Disusun oleh:
1. Tsalitsa Khoirina (1910610042)
2. Ines Romadona Aditya Putri (1910610048)
3. Himmatul Azizah (1910610051)
4. Muhammad Reza Chusnul Wafa (1910610059)
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui definisi dari hadist dirayah.
2. Untuk mengetahui sejarah perkembangan hadist dirayah.
3. Untuk mengetahui model pengembangan dari hadist dirayah.
4. Untuk mengetahui bagaimana penerapan hadist dirayah.
5. Untuk mengetahui perbedaan anatara hadist dirayah dengan hadist riwayah.
BAB II
PEMBAHASAN
Obyek atau sasaran Ilmu Hadits Dirayah adalah sanad dan matan hadits,
sehubungan dengan keshahihan, hasan, dan dha'ifnya.
1. Sanad
Kajian terhadap masalah-masalah yang bersangkutan dengan sanad
disebut naqd as-sanad (kritik sanad) atau kritik ekstern. Pokok
bahasan naqd as-sanadadalah sebagai berikut:
a. Ittishal as-sanad (persambungan sanad) .
b. Tsiqat as-sanad, yakni sifat ‘adl (adil) , dhabit (cermat dan
kuat), tsiqah (terpercaya) yang harus dimiliki seoarang
periwayat.
c. Syadz, yakni kejanggalan yang terdapat atau bersumber dari
sanad.
d. ‘Illat, yakni cacat yang tersembunyi pada suatu hadis yang
kelihatannya baik atau sempurna.
2. Matan
Pembahasan mengenai matan adalah meliputi segi ke-shahih-an atau
ke dhaifan-nya. Hal tersebut dapat dilihat dari kesejalanannya dengan
makna dan tujuan yang terkandung didalam Al-Qur’an :
a. Dari kejanggalan redaksi (Rakakat al-Faz).
b. Dari cacat atau kejanggalan dari maknanya (Fasad al-Ma’na).
c. Dari kata-kata asing (Gharib), yaitu kata-kata yang tidak bisa
dipahami berdasarkan maknanya yang umum dikenal.
Ilmu dirayah hadits tumbuh bersama-sama dengan tumbuh periwayatan hadits, dia
lahir sesudah Rasulullah saw. wafat, yaitu ketika para ulama Islam memulai usaha
mengumpulkan hadits dan mengadakan perlawatan ke kota-kota Islam. Maka dengan
sendirinya para ulama berusaha membuat qaidah-qaidah dan munhaj-minhaj yang harus
dijadikan pedoman dalam menerima riwayat dan menolaknya.
Para sahabat dan tabi’in mengikuti qaidah-qaidah ilmiah dalam menerima hadits,
walaupun mereka tidak menandaskan ka’idah ka’idah yang dipegangi itu. Kemudian
ahli-ahli ilmu yang sesudah mereka, mengistimbatkan kaidah-kaidah dan masalah hadits
dari cara yang ditempuh para sahabat, sebagaimana mereka mengistimbatkan syarat-
syarat riwayat, jalan-jalan singkat, kaidah-kaidah Jarah dan Ta’dil.
Ilmu riwayatil hadits dan ilmu dirayatul hadits berjalan seiring, karena dimana
periwayatan hadits, tentulah ada kaidah dan minhaj yang dipakai dalam penukilan
riwayat itu.
Adapun objek kajian atau pokok bahasan Ilmu Hadits Dirayah ini adalah sanad dan
matan Hadits.
1
Jamilah Eva Syarifatul dan Mahdawati Hamasliko. Ilmu Hadits Dirayah. UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
2016. Hal 21
2
Solikah Imro’atus dan teman-teman. Ulumul Hadits (Hadits Riwayah dan Diroyah). IAIN Tulungagung.
2014. hal. 6
b. Segi keterpercayaan sanad (tsiqat al-sanad), yaitu bahwa setiap perawi yang
terdapat di dalam sanad suatu Hadits harus memiliki sifat Hadits atau
dhabith (kuat dan cermat hafalan atau dokumentasi Haditsnya).
c. Segi keselamatannya dari kejanggalan (syadz).
d. Keselamatan dari cacat (i’llat).
e. Tinggi dan rendahnya martabat suatu sanad.
Sebagai contoh dari sanad adalah seperti yang terlihat dalam Hadits berikut :3
َح َّدثَنَا: َح َّدثَنَا ُم َح َّم ُد ْبنُ ا ْل ُمثَنَّى قَا َل: ي قَا َل ُّ َر َوى اإْل ِ َما ُم ا ْلبُ َخا ِر
س َع ِن ٍ عَنْ أَ ْن,َ عَنْ أَبِ ْي قِالَبَة,ب ُ َح َّدثَنَا أَ ُّي ْو: ب ا ْلثَّقَفِ ُّي قَا َل ِ َع ْب ُد ا ْل َوهَّا
ٌ َ ثَال: سلَّ َم قَا َل هّٰللا
َث َمنْ ُكنَّ فِ ْي ِه َو َج َد َحالَ َوة َ صلَّى ُ َعلَ ْي ِه َو َ النَّبِ ِّي
هّٰللا
ب َّ َو أَنْ يُ ِح,س َوا ُه َما ِ ب إِلَ ْي ِه ِم َّما َّ س ْولُهُ أَ َح ُ ان أَنْ يَ ُك ْو َن ُ َو َر ِ اإْل ِ ْي َم
ْ َوأَنْ يَ ْك َرهَ أَنْ يَ ُع ْو َد فِ ْي ا ْل ُك ْف ِر َك َما يَ ْك َرهُ أَن,ِ ا ْل َم ْر َء الَ يُ ِح ُّبهُ إِالَّ هّٰلِل
ف فِ ْي النَّا ِر َ يُ ْق َذ.
Imam Bukhari meriwayatkan, ia berkata, “Telah menceritakan kepada kami
Muhammad ibn al-Mutsanna, ia berkata, ‘Telah menceritakan kepada kami ‘Abd al-
Wahhab al-Tsaqafi, ia berkata, ‘Telah menceritakan kepada kami Ayyub, dari Abi
Qilabah, dari Anas, dari Nabi SAW, beliau bersabda, ‘Ada tiga hal yang apabila
seseorang memilikinya maka ia akan memperoleh manisnya iman, yaitu bahwa Allah
dan Rasul-Nya lebih dicintainya darpada selain keduanya, bahwa ia mencintai
seseorang hanya karena Allah SWT, dan bahwa ia benci kembali-kepada-kekafiran
sebagaimana ia benci masuk ke dalam api neraka’.”
Pada hadits di atas terlihat adanya silsilah para perawi yang membawa kita sampai
kepada matan Hadits, yaitu Bukhari, Muhammad ibn al-Mutsanna, ‘Abd al-Wahhab al-
3
Dr. Nawir Yuslem, MA. Ulumul Hadis. (Jakarta: PT. Mutiara Sumber Widya, 1998) hal. 149
Tsaqafi, Ayyub, Abi Qilabah, dan Anas r.a. Rangkaian nama-nama itulah yang disebut
dengan sanad dari hadits tersebut, karena merekalah yang menjadi jalan bagi kita untuk
sampai ke matan hadits dari sumbernya yang pertama.4
Imam Bukhari sebagai perawi terakhir dapat juga disebut sebagai mukharrij, yaitu
orang yang telah menukil atau mencatat sesuatu hadits pada kitabnya, dan dari segi ini
Bukhari adalah orang yang men-takhrij hadits di atas.
4
Dr. Nawir Yuslem, MA. Ulumul Hadis. (Jakarta: PT. Mutiara Sumber Widya, 1998) hal. 150
5
Dr. Nawir Yuslem, MA. Ulumul Hadis. (Jakarta: PT. Mutiara Sumber Widya, 1998) hal. 151
6
Dr. Nawir Yuslem, MA. Ulumul Hadis. (Jakarta: PT. Mutiara Sumber Widya, 1998) hal. 161
(a) Karya yang membahas tentang riwayat hidup para Sahabat, seperti:7
̶ Al-Thabaqat al-Kubra, oleh Abu ‘Abd Allah Muhammad ibn Sa’d al-Waqidi
(w. 230 H);
̶ Tadzkirat al-Huffazh, oleh Abu ‘Abd Allah Ahmad ibn ‘Utsman al-Dzahabi
(w. 748 H).
(c) Kitab-kitab yang memuat riwayat hidup para perawi hadits secara umum,
seperti:
7
Dr. Nawir Yuslem, MA. Ulumul Hadis. (Jakarta: PT. Mutiara Sumber Widya, 1998) hal. 162
8
Dr. Nawir Yuslem, MA. Ulumul Hadis. (Jakarta: PT. Mutiara Sumber Widya, 1998) hal. 163
Sedangkan pembahasan mengenai matan adalah meliputi segi ke-shahi-han atau ke-
dha’ifan-nya. Hal ini dapat terlihat melalui kesejalanannya dengan makna dan tujuan
yang terkandung di dalam Al-Quran, atau selamatnya:
َح َّدثَنَا: َح َّدثَنَا ُم َح َّم ُد ْبنُ ا ْل ُمثَنَّى قَا َل: ي قَا َل ُّ َر َوى اإْل ِ َما ُم ا ْلبُ َخا ِر
ْ عَن,َ عَنْ أَبِ ْي قِالَبَة,ب ُ َح َّدثَنَا أَ ُّي ْو: ب ا ْلثَّقَفِ ُّي قَا َل ِ َع ْب ُد ا ْل َوهَّا
هّٰللا
ث َمنْ ُكنَّ فِ ْي ِه ٌ َ ثَال: سلَّ َم قَا َل َ صلَّى ُ َعلَ ْي ِه َو َ س َع ِن النَّبِ ِّي ٍ أَ ْن
هّٰللا
س َوا ِ ب إِلَ ْي ِه ِم َّماَّ س ْولُهُ أَ َح
ُ ان أَنْ يَ ُك ْو َن ُ َو َر ِ َو َج َد َحالَ َوةَ اإْل ِ ْي َم
َوأَنْ يَ ْك َرهَ أَنْ يَ ُع ْو َد فِ ْي,ِ ب ا ْل َم ْر َء الَ يُ ِحبُّهُ إِالَّ هّٰلِل َّ َو أَنْ يُ ِح,ُه َما
ف فِ ْي النَّا ِر َ ا ْل ُك ْف ِر َك َما يَ ْك َرهُ أَنْ يُ ْق َذ.
Imam Bukhari meriwayatkan, ia berkata, “Telah menceritakan kepada kami
Muhammad ibn al-Mutsanna, ia berkata, ‘Telah menceritakan kepada kami ‘Abd al-
Wahhab al-Tsaqafi, ia berkata, ‘Telah menceritakan kepada kami Ayyub, dari Abi
Qilabah, dari Anas, dari Nabi SAW, beliau bersabda, ‘Ada tiga hal yang apabila
seseorang memilikinya maka ia akan memperoleh manisnya iman, yaitu bahwa Allah
dan Rasul-Nya lebih dicintainya darpada selain keduanya, bahwa ia mencintai
seseorang hanya karena Allah SWT, dan bahwa ia benci kembali-kepada-kekafiran
sebagaimana ia benci masuk ke dalam api neraka’.”
Maka, lafaz:9
Dengan mempelajari Ilmu Hadits Dirayah ini, banyak sekali faedah yang diperoleh,
antara lain :10
Dari beberapa faedah di atas, apabila diambil intisarinya, maka faedah mempelajari
Ilmu Hadits Dirayah adalah untuk mengetahui kualitas sebuah hadits, apabila ia maqbul
(diterima) dan mardud (ditolak), baik dilihat dari sudut sanad maupun matannya.
9
Dr. Nawir Yuslem, MA. Ulumul Hadis. (Jakarta: PT. Mutiara Sumber Widya, 1998) hal. 165
10
Solikah Imro’atus dan teman-teman. Ulumul Hadits (Hadits Riwayah dan Diroyah). IAIN Tulungagung.
2014. hal. 7
E. Perbedaan Antara Ilmu Hadits Riwayah Dan Dirayah
No Aspek Ilmu Hadits Riwayah Ilmu Hadits Dirayah
.
1. Obyek Pribadi Nabi (perkataan, Keadaan sanad dan matan hadits
perbuatan, ketetapan dan
sifat-sifat Nabi)
2. Faedah Menjaga pelaksanaan Mengetahui kaidah-kaidah yang
sunnah dan menghindari digunakan para ulama hadits
kesalahan penukilan hal- dalam mengklasifikasikan hadits
hal yang berkenaan Nabi.
dengan Nabi.
3. Tujuan Meneladani perilaku Mengetahui hadits yang diterima
Nabi dan ditolak
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Ilmu hadits dirayah adalah bagian dari ilmu hadits yang mempelajari kaidah-
kaidah untuk mengetahui hal ikhwal sanad, matan, cara-cara menerima dan
menyampaikan hadits, sifat-sifat rawi dan lain-lain.
2. Sanad adalah kajian terhadap masalah-masalah yang bersangkutan dengan sanad
disebut naqd as-sanad (kritik sanad) atau kritik ekstern.
3. matan adalah meliputi segi ke-shahih-an atau ke dhaifan-nya.
4. Tujuan dan urgensi Ilmu hadits Dirayah adalah untuk mengetahui dan
menetapkan hadits-hadits yang Maqbul (yang dapat diterima sebagai dalil atau
untuk diamalkan) dan yang Mardud(yang ditolak).
5. Dasar-dasar ilmu hadist dirayah sudah ada sejak masa Nabi Muhammad SAW,
seperti yang diisyaratkan dalam Alquran (QS. Al-Hujarat:6), ayat ini berisi
perintah untuk memeriksa, meneliti, dan mengkaji berita yang dibawa seorang
fasik. Diperiksa untuk dicari kebenaran dari sumber berita tersebut.
6. pada abad kedua sampai ketiga hijriyyah ilmu-ilmu hadist baru mulai ditulis dan
dikodifikasikan.
7. Pokok pembahasan ilmu dirayah itu ada dua, yaitu rijal al-sanad dan jarah-
ta’dil Sehingga muncul penilaian, bahwa suatu matan hadist dinilai shahih, atau
hasan atau dla’if.
8. faedah yang diperoleh dalam mempelajari ilmu hadist dirayah, antara lain:
a. Mengetahui pertumbuhan dan perkembangan hadits dari masa ke masa
sejak masa Rasul SAW sampai sekarang.
b. Dapat mengetahui tokoh-tokoh dan usaha-usaha yang telah mereka
lakukan dalam mengumpulkan, memelihara dan meriwayatkan hadits.
c. Mengetahui kaidah-kaidah yang dipergunakan oleh para Ulama dalam
mengklasifikasikan hadits lebih lanjut.
d. Dapat mengetahui istilah-istilah, nilai-nilai, dan kriteria-kriteria hadits
sebagai pedoman dalam beristimbat.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qaththan, Syaikh manna. Pengantar Studi Ilmu Hadits, Pustaka Al-Kautsar, Jakarta.
2005
Dr. Nawir Yuslem, MA. Ulumul Hadis. (Jakarta: PT. Mutiara Sumber Widya, 1998).
Jamilah Eva Syarifatul, Mahdawati Hamasliko. Ilmu Hadits Dirayah. UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta. 2016.
Solikah Imro’atus, M. Huda Fajrul, Umma Mufa Latifatul. Ulumul Hadits (Hadits
Riwayah dan Diroyah). IAIN Tulungagung. 2014.