Oleh:
Meliana Simangungsong (0704212042)
Medan, 10 Januari 22
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Dalam pendidikan sekarang kurangnya anak-anak menanamkan ilmu tauhid
dan masyaraka banyak tidak tahu tentang tauhid yang sebenarnya. Sehingga
terjadinya penyimpangan dimana-mana seperti pembunuhan, pemerkosaan, begal
dan banyak lagi penyimpangan yang lainnya, membuat masyarakat buta dengan
dunia dan tidak mengenal Allah dengan sesungguhnya.Tauhid,
secara bahasa berasal dari kata “wahhada – yuwahhidu” yang artinya menjadikan
sesuatu satu/tunggal/esa (menganggap sesuatu esa).
Secara istilah syar’iyah, tauhid berarti mengesakan allah dalam hal
Mencipta, Menguasai, Mengatur dan mengikhlaskan (memurnikan)
peribadahan hanya kepada-Nya, meninggalkan penyembahan kepada selain-Nya
serta menetapkan Asma’ul Husna (Nama-nama yang Bagus) dan Shifat Al-
Ulya (sifat-sifat yang Tinggi) bagi-Nya dan mensucikan-Nya dari kekurangan dan
cacat. Banyak penyebab-penyebab yang bisa menimbulkan penyimpangan tauhid
antara lain penyakit riya,penyakit annaniah(egoisme),penyakit dzalim,penyakit
hasad atau dengki dan penyakit takut dan bimbang. penyimpangan konsep tauhid
dan aqidah sungguh sangat jauh. Sejauh jarak masa sekarang dan masa terjadinya
awal penyimpangan.
Penyimpangan bukan hanya sekedar dalam masalah aqidah dan ibadah, ia
menjalar hingga masalah kehidupan sehari-hari bahkan semua masalah kehidupan
tidak luput dari penyimpangan tauhid. Tauhid, ialah pemurnian ibadah kepada
Allah, yaitu: menghambakan diri hanya kepada Allah secara murni dan konsekwen,
dengan menaati segala perintah-Nya dan menajuahi segala larangan-Nya dengan
penuh rasa rendah diri, cinta, harap dan takut kepada-Nya.
Batasan makna “ Al-Tauhid” menurut bahasa adalah menyakini ke-Esa-an
Tuhan. Atau menganggap hanya ada satu, tidak ada yang lain. Ajaran dasar Islam
adalah percaya terhadap kemahaesaan Tuhan(tauhid). Kepercayaan tersebut
menegaskan bahwa tidak ada Tuhan selain Allah. Seorang yang bertauhid
memutlakkan YangMaha Esa sebagai Khalik dan menisbahkan selain-Nya sebagai
makhluk-Nya. Karena itu, hubungan manusia dengan Allah tidak bisa disejajarkan
dan dibandingkan. Formulasi tauhid yang demikian menunjukkan adanya
komitmen manusia kepada Allah sebagai fokus hormat, rasa syukur, dan sebagai
satu-satunya sumber nilai. Formulasi tauhid ini dapat dilukiskan dengan pesan
pendek kalimattayyibah: laa ilaha illallahu yang artinya tidak ada Tuhan selain
Allah.Dalam Islam, tauhid memiliki kedudukan sangat sentral danesensial. Tauhid
bukan saja sebagai sumber bermuaranya pola pikir,sikap, dan tingkah laku, tetapi
juga merupakan syarat kunci diterimadan ditolaknya amal seseorang.
Tauhid yang benar menumbuhkankeikhlasan dan semangat baru, memacu
seseorang untuk lebihproduktif dalam hal-hal yang positif. Sebaliknya, tauhid yang
salahtidak saja melemahkan imajinasi dan membekukan inisiatif, tetapijuga
membatalkan seluruh amal perbuatan. Secara garis besar al qur’an berisikan tauhid,
kisah dan hukum. Surat al ikhlas berisi tauhid, itulah sebabnya surat ini memiliki
keutamaan yang istimewa sesuai dengan sabda Rasulullah SAW tersebut, yang
mengibaratkan membaca satu kali surat al ikhlas berarti telah membaca sepertiga al
qur’an
B. Rumusan masalah
1. Apa faktor yang melatarbelakangi penyimpangan tauhid?
2. Apa saja efek penyimpangan tauhid?
3. Apa penyebab penyimpangan tauhid?
4. Bagaimana cara penanggulangan penyimpangan tauhid?
C. Tujuan penulisan
1. Untuk mengetahui faktor yang melatarbelakangi penyimpangan tauhid.
2. Untuk mengetahui efek penyimpangan tauhid.
3. Untuk mengetahui penyebab penyimpangan tauhid.
4. Untuk mengetahui cara penanggulangan penyimpangan tauhid.
BAB II
PEMBAHASAN
D. CARA PENANGGULANGAN
Suwaid memandang bahwa pendidikan tauhid merupakan pilar pokok
dalam pendidikan anak. Oleh karena itu orang tua atau pendidik harus memberikan
perhatian terhadap tauhid anak dan mendiktekannya sejak kecil agar ia tumbuh atas
keyakinan tersebut. Langkah pertama adalah memberikan hafalan, kemudian
pemahaman, kemudian kepercayaan (i’tiqâd), keyakinan dan pembenaran. Hal itu
mudah dilakukan karena manusia dilahirkan dalam keadaan fitrah dan Allah
melapangkan hati manusia untuk menerima iman di awal pertumbuhannya tanpa
perlu kepada argumentasi atau bukti yang nyata.
Nilai-nilai dasar tauhid yang lebih dahulu harus ditanamkan kepada peserta
didik menurut Suwaid ada tiga; pertama, meyakini bahwa Allah sebagai Tuhan
yang wajib diibadahi; kedua, meyakini bahwa Islam adalah agama dan aturan hidup
di dunia; ketiga, Nabi Muhammad SAW adalah utusan Allah untuk dijadikan idola
dan panutan dalam beribadah kepada Allah.
Akidah Islamiyah dengan enam pokok keimanan, yaitu beriman kepada
Allah, para malaikat-nya, kitab-kitab-Nya, para rasul-Nya, beriman kepada hari
akhir, dan beriman kepada qadha’ dan qadar yang baik maupun buruk. Semua itu
merupakan perkara ghaib, sehingga terkadang seorang pendidik kebingungan
bagaimana dia mesti menyampaikannya kepada anak dan bagaimana anak bisa
berinteraksi dengan ini semua.
Menurut Suwaid, ada lima pilar mendasar di dalam menanamkan akidah ini,
yaitu; pertama, mendikte anak dengan kalimat tauhid; kedua mencintai Allah dan
merasa diawasi oleh-Nya, memohon pertolongan kepada-Nya serta iman kepada
qadha’ dan qadar; ketiga menanamkan kecintaan terhadap Nabi SAW; keempat
mengajarkan al-Qur’an kepada anak; dan kelima menanamkan akidah yang kuat
dan kerelaan berkorban karenanya.
Menurut peneliti pembelajaran tauhid dengan menganut konsep tauhid
Muhammad bin Abdul Wahab akan membentuk karakter tauhid sebagai berikut:
Pertama, memiliki pemahaman tauhid yang komprehensif dan moderat. Konsep
tauhid Muhammad bin Abdul Wahab membagi tauhid menjadi tiga bagian yaitu
tauh}îd rubûbiyah, tauh}îd asmâ’ wa shifât, dan tauh}îd ulûhiyah. Mengesakan
Allah dalam hal rububiyahNya atau tauh}îd rubûbiyah yaitu mengesakan Allah
sebagai Pencipta, Penguasa, Pengatur alam semesta, dan Pemberi rezeki kepada
seluruh makhluk-Nya. Artinya tidak ada Pencipta, Penguasa, Pengatur, dan
Pemberi rezeki yang hakiki kecuali Allah, dan tidak ada yang dapat menghidupkan
dan mematikan selain Allah. Pemahaman semacam ini juga akan membentuk sikap
moderat dalam bertauhid pada diri sehingga tidak terjerumus dalam aliran takfîri,
karena memahami tauhid sesuai dengan pemahaman para imam.
Kedua, memiliki sikap anti syirik dan bid’ah. Gerakan dakwah tauhid
Muhammad bin Abdul Wahab sangat menentang syirik dan bid’ah. Keduanya
bertentangan dengan tauhid yang mengesakan Allah dalam ibadah dan menjadikan
Rasulullah SAW sebagai rujukan dalam tata cara beribadah kepada Allah.
Pemahaman seperti ini menurut peneliti akan membentuk sikap anti terhadap syirik
dan bid’ah.
Ketiga, memiliki sikap kritis dalam beramal. Muhammad bin Abdul Wahab
adalah tokoh pembaharuan di saat umat terpuruk dalam kejumudan berpikir dan
praktek-praktek ibadah yang menyimpang. Oleh karena itu, konsep tauhid
Muhammad bin Abdul Wahab membentuk pribadi yang kritis dalam keyakinan dan
dalam ibadah. Segala yang tidak memiliki dasar yang benar harus ditinggalkan.
Keempat, memiliki sikap wala’ dan bara’ yang jelas. Wala’ dan bara’
merupakan bagian dari konsekuensi akidah tauhid yang bersumber dari pemahaman
terhadap kalimat lâ ilâha illallah yang berarti tidak ada sembahan yang benar
kecuali Allah.
Cara menanggulangi penyimpangan tauhid:
1. Kembali kepada Kitabullah dan Sunnah Rasulullah dan sunnah Rasulullah
Shallallaahu alaihi wa salam untuk mengambil aqidah shahihah.
Sebagaimana para Salaf Shahih mengambil aqidah mereka dari keduanya. Tidak
akan dapat memperbaiki akhir umat ini kecuali apa yang telah memperbaiki umat
pendahulunya. Juga dengan mengkaji aqidah golongan sesat dan mengenal
syubhat-syubhat mereka untuk kita bantah dan kita waspadai, karena siapa yang
tidak mengenal keburukan, ia dikhawatirkan terperosok ke dalamnya.
2. Memberi perhatian pada pengajaran aqidah shahihah, aqidah salaf, di berbagai
jenjang Pendidikan.
Memberi jam pelajaran yang cukup serta mengadakan evaluasi yang ketat dalam
menyajikan materi. Harus ditetapkan kitab-kitab salaf yang bersih sebagai
pelajaran. Sedangkan kitab-kitab kelompok penyeleweng harus dijauhkan.
3. Menyebar para da’I yang meluruskan aqidah umat islam dengan mengajarkan
aqidah salaf serta menjawab dan menolak seluruh aqidah batil.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Terjadinya banyak penyimpangan dari ajaran pokok Islam pasca Nabi SAW
karena kurang mampunya untuk menangkap Islam sesuai semangat zaman, serta
banyaknya unsur-unsur luar yang masuk dan bertentangan dengan Islam sehingga
diperlukan adanya upaya untuk mengembalikan atau memurnikan kembali sesuai
dengan orisinalitas Islam. Keimanan tauhid tidak hanya merupakan titik sentral
keislaman, tetapi juga bahkan dalam berbagai aspek kehidupan kaum muslimin
sehari-hari Bertauhid tidak hanya mengakui keesaan Allah, tetapi juga kesatuan
(integrasi) di antara berbagai aspek kehidupan kaum muslimin; di antara iman dan
amal, di antara dunia dan akhirat, di antara perkataan dan perbuatan di antara
kesalehan individual-personal dengan kesalehan komunal- sosial, dan seterusnya.
Jika terjadi ketidaksatuan di antara berbagai hal ini, maka terciptalah kepincangan-
kepincangan dalam kehidupan kaum muslimin. Upaya ini dapat dilakukan dengan
membentengi keyakinan akidah Islam, serta berbagai bentuk ritual dari pengaruh
sesat. Manusia yang bersih tauhidnya, tidak akan mengandalkan hidupnya atas
belas kasihan atau pertolongan orang lain. Mereka akan maju ke medan kompetisi
global atau regional atau nasional dengan kemampuan sendiri, bukannya cari
dukun. Karena percaya pada ramalan si dukun merupakan syirik yang dosanya tak
terampuni.
B. SARAN
Demikian makalah ini kami susun dengan sebaik-baiknya, kami sadar masih
banyak kekurangan dan kesalahan pada pembuatan makalah ini, baik dari tulisan
maupun pembahasan yang kami paparkan. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan tanggapan berupa kritikan dan masukan yang membangun agar
kedepannya kami menjadi lebih baik lagi. Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi
kita semua. Amin ya rabbal alamin.
DAFTAR PUSTAKA
Karim, PA. 2017. "Fungsi Aqidah dan sebab-sebab Penyimpangan dalam Aqidah
". Jurnal Pendidikan Islam dan Teknologi Pendidikan (online). tarbiyah.
uinsu.ac.id Diakses tanggal 5 November 2021.
Muthoifin, M. 2018." Nilai-nilai Pendidikan Taufid dalam Kisah Ashabul Ukhdud
Surat Al-Buruj Prespektif IBN Katsir dan Hamka".Jurnal Studi islam(online).
https://journals.ums.ac.id. Diakses tanggal 5 November 2021.
Putri, HA. 2018. Penyimpangan Ilmu Tauhid. Makalah
Shafwan, MH. 2021."Analisis Model Pendidikan Tauhid di Pesantren Al-ikhlas
Lamongan".Jurnal Peradaban Islam(Online) unida. gontor. ac. id Diakses tanggal
5 November 2021.
Syarifudin, Ahmad.2017.Makna Tauhid (Penyimpangan dalam Kehidupan
Manusia). Makalah
Arroisi, J.2013.”Integrasi Tauhid dan Akhlak dalam Pandangan Fakhruddin Ar-
Razi”UNIDA Gontor Journals (Universitas Darussalam). Diakses 10 Januari 2022.
Bunaya, Alif.2017.Penyimpangan Tauhid di
Masyarakat.http://alifbunaya.blogspot.com/2017/06/penyimpangan-tauhid-di-
masyarakat.html?m=1.Diakses pada tanggal 10 Januari 2022.
Wahyudin.2018.Penyimpangan Aqidah dan Cara-cara
Penanggulangannya.https://pwmjateng.com/penyimpangan-aqidah-dan-cara-
cara-penanggulangannya/. Diakses 10 Januari 2022.