Anda di halaman 1dari 9

HADITS HASAN DAN PEMBAGIANNYA

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Studi Qur’an Hadits


Dosen Pengampu: Muhammad Afham’Ulum S. Sy. MH

Disusun oleh Kelompok 8:

1. Lu'luatul Badriyyah (1910610041)


2. Nabila Fathimatuzzahro (1910610055)
3. Rantika Dwi Maharani (1910610065)
4. Risma Aryanti (1910610070)

PROGRAM STUDI TADRIS MATEMATIKA


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hadits adalah sumber hukum islam kedua setelah Alquran. Hadits
merupakan segala tingkah laku, ucapan, ketetapan nabi Muhammad SAW.
Fungsi hadits terhadap Alquran secara umum adalah untuk menjelaskan
makna kandungan Alquran yang sangat dalam dan global atau al-bayan
(menjelaskan).1
Hadits berdasarkan kuantitas perawi dibagi menjadi dua, yaitu
hadits Mutawattir dan hadits Ahad. Sedangkan hadits berdasarkan
kualitasnya dibagi menjadi tiga, yaitu hadits Shahih, hadits Hasan dan
hadits Dhaif.
Pada makalah kali ini, kami pemakalah akan mencoba membahas
hadits Hasan mengenai pengertian, klasifikasi dan kehujjahannya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian hadits Hasan ?
2. Bagaimana klasifikasi dari hadits Hasan ?
3. Bagaimana hukum dan status kehujjahan hadits Hasan?

C. Tujuan
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Metodologi Studi Qur’an
Hadist.
2. Untuk mengetahui apa itu hadis Hasan tersendiri.
3. Untuk mengetahui apa saja klasifikasi dari hadis Hasan.
4. Untuk mengetahui hukum dan status kehujjahan dari hadis Hasan.

D. Manfaat
1. Sebagai referensi penambah wawasan.

1
Abdul Majid Khon, Ulumul Hadits, Edisi Ke-2 (Jakarta: Amzah, 2015), hlm. 18
2. Menjadi lebih kritis saat menghadapi masalah.
3. Mendapat solusi dari masalah yang dihadapi
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Hadits Hasan


Secara bahasa, Hasan berarti sesuatu yang baik dan cantik.2
Sedangkan menurut terminologi, hadits Hasan adalah hadits yang muttasil
sanadnya, diriwayat oleh rawi yang adil dan dhabith, tetapi kadar
kedhabitannya di bawah kedhabitan hadits Shahih, dan hadits itu tidak ada
syadz dan tidak pula terdapat illat (cacat). Berikut beberapa definisi hadits
Hasan dari para ahli hadits :
1. Menurut Imam at-Tirmidzi
“Tiap-tiap hadits yang pada sanadnya tidak terdapat perawi yang
tertuduh dusta, pada matannya tidak terdapat keganjalan, dan hadits itu
diriwayatkan tidak hanya satu jalan (mempunyai banyak jalan) yang
sepadan dengannya.”3
2. Menurut Ibnu Hajar al-Asqalani
“Khabar ahad yang diriwayatkan oleh orang yang adil, sempurna
kedhabitannya, bersambung sanadnya, tidak ber’illat, dan tidak ada
syadz dinamakan shahih lidzatih. Jika kurang sedikit kedhabitannya
disebut hasan lidzatih.”4
3. Menurut at-Thibi
Hadits musnad (muttasil dan marfu’) yang sanad-sanadnya
mendekati derajat tsiqah. Atau hadits mursal yang sanad-sanadnya
tsiqah, tetapi pada keduanya ada perawi lain, dan hadits itu terhindar
dari syadz (kejanggalan) dan illat (kekacauan).5
Dengan kata lain pada uraian para ahli hadits tersebut, syarat hadits
hasan adalah:
2
A.W. Munawwir, Al-Munawwir: Kamus Arab-Indonesia Terlengkap (Surabaya: Pustaka
Progessif, 1997), hlm. 264
3
Sohara Sahrani, Ulumul Hadits, cet-1(Bogor: Ghalia Indonesia, 2002), hlm. 114
4
Abdul Majid Khon, Ibid hlm. 159
5
Sohara Sahrani, Ibid hlm. 115
a) Sanadnya bersambung
b) Perawinya adil
c) Perawinya dhabit tetapi kedhabitannya dibawah kedhabitan perawi
shahih
d) Tidak terdapat syadz (kejanggalan)
e) Tidak terdapat illat (cacat)

B. Klasifikasi Hadits Hasan


1. Hadits Hasan Lidzatihi
Yang dimaksud dengan Hadits Hasan Lidzatihi adalah hadits yang
dirinya sendiri telah memenuhi kriteria hasan sebagaimana yang telah ia
sebutkan di atas, dan tidak memerlukan bantuan orang lain untuk
mengangkatnya ke derajat hasan sebagaimana pada hasan lighairihi.6
Contoh dari hadits hasan adalah :
Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi, ia berkata “Telah menceritakan
pada kami Qutaibah, telah menceritakan pada kami Ja’far ibn
Sulaiman al-Dhaba’I, dari Abi Imran al-Juwayni, dari Abu Bakar
ibn Abu Musa al-Asyari, dia berkata ‘Aku mendengar ayah
berkata, dihadapan musuh, ‘Rasulullah SAW
bersabda,‘Sesungguhnya pintu-pintu surge itu di bawah naungan
pedang,….*
Hadits tersebut dinyatakan Hasan, karena pada sanadnya
terdapat Ja’far ibn Sulaiman al-Dhaba’I, yang menurut para Ulama
Hadits bahwa Ja’far ini berada pada kualitas Shaduq (tidak sempurna
dhabit-nya), sehingga tidak mencapai tingkatan tsiqat sebagai salah
satu persyaratan Hadist Shahih.7
2. Hadits Hasan Lighairihi

6
Nawir Yuslem, Ulumul Hadis, (Jakarta: PT. Mutiara Sumber Widya, 2001), hlm. 231
7
Nawir Yuslem, Loc. Cit
Yang dimaksud Hadits Hasan Lighairihi adalah Hadits Dhaif
apabila jalan datangnya terbilang (lebih dari satu), dan sebab ke-dhaif-
annya bukan karena perawinya fasik atau pendusta. Jadi, bias
disimpulkan bahwa Hadits Hasan Lighairihi adalah hadits-hadits yang
tidak terlalu parah (kedhaifannya) dan diriwayatkan dengan berbagai
jalur. Beberapa periwayatan yang dhaif ini kemudian
salingbmenguatkan, dan akhirnya naik menjadi hasan. Sementara bila
beberapa riwayat hadits itu termasuk ketegori dhaif yang berat, seperti
hadits matruk, munkar, maudhu. Dan sebagainya, maka hadits itu tidak
ikut bisa naik menjadi hasan lighairih.8
Tingkatan Hadits Hasan Lighairihi adalah tingkatan yang
paling rendah diantara Hadits Maqbul, yaitu dibawah Hadits Shahih,
Shahih Lighairihi dan Hasan Lidzatihi.
Contoh Hadits Hasan Lighairihi:
Hadits diriwayatkan oleh at-Tirmidzi dan dinyatakan Hasan,
dari jalan Syu’bah dari Ashim ibn Ubaid Allah dari Abd Allah ibn
Amir ibn Rabi’ah dari ayahnya., bahwa seorang wanita dari Bani
Fazarah kawin dengan mahar sepasang sandal, maka Rosulallah SAW
bertanya, “Apakah engkau merelakan dirimu sedangkan engkau hanya
mendapat mahar sepasang sandal ?, maka wanita itu menjawab:
“Rela”, maka Rosulpun membolehkannya.
Pada hadits di atas terdapat perawi yang bernama Ashim,
yang dinilai para Ulama Hadits sebagai perawi yang Dhaif karena
buruk hafalannya. Tetapi At-Tirmidzi menyatakan sebagai Hasan,
Karena datangnya (dijumpai sanad lain dari) Hadits tersebut melalui
jalan lain.

C. Hukum dan Status Kehujjahan Hadis Hasan


Hadits Hasan, sebagaimana halnya Hadits Shahih, meskipun
deraajatnya berada di bawah Hadits Shahih, adalah hadits yang dapat

8
Nawir Yuslem, Loc. Cit
diterima dan dipergunakan sebagai dalil atau hujjah dalam penetapan
hukum atau dalam beramal. Para Ulama Hadits, Ulama Ushul Fiqih, dan
Fuqaha sependapat tentang kehujjahannya Hadits Hasan.9
Disamping itu, ada ulama yang mensyaratkan bahwa hadits
Hassan dapat digunakan bagai hujjah, bilamana memenuhi sifat-sifat yang
dapat diterima. Syarat-syarat atau sifat-sifat hadits disebut Hasan secara
keseluruhan hampir sama dengan syarat-syarat hadits Shahih. 5 syarat
hadits Hasan yaitu:se
1. Periwayat (Sanad) bersambung,
2. Diriwayatkan oleh rawi yang adil
3. Diriwayatkan oleh rawi yang hafal (dhabith), tetapi tingkat
kehafalannya masih di bawah hadits Shahih
4. Tidak bertentangan dengan hadits dengan rawi yang tingkat
dipercayanya lebih tinggi atau Al-Qur'an
5. Tidak terdapat cacat.
Perbedaan hadits Shahih dan hasan terletak pada kedhabithannya.
Jika hadits Shahih tingkat dhabithnya harus tinggi, maka hadits hasan
tingkat kedhabithannya berada dibawahnya.

9
Nawir Yuslem, Ibid hlm. 233
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pengertian Hadits Hasan Secara bahasa, Hasan berarti sesuatu yang baik
dan cantik. Sedangkan menurut terminologi, hadits Hasan adalah hadits
yang muttasil sanadnya, diriwayat oleh rawi yang adil dan dhabith, tetapi
kadar kedhabitannya di bawah kedhabitan hadits Shahih, dan hadits itu
tidak ada syadz dan tidak pula terdapat illat (cacat).
2. Klasifikasi Hadits Hasan: terbagi menjadi dua, yaitu Hadits Hasan
Lidzatihi dan Hadits Hasan Lighairihi,
3. Hadits Hasan, sebagaimana halnya Hadits Shahih, meskipun deraajatnya
berada di bawah Hadits Shahih, adalah hadits yang dapat diterima dan
dipergunakan sebagai dalil atau hujjah dalam penetapan hukum atau dalam
beramal. Para Ulama Hadits, Ulama Ushul Fiqih, dan Fuqaha sependapat
tentang kehujjahannya Hadits Hasan.

B. Saran
Demikianlah makalah “ Hadis Hasan dan Pembagiannya “ yang dapat
kami susun. Kami menyadari banyak kekurangan dalam penyusunan makalah
ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca dan penulis pada
khususnya. Untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat kami perlukan
demi memperbaiki makalah selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Ismail, Syuhudi. 1987. Ilmu Hadits. Bandung: Penerbit Angkasa.


Majid Khon, Abdul. 2015. Ulumul Hadits, Edisi Ke-2. Jakarta: Amzah.
Munawwir, A.W.1997. Al-Munawwir: Kamus Arab-Indonesia Terlengkap.
Surabaya: Pustaka Progessif.
Sahrani, Sohara. 2002. Ulumul Hadits, cet-1. Bogor: Ghalia Indonesia.
Yuslem, Nawir. 2001. Ulumul Hadis. Jakarta: PT. Mutiara Sumber Widya.

Anda mungkin juga menyukai