Anda di halaman 1dari 50

STUDI NASKAH TAFSIR:

TAFSIR SALMAN: TAFSIR ILMIAH JUZ `AMMA

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah


Studi Al-Qur`an di Indonesia

Dosen Pengampu:

H. M. Ziyadul Haq, SQ., S.H.I., MA., Ph.D

Disusun Oleh:

Maryam Abidah Masykuroh 220411041


Anis Musyafaah 220411024

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR`AN DAN TAFSIR


PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT ILMU AL-QUR`AN (IIQ) JAKARTA
1442 H/2021 M
DAFTAR ISI

BAB I: PENDAHULUAN ............................................................................. 2


A. Latar Belakang ........................................................................... 2
B. Rumusan Masalah ...................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan ........................................................................ 3

BAB II: PEMBAHASAN .............................................................................. 4


A. Data Fisiologis Naskah Tafsir ................................................... 4
1. Sistematika Penulisan ............................................................. 8
2. Kitab Tafsir Rujukan ........................................................... 13
B. Biografi Mufasir........................................................................ 16
C. Metodologi Penyusunan Tafsir ‘Ilmi Salman ........................ 23
1. Referensi Tafsir ..................................................................... 23
2. Metode Penafsiran ................................................................ 29
3. Sistematika Penafsiran ......................................................... 31
4. Corak Penafsiran .................................................................. 39
D. Kelebihan dan Catatan Kecil .................................................. 40
1. Kelebihan ............................................................................... 40
2. Catatan Kecil ......................................................................... 42

BAB III: PENUTUP .................................................................................... 46


A. Kesimpulan ............................................................................... 46

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 48

1
DAFTAR TABEL

Tabel 1 Spesifikasi Kitab ..................................................................... 5


Tabel 2 Daftar Surah Beserta Kandungan Ilmiahnya .......................... 9
Tabel 3 Sistematika Penulisan Kitab Tafsir Ilmi Salman ITB .......... 12
Tabel 4 Tim Tafsir Ilmiah Salman ITB ............................................. 17

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Cover Kitab Tafsir Salman ............................................... 6


Gambar 2 Layout Isi Kitab Tafsir Salman ......................................... 6
Gambar 3 Halaman Bibliografi ......................................................... 7
Gambar 4 Halaman Daftar Isi ............................................................ 7
Gambar 6 Judul Kandungan Ilmiah Ayat .......................................... 8
Gambar 5 Bagian Awal Pembahasan ................................................ 8
Gambar 7 Telaah Kebahasaan ........................................................... 9
Gambar 8 Tafsir Ilmiah Terdahulu .................................................. 11
Gambar 9 Tafsir Ilmiah Salman ...................................................... 11
Gambar 10 Kesimpulan ..................................................................... 12
Gambar 11 Kontributor...................................................................... 13
Diagram 1 Sistematika Penafsiran Tafsir Salman ............................. 26

2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al-Quran, sebagaimana diketahui, adalah kitab suci yang sangat
mendukung ilmu pengetahuan. Tidak kurang dari 750 ayat kauniyah yang
berbicara tentang ilmu pengetahuan hampir 5 kali lipat lebih banyak daripada
ayat ahkam. Oleh sebab itu, hampir merupakan suatu konsekuensi logis apabila
umat Islam memberikan perhatian dalam porsi besar terhadap ayat-ayat
kauniyah. Pada kenyataannya, khazanah tafsir di Dunia Islam amat didominasi
dengan pendekatan linguistik, fikih, serta akhlak dan tasawuf, dan amat sedikit
sekali yang mengulas ayat-ayat kauniyah dengan pendekatan keilmuan (tafsir
ilmi). Menyadari kenyataan itu, Tim Salman ITB berupaya mengisi
kelangkaan khazanah tafsir ilmi ini dengan menerbitkan Tafsir Salman, khusus
untuk Juz 30. Buku ini secara tematik disusun oleh para pakar multidisiplin di
bidang sains dan teknologi serta pakar bahasa dan tafsir al-Quran.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana data fisiologis naskah tafsir ilmi Salman ITB?
2. Bagaimana biografi mufasir naskah tafsir ilmi Salman ITB?
3. Apa referensi penafsiran yang digunakan pada penyusunan naskah
tafsir ilmi Salman ITB?
4. Apa metode penafsiran yang digunakan pada penyusunan naskah tafsir
ilmi Salman ITB?
5. Bagaimana sistematika penafsiran pada naskah tafsir ilmi Salman ITB?
6. Apa corak penafsiran pada naskah tafsir ilmi Salman ITB?
7. Apa saja kelebihan dan catatan terkait naskah tafsir ilmi Salman ITB?

2
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui data fisiologis naskah tafsir ilmi Salman ITB
2. Untuk mengetahui biografi mufasir naskah tafsir ilmi Salman ITB
3. Untuk mengetahui referensi penafsiran yang digunakan pada
penyusunan naskah tafsir ilmi Salman ITB
4. Untuk mengetahui metode penafsiran yang digunakan pada
penyusunan naskah tafsir ilmi Salman ITB
5. Untuk mengetahui sistematika penafsiran pada naskah tafsir ilmi
Salman ITB
6. Untuk mengetahui corak penafsiran pada naskah tafsir ilmi Salman ITB
7. Untuk mengetahui kelebihan dan catatan terkait naskah tafsir ilmi
Salman ITB

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Data Fisiologis Naskah Tafsir


Tim tafsir ilmiah Salman memilih Juz 30 atau Juz `Amma sebagai awal
penggarapan. Pada dasarnya, terdapat dua alasan utama mengapa Juz `Amma
dipilih untuk ditafsirkan;1
(a) Alasan pertama lebih bersifat filosofis dan paradigmatik. Jus `Amma
merupakan salah satu dari dua juz yang yang mayoritas surah-surahnya
turun pada awal-awal masa kenabian di Makkah atau disebut Makkiyah
awal. Surah-surah Makkiyah awal memuat dasar-dasar keislaman yaitu
akidah dan akhlak, belum menyangkut soal hukum dan syariat. Surah-
surah yang menyangkut hukum dan syariat turun pada masa Makkah
akhir dan Madinah. Dari 37 surah yang ada di Juz `Amma, terdapat 34
surah Makkiyah awal dan tiga surah Madaniyah (diturunkan di
Madinah). Ketiga surah Madaniyah tersebut adalah Surah Al-
Bayyinah, Surah Al-Zalzalah, dan surah Al-Nasr.
Setelah dikaji oleh tim tafsir ilmiah di Salman, terdapat 29 surah yang
mengandung aspek isyarat ilmiah (al-i`jaz al-ilmi). Tim tafsir ilmiah
Salman pun memutuskan untuk menafsirkan 29 surah tersebut,
meliputi 28 surah Makkiyah dan satu surah Madaniyah (Al-Zalzalah).
Sebanyak 29 surah yang ditafsirkan ini mengandung isyarat ilmiah
yang penting serta berkaitan dengan akidah dan akhlak. Aspek akidah
yang terkandung termasuk tauhid, kekuasaan Allah, dan ilmu Allah.
(b) Alasan kedua lebih bersifat pragmatis. Surah-surah Juz `Amma
termasuk surah yang pendek-pendek. Selain itu, Juz `Amma lebih

1
Tim Tafsir Ilmiah Salman ITB, Tafsir Salman: Tafsir Ilmiah Juz ‘Amma
(Bandung: AlMizan, 2014), cet. Ke-1, h. 29.

4
banyak dihapalkan dan dipakai untuk mengimami shalat. Oleh karena
lebih sering dilafalkan atau didengarkan manusia, diharapkan orang-
orang dapat memahami makna dari surah-surah Juz `Amma,
sedemikian rupa sampai terharu dan meneteskan air mata ketika shalat.
Berikut adalah data fisiologis naskah tafsir ilmi Salman ITB:
Tabel 1
Spesifikasi Kitab
Judul : Tafsir Salman: Tafsir Ilmiah Juz `Amma
ISBN : 978-602-976633-8-6
Cetakan : Ke-1, Dzulhijjah 1434 H/Oktober 2014
Jumlah jilid : 1
Diterbitkan atas kerjasama : YPM Salman ITB; Penerbit Mizan Pustaka
Didistribusikan oleh : Mizan Media Utama (MMU)
Jumlah halaman : 620 halaman;
• 2 halaman bibliografi
• 6 halaman pengantar
• 12 halaman daftar isi
• 2 halaman daftar contributor
• 8 halaman pendahuluan
• 540 halaman isi materi tafsir
• 14 halaman daftar istilah
• 10 halaman biografi contributor
• 8 halaman daftar pustaka
• 18 halaman indeks
Versi kitab : Hard cover, soft cover (pembelian buku
fisik melalui web mizan ataupun
ecommers) dan PDF (pembelian resmi
versi PDF melalui platform google books)
Ukuran kitab : 18.5 cm x 26.5 cm. Tebal kitab versi hard
cover: 4 cm.
Jenis kertas : Book paper ukuran B5
Layout : Halaman cover dengan tekstur doff, dan
halaman isi dengan ilustrasi berwarna
greyscale serta background dan watermark
halaman bernuansa hijau

5
Gambar 1 Gambar 2
Cover Kitab Tafsir Salman Layout Isi Kitab Tafsir Salman

Kertas Ukuran B5
26.5 cm

18.5 cm Ilustrasi greyscale


Background halaman hijau
6
Gambar 3 Gambar 4
Halaman Bibliografi Halaman Daftar Isi

7
1. Sistematika Penulisan
Penulisan tafsir setiap surah diawali dengan halaman pertama yang
berisi nama surah dalam tulisan Arab tanpa harakat dan diikuti dengan tulisan
latin dari nama surah tersebut serta tema ilmiah berdasarkan kandungan surah.
Pembahasan didahului Gambar 5
dengan sub-bab yang berjudul Bagian Awal Pembahasan

“Pengantar”. Didalam sub-bab


ini, diawali dengan penjelasan
mengenai jumlah ayat,
golongan surah berdasarkan
waktu turunnya, dan disebutkan
pula asal penamaan serta urutan
surah tersebut didalam Al-
Qur`an. Pembahasan berlanjut
mengenai ulasan terkait isi
pokok surah secara umum dan
diikuti dengan penjelasan
singkat mengenai sebab turunnya surah dengan mengutip hadist yang

Gambar 6 menceritakan asbabun nuzul


Judul Kandungan Ilmiah Ayat surah tersebut. Bagian akhir
sub-bab, berisi rincian dari
kandungan setiap ayat dan
diikuti dengan pernyataan
mengenai ayat-ayat yang akan
dikaji kandungan ilmiah nya.
Sub-bab selanjutnya
merupakan judul yang menggambarkan kandungan ilmiah dari ayat-ayat yang
sudah disebutkan sebelumnya dalam sub-bab pengantar. Contoh dari sub-bab

8
ini dapat dilihat pada gambar 4, dan judul-judul kandungan ilmiah dari setiap
ayat yang dibahas dalam kitab ini dapat dilihat pada tabel 2. Sub-bab ini berisi
ayat beserta terjemahannya, dimana ayat-ayat tersebut merupakan ayat yang
mengandung kajian ilmiah berdasarkan judul dari sub-bab. Dalam pembahasan
satu surah, jumlah sub-bab judul kandungan ilmiah dapat bervariasi tergantung
banyaknya tema ilmiah yang
Gambar 7
terkandung didalam surah Telaah Kebahasaan
tersebut. Sub-bab judul
kandungan ilmiah diikuti
dengan sub-bab “Telaah
Kebahasaan”. Sub-bab ini
mengkaji ayat-ayat pada sub-
bab sebelumnya dari segi
bahasa. Adapun telaah yang
dilakukan adalah pemaparan
suatu kalimat pada ayat tersebut dengan kaidah ilmu balaghah dan kaidah
kebahasaan lainnya.
Tabel 2
Daftar Surah Beserta Kandungan Ilmiahnya
Surah Kandungan Ilmiah
Al-Naba` • Hamparan yang diayun
• Siklus siang dan malam
• Yang tercurah dari langit
Al-Nazi`at • Alam yang mengembang
• Penciptaan belum selesai
• Kiamat tidak serentak?
`Abasa • Asal yang setara
• Bumi yang terbelah untuk manusia
Al-Takwir • Menyala terang sebelum padam
• Mendengar napas bumi

9
Al-Infithar • Banyak jalan menuju kiamat
Al-Muthaffifiin • Rekaman yang jujur
Al-Insyiqaq • Langit terbelah
• Tingkat demi tingkat
Al-Buruj • Benteng yang bercahaya
• Parit yang menyala-nyala
• Yang memulai dan mengulangi
Al-Thariq • Benda langit yang melubangi
• Air yang memancar
• Siklus di langit dan di bumi
Al-A`la • Batu bara dan gurun
Al-Ghasyiyah • Warga neraka makan kaktus?
• Menalar, bekal beriman
Al-Fajr • Di balik fajar
• Yang genap dan yang ganjil
• Peradaban yang diazab
Al-Balad • Memutus belenggu
Al-Syams • Menerangi dan menghangati
Al-Lail & Al-Dhuha • Merangkai pagi dan petang
Al-Tin • Dua pohon, dua tempat
• Dari puncak imajinasi ke lembah terendah
• Amal yang baik, benar, dan indah
Al-`Alaq • Agar membaca lebih bermakna
• Perjuangan di alam Rahim
• Akal yang menulis
• Menerka tali kematian
Al-Zalzalah • Gempa, simulasi kiamat
Al-`Adiyat • Dua yang berlawanan
Al-Qari`ah • Terbang mendekap cahaya
• Di peraduan para lempeng
Al-Takatsur • Kondisi psikologis individu
Al-`Asr • Waktu dan perasaan
Al-Humazah • Pengumpat yang sakit jiwa

10
• Yang terbakar dan terpecah
Al-Fil • Berawal dari pembantaian
Quraisy • Matahari bergeser, jalur berubah
Al-Ikhlas • Antara Allah dan Ilah
Al-Falaq & Al-Nas • Cahaya dan kejahatan

Sub-bab selanjutnya Gambar 8


“Tafsir Ilmiah Terdahulu”. Tafsir Ilmiah Terdahulu
Sub-bab ini berisi pen-
jabaran tafsir-tafsir ayat
yang mengandung kajian
ilmiah (ayat-ayat yang telah
dituliskan sebelumnya pada sub-bab judul kandungan ilmiah, dimana tafsir-
tafsir yang dituliskan merupakan kajian tafsir dari kitab-kitab terdahulu.

Gambar 9 Setelah penjabaran mengenai


Tafsir Ilmiah Salman
tafsir ilmiah terdahulu, sub-bab
selanjutnya yang berjudul “Tafsir
Ilmiah Salman” berisi mengenai
penjelasan maupun dinamika
berdasarkan kajian keilmuan empiris
(ilmiah) mengenai terjadinya atau
terbentuknya suatu fenomena dan
kajian ilmiah yang terkandung di
dalam ayat. Didalam kitab tafsir
salman, sub-bab ini merupakan inti
dari pembahasan tafsir ilmi.
Sebagian besar penjelasan dalam
sub-bab ini disertai dengan ilustrasi.

11
Setelah dilakukan kajian
Gambar 10
ilmiah mengenai kandungan Kesimpulan
ayat pada sub-bab sebelumnya,
kemudian terdapat sub-bab
“Kesimpulan” dimana pada sub
bab ini berisi rangkuman
pembahasan mulai dari sub-bab
“Telaah Kebahasaan”, “Tafsir Ilmiah Terdahulu”, dan “Tafsir Ilmiah Salman”.
Seperti yang telah di singgung sebelumnya, dalam pembahasan satu surah, ada
kemungkinan terdapat beberapa tema kandungan ilmiah pada ayat-ayat dalam
surah tersebut sehingga terdapat lebih dari satu sub-bab yang berjudul
kandungan ilmiah, dimana jumlah sub-bab “Telaah Kebahasaan”, “Tafsir
Ilmiah Terdahulu”, “Tafsir Ilmiah Salman”, dan “Kesimpulan” mengikuti
jumlah sub-bab yang berjudul kandungan ilmiah tersebut. Sub-bab
“Kesimpulan” merupakan akhir dari pembahasan satu tema kandungan ilmiah,
sehingga jika pada satu surah terdapat lebih dari satu kandungan ilmiah, maka
pembahasan tema tersebut akan didahului dengan penjelasan pada sub-bab
berjudul kandungan ilmiah yang ditulis setelah sub-bab “Kesimpulan” yang
menandai akhir dari pembahasan tema sebelumnya. Untuk lebih jelas,
sistematika penulisan tafsir dalam satu bab dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3
Sistematika Penulisan Kitab Tafsir Ilmi Salman ITB
Sub-bab Pengantar (lihat gambar 3)
Bab Tafsir Sub-bab Judul kandungan ilmiah* (lihat gambar 4)
(1 bab berisi *sub-bab ini dapat berjumlah lebih dari satu

mengenai tafsir Sub-bab Telaah Kebahasaan (lihat gambar 5)


ilmiah dari 1 surah) Sub-bab Tafsir Ilmiah Terdahulu (lihat gambar 6)
Dalam satu bab Sub-bab Tafsir Ilmiah Salman (lihat gambar 7)
pembahasan, terdiri Sub-bab Kesimpulan** (lihat gambar 8)
**sub-bab ini dapat diikuti dengan sub-bab judul kandungan ilmiah jika
dari sub-bab berikut: dalam satu surah terdapat lebih dari satu kandungan ilmiah
Sub-bab Kontributor (lihat gambar 9)

12
Pada akhir bab, selalu
Gambar 11
Kontributor dituliskan nama-nama contributor
yang ikut andil dalam menyusun
pembahasan pada bab tersebut.
Nama-nama contributor ditulis
lengkap dengan gelar akademik
diikuti dengan instansi akademis
sebagai identitas keahlian dari
bidang yang ditekuni oleh setiap contributor. Daftar nama contributor pada
sub-bab ini dapat berubah-ubah tergantung bidang tema ilmiah yang dibahas
pada suatu bab, namun nama-nama tersebut tidak keluar dari daftar nama
contributor yang tertulis pada tabel 4.

2. Kitab Tafsir Rujukan


Pada pembahasan tafsir ilmiah terdahulu, Tafsir Salman
menggunakan al-manhaj al-naqli atau tafsir bi al-ma’tsur dengan mengambil
periwayatan dan pengutipan dari kitab-kitab ilmiah terdahulu. 2 Sumber-
sumber yang dikutip tersebut mencakup beberapa kitab tafsir, di antaranya:
(a) Kitab Ruh al-Ma’ani karya Syaikh Mahmud al-Alusi al-Baghdadi.
Metode yang digunakan pada kitab ini menggunakan metode tahlili,
muqarin dan ijmali (global). Sedangkan, corak yang terlampir dalam
penafsirannya bernuansa isyari, fiqh dan lughawi.
(b) Kitab al-Munir atau Tafsir Marah Labid karya Syaikh Nawawi al-
Bantani. Tafsir ini memiliki metode dan corak seperti tafsir-tafsir yang
muncul sebelumnya, karena di dalam penafsirannya tidak lepas dari
kondisi sosial-politik, keilmuan yang dimilikinya dan sebagainya.

2
Fina Madihah, Corak Ilmiah Tafsir Salman di Zaman Modern (UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2021) h.112.

13
(c) Kitab al-Kabir Mafatih al-Ghayb karya Fakhruddin al-Razi. Tafsir ini
merupakan tafsir dengan pendekatan tafsir bi al-Ra’yi yang
menggunakan logika. Sedangkan coraknya menggunakan tiga corak
yang bernuansa corak ilmi, falsafi dan adabi wal ijtima`i.
(d) Kitab Tafsir al-Jawahir fi Tafsiri Al-Qur`an al-Karim karya Tantawi
Jauhari. Merupakan kitab tafsir ilmi yang masyhur pada era modern, di
dalamnya telah menghubungkan penafsiran ayat Al-Qur`an dengan
aplikasi corak ilmiah, menggunakan pembuktian pada kajian tafsirnya
berupa gambar dan ilustrasi. Tantawi lebih menitik-beratkan pada
analisis spirit atau pandangan dunia Al-Qur`an secara keseluruhan,
terutama yang berkaitan dengan sains ilmiah (ilmu alam).
(e) Kitab Tafsir Ibn al-`Arabi karya Ibn al-`Arabi, merupakan kitab tafsir
dengan corak tasawuf (sufi). Karya tafsirnya jika dilihat dari metodologi
penafsiran termasuk ke dalam metode maudhu’i. Kajiannya lebih
menekankan pada aspek batin dari pada aspek lahir, hal ini terlihat dari
bentuk penafsirannya ketika menafsirkan ayat secara batin, maka yang
digunakan adalah ta`wil dengan mengambil makna yang tersembunyi.
(f) Kitab Tafsir al-Qurtubi karya Imam Qurtubi merupakan salah satu tafsir
terbesar dan terbanyak manfaatnya dalam sejarah Islam. Dalam
kajiannya tidak mencantumkan kisah-kisah atau sejarah, akan tetapi
lebih memfokuskan pada penetapan hukum-hukum di dalam Al-Qur`an
melalui istinbath dan dalil-dalil.
(g) Kitab Tafsir Ilmi Kemenag. Tafsir Salman dalam penafsirannya
mengutip beberapa kajian yang tertera pada tafsir ilmi kemenag,
setidaknya terdapat tiga kitab tafsir ilmi kemenag yang digunakan, di
antaranya bertema Tafsir Ilmi: Air dalam Perspektif Al-Qur`an dan
Sains, Tafsir Ilmi: Kiamat dalam Perspektif Al-Qur`an dan Sains, dan
Tafsir Ilmi: Tumbuhan dalam Perspektif Al-Qur`an dan Sains.

14
(h) Kitab Mausu’ah I’jaz al-ilmi fi Al-Qur`an al-Karim wa al-Sunnah al-
Mutahharah karya Yusuf al-Hajj Ahmad yang telah diterjemahkan ke
dalam bahasa Indonesia dengan judul Ensiklopedia Kemukjizatan Ilmiah
dalam Al-Qur`an dan Sunnah.
(i) Kitab Tafsir al-Misbah karya M. Quraish Shihab. Corak yang tampak
dalam kajian kitab ini adalah quasi obyektifis modern atau nuansanya
dikenal dengn masyarakat dan sosial. Seperti yang dinyatakan oleh
Nasaruddin Baidan bahwa jenis kajian tafsir dengan metode maudhu`i
dapat dilihat dari tema tertentu seperti “etik berpolitik”.
(j) Kitab Jami’ al-Bayan Tafsir al-Tabari karya Abu Ja`far Muhammad Ibn
Jarir al-Tabari. Tafsir ini merupakan kajian tafsir bi al-ma’tsur yang
bersumber dari para sahabat serta tabi`in, mengambil hadits-hadits Nabi,
sehingga kajiannya dapat disebut menggunakan metode system isnad
dengan menukil hadits serta menggunakan metode tahlili dalam
penafsiranya. Kajiannya mencakup beberapa disiplin ilmu, seperti
kebahasaan, nahwu, syair dan ragam qira`at.
(k) Selain kitab-kitab tafsir yang tertera di atas, tafsir Salman juga
mengambil sumber dari beberapa buku yang berhubungan dengan sains
dan dapat dijadikan sumber untuk memperkuat penafsirannya. Adapun
buku-buku tersebut di antaranya karya Mir Aneesuddin dengan judul
Fatwa Al-Qur`an tentang Alam Semesta, Agus Purwanto (Ayat-ayat
Semesta : Sisi-sisi Al-Qur`an yang Terlupakan), Ahmad Mahmud
Sulaiman (Tuhan dan Sains : Mengungkap Berita-Berita Ilmiah Al-
Qur`an), S Bashiruddin Mahmud (Mekanika Hari Kiamat dan Hidup
Sesudah Mati), Taufik Pasiak (Tuhan dalam Otak Manusia), Tono
Saksono (Simfoni Dzikir Jagat Raya), Agus Haryo Sudarmojo
(Menyibak Rahasia Sains Bumi dalam Al-Qur`an), Ahmada Mahmud

15
Sulaiman (Tuhan & Sains : Mengungkap Berita-Berita Ilmiah Al-
Qur`an), dan lain sebagainya.3

B. Biografi Mufasir
Bermula pada pertengahan tahun 2010, ketua pengurus Yayasan
Pembina Masjid (YPM) Salman ITB, Dr. Syarif Hidayat meminta Dr. Yan
Orgianus menyusun sebuah buku tafsir Al-Qur`an. Beliau meminta tafsir ini
memuat tinjauan dari sudut pandang ilmu-ilmu pengetahuan modern maupun
ilmu-ilmu tafsir klasik. Sejumlah pemakmur Masjid Salman ITB pun dimintai
kesediaannya untuk turut bergabung sebagai tim. Tugas tim ini adalah
menjabarkan ide mengenai tafsir ilmiah juz 30 dalam bentuk kegiatan sebagai
berikut:
(a) Diskusi kecil setiap pekan, dengan mengundang para pakar yang
kompeten di bidangnya termasuk di dalamnya mengundang ahli-ahli
tafsir dan bahasa Arab.
(b) Menuliskan dan mempublikasikan hasil diskusi tersebut kedalam
bentuk bulletin Jumat secara online melalui website
www.salmanitb.com, dengan tujuan dakwah dan mendapatkan
masukan.
(c) Membukukan hasil diskusi dan bulletin Jumat tersebut menjadi Tafsir
Ilmiah Salman.
Diskusi dimulai pada bulan Oktober 2010, setiap hari Senin pagi.
Resume hasil diskusi yang dibuat oleh Salim Rusli selaku pimpinan redaksi
bersama dengan tim redaksi dimuat dalam bulletin Jumat Bernama Misykat,
yang terbit pekan berikutnya. Diskusi berjalan dengan menghadirkan para
pakar dari berbagai disiplin ilmu pengetahuan, para pakar ini dihadirkan

3
Tim Tafsir Ilmiah Salman ITB, Tafsir Salman: Tafsir Ilmiah Juz ‘Amma
(Bandung: AlMizan, 2014), cet. Ke-1, h. 596.

16
sebagai penanggap atas makalah yang dibuat oleh Drs. Irfan Anshory, namun
sejak Maret 2011 para pakar ini tampil bergantian menjadi pembahas atau
contributor sesuai kaitan ayat yang dibahas dengan disiplin ilmu mereka
masing-masing. Buku Tafsir Ilmiah Salman pada dasarnya adalah resume
diskusi yang kemudian diolah dan dilengkapi oleh tim. Sebelum diserahkan
kepada pihak penerbit untuk disunting dan di tata, naskah tersebut dikoreksi
terlebih dahulu oleh beberapa contributor. Selain dikoreksi oleh para
contributor, naskah tersebut juga dibaca ulang dan disunting oleh tim editor
yang diketuai oleh Drs. Armahedi Mahzar, M.Sc. Berikut adalah daftar nama
dari pihak-pihak yang terlibat dalam penyusunan naskah tafsir ilmi Salman:
Tabel 4
Tim Tafsir Ilmiah Salman ITB
Penanggung Jawab : Dr. Ir. Syarif Hidayat
Ketua : Dr. Yan Orgianus
Wakil Ketua : Prof. Dr. Mitra Djamal
Sekretaris : Dr. Muhammad Kusni
Bendahara : Drs. Imam Chairul Basri
Editor : Drs. Armahedi Mahzar, M.Sc. (ketua) | Samsoe
Basaroedin
Dewan Redaksi : Ir. Fatchul Umam (ketua) | Samsoe Basaroedin,
B.E. | Drs. Budhiana Kartawijaya | Drs. Armahedi
Mahzar, M.Sc. | Ustadz Yajid Kalam | Ustadz
Aceng Saefuddin, S.Ag. | Ustadz Zulkarnain |
Ustadz Yayat Supriatna, M.Ag.
Kontributor : (Alm.) Drs. Irfan Anshory | Dr. Sony Heru
Sumarsono | Dr. Lulu Lusianti Fitri | Dr. Moedji
Raharto | Prof. Ir. Iswandi Imran, MAS.C., Ph.D |
Dr. rer.nat. Armi Susandi, M.T. | Prof. Dr. Ir. Iping
Supriana, DEA | Dr. Kusnandar Anggadiredja,
S.Si., M.Si. | Ir. M. Akmasj Rahman, M.Sc. | Drs.
Armahedi Mahzar, M.Sc. | Samsoe Basaroedin,
B.E. | Dr. Eng. Teuku Abdullah Sanny | Prof. Dr.
Thomas Djamaluddin | Prof. Dr. Mitra Djamal | Ir.
Priyono Juniarsanto | dr. Muhammad Affandi | Dr.
17
Yasraf Amir Piliang, M.A. | Dra. Iip Fariha, M.Psi.
| Dr. Ing. Suparno Satira, DEA | Prof. Dr. Tati
Suryati Syamsudin, M.S., DEA | Prof. Dr. rer.nat.
Umar Fauzi | Haji Wawan Setiawan | Ustadz Yajid
Kalam | Ustadz Andri Mulyadi | Ustadz Aceng
Saefuddin, S.Ag. | Ustadz Zulkarnain
Redaksi : Salim Rusli (Pemimpin Redaksi) | Irfan Habibie
Martanegara | Tristia Riskawati | Ilyas Shidqul Aziz
| Eko Apriansyah | Muh. Rizki Utama | Sunarko
Dardjono | Utomo Priyambodo | Asih Purnamasari |
Lily Nurlaily | Muh. Firman | Widi Astuti | Sra
Harke Pratama

Berikut ini adalah biografi singkat para kontributor kitab Tafsir Salman
beserta bidang keahliannya masing-masing:4
(a) Irfan Anshory
Lulusan Fakultas Farmasi ITB angkatan `71. Memiliki minat yang besar
terhadap sains dan paham Bahasa Arab; membuatnya termotivasi untuk
meneliti ayat-ayat Al-Qur`an yang berbicara mengenai alam semesta.
Semasa hidupnya pernah menulis sejumlah buku teks sains kimia yang
ditujukan untuk tingkatan SMA. Wafat pada tanggal 15 bulan Maret 2011
karena penyakit sirosis.
(b) Sony Heru Sumarsono
Alumnus Biologi dari UGM. Meraih gelas master dari Monash University
Australia pada tahun 1989. Tesisnya membahas persoalan embriologi
molekuler dan cacat kelahiran. Sedangkan gelar doktornya diraih pada
kampus yang sama dengan disertasi yang membahas seputar genetika
molekuler dan perkembangannya. Aktivitas sehari-harinya adalah sebagai
pengajar dan peneliti Kelompok Keilmuan Fisiologi, Biologi
Perkembangan dan Biomedika di SITH ITB.

4
Tim Tafsir Ilmiah Salman ITB, Tafsir Salman: Tafsir Ilmiah Juz ‘Amma
(Bandung: AlMizan, 2014), cet. Ke-1, h. 585-594.

18
(c) Tati Suryati Syamsudin
Alumnus Biologi ITB tahun 1982. Gelar masternya diraih di kampus yang
sama pada tahun 1982. Gelar doktornya diraih dari Universite de Pau et
des Pays de I`Adour, Perancis pada tahun 1990. Beliau seorang guru besar
pada Kelompok Keahlian Ekologi SITH ITB dan kini menjabat sebagai
dekan SITH ITB.
(d) Lulu Lusianti Fitri
Alumnus Biologi ITB tahun 1983. Gelar master dan doktornya diraih di
luar negeri; gelar master diraihnya dari Zoology Department, University
of New England, Armidale, Australia, 1990-1993. Adapun gelar
doktornya dirah dari Laboratoire d`Ethologie et Cognition Comparees,
Universite Paris X, Nanterre Perancis, 1995-2001. Saat ini merupakan
pengajar dan peneliti Kelompok Ilmuwan Fisiologi, Biologi
Perkembangan dan Biomedikan di SITH ITB.
(e) Moedji Raharto
Alumnus Astromomi ITB angkatan `74. Meraih gelar doktor dari Tokyo
Daigaku. Pernah menjabat sebagai Direktur Observatorium Bosscha pada
rentang 1999-2004. Kini menjabat sebagai Ketua Kelompok Keahlian
Astronomi FMIPA ITB dan juga staf ahli Badan Hisab dan Rukyat (BHR)
Provinsi Jawa Barat.
(f) Iswandi Imran
Alumnus Teknik Sipil ITB angkatan `87. Gelar magister dan doktornya
diraih dari University of Toronto, Kanada. Di ITB menjabat sebagai
Kepala Kelompok Riset Rekayasa Struktur Fakultas Teknik Sipil dan
Lingkungan (FTSL) ITB.

19
(g) Armi Susandi
Pakar di bidang perubahan iklim yang telah melakukan berbagai macam
penelitian mengenai perubahan iklim. Pendidikan doktornya diraih dari
University of Hamburg/Max Planck Institute for Meterorology, Jerman.
(h) Iping Supriana
Seorang guru besar pada Sekolah Teknik Elektro dan Informatika ITB.
Lulusan Fakultas Teknik Perminyakan ITB. Pendidikan S2 dan S3 nya
ditempuh di Institut National Polytechnique de Grenoble, Perancis.
(i) Umar Fauzi
Dosen di bidang fisika yang juga menjabat sebagai Dekan F-MIPA ITB
sejak tahun 2011. Pendidikan S1 dan S2-nya ditempuh di ITB. Sedangkan
gelar doktornya diraih di Universitas zu Koln, Jerman pada tahun 1997.
Bidang keahliannya adalah fisika batuan (rock physics).
(j) Kusnandar Anggadiredja
Beliau merupakan dosen pada Kelompok Keahlian Farmakologi-Farmasi
Klinis di Sekolah Farmasi ITB. Gelar doktornya diraih dari School of
Pharmaceutical Sciences, Kyushu University, Jepang.
(k) M. Akmasj Rahman
Lulusan Teknik Sipil ITB angkatan `75. Pendidikan S2-nya ditempuh
pada kampus yang sama di Jurusan Studi Pembangunan. Aktivitas sehari-
harinya adalah sebagai pemimpin perusahaan konsultan jasa konstruksi di
kota Bandung.
(l) Armahedi Mahzar
Pengajar sejumlah mata kuliah yang memiliki hubungan dengan
Humaniora, filsafat dan seni untuk mahasiswa ITB, UPI dan Paramadina.
Sebelumnya pernah mengajar pada Program Studi Fisika FMIPA ITB.

20
(m) Samsoe Basaroedin
Alumnus Elektro ITB angkatan `75. Seorang pengkaji ekonomi dan
psikologi Islam. Beliau rutin menulis dan memberikan ceramah seputar
sisi teoritis dan praktis ekonomi Islam di radio KLCBS dan K-Lite FM.3
(n) Teuku Abdullah Sanny
Associate Professor pada Program Studi Teknik Geofisika FTTM ITB.
Alumnus Teknik Geologi ITB angkatan `79. Gelar doktornya diraih dari
Kyoto University. Penelitiannya seputar struktur bawah permukaan
dengan metode seismic tomografi.
(o) Thomas Djamaluddin
Seorang pakar Astronomi di ITB. Alumnus Astronomi ITB angkatan `81.
S2 dan S3 dituntaskan di Department of Astronomy Kyoto University.
Objek kajian S2 dan S3 beliau tentang pembentukan dan evolusi bintang.
Beliau saat ini menjabat sebagai Kepala LAPAN (Lembaga Penerbangan
dan Antariksa Nasional) dan juga sebagai anggota Badan Hisab Rukyat
(BHR) RI.
(p) Mitra Djamal
Beliau adalah seorang guru besar pada Kelompok Keahlian Fisika Teoritis
Energi Tinggi dan Instrumentasi ITB. Alumnus Fisika ITB angkatan `79
ini menuntaskan pendidikan doktor dan menjadi asisten professor di
Universitat der Bundeswehr Munchen (Federal Armed Forces University
of Munich).
(q) Priyono Juniarsanto
Alumnus Teknik Elektro ITB `79. Sangat minat terhadap kajian dan pola
keteraturan angka dalam Al-Qur`an.
(r) Muhammad Affandi
Seorang dokter yang ahli di bidang Spesialis Penyakit Dalam dan Lansia
di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung. Beliau adalah seorang dokter

21
yang mendalami ilmu gerontology, suatu cabang ilmu kedokteran yang
fokus mengkaji berbagai aspek penuaan melalui pendekatan biologis,
psikologis, sosial, ekonomi, kesehatan dan lingkungan. Beliau juga aktif
di Lembaga Lanjut usia Indonesia (LLI).
(s) Yasraf Amir Piliang
Seorang dosen dan peneliti pada Kelompok Keahlian Ilmu Desain
Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD). Beliau dikenal sebagai pakar
semiotika dan budaya di Indonesia, yang telah menulis berbagai buku dan
banyak artikel. Alumnus Jurusan Desain ITB angkatan `84. Gelar Master
of Art diraihnya dari Central Saint Martins College of Art & Design,
London.
(t) Iip Fariha
Seorang psikolog di RSU Pindad Bandung dan Sekolah Bintang Madani
Bandung. Menempuh pendidikan Sarjana dan Magister Psikologi di
Universitas Padjajaran. Semenjak kuliah sudah aktif di Biro Psikologi
Salman (BIPSIS) ITB.
(u) Suparno Satira
Beliau adalah Associate Professor di Kelompok Keahlian Fisika Energi
Tinggi Teoritis dan Instrumentasi Jurusan Fisika F-MIPA ITB.
Pendidikan S1 Fisikanya ditempuh di ITB. Gelar DEA dalam bidang Sains
Material diraih dari Universitas Montpellier Prancis. Sedangkan gelar Dr.
Ing diraih di kampus yang sama di bidang Sains Polimer.
(v) Wawan Setiawan
Alumnus Jurnalistik, Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran
Bandung. Kini sedang menempuh S3 di Fakultas Seni Rupa dan Desain
ITB. Dosen di Fakultas Ilmu Seni dan Sastra Universitas Pasundan.

22
(w) Yazid Kalam
Manajer Eksekutif Bidang Dakwah (DPD) YPM Salman ITB pada 2010-
2014. Pendidikan agamanya ditempuh di Pesantren Cipasung saat masih
berusia 14 tahun. Lalu setelah itu selama 15 tahun belajar agama ke 11
pesantren di Pulau Jawa atas permintaan KH. Ilyas Ruhiyat.
(x) Andri Mulyadi
Asisten Manajer Divisi Pelayanan dan Dakwah YPM Salman ITB. Pernah
menjabat sebagai Ketua Pengurus Cabang Pemuda Persis Bandung.
Kesehariannya adalah sebagai pengajar kelas Bahasa Arab di Salman ITB.
(y) Aceng Saefuddin
Merupakan anggota Korps Dai Salman ITB. Pendidikan sarjana agamanya
ditempuh di Fakultas Syariah Institut Agama Islam Cipayung (IAIC).
(z) Zulkarnain
Beliau adalah Ketua Program Dirosah Islamiyah pada Divisi Pelayanan
dan Dakwah (DPD) YPM Salman ITB. Pernah mengajar Al-Qur`an di
Yayasan MAQDIS. Gelar diploma diraih di Ma`had al-Imarat dan Sarjana
Tafsir Hadis dari STAI Persis.

C. Metodologi Penyusunan Tafsir ‘Ilmi Salman

1. Referensi Tafsir
Setelah pemakalah mengamati sumber yang dipakai dalam kitab Tafsir
Salman, bahwa dalam melakukan penafsiran terdapat dua cara. Yang pertama
yaitu dengan merujuk sebuah riwayat, maksudnya adalah penafsiran ayat
dengan merujuk pada al-Qur’an, keterangan Rasulullah dan penafsiran ayat
dengan keterangan para sahabat, dan terdapat ulama’ juga yang menambahkan

23
penafsiran riwayat dengan tabi’in. Cara ini dikenal dengan istilah tafsir bi al-
ma’tsur.5
Contoh tafsir bi al-ma’tsur seperti ketika ulama tafsir menjelaskan
makna jalan orang-orang yang engkau anugerahi dalam Q.S. Al-Fatihah : 7.
ࣖ َ‫علَ ْي ِه ْم َو ََل الض َّۤا ِلِّيْن‬ ِ ‫غي ِْر ْال َم ْغض ُْو‬
َ ‫ب‬ َ َ‫ط الَّ ِذيْنَ ا َ ْنعَمْت‬
َ ۙ‫علَ ْي ِه ْم ە‬ َ ‫ص َرا‬
ِ
Artinya: (yaitu) jalan orang-orang yang Engkau beri nikmat
kepadanya; bukan (jalan) mereka yang dimurkai, dan bukan (pula jalan)
mereka yang sesat.
Oleh sebagian ulama tafsir, ayat tersebut ditafsirkan dengan ayat al-
Qur’an yang lain yaitu dalam Q.S. An-Nisa’ : 69
ۤ
‫ش َهدَ ۤاءِ َوال ه‬
ۚ َ‫صلِحِ يْن‬ ِّ ِ ‫علَ ْي ِه ْم ِ ِّمنَ النَّبِ ّٖيِّنَ َوال‬
ُّ ‫ص ِدِّ ْي ِقيْنَ َوال‬ ‫س ْو َل فَاُولىِٕكَ َم َع الَّ ِذيْنَ ا َ ْنعَ َم ه‬
َ ُ‫ّٰللا‬ ُ ‫الر‬
َّ ‫ّٰللا َو‬ َ ‫َو َم ْن يُّطِ ِع ه‬
ۤ
‫َو َحسُنَ اُولىِٕكَ َرفِ ْي ًقا‬
Artinya: Dan barangsiapa menaati Allah dan Rasul (Muhammad),
maka mereka itu akan bersama-sama dengan orang yang diberikan nikmat
oleh Allah, (yaitu) para nabi, para pecinta kebenaran, orang–orang yang mati
syahid dan orang-orang saleh. Mereka itulah teman yang sebaik-baiknya.
Sumber penafsiran yang kedua adalah dengan merujuk kepada nalar
mufassir itu sendiri atau yang dikenal dengan istilah tafsir bi al-ra’y. Tafsir bi
al-ra’y adalah memahami al-Qur’an dengan menggunakan nalar atau
pemikiran mufassir itu sendiri. Pernyataan ini dikuatkan dengan perkataan
Imam Syafi’i yang ditulis oleh Imam As-Suyuthi dalam kitabnya Al-Itqan
bahwa semua ketetapan Rasul ialah hasil dari pemahaman Rasul sendiri yang
berasal dari al-Qur’an dengan berdasarkan firman Allah SWT. Q.S. An-Nisa’
: 105.6
ِ ‫ّٰللاُ َۗو ََل تَ ُك ْن ِِّل ْلخ َۤا ِٕىنِيْنَ خ‬
ۙ ‫َص ْي ًما‬ ِ ِّ ‫ب ِب ْال َح‬
ِ َّ‫ق ِلت َ ْح ُك َم بَيْنَ الن‬
‫اس ِب َما ٓ اَرىكَ ه‬ َ ‫اِنَّا ٓ ا َ ْنزَ ْلنَا ٓ اِلَيْكَ ْالكِت‬

5
Quraish Shihab, Kaidah Tafsir: Syarat Ketentuan dan Aturan Yang Patut Anda
Ketahui dalam Memahami Al-Qur’an, (Tangerang: Lentera Hati, 2013), h. 349-351.
6
Quraish Shihab, Kaidah Tafsir, h. 362.

24
Artinya: Sungguh, Kami telah menurunkan Kitab (al-Qur’an)
kepadamu (Muhammad) membawa kebenaran, agar engkau mengadili antara
manusia dengan apa yang telah diajarkan Allah kepadamu, dan janganlah
engkau menjadi penentang (orang yang tidak bersalah), karena (membela)
orang yang berkhianat.
Dalam hal ini penulisan Tim Tafsir Salman menggunakan metode
penafsiran yang kedua yaitu bi al-ra’y atau menggunakan rasio dalam
menafsirkan ayat-ayat yang terdapat di dalam juz ‘Amma. Hal itu bisa
disimpulkan setelah melihat bahwa Tafsir Salman merupakan kitab tafsir yang
menamai dirinya dengan tafsir ilmiah, sebagaimana yang ditulis dengan jelas
dalam sebuah bukunya yang berjudul Tafsir Salman Tafsir Ilmiah atas Juz
‘Amma.
Karena dalam tafsirannya menggunakan tafsir ilmiah, berarti dalam
melakukan penafsiran sudah tentu merujuk terhadap pemikiran para ilmuwan
dalam menjelaskan maksud ayat yang terdapat dalam al-Qur’an. Dalam kitab
tersebut sebelum melakukan analisis ilmiah mengenai maksud ayat, Tim Tafsir
Salman selalu mengawalinya dengan menganalisis kata dalam ayat yang akan
dijadikan objek penafsiran ilmiah.
Seperti contoh dalam Tafsir Salman Q.S. An-Naaziat : 34
‫طا ٓ َّمةُ ۡٱل ُك ۡب َرى‬
َّ ‫ت ٱل‬
ِ ‫فَإِذَا َجا ٓ َء‬
Artinya: Maka ketika datang malapetaka besar.
Dalam melakukan penafsiran ayat di atas, tim penafsiran Salman
mempunyai empat langkah penjelasan ayat. Pertama adalah dengan melakukan
analisa kebahasaan, yang kedua dengan mengungkap beberapa penafsiran
mufassir terdahulu, lalu pada langkah yang ketiga tafsir ini melakukan
penafsiran otentis dengan riset yang didiskusikan dalam forum ilmiah dan yang
keempat menarik kesimpulan pada setiap sekmentasi ayat-ayatnya.

25
Diagram 1
Sistematika Penafsiran Tafsir Salman7
Ayat Al-Qur`an

Telaah Kebahasaan

Tafsir Ilmiah Terdahulu

Tafsir Ilmiah Salman

Kesimpulan

a. Tafsir kebahasaan
Dalam ayat tersebut menurut Tafsir Al-Qurtubi ialah “tiupan kedua yang
disertai kebangkitan”. Ibnu Abbas mengatakan, dikutip oleh tafsir tersebut,
bahwa hal ini merujuk kepada kiamat karena keadaan di hari itu
“menggenangi”, “merendami” dan “menutupi segala sesuatu”. Itulah beberapa
makna dari kata ṭāmmah.
Huruf fa pada ayat (34) adalah huruf isti’nāf (permulaan). Huruf ini
menandai paragraph baru walaupun tetap ada keterkaitan dengan ayat
sebelumnya. Huruf tersebut kemudian disambung dengan kata iżā (ẓaraf
zaman li al-mustqabal), yang bertemu dengan fi’il māḍi (menerangkan waktu
yang lampau) yaitu jā’at. Para ahli bahasa menjelaskan bahwa hal ini berarti
“sesuatu yang akan datang, naming pasti terjadi.” Berbeda halnya jika ẓaraf
tersebut bertemu dengan fi’il muḍāri’ yang berarti “akan terjadi”.8

7
Annas Rolli Muchlisin and Khairun Nisa, ‘Geliat Tafsir ‘Ilmi Di Indonesia Dari
Tafsir Al-Nur Hingga Tafsir Salman’, Millati: Journal of Islamic Studies and Humanities,
2.2 (2017), h. 254 <https://doi.org/10.18326/mlt.v2i2.239-257>.
8
Tim Tafsir Ilmiah Salman ITB, Tafsir Salman Tafsir Ilmiah Atas Juz ‘Amma, h.
108.

26
Lafaz Al-ṭāmmah berarti bencana yang besar, apalgi disifati dengan al-
kubra. Para ahli tafsir zaman sahabat dan tabi’in berpendapat bahwa bencana
yang dimaksud di sini adalah ba’da yaum al-qiyāmah (sesudah hari kiamat).
Dengan kata lain, peristiwa yang digambarkan ayat-ayat ini adalah “tiupan
yang kedua” (al-nafkhah al-saniyah), bukan tiupan pertama yang
menghancurkan alam semesta. Perhatikan bahwa kata yauma pada ayat
َ ‫سا ُن َما‬
setelahnya ‫سع ۙى‬ ِ ْ ‫ يَ ْو َم يَتَذَ َّك ُر‬pastilah menerangkan ayat sebelumnya.9
َ ‫اَل ْن‬
b. Tafsir ilmiah terdahulu
Menurut Wahidi dalam Tafsir Al-Kabīr, kata al-ṭāmmah al-kubrā dalam
ayat 34 bermakna “Apabila telah terjadi malapetaka besar, ahli neraka masuk
ke neraka dan ahli surga pun masuk ke surga.” Seorang ulama, Malik bin
Mughawwil, mengutarakan kebalikan dari penjelasan Wahidi yaitu, “Ahli urga
mendahului masuk surge, kemudian barulah ahli neraka masuk neraka.”10
Menurut Tafsir Al-Kabīr, yang dimaksud ayat ini ialah ketika manusia
telah melihat catatan semua amal dalam buku amalnya. Ketika itu, barulah
sadar setelah sekian lama melupakan amal-amalnya tersebut. Pendapat ini
merujuk pada surah Al-Mujādalah : 6.11
c. Tafsir ilmiah Salman
Para ilmuwan berbeda pendapat mengenai saat kehancuran total alam
semesta (al-ṭāmmah al-kubrā). Meskipun begitu, semuanya sependapat tekait
satu hal mengenai tata surya kita yang kecil mungil ini kalua dibandungkan
dengan luasnya jagat raya. Yakni bahwa usia tata surya manusia hanya
sebentar disbanding usia alam semesta. Senang tidak senang, tata surya kita
pasti akan “kiamat duluan”! Kenapa demikian?

9
Tim Tafsir Ilmiah Salman ITB, Tafsir Salman Tafsir Ilmiah Atas Juz ‘Amma, h.
109.
10
Tim Tafsir Ilmiah Salman ITB, Tafsir Salman Tafsir Ilmiah Atas Juz ‘Amma,
h.109.
11
Tim Tafsir Ilmiah Salman ITB, Tafsir Salman Tafsir Ilmiah Atas Juz ‘Amma, h.
109.

27
Karena setiap detik, 657 juta ton hydrogen mengalami reaksi fusi
menjadi 633 juta ton helium. Apa yang dimaksud dengan reaksi fusi, yaitu
penggabungan dua inti atom yang ringan menjadi inti atom yang lebih berat,
dengan disertai pelepasan energy yang sangat besar. Bahan bakar hydrogen
semakin lama makin berkurang.
Sedangkan bagian inti helium
(helium core) matahari semakin
lama makin besar. Pada suatu saat,
matahari akan mengalami kondisi
saat helium itu sendiri mengalami
reaksi fusi menjadi karbon,
oksigen dan neon.12
Pada saat itulah terjadi apa yang disebut sudden flow of additional heat,
dan matahari akan mulai berekspansi (membesar). Nah, pembesaran matahari
ini yang akan mengakibatkan suhu lapisan terluar menjadi turun. Permukaan
matahari akan berubah dari white heat menjadi red heat, dan matahari akan
menjadi red giant (bintang raksasa merah). Inilah mungkin yang diisyaratkan
oleh Allah dalam surah Ar-Rahman : 37 (Maka ketika terbelah langit, lalu
menjadilah dia merah mawar seperti minyak).13
Matahari yang makin besar menghasilkan aliran panas yang berlipat
ganda terhadap planet-planet terdekat, termasuk bumi. Gelombang panas dari
matahari yang luar biasa dahsyatnya menjadikan bumi mulai meleleh
(mencair). Seluruh isi “perut” bumi akan keluar. Akhirnya, bumi ini kempes
dan lenyap! Nasib bumi di akhir zaman ini diisyaratkan Allah lewat firman-

12
Tim Tafsir Ilmiah Salman ITB, Tafsir Salman Tafsir Ilmiah Atas Juz ‘Amma, h. 111.
13
Tim Tafsir Ilmiah Salman ITB, Tafsir Salman Tafsir Ilmiah Atas Juz ‘Amma, h. 112.

28
Nya dalam surah Al-Insyiqaq : 3-4 (Dan ketika bumi dikempeskan, dan
melemparkan apa yang ada di dalamnya shingga kosong).14
Ruh-ruh manusia yang tersimpan di alam transisi (barzakh) akan
dihidupkan kembali di Hari Kiamat dengan penciptaan baru (khalqun jadid).
Selama masa penantian di alam barzakh, ruh-ruh manusia mengalami sejenis
time dilation (dilatasi waktu). Hal ini sesuai dengan teori Relativitas Einstein.
Saat bangkit di hari kiamat, manusia merasa bahwa kehidupan dunia itu baru
terjadi kemarin sore atau tadi pagi.15
d. Kesimpulan
Meski terjadi perbedaan pandangan dalam menafsirkan ayat 34-46 surah
An-Naziat membuka kemungkinan penafsiran lain tentang kiamat. Penafsiran
tersebut mengatakan bahwa kiamat mungkin saja terjadi secara bertahap dan
dimulai dari tata surya atau galaksi tempat bumi kita berada. Wallahu a’lam bi
al-sawab.16

2. Metode Penafsiran
Kata metodologi terdiri dari dua kata, yakni method dan logos. Metode
juga berasal dari bahasa Yunani yaitu methodos, yang mempunyai arti cara
atau jalan, dan logos yang berarti ilmu pengetahuan. Dalam bahasa Arab
metode diartikan dengan manhaj atau thariqah yang berarti jalan yang terang.
Sedangkan dalam bahasa Inggris kata metode diartikan dengan method.17
Metode penafsiran al-Qur’an menurut Ridlwan Nasir dalam bukunya
Memahami al-Qur’an: Perspektif Baru Metodologi Tafsir Muqarin adalah

14
Tim Tafsir Ilmiah Salman ITB, Tafsir Salman Tafsir Ilmiah Atas Juz ‘Amma, h.
112.
15
Tim Tafsir Ilmiah Salman ITB, Tafsir Salman Tafsir Ilmiah Atas Juz ‘Amma, h.
113.
16
Tim Tafsir Ilmiah Salman ITB, Tafsir Salman Tafsir Ilmiah Atas Juz ‘Amma, h.
115.
17
Nasruddin Baidan, Metode Penafsiran Al-Qur’an, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2002), h.54.

29
cara menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an yang didasarkan atas pemakaian sumber-
sumber penafsirannya atau sistem penjelasan tafsir-tafsirnya, keluasan
penjelasan tafsirnya, maupun yang didasarkan atas sasaran dan tertib ayat-ayat
yang ditafsirkan.18
Adapun metode yang digunakan oleh Tim tafsir Ilmiah Salman ITB
dalam menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an adalah memadukan antara Al-Manhaj
Al-Aqli (tafsir bi al-riwayah) dengan Al-Manhaj Al-Naqli (tafsir bi al-dirayah)
secara proporsional, menggunakan temuan-temuan ilmiah yang telah terbukti
benar. Semangat dari kitab tafsir ini ialah tetap menghormati tafsir-tafsir klasik
warisan Islam yang baku, beserta melengkapi dan menawarkan beberapa
alternatif yang segar dan mencerahkan. Oleh sebab itu, kami mengundang
pakar dalam bidang bahasa Arab guna masalah lughawi. Selain itu, juga
melakukan komparasi (perbandingan) dengan kitab-kitab tafsir ilmiah
terdahulu di dalam menafsirkan. Penggunaan dari beberapa sumber riset
kealaman mutakhir telah terverifikasi oleh sejumlah narasumber beberapa
pakar dari bidang ilmiah yang terkait.19
Dari pernyataan di atas, dapat diartikan bahwa secara umum Tafsir
Salman dalam proses penafsirannya menggunakan metode tahlili (analisis).
Hal ini disebabkan dalam penafsirannya dilakukan secara luas dan
menyeluruh. Mulai dari menyebutkan nama surah beserta artinya, lalu disusul
keterangan terkait turunnya surah, jumlah ayat, golongan surah, pokok-pokok
kandungan, munasabah, serta asbabun nuzul dari surah tersebut. Selanjutnya,
dipaparkan ayat-ayat yang akan ditafsirkan beserta terjemahannya. Setelah itu
diberi penjelasan perihal makna mufradat yang dianggap penting untuk
dipahami (telaah kebahasaan), lalu dalam penafsirannya juga diterangkan hasil

18
Ridlwan Nasir, Memahami al-Qur’an: Perspektif Baru Metodologi Tafsir
Muqarin, (Surabaya: Indra Media, 2003), h.14.
19
Tim Tafsir Ilmiah Salman ITB, Tafsir Salman Tafsir Ilmiah Atas Juz ‘Amma, h.
28.

30
penafsiran para mufassir terdahulu. Selain itu juga terkadang dipaparkan
beberapa riwayat para sahabat maupun tabi’in yang berhubungan dengan
pembahasan. Kemudian, dijelaskan dengan penafsiran dari Tim Tafsir Ilmiah
Salman ITB yang menggunakan akal pikirannya sendiri dengan menggunakan
sudut pandang ilmiah sesuai dengan latar belakang kelimuan yang mereka
miliki. Meskipun mereka menggunakan akal pikirannya sendiri, Tim Tafsir
mereka tetap merujuk pada sumber-sumber terdahulu.

3. Sistematika Penafsiran
Dalam sistematikan penafsiran Tafsir Salman setelah menuliskan nama
surah menggunakan tulisan Arab dan transliterasi Indonesia beserta arti dan
surahnya. Kemudian Tim Tafsir Ilmiah Salman ITB selalu mengelompokkan
pembahasan ke dalam setiap bab seperti berikut:
a. Pengantar
Surah Az-Zalzalah termasuk dalam ketegori surah Madaniyah, yang
terdiri dari 8 ayat apabila dilihat dari urutan Mushaf Usmani dan terletak
setelah surah Al-Bayyinah, sebelum surah Al-‘Adiyat. Nama Az-Zalzalah
diambil dari kata zilzālah yang terdapat pada ayat pertama. Pokok-pokok
dalam kandungan surah ini antara lain: mengenai kegoncangan bumi yang
sungguh hebatnya ketika hari kiamat tiba, dan pada saat itu umat manusia akan
merasa kebingungan. Pada hari kiamat, manusia akan dikumpulkan untuk
dihisab segala amal perbuatannya selama ia hidup di dunia.
Surah ini masih berkaitan dengan surah setelahnya, yaitu surah Al-
‘Adiyat. Pada surah Al-‘Adiyat ini dipaparkan hiruk pikuk ketakutan umat
manusia saat hari kiamat telah tiba. Sedangkan dalam surah Az-Zalzalah,
diterangkan mengenai gambaran goncangan yang terjadi pada saat hari kiamat
tiba.
Contoh penafsiran Ilmiah Salman dengan menggunakan pendekatan
geologis, dalam surah Az-Zalzalah ayat 1-5 :
31
ِ ْ ‫( َوقَا َل‬2) ‫ض أَثْقَالَ َها‬
ُ ‫( يَ ْو َمئِ ٍذ ت ُ َح ِد‬3) ‫اْل ْنسنُ َما لَ َها‬
‫ِّث‬ ِ ‫( َوأ َ ْخ َر َج‬1) ‫ض ِز ْلزَ الَ َها‬
ُ ‫ت ْاْل َ ْر‬ ُ ‫ت ْاْل َ ْر‬ِ َ‫ِإذَا ُز ْل ِزل‬
(5) ‫( ِبأ َ َّن َربَّكَ أ َ ْو َحى َل َها‬4) ‫ارهَا‬ َ َ‫أ َ ْخب‬
Artinya: Apabila bumi digoncangkan dengan goncangan yang dahsyat.
Dan bumi telah mengeluarkan beban-beban berat yang dikandungnya. Dan
manusia bertanya: “Mengapa bumi menjadi begini?. Pada hari itu bumi
menceritakan beritanya. Karena sesungguhnya Tuhanmu telah
memerintahkan yang sedemikian itu kepadanya.
b. Telaah Kebahasaan
Ayat pertama dimulai dengan kata iẓa, sebuah isim ẓaraf li al-mustaqbal
(keterangan waktu yang akan datang) dan sering diterjemahkan. Sedang kata
zulzilat yang mempunyai arti (digoncangkan) ialah kata kerja bentuk lampau
dengan pola fi'il maḍi majhul (kata kerja lampau pasif). Sehingga fa’il (pelaku)
dari kata kerja ini tersembunyi namun sudah mafhum (diketahui) siapa sang
pelaku.
Kata selanjutnya, al-arḍu yang memiliki arti bumi adalah na’ib fa’il
(yang menggantikan posisi pelaku), yang asalnya adalah maf’ul (objek). Hal
ini terjadi dikarenakan pada kalimat tersebut posisi subjek kosong sehingga
objek menempati posisi subjek, namun kedudukan objek tetap seperti awal.
Tidak berubah menjadi subjek, karena fa’il (subjek) harus marfu’, maka objek
yang asalnya mansub (biasanya berharakat fathah) lalu menempati posisi
subjek. Dengan begitu objek yang tadi harus marfu’ (dhammah karena isim
mufrad) sebagaimana seperti subjek.20
Adapun kata zilzālahā yang bersambung dengan dhammir muannas
(kembalinya pada al-arḍu) adalah maf’ul muthlaq (yang salah satu fungsinya
ialah menegaskan kata kerja sebelumnya). Sehingga, ayat pertama ini bisa
diartikan jika bumi digoncangkan dengan goncangan yang sedahsyat-

20
Tim Tafsir Ilmiah Salman ITB, Tafsir Salman Tafsir Ilmiah Atas Juz ‘Amma, h.
442.

32
dahsyatnya. Lanjut pada ayat yang kedua, kata kerja akhrajat yang artinya
mengeluarkan. Subjek dari kata kerja ini ialah kata setelahnya, yaitu al-arḍu
sedangkan objek yang dikeluarkan adalah kata atsqala yang disambung
dengan dhammir muannas (kembalinya pada al-arḍu). Pada ayat yang ketiga
terdapat kata qāla yang artinya berkata. Failnya (pelaku) adalah al-insānu
yang mempunyai arti manusia. Apa yang diucapkan? Ucapannya adalah
mālahā.21
Pada yang keempat terdapat kata yauma, yang artinya hari atau masa,
dan merupakan ẓaraf zaman (keterangan waktu). Kata ini tersambung oleh kata
iẓin yang diakhiri dengan tanda tanwin ‘iwad, yaitu menggantikan kalimat
sebelumnya, sehingga kedua kata ini dimaknai pada hari atau masa tatkala
bumi diguncangkan dengan mengeluarkan segala isinya yang menjadikan
manusia terkejut dengan apa yang dialami. Kata setelahnya tuhadditsu yang
artinya menceritakan, dengan subjek yang kembali pada kata al-arḍu
sebelumnya. Objek dari kalimat ini adalah akhbārahā yang bersambung
dengan dhammir muannas (kembali pada al-arḍu) yang berbentuk plural dari
kata khabar yang artinya berita. Selanjutnya ayat yang kelima, ada kata auḥā
lahā yang menurut Imam Bukhari penafsirannya serupa dengan kata auḥā
ilahā yang mempunyai arti Allah SWT. Memerintahkan dan mengizinkan
kepadanya.22
c. Tafsir Ilmiah Terdahulu
Dalam penafsiran ini mengutip pendapat Ibnu Abbas terkait arti kata
zulzilat. Menurut Ibnu Abbas, kata zulzilat mempunyai arti digoncangkan dari
dasar bumi. Lalu pada ayat yang kedua, kata atsqala merupakan bentuk jamak
dari kata tsaqil, yang artinya menurut Ibnu Manzur berarti barang tambang

21
Tim Tafsir Ilmiah Salman ITB, Tafsir Salman Tafsir Ilmiah Atas Juz ‘Amma, h.
442-443.
22
Tim Tafsir Ilmiah Salman ITB, Tafsir Salman Tafsir Ilmiah Atas Juz ‘Amma, h.
443.

33
seperti emas, perak, dan dapat juga diartikan dengan orang-orang yang mati.
Dalam hal ini sesuai dengan pendapat Ulama Salaf. Ayat ini juga senada
dengan surah Al-Insyiqaq ayat 3-4. Menurut Imam Muslim, ayat ini pernah
dikomentari oleh Rasul bahwa kelak di hari kiamat seluruh barang tambang
akan dikeluarkan dari bumi guna menjadi saksi manusia bahwa sebab olehnya
manusia akan saling mencuri, membunuh dan memutuskan tali silaturrahim.
Ayat ketiga yaitu ucapan yang menunjukkan keterkejutan, bahwa fakta pada
hari itu akan kebalik dengan selama ini yang diyakininya.23
Sedang dalam ayat yang keempat, menurut riwayat imam Ahmad, bahwa
tatkala Rasul membaca ayat ini beliau bertanya kepada para sahabatnya, "Apa
yang kalian ketahui terkait maksud akhbārahā?" Para sahabat menjawab,
"Allahu wa rasuluhu a'lamu" (Allah dan rasulnya yang lebih mengetahui).
Lalu beliau berkata, “yang dimaksud akhbārahā ialah bumi kelak pada hari
kiamat akan menjadi saksi atas apa yang dikerjakan oleh setiap hamba di atas
punggungnya yang mengatakan: kamu telah melakukan A pada hari A." Hadis
dengan redaksi hampir serupa yang juga diriwayatkan oleh imam Ath-thabari
dalam kitabnya Al-Mu’jam. Ayat yang terakhir yaitu kelima seakan-akan
mengabarkan pada setiap manusia bahwa bumi tidak akan berguncang
melainkan atas izin atau perintah Allah SWT
d. Tafsir Ilmiah Salman
Ayat-ayat dalam surah Az-Zalzalah menunjukkan bahwa guncangan
yang terjadi pada saat gempa tidak hanya bersifat fisik, namun gempa juga
mengguncang jiwa dan iman manusia. Betapa mengerikannya melihat bumi
bergoyang dengan dahsyat. Seperti contoh yang telah terjadi di Padang (2006)
dan di Aceh (2004), pada saat gempa orang-orang sampai berjatuhan dan

23
Tim Tafsir Ilmiah Salman ITB, Tafsir Salman Tafsir Ilmiah Atas Juz ‘Amma, h.
443.

34
merangkak di jalanan, tidak mampu berdiri. Banyak pengungsi yang akhirnya
bunuh diri dikarenakan frustasi kehilangan harta dan keluarga.
Pada umumnya gempa
itu terjadi dikarenakan proses
pertumbuhan dan pelumatan
lempeng lewat mekanisme
tektonik lempeng. Kepulauan
Indonesia terletak di sepanjang
pertemuan 3 lempeng (triple
junction) yang yang terus tumbuh berdesakan. Lempeng tersebut yaitu
lempeng Pasifik, indo-Australia dan Eurasia desakan ini menimbun energi
stress (tekanan) di pertemuan lempeng-lempeng tersebut. Oleh karenanya
potensi gempa di negeri ini sangat tinggi.24
Tim Tafsir Ilmiah Salman
ITB mengibaratkan peristiwa
gempa seperti seorang wanita
yang akan melahirkan. Kontraksi
yang dialami sudah sangat kuat
dan memuncak, kapan saja bayi
yang ada dalam kandungan
seorang wanita tersebut akan
keluar tanpa diketahui dengan pasti kapan bayi itu akan keluar. Para ahli
seismologi telah mendeteksi tingginya tekanan di zona subsidi sepanjang
Sumatera dan Jawa sebelum gempa di Nias pada tahun 2005, Yogyakarta tahun
2005 dan di Padang 2006. Akan tetapi, mereka tetap tidak mampu mendeteksi
dengan pasti kapan akan terjadi gempa tersebut. Begitu juga dengan seorang

24
Tim Tafsir Ilmiah Salman ITB, Tafsir Salman Tafsir Ilmiah Atas Juz ‘Amma, h.
445.

35
Dokter kandungan ataupun Bidan telah mendeteksi kelahiran bayi dari dalam
kandungan, namun mereka tetap tidak mampu juga mendeteksi dengan pasti
kapan akan terjadi.25
Besarnya magnitudo gempa dapat diukur dengan menggunakan
seismograf, yang dinyatakan dalam skala richter. Magnitudo gempa tektonik
pada umumnya di atas 7 skala richter (SR) gempa vulkanik antara 5-7 SR.
Terjadinya gempa disebabkan gerakan magma ke permukaan menjelang
meletusnya gunung berapi. Gempa local disebabkan longsoran atau runtuhnya
tebing dan biasanya di bawah 5 SR. Intensitas kerusakan gempa dinyatakan
dalam dalam skala Mercalli.26
Ayat pertama surah Az-
Zalzalah tidak menginformasikan
gempa biasa. Menurut Ibnu
Abbas kata zulzilat adalah
digoncangkan dari dasar bumi.
Selain itu tidak pernah terjadi lagi
ada guncangan. Dengan kata lain, guncangan yang dipaparkan ialah gempa
yang pernah kita rasakan pada saat hari kiamat.

25
Tim Tafsir Ilmiah Salman ITB, Tafsir Salman Tafsir Ilmiah Atas Juz ‘Amma, h.
445-446.
26
Tim Tafsir Ilmiah Salman ITB, Tafsir Salman Tafsir Ilmiah Atas Juz ‘Amma, h.
446.

36
Ketika kiamat kelak bumi akan diguncangkan secara dahsyat dan tidak
akan terukur oleh skala manapun.
Pada saat itulah bumi juga akan
mengeluarkan beban-beban berat
yang dikandungnya. Tidak hanya
lapiran kulit bumi saja, bahkan
selimut bumi (lapisan mantel)
dan inti bumi pun akan ikut
dimuntahkan.27 Sebagimana firman Allah SWT. yang terkandung dalam surah
Al-Insyiqaq ayat 3-4 :
﴾٤ ﴿ ‫ت‬ ْ َ‫﴾ َوأ َ ْلق‬٣﴿ ‫َّت‬
ْ َّ‫ت َما فِي َها َوت َ َخل‬ ُ ‫َوإِذَا ْاْل َ ْر‬
ْ ‫ض ُمد‬
Artinya: Dan apabila bumi diratakan, dan dilemparkan apa yang ada di
dalamnya dan menjadi kosong.
Hal tersebut dapat
terjadi, namun belum
diketahui mekanisme apa saja
yang mampu memuntahkan
mantel dan inti bumi bahkan
sampai ke permukaan bumi.
Mekanisme gempa yang
kemungkinan terjadi ketika
hari kiamat adalah percepatan pergerakan lempeng yakni lempeng-lempeng di
muka bumi yang bergerak dengan kecepatan 7-12 cm per tahun. Gempa-gempa
besar seperti yang sudah terjadi di Aceh tahun 2004 itu terjadi karena adanya
pergerakan lempeng dengan kecepatan tersebut. Ketika pergerakan tersebut
dipercepat kemungkinan konveksi di mantel akan berjalan lebih cepat juga,

27
Tim Tafsir Ilmiah Salman ITB, Tafsir Salman Tafsir Ilmiah Atas Juz ‘Amma, h. 447-448.

37
suhu inti bumi meningkat tajam
dan kemungkinan ada peningkatan
aktivitas matahari dan radiasi
partikel-partikelnya ke bumi. Hal
lain yang menarik dari surah ini
adalah pernyataan pada ayat
keempat bahwa ketika gempa,
bumi mengabarkan beritanya. Para ahli seismologi memang pendapat banyak
sekali informasi atau kabar mengenai bumi dari gelombang gempa.28
Pada intinya, ketika peristiwa gempa jangan sampai dilalaikan atau
dilupakan manfaatnya. Mekanisme tektonik lempeng membentuk basin di
bagian back arc. Basin ini menjadi pusat sedimen yang yang menjadi batuan
seresvoar minyak bumi dan gas alam. Gaya-gaya tektonik tersebut juga
membentuk struktur patahan dan lipatan yang merangkap minyak bumi atau
gas di satu tempat. Bahkan gempa mendorong minyak mengisi struktur
perangkat tersebut. Selain minyak dan gas alam, gempa juga mendorong
beraneka mineral keluar dari perut bumi. Di lautan, mineral yang terbentuk di
rekahan tengah samudera umumnya terdapat di sebelah kiri sistem periodik.
Rekahan tersebut menjadi akibat pergerakan divergen lempeng. Sedangkan di
daratan, mineral yang terbentuk dari letusan gunung api pada umumnya berada
di sebelah kanan sistem periodik.29
Sesuai dengan contoh penafsiran dalam surah Az-Zalzalah di atas, maka
dapat di ketahui dengan jelas bahwa kitab tafsir Salman menggunakan metode
tahlili (analisis) dalam proses penafsirannya. Di dalam proses penafsirannya,
terlihat bahwasanya Tim Tafsir Ilmiah Salman ITB berusaha menafsirkan

28
Tim Tafsir Ilmiah Salman ITB, Tafsir Salman Tafsir Ilmiah Atas Juz ‘Amma, h.
448-449.
29
Tim Tafsir Ilmiah Salman ITB, Tafsir Salman Tafsir Ilmiah Atas Juz ‘Amma, h.
449-450.

38
surah Az-Zalzalah secara rinci dan menyeluruh. Surah Az-Zalzalah oleh
mereka dikaitkan dengan kejadian alam di dunia yaitu gempa. Peristiwa gempa
yang pernah kita rasakan bersama selama di dunia ini berbeda dengan gempa
yang terjadi di kelak ketika hari kiamat tiba. Gempa yang terjadi sekarang yang
berguncang hanyalah lapisan kulit bumi. Sedangkan kelak pada saat hari
kiamat yang berguncang adalah keseluruhan dari struktur bumi. Sehingga pada
saat itu pula bumi akan mengeluarkan kan semua beban beban berat yang yang
dikandungnya dan habislah kehidupan yang ada di dunia.
Kemudian menanggapi pernyataan yang menjelaskan bahwa dalam
penafsirannya Tafsir Salman juga melakukan studi komparasi (perbandingan)
dengan penaksiran ilmiah yang terdahulu. Hal ini ini sesuai dengan penelitian
yang telah dilakukan sebenarnya bukan dalam artian ada perbedaan hasil
penafsiran atau pemaparan penafsiran ilmiah terdahulu di dalam kitab Tafsir
Salman hanya dijadikan sebagai tambahan acuan atau sumber penafsiran
bukan sebagai perbandingan hasil akhir penafsiran.

4. Corak Penafsiran
Corak tafsir ialah nuansa atau sifat khusus yang mewarnai sebuah
penafsiran. Dilihat dari tema dan pembahasan yang tercakup dalam Tafsir
Salman, bisa kita ambil kesimpulan bahwa corak tafsir ilmiah ini
menggunakan corak tafsir bil ‘ilmi. Yaitu, corak tafsir yang disandarkan
terhadap teori-teori ilmiah yang berkembang dengan menggunakan prinsip dan
kaidah penafsiran yang terbukti benar.30 Dalam penafsirannya juga telah
menggunakan ilmu pengetahuan yang berkembang pada abad saat ini.
Penggunaan ilmu tersebut sangatlah beragam, seperti: ilmu Astronomi,
Biologi, Geologi, Fisika, Sejarah, Filsafat serta Psikologi. Ilmu yang

30
Abdul Majid Abdus Salam al-Muhtasib, Visi dan Paradigma Tafsir Kontemporer,
(Bangil, Al Izzah, 1997), h. 273-274.

39
digunakan merupakan ilmu yang telah diuji dan memiliki tingkat kebenaran
yang tinggi. Dalam hal ini serupa dengan kajian pada tafsir ilmi modern
lainnya, seperti tafsir al-Jawahir. Corak ilmiah yang digunakan pada kajian
Tafsir Salman juga serupa dalam sisi ilmu pengetahuan yang digunakan pada
kajian Tafsir Ilmi Kemenag dan Tafsir al-Jawahir, karena ditemukan ilmu
sains yang sama dengan Tafsir Salman. Seperti, Kosmologi, Biologi,
Astronomi, Hidrologi, Geologi, Kimia, Fisika, Osteologi hingga Ekologi.
Meski dalam penggunaan ilmu pengetahuan memiliki kajian ilmu yang
sama, namun terdapat perbedaan antara Tafsir Salman dan tafsir ilmi modern
lainnya. Apabila melihat dari kajian ilmu, Tafsir Salman menggunakan yang
lebih banyak dan belum ditemukan dalam tafsir ilmi modern lainnya, seperti
teknik sipil.
Ketertarikan terhadap corak tafsir ilmi mengalami peningkatan pada
pertengahan abad, karena keanekaragaman corak penafsiran sejalan dengan
keberagaman disiplin ilmu yang berkembang.31 Sedangkan tafsir ilmi ini
apabila dilihat dari sisi istilah ialah penafsiran al-Qur’an yang menggunakan
pendekatan istilah-istilah ilmiah dengan tujuan mengungkapkan apa yang
terkandung di dalam al-Qur’an. Tafsir ilmi juga salah satu mengembalikan
keterpaduan antara sains dan Islam untuk menyelamatkan manusia di masa
depan.32

D. Kelebihan dan Catatan Kecil

1. Kelebihan
Kitab Tafsir Salman ini memberikan bekal pemahaman tambahan
terhadap umat Islam untuk memahami Al-Qur`an khususnya yang berkaitan
dengan ayat-ayat ilmiah. Tafsir Salman ini merupakan trobosan baru kitab

31
Ahmad Izzan, Metodologi Ilmu tafsir, (Bandung: tafakkur, 2014), h. 199
32
Tim Tafsir Ilmiah Salman ITB, Tafsir Salman Tafsir Ilmiah Atas Juz ‘Amma, h.30.

40
tafsir yang mampu mengulas isi Al-Qur`an terutama yang berkaitan dengan
ilmu pengetahuan dengan menggunakan terminologi ilmiah murni dari pakar-
pakar ilmu pengetahuan dan teknologi yang ada di Institut Teknologi Bandung
yang sudah memenuhi standar tafsir.33
Kajian Tafsir Salman menjadi sumbangsih dalam karya tafsir corak
ilmiah, sebab memuat tafsir yang dihasilkan oleh pakar-pakar dari lintas
keilmuan yang beragam. Selain itu, fokus kajiannya yang mengungkap sisi-
sisi ilmiah dari surat-surat dalam Juz `Amma dengan argumentasi yang bersifat
filosofis, paradigmatis, dan pragmatis dapat dinilai sudah tepat sasaran dilihat
dari karakteristik umat Islam di Indonesia. Argumentasi filosofis dan
paradigmatis yang dipaparkan penyusun Kitab Tafsir Salman dirasa
mengakomodir berbagai lapisan masyarakat Muslim di Indonesia dilihat dari
pemahaman masyarakat terhadap agama Islam, dimana mufasir berpendapat
bahwa ayat-ayat yang ditafsirkan dalam kitab ini mengandung unsur tauhid,
kekuasaan Allah, dan Ilmu Allah yang diharapkan dapat meningkatkan
keimanan individu yang membacanya, disamping luas maupun sedikitnya
pemahaman pembaca terhadap agama Islam. Sedangkan argumentasi
pragmatis yang dipaparkan penyusun Kitab Tafsir Salman mencerminkan
usaha yang matang dari para mufasir untuk menyusun kitab tafsir ilmi dengan
pertimbangan bahwa surat-surat pendek yang ditafsirkan merupakan surat-
surat yang dinilai sangat umum dilafalkan dalam sholat oleh masyarakat
Muslim di Indonesia, sehingga dalam membaca kitab tafsir ini masyarakat
sudah tidak asing dengan surat-surat tersebut dan dapat memahami makna
yang terkandung didalam surat dimana pemahaman tersebut dapat membuat
masyarakat lebih menjiwai pembacaan surat-surat tersebut didalam sholat
maupun aktivitas lainnya.

33
Abdul Basid, ‘Tafsir Ilmiah Salman ITB (Telaah Kritis Perspektif Ulum Al-
Qur`an)’, Jurnal Keislaman Terateks, 2.1 (2017) h. 14-15.

41
Adapun apresiasi dalam penulisannya dapat dilihat dari susunan
penulisan. Pertama, karya ini menelaah makna ayat dari aspek kebahasaan.
Kedua, memaparkan penafsiran ilmiah ulama-ulama terdahulu terkait dengan
ayat ayat tersebut. Ketiga, telaah tafsir melalui verifikasi terhadap penemuan-
penemuan ilmiah kontemporer, 34 dan diikuti oleh kesimpulan pada setiap
pembahasan sehingga memudahkan pembaca dalam memahami garis besar
penafsiran ilmiah suatu ayat.

2. Catatan Kecil
Hal pertama yang menarik perhatian adalah teknik penyusunan hierarki
dalam penulisan judul kandungan ilmiah ayat, yang dapat dilihat pada
penulisan daftar isi. Judul kandungan ilmiah ayat pada surat An-Naba` hingga
Al-Fajr ditulis rata kiri pada daftar isi dimana sub-bab penjelasannya ditulis
menjorok masuk ke kanan, hal ini tentu memudahkan pembaca untuk
mengetahui dan membedakan judul-judul mana saja yang merupakan awal dari
pembahasan tafsir ilmiah suatu ayat, dengan judul-judul sub-bab penjelasan.
Namun judul kandungan ilmiah ayat pada surat Al-Balad hingga An-Nas
ditulis sama rata dengan judul sub-bab penjelasannya, sehingga pada awalnya
dapat membingungkan pembaca untuk setidaknya menemukan dan
mengetahui judul kandungan ilmiah yang terkandung pada suatu surat karena
tidak ada pembeda dalam penulisan judul kandungan ilmiah dengan judul sub-
bab penjelasan dalam daftar isi, hal ini utamanya disebabkan karena sub-bab
penjelasan suatu judul kandungan ilmiah ayat mengandung beberapa bagian,
salah satunya adalah bagian “Tafsir Ilmiah Salman”, didalam bagian ini
terkadang dibagi lagi penjelasannya dalam judul-judul kecil yang berisi isyarat
ilmiah suatu ayat, jika dalam penyusunan daftar isi tidak dituliskan dengan

34
Fina Madihah, Corak Ilmiah Tafsir Salman di Zaman Modern (UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2021) h. 78-79.

42
format yang berbeda (misalnya, sama rata) maka dapat menimbukan
kebingungan pembaca dalam memahami struktur penyusunan tafsir, apakah
penjelasan kandungan ilmiah pada ayat tertentu sudah selesai dan berlanjut ke
ayat berikutnya ataukan penjelasan berikutnya masih merupakan penjelasan
lanjutan dari satu topik ilmiah yang sama. Meskipun sebenarnya jika pembaca
mengamati dengan seksama, penjelasan mengenai topik ilmiah suatu ayat
diakhiri dengan kesimpulan sehingga judul kandungan ilmiah yang terdapat
setelah kesimpulan merupakan pembahasan topik ilmiah yang baru, tetap saja
untuk memudahkan pembaca, akan lebih baik jika dalam penulisan daftar isi
diberikan pembeda antar judul sehingga hierarki penjelasan dapat dibedakan
dengan mudah.
Masih dalam hal penyusunan dan penulisan, ditemukan inkonsistensi
format penulisan judul kandungan ilmiah yang tentunya hal ini sekali lagi
dapat membingungkan pembaca mengenai masih berlanjut atau berakhirnya
pembahasan suatu topik ilmiah. Inkonsistensi format penulisan judul
kandungan ilmiah dapat ditemukan pada tafsir surat An-Naba`, dimana pada
tafsir surat An-Naba` terdapat tiga judul kandungan ilmiah, yaitu “Hamparan
yang Diayun” (hal. 33), “Siklus Siang dan Malam” (hal. 55), dan “yang
Tercurah dari Langit” (hal. 58), format penulisan judul seperti pada surat-surat
yang lain adalah dengan font berwarna hitam dan tebal serta ukurannya lebih
besar dari tulisan isi, sedangkan judul kandungan ilmiah “yang Tercurah dari
Langit” ditulis dengan font berwarna hijau dan tipis, dimana format penulisan
ini merupakan format penulisan judul-judul kecil yang ada pada sub-bab
“Tafsir Ilmiah Salman” yang masih merupakan sub-bab penjelasan dari suatu
judul kandungan ilmiah, bukan merupakan topik ilmiah yang baru, padahal
“yang Tercurah dari Langit” pada tafsir surat An-Naba` merupakan judul
kandungan ilmiah yang topik ilmiahnya berbeda dengan pembahasan
sebelumnya, hal ini ditandai dengan adanya sub-bab “Kesimpulan” sebelum

43
judul kandungan ilmiah ini, yang menandakan bahwa pembahasan topik ilmiah
sebelumnya sudah berakhir. Meskipun inkonsistensi format penulisan judul
merupakan hal kecil, namun sebagai pembaca umum yang kurang memiliki
pemahaman didalam bidang tafsir maupun bidang-bidang sains, hal ini cukup
dapat menciptakan kebingungan dalam memahami struktur susunan
pembahasan tafsir terkait.
Meskipun apresiasi untuk Tafsir Salman dikemukakan oleh beberapa
tokoh bahkan dari Universitas luar, namun hal tersebut tidak menjadikan Tafsir
Salman sebagai tafsir dengan penyusunan yang sempurna. Dalam hal ini,
Abdul Basid mengemukakan kritikannya terhadap penyusunan kitab Tafsir
Salman. Tiga kritikan yang dihasilkan dalam penyusunan kitab Tafsir Salman,
diantaranya adalah karakteristik penyusunan, Ilmu Asbab al-Nuzul dan telaah
kebahasaan.35
Pada karakteristik penyusunannya, Tafsir Salman merupakan kitab
tafsir yang berbeda dengan kitab yang disusun oleh ulama klasik zaman
dahulu, karena Tafsir Salman tidak bisa dikategorikan sebagai kitab yang
disusun berdasarkan turunnya ayat dan surat, tafsir ini lebih fokus kepada
kepada 29 surat yang dinilai mengandung isyarat ilmiah dari 37 surat yang
terdapat di Juz `Amma. Karena Tafsir Salman ini hanya memfokuskan ayat
yang terdapat isyarat ilmiah saja, sehingga ayat yang tidak memiliki kaitan
ilmiah tidak ditafsirkan dan dilewatkan begitu saja, salah satunya terlihat pada
penafsiran surah Asy-Syams dalam Tafsir Salman yang hanya menafsirkan
ayat 1- 6 saja dari total 15 ayat.
Selanjutnya pada pedoman asbab al-Nuzul, Abdul Basid memaparkan
bahwa Tafsir Salman dalam menafsirkan ayat Al-Qur`an tidak menggunakan
hal yang berkaitan dengan masa silam di masa Al-Qur`an diturunkan. Ini

35
Abdul Basid, ‘Tafsir Ilmiah Salman ITB (Telaah Kritis Perspektif Ulum Al-
Qur`an)’, Jurnal Keislaman Terateks, 2.1 (2017) h. 9-13.

44
artinya bahwa Tafsir Salman tidak menggunakan kaidah asbab al-Nuzul dalam
menafsirkan ayat. Ini berbeda dengan apa yang telah disepakati oleh mufasir
terdahulu. 36 Penjelasan mengenai asbab al-nuzul pada tafsir Salman hanya
dituliskan di awal setiap surat dimana penjelasan tersebut merujuk pada asbab
al-nuzul beberapa ayat dari surat tersebut dimana ayat-ayat tersebut
selanjutnya tidak dibahas karena dinilai tidak mengandung isyarat ilmiah,
melainkan ayat-ayat lain lah yang mengandung isyarat ilmiah kemudian
dibahas lebih lanjut tanpa didahului oleh penjelasan asbab al-nuzul, meskipun
dapat difahami bahwa tidak semua ayat isyarat ilmiah memiliki asbab al-
Nuzul, tetapi asbab al-Nuzul merupakan modal untuk menafsirkan ayat Al-
Qur`an agar tidak keluar dari kerangka dan tujuan ayat pertama kali
diturunkan.37
Adapun mengenai aspek kebahasaan dalam Tafsir Salman, tata bahasa
merupakan salah satu syarat pokok yang harus diketahui oleh para penafsir di
dalam menafsirkan Al-Qur`an. Kaidah kebahasaan ini mencakup ilmu-ilmu
kebahasaan seperti kaidah nahwu, sharf, i`rab dan berbagai macam ilmu yang
mendukung kaidah kebahasaan ini. Hal ini merupakan suatu keharusan yang
wajib diperhatikan oleh para Mufasir.38 Kaidah kebahasaan ini menjadi sangat
penting, disebabkan ada sebagian orang yang terlalu mencoba menafsirkan
ayat-ayat Al-Qur`an sesuai dengan ilmu pengetahuan akan tetapi melupakan
kaidah kebahasaan ini.39 Bahasa yang digunakan dalam kajian Tafsir Salman
merupakan bahasa disiplin keilmuan modern yang tidak ada kaitannya dengan
terminologi bahasa Arab.

36
Usman, Ulum Al-Qur`an (Yogyakarta: TERAS, 2009) h. 103-104.
37
Shubhi Shalih, Mabȃhits Fȋ Ulȗm Al-Qur`an (Beirut: Dar al-`Ilm li al-Milayin,
1972) h. 134.
38
Muhammad Nor Ichwan, Tafsir ilmiy Memahami Al-Qur`an Melalui Pendekatan
Sains Modern (Yogyakarta: Menara Kudus, 2004) h. 161.
39
Muhammad Nor Ichwan, Tafsir ilmiy Memahami Al-Qur`an Melalui Pendekatan
Sains Modern (Yogyakarta: Menara Kudus, 2004) h. 161.

45
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Tim tafsir ilmiah Salman memilih Juz 30 atau Juz `Amma sebagai awal
penggarapan. Pada dasarnya, terdapat dua alasan utama mengapa Juz `Amma
dipilih untuk ditafsirkan, alasan pertama lebih bersifat filosofis dan
paradigmatic serta alasan kedua lebih bersifat pragmatis. Pada pembahasan
tafsir ilmiah terdahulu, Tafsir Salman menggunakan al-manhaj al-naqli atau
tafsir bi al-ma’tsur dengan mengambil periwayatan dan pengutipan dari kitab-
kitab ilmiah terdahulu. Sumber-sumber yang dikutip tersebut mencakup
beberapa kitab tafsir serta beberapa buku yang berhubungan dengan sains.
Bermula pada pertengahan tahun 2010, ketua pengurus Yayasan Pembina
Masjid (YPM) Salman ITB, Dr. Syarif Hidayat meminta Dr. Yan Orgianus
menyusun sebuah buku tafsir Al-Qur`an. Beliau meminta tafsir ini memuat
tinjauan dari sudut pandang ilmu-ilmu pengetahuan modern maupun ilmu-ilmu
tafsir klasik. Sejumlah pemakmur Masjid Salman ITB pun dimintai
kesediaannya untuk turut bergabung sebagai tim. Tugas tim ini adalah
menjabarkan ide mengenai tafsir ilmiah juz 30.
Dalam menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an, Tafsir Salman secara umum
menggunakan metode tahlili (analisis). Hal ini dikarenakan, di dalam
penafsirannya dilakukan secara luas dan menyeluruh, sebagaimana ciri-ciri
yang terdapat di dalam metode tahlili. Adapun corak yang digunakan adalah
corak bil’ilmi. Hal ini bisa dibuktikan yang pertama, dari judul bukunya
sendiri yang menggunakan kata “Tafsir Ilmiah” yang sudah jelas
memperlihatkan kepada pembaca bahwa kitab tafsir ini dalam penafsirannya
menggunakan corak ilmiah. Kedua, dilihat dari sistematika pembahasannya
mengupas ayat-ayat al-Qur’an dalam sudut pandang sains ilmiah dengan
mencermati beberapa penafsiran dari ulama terdahulu. Ketiga, dalam
46
pembukuan kitab Tafsir Salman ini disebutkan bahwa penulisan ini dilakukan
karena ingin mengisi kekosongan khazanah tafsir Ilmiah di kalangan umat
Islam, baik dalam lingkup Indonesia ataupun dunia Islam secara umum.
Keempat, orang-orang yang menjadi anggota atau tergabung dalam Tim Tafsir
Salman ini mayoritas terdiri dari para ahli dalam bidang ilmu pengetahuan
umum dengan berbagai macam disiplin kelimuan yang mereka kuasai (26
kontributor Tafsir Salman, 22 orang merupakan ahli di bidang ilmu
pengetahuan umum dan 4 orang merupakan ahli dalam bidang agama). Oleh
karena itu dalam sumber penafsirannya Tafsir Salman ini menggunakan bi al-
Ra’yi (disebut juga tafsir bi al-Dirayah) yaitu tafsir yang penjelasannya
diambil berdasarkan ijtihat dan pemikiran mufassir setelah dahulu mengetahui
bahasa arab serta metodenya serta dalil hukum yang ditunjukkan.

47
DAFTAR PUSTAKA

al-Muhtasib, Abdul Majid Abdus Salam, Visi dan Paradigma Tafsir


Kontemporer, (Bangil, Al Izzah, 1997)
Baidan, Nasruddin, Metode Penafsiran Al-Qur’an, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2002)
Basid, Abdul, ‘Tafsir Ilmiah Salman ITB (Telaah Kritis Perspektif Ulum Al-
Qur`an)’, Jurnal Keislaman Terateks, 2.1 (2017)
Ichwan, Muhammad Nor, Tafsir ilmiy Memahami Al-Qur`an Melalui
Pendekatan Sains Modern (Yogyakarta: Menara Kudus, 2004)
ITB, Tim Tafsir Ilmiah Salman, Tafsir Salman: Tafsir Ilmiah Juz ‘Amma
(AlMizan, 2014)
Izzan, Ahmad, Metodologi Ilmu tafsir, (Bandung: tafakkur, 2014)
Madihah, Fina, ‘Corak Ilmiah Tafsir Salman Di Zaman Modern’ (UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2021)
Muchlisin, Annas Rolli, and Khairun Nisa, ‘Geliat Tafsir ‘Ilmi Di Indonesia
Dari Tafsir Al-Nur Hingga Tafsir Salman’, Millati: Journal of Islamic
Studies and Humanities, 2.2 (2017), 239–57
https://doi.org/10.18326/mlt.v2i2.239-257
Nasir, Ridlwan, Memahami al-Qur’an: Perspektif Baru Metodologi Tafsir
Muqarin, (Surabaya: Indra Media, 2003)
Shalih, Shubhi, Mabȃhits Fȋ Ulȗm Al-Qur`an (Beirut: Dar al-`Ilm li al-Milayin,
1972)
Shihab, Quraish, Kaidah Tafsir: Syarat Ketentuan dan Aturan Yang Patut Anda
Ketahui dalam Memahami Al-Qur’an, (Tangerang: Lentera Hati, 2013)
Usman, Ulum Al-Qur`an (Yogyakarta: TERAS, 2009)

48

Anda mungkin juga menyukai