نَب ْۖغِ ف‬
﴾١٠٥ :‫﴿ سورة هود‬ ‫س ا اَِّل بِ ِاذْنِ ٖه‬ ِ ْ ‫يَ ْو َم يَأ‬
ٌ ‫ت ََّل تَ َكلا ُم نَ ْف‬
‘Ashim menggugurkan ya’ pada ayat-ayat di atas, kecuali pada 2
tempat, di mana kedua perawinya berbeda pendapat dalam membacanya,
yaitu pada firman Allah SWT:
﴾٣٦ :‫﴿ سورة النمل‬ ‫اَّللُ َخي ٌْر ِّم اما ٰا ٰتى ُك ْم‬ ِ ‫فَ َما ٰا ٰت‬
‫ىن َ ه‬
Pada ayat ini Warasy menambahkan ya’ berbaris fathah ketika washal
dan mematikannya ketika waqaf, sementara Syu’bah menggugurkannya
ketika washal dan waqaf.
Firman allah SWT:
﴾٦٨ :‫﴿ سورة الزخرف‬ َ‫ف َعلَ ْي ُك ُم ْاليَ ْو َم َو ََّل ا َ ْنت ُ ْم تَحْ زَ نُ ْون‬
ٌ ‫ٰي ِعبَا ِد ََّلخ َْو‬
Pada ayat ini Syu’bah menambahkan ya’ berbaris fathah ketika washal
dan mematikannya ketika waqaf, sementara Warasy menggugurkannya
ketika washal dan waqaf.
Hisyam hanya menambahkan ya’ pada satu tempat saja yaitu pada kata ‫ِك ْيد ُْو ِن‬
,ِdi mana beliau membacanya dua wajah, yaitu menambahkan ya’ ketika
washal dan waqaf atau mnggugurkannya ketika washal dan waqaf,
sementara Ibnu Katsir menambahkannya ketika washal dan waqaf. Adapun

53
Abu ‘Amr menambahkan ya’ ketika washal dan menggugurkannya ketika
waqaf. Selain mereka menggugurkannya ketika washal dan waqaf.

Firman Allah SWT:


﴾١٩٥ :‫﴿ سورة األعراف‬ ‫ش َرك َۤا َء ُك ْم ث ُ ام ِك ْيد ُْو ِن فَ َال ت ُ ْن ِظ ُر ْو ِن‬
ُ ‫قُ ِل ادْع ُْوا‬
Hamzah menambahkan ya’ ketika washal dan waqaf, dan beliau
mengIdghamkan nun yang ada padanya, dan Ibnu Katsir juga menambahkan
ya’ ketika washal dan waqaf, yaitu pada kata ‫ن َِن‬,ُّ‫أَت ُ ِمد‬sementara Nafi’ dan Abu
‘Amr menambahkannya ketika washal dan menggugurkannya ketika waqaf
yaitu pada firman Allah SWT :
﴾٣٦ :‫﴿ سورة النمل‬ ُ ‫فَلَ اما َج ۤا َء‬
‫سلَيْمٰ نَ قَا َل اَت ُ ِمد ُّْون َِن بِ َما ٍل‬
Ibnu Katsir menambahkan ya’ pada ayat-ayat berikut ketika washal dan
waqaf, sementara Nafi’ dan Abu Amr menambahkannya ketika washal dan
menggugurkannya ketika waqaf . Adapun qurra’ yang lain menggugurkannya
ketika washal dan waqaf.
Firman allah SWT:
﴾٤ :‫﴿ سورة الفجر‬ ‫َوالا ْي ِل اِذَا يَس ِْر‬
﴾٨ :‫﴿ سورة القمر‬ ِ‫ُّم ْه ِط ِعيْنَ اِ َلى الدااع‬
Ibnu Katsir menambahkan ya’ ketika washal dan waqaf pada dua ayat
berikut, sementara Nafi’, Abu Amr dan al-Kasaiy menambahkannya ketika
washal dan menggugurkannya ketika waqaf. Selain mereka
menggugurkannya ketika washal dan waqaf.
Firman Allah SWT:
﴾٦٤ : ‫﴿ سورة الكهف‬ ‫ارتَداا‬ْ َ‫قَا َل ٰذلِكَ َما ُكناا نَب ْۖغِ ف‬
﴾١٠٥ : ‫﴿ سورة هود‬ ‫س ا اَِّل بِ ِاذْنِ ٖه‬ ِ ْ ‫يَ ْو َم يَأ‬
ٌ ‫ت ََّل تَ َكلا ُم نَ ْف‬
Hamzah, Warasy, dan Abu Amr menambahkan ya’ ketika washal dan
menggugurkannya ketika waqaf, sementara al-Bazzy menambahkannya
ketika washal dan waqaf. Selain mereka menggugurkannya ketika washal
dan waqaf pada firman Allah SWT:
﴾٤٠ : ‫﴿ سورة إبرهيم‬ ‫َربانَا َوتَ َقب ْال د ُ َع ۤا ِء‬
Ibnu Katsir menambahkan ya’ ketika washal dan waqaf, sementara
Abu ‘Amr dan Qalun menambahkannya ketika washal dan menggugurkannya
ketika waqaf. Selain mereka menggugurkannya ketika washal dan waqaf
pada firman Allah SWT:

54
﴾٣٨ :‫﴿ سورة غافر‬ ‫الرشَا ِد‬ َ ‫ات ا ِبعُ ْو ِن ا َ ْه ِد ُك ْم‬
‫س ِب ْي َل ا‬
﴾٣٩ : ‫﴿ سورة الكهف‬ ‫ا ِْن ت ََر ِن اَن َ۠ا اَقَ ال ِم ْنكَ َم ًاَّل او َولَدًا‬
Warasy dan Abu ‘Amr menambahkan ya’ pada ayat berikut ketika
washal dan menggugurkannya ketika waqaf, sementara al-Bazzy
menambahkannya ketika washal dan waqaf. Selain mereka
menggugurkannya ketika washal dan waqaf.
Firman Allah SWT:
﴾٦ :‫﴿ سورة القمر‬ َ ‫ع الدااعِ ا ِٰلى‬
‫ش ْيءٍ نُّ ُك ٍر‬ ُ ْ‫فَت ََو ال َع ْن ُه ْم ۘ يَ ْو َم يَد‬
Warasy menambahkan ya’ ketika washal dan menggugurkannya ketika
waqaf pada ayat berikut, sementara Ibnu Katsir riwayat al-Bazzy
menambahkannya ketika washal dan waqaf, dan riwayat Qunbul
membacanya dua wajah yaitu menambahkan ya’ ketika washal dan waqaf
atau menambahkannya ketika washal dan menggugurkannya ketika waqaf.
Firman Allah SWT:
﴾٩ :‫﴿ سورة الفجر‬ ‫ص ْخ َر بِ ْال َوا ِۖد‬
‫َوث َ ُم ْودَ الا ِذيْنَ َجابُوا ال ا‬
Nafi’ menambahkan ya’ ketika washal dan menggugurkannya ketika
waqaf pada dua ayat di bawah ini, sementara al-Bazzy menambahkannya
ketika washal dan waqaf, sedang Abu ‘Amr membacanya dua wajah, yaitu
menggugurkan keduanya ketika washal dan waqaf, atau menambahkan
keduanya ketika washal dan menggugurkannya ketika waqaf. Selain mereka
menggugurkannya ketika washal dan waqaf. Firman Allah SWT:
﴾١٥ :‫﴿ سورة الفجر‬ ‫َفا َ ْك َر َمهٗ َونَعا َمهٗ فَيَقُ ْو ُل َربِّ ْي ا َ ْك َر َم ِن‬
﴾١٦ :‫﴿ سورة الفجر‬ ‫فَقَدَ َر َعلَ ْي ِه ِر ْزقَهٗ ە َفيَقُ ْو ُل َر ِبّ ْي اَهَان َِن‬
Hafash, Nafi’ riwayat Qalun dan Abu ‘Amr menambahkan ya’ berbaris
fathah ketika washal dan menggugurkannya ketika waqaf pada ayat berikut,
sementara warasy menambahkan ya’ berbaris fathah ketika washal dan
membacanya dua wajah ketika waqaf yaitu menambahkan ya’ sakinah atau
menggugurkannya. Selain mereka menggugurkannya ketika washal dan
waqaf.
﴾٣٦ :‫﴿ سورة النمل‬ ‫اَّللُ َخي ٌْر ِّم اما ٰا ٰتى ُك ْم‬ ِ ‫فَ َما ٰا ٰت‬
‫ىن َ ه‬
Ibnu Katsir menambahkan ya’ ketika washal dan waqaf pada ayatayat
berikut, sementara Abu ‘Amr dan Warasy menambahkannya ketika washal
dan menggugurkannya ketika waqaf. Selain mereka menggugurkannya ketika
washal dan waqaf.

55
﴾١٣ :‫﴿ سورة سبأ‬ ِ ‫ان ك َْال َج َوا‬
‫ب‬ ٍ َ‫ْب َوت َ َما ِث ْي َل َو ِجف‬
َ ‫اري‬ ِ ‫َي ْع َملُ ْونَ لَهٗ َما َيش َۤا ُء ِم ْن ام َح‬
﴾٢٥ : ‫﴿ سورة الحج‬ ُ ‫س َو ۤا ًء ْۨال َعا ِك‬
‫ف ِف ْي ِه َو ْال َبا ِد‬ َ ‫اس‬ ِ ‫ِي َج َع ْل ٰنهُ ِللنا‬
ْ ‫الاذ‬
Nafi’ dan Abu ‘Amr menambahkan ya’ ketika washal dan
menggugurkannya ketika waqaf pada ayat-ayat berikut. Selain mereka
menggugurkannya ketika washal dan waqaf.
Firman Allah SWT:
﴾٩٧ :‫﴿ سورة اإلسراء‬ ‫اَّللُ فَ ُه َو ْال ُم ْهت َِد‬
‫َو َم ْن يا ْه ِد ه‬
﴾١٧ :‫﴿ سورة الكهف‬ ‫اَّللُ فَ ُه َو ْال ُم ْهتَ ِد‬
‫َم ْن يا ْه ِد ه‬
﴾٦٦ :‫﴿ سورة يوسف‬ ‫َحتهى تُؤْ ت ُ ْو ِن َم ْوثِقًا ِ ّمنَ ه‬
ِ‫اَّلل‬
Abu ‘Amr dan Warasy menambahkan ya’ ketika washal dan
menggugurkannya ketika waqaf pada ayat berikut. Selain mereka
menggugurkannya ketika washal dan waqaf.
Firman Allah SWT:
﴾٤٦ : ‫﴿ سورة هود‬ ‫ْس لَكَ بِ ٖه ِع ْل ٌم‬
َ ‫فَ َال ت َ ْسـَٔ ْل ِن َما لَي‬
Abu ‘Amr menambahkan ya’ ketika washal dan menggugurkannya
ketika waqaf pada ayat-ayat berikut. Selain beliau menggugurkannya ketika
washal dan waqaf.
Firman Allah SWT:
﴾٧٨ : ‫﴿ سورة هود‬ ‫ي‬ َ ‫اَّلل َو ََّل ت ُ ْخ ُز ْو ِن ِف ْي‬
ْ ‫ض ْي ِف‬ َ ‫فَاتاقُوا ه‬
﴾٢٢ : ‫﴿ سورة ابرهيم‬ ‫اِ ِنّ ْي َكفَ ْرتُ بِ َما ا َ ْش َر ْكت ُ ُم ْو ِن ِم ْن قَ ْب ُل‬
﴾٨٠ :‫﴿ سورة األنعام‬ ‫ىن‬ ِ ‫قَا َل اَت ُ َح ۤا ُّج ۤ ْونِّ ْي فِى ه‬
ِ ‫اَّلل َوقَدْ َه ٰد‬
Qunbul menambahkan ya’ ketika washal dan waqaf pada ayat berikut.
Selain beliau menggugurkannya ketika washal dan waqaf.
Firman Allah SWT:
﴾٩٠ :‫﴿ سورة يوسف‬ ‫صبِ ْر‬ ِ ‫اِناهٗ َم ْن يات ا‬
ْ َ‫ق َوي‬
Qunbul membaca kata -- pada ayat berikut, dengan dua wajah yaitu
menambahkan ya’ sesudah ١٢menggugurkannya ketika washal dan waqaf.
Firman Allah SWT:
﴾١٢ :‫﴿ سورة يوسف‬ ُ ‫ا َ ْر ِس ْلهُ َم َعنَا َغدًا ي ْارت َْع َويَ ْل َعبْ َواِناا لَهٗ لَحٰ ِف‬
َ‫ظ ْون‬
Ibnu Katsir menambahkan ya’ ketika washal dan waqaf pada ayat
berikut. Selain beliau menggugurkannya ketika washal dan waqaf.
Firman Allah SWT:
﴾٩: ‫﴿ سورة الرعد‬ ‫ش َهادَةِ ْال َكبِي ُْر ْال ُمتَعَا ِل‬ ِ ‫عٰ ِل ُم ْالغَ ْي‬
‫ب َوال ا‬

56
Ibnu Katsir menambahkan ya’ ketika washal dan waqaf pada ayatayat
berikut, sementara Warasy menambahkan ya’ ketika washal dan
menggugurkannya ketika waqaf. Adapun Qalun membacanya dua wajah,
yaitu menambahkan ya’ ketika washal dan menggugurkannya ketika waqaf,
atau menggugurkannya ketika washal dan waqaf. Selain mereka
menggugurkannya ketika washal dan waqaf. Firman Allah SWT:
﴾١٥ : ‫﴿ سورة غافر‬ ِ ‫ِليُ ْنذ َِر َي ْو َم الت ا َال‬
‫ق‬
﴾٣٢ :‫﴿ سورة غافر‬ ‫َاف َعلَ ْي ُك ْم يَ ْو َم التانَا ِد‬
ُ ‫َو ٰيقَ ْو ِم اِ ِنّ ْي اَخ‬
Abu ‘Amr dan Warasy menambahkan ya’ ketika washal dan
menggugurkannya ketika waqaf pada ayat berikut, sementara Qalun
mengggugurkan ya’ ketika waqaf, dan membacanya dua wajah ketika washal,
yaitu menambahkan ya’ atau menggugurkannya. Selain mereka
menggugurkannya ketika washal dan waqaf.

Firman Allah SWT:


﴾١٨٦ : ‫﴿ سورة البقرة‬ ِ ‫ا ُ ِجيْبُ دَع َْوةَ الدااعِ اِذَا د َ َع‬
‫ان‬
Warasy menambahkan ya’ ketika washal dan menggugurkannya ketika waqaf
pada ayat-ayat berikut. Selain beliau menggugurkannya ketika washal dan
waqaf.
Firman Allah SWT:
﴾١٧ : ‫﴿ سورة الملك‬ ‫ْف نَ ِذي ِْر‬ َ ‫ست َ ْعلَ ُم ْونَ َكي‬
َ ‫َف‬
﴾٥٦ :‫﴿ سورة الصفات‬ ‫َاَّلل ا ِْن ِكدْتا َلت ُ ْر ِدي ِْن‬
ِ ‫قَا َل ت ه‬
﴾٢١ : ‫﴿ سورة الدخان‬ ‫َوا ِْن لا ْم تُؤْ ِمنُ ْوا ِل ْي فَا ْعت َِزلُ ْو ِن‬
As-Susy menambahkan ya’ berbaris fathah ketika washal pada ayat
berikut, dan mematikannya ketika waqaf. Selain beliau menggugurkannya
ketika washal dan waqaf.

Firman Allah SWT:


﴾١٧ : ‫﴿ سورة الزمر‬ ّ ِ َ‫اَّلل لَ ُه ُم ْالبُ ْش ٰرى فَب‬
‫ش ْر ِعبَا ِد‬ ِ ‫َواَنَاب ُْوا اِلَى ه‬
Abu Amr menambahkan ya’ pada ayat berikut ketika washal, dan
menggugurkannya ketika waqaf. Selain Abu Amr menggugurkannya ketika
washal dan waqaf.

Firman Allah SWT:

57
﴾٦١ :‫﴿ سورة الزخرف‬ ٌ ‫ص َرا‬
‫ط ُّم ْست َ ِق ْي ٌم‬ ِ ‫َواتا ِبعُ ْو ِن ٰهذَا‬
Ibnu Dzakwan membaca ya’ pada ayat berikut dua wajah yaitu
menambahkannya ketika washal dan waqaf atau menggugurkannya,
sementara qurra’ yang lain menambahkan ya’ ketika washal dan waqaf.

Firman Allah SWT:


﴾٧٠ :‫﴿ سورة الكهف‬ َ ‫فَ َال تَسْـَٔ ْلنِ ْي َع ْن‬
ٍ‫ش ْيء‬
Para qurra’ sepakat menambahkan ya’ ketika washal dan waqaf pada ayat
berikut:
﴾٢٢ : ‫﴿ سورة القصص‬ 49‫السبيل‬
ِ ِْ‫ا‬ ‫س َو ۤا َء‬
َ ‫قَا َل َعسٰ ى َربِّ ْي ا َ ْن يا ْه ِديَنِ ْي‬

49 Nasution, M. R. (2019). QIRA’AT SAB’AH: Khazanah Bacaan Al-qur’an Teori dan Praktik.
h.156-198

58
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

1. Ilmu qiro’at terfokus pada pembahasan tentang perbedaan cara membaca


al-qur’an, yang terjadi antara imam qiro’at atau antara qori mereka.

2. Mengenali beragam bacaan yang terjadi dalam membaca al-qur’an , akan


memberikan keringanan bagi setiap umat untuk membaca sesuai dengan
cara yang mudah bagi masing-masing

3. Perbedaan dalam membaca kalimat al-qur’an juga akan memberikan


pengaruh pada perbedaan kesimpulan hukum yang digali oleh para ulama
fikih.

4. Perbedaan dalam membaca kalimat al-qur’an akan memberi pengaruh


pada perbedaan makna dan penafsirannya.

5. Ilmu qiroat merupakan ilmu yang pertama lahir dibandingkan dengan ilmu-
ilmu al-qur’an lainnya, yang mana Rasulullah di ajarkan secara langsung oleh
malaikat jibril.

59
DAFTAR PUSTAKA

Abu Al-Farh, Sayid Lasyin Dan Al-Hafiz Al-Ilmiy, Kholid Ibn Muhammad .
Taqrib Al-Ma’Aniy Fi Syarh Hirzi Al-Amaniy Fi Qori’At As- Sab’a . cet 5
. Madinah al- munawaroh : maktabah dar az-zaman linnasyr wa at-
tauzie, 1421H

As- Sobuni, Muhammad Ibn Ali, Kitab Raowai’ Al- Bayan Fi Tafsir Ayat Al-
Ahkam Jilid1.

Bt Abdul Aziz, S. A . Penerapan pembacaan Al-Qur’an dengan Qiraat


‘Asyarah (studi kajian mahasiswa institut Al-Qur’an Darul Aman Di
Kedah-Malaysia) (Doctoral dissertation, Universitas Islam Negeri
Sumatera Utara) (2017)

Fathoni, A. Mengenal Kaidah dan Istilah Dalam Ilmu Qira’at.

Fikriy, Ihab . taqrib asy- syatibiyah . cet 2. al-maktabah al-islamiyah

Luthfi , Dr. H. Atabik . Qiro’at ‘Asyaroh ( Teori dan Aplikasi ). Bekasi : STIU
Darul Hikmah . 2010

Nasution, M. R . QIRA’AT SAB’AH: Khazanah Bacaan Al-qur’an Teori dan


Praktik. (2019)

Suhko Muhammad, Dr. Ahsan dan Widayati, Dr. Romlah. Manba’ul Qiro’at fi
Sab’i Qiro’at Jilid 1. Cet 4. Jakarta : Jamiah Ulum Al-Qur’an Jakarta.
1441H-2020M

60

Anda mungkin juga menyukai