DISUSUN OLEH :
1. DITA RISKIANI (07)
2. PRILIA RAHMA PITALOKA (21)
3. PUTRI DWI ASYANTI (22)
4. ZAZIUL AKROMAH (30)
KELAS : IX B
A. Latar belakang
Hidup ini memang penuh dengan warna. Dan ingatlah bahwa hakikat warna-
warni kehidupan yang sedang kita jalani di dunia ini telah Allah tuliskan (tetapkan)
dalam kitab “Lauhul Mahfudz” yang terjaga rahasianya dan tidak satupun makhluk
Allah yang mengetahui isinya. Semua kejadian yang telah terjadi adalah kehendak dan
kuasa Allah SWT. Begitu pula dengan bencana-bencana yang akhir-akhir ini sering
menimpa bangsa kita. Gempa, tsunami, tanah longsor, banjir, angin ribut dan bencana-
bancana lain yang telah melanda bangsa kita adalah atas kehendak, hak, dan kuasa
Allah SWT.Dengan bekal keyakinan terhadap takdir yang telah ditentukan oleh Allah
SWT, seorang mukmin tidak pernah mengenal kata frustrasi dalam kehidupannya, dan
tidak berbangga diri dengan apa-apa yang telah diberikan Allah SWT.
Kematian, kelahiran, rizki, nasib, jodoh, bahagia, dan celaka telah ditetapkan
sesuai ketentuan-ketentuan Ilahiah yang tidak pernah diketahui oleh manusia. Dengan
tidak adanya pengetahuan tentang ketetapan dan ketentuan Allah ini, maka kita harus
berlomba-lomba menjadi hamba yang saleh-muslih, dan berusaha keras untuk
menggapai cita-cita tertinggi yang diinginkan setiap muslim yaitu melihat
Rabbul’alamin dan menjadi penghuni Surga.
Keimanan seorang mukmin yang benar harus mencakup enam rukun. Yang
terakhir adalah beriman terhadap takdir Allah, baik takdir yang baik maupun yang
buruk.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari penyusunan makalah ini adalah :
1. Definisi iman kepada qada dan qadar ?
2. Dalil tentang iman kepada qada dan qadar ?
3. Pengaruh iman kepada qada dan qadar ?
4. Apa saja macam-macam takdir?
5. Bagaimana hikmah bagi orang yang beriman kepada qada dan qadar?
6. Contoh qada dan qadar?
C. Tujuan Makalah
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah:
1. Untuk memahami iman kepada qada’ dan qadar
2. Untuk memahami dalil-dalil tentang iman kepada qado dan qadar
3. Untuk memahami pengaruh iman kepada qada’ dan qadar
4. Untuk mengetahui macam-macam takdir
5. Untuk mengetahui hikmah bagi orang yang beriman kepada qada’ dan qadar
6. Untuk mengetahui contoh qada dan qadar
BAB II
PEMBAHASAN
ٍ َُوإِن ِمن شَيءٍ إِ هَّل ِعن َدنَا َخ َزائِنُهُ َو َما نُنَ ِزلُهُ إِ هَّل بِقَد ٍَر َمعل
وم
"Dan tidak ada sesuatu pun melainkan pada sisi Kami-lah kha-zanahnya,
dan Kami tidak menurunkannya melainkan dengan ukuran tertentu." [Al-
Hijr/15 : 21]
Juga firman-Nya:
ِ س ُد هن فِي ال َر
ض َم هرتَي ِن ِ ب لَتُف َ ََوق
ِ ضينَا إِلَ ٰى بَنِي إِس َرائِي َل فِي ال ِكتَا
“Dan telah Kami tetapkan terhadap Bani Israil dalam Kitab itu,
‘Sesungguhnya kamu akan membuat kerusakan di muka bumi ini dua kali...”
[Al-Israa’/17 : 4]
2. Dalil-Dalil Dari As-Sunnah
Sementara dari sunnah ialah seperti sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam sebagaimana yang terdapat dalam hadits Jibril Alaihissalam
َوتُؤ ِم َن ِبالقَد َِر َخي ِر ِه َوش َِر ِه
“…Dan engkau beriman kepada qadar, yang baik maupun yang buruk… .”
Muslim meriwayatkan dalam kitab Shahiih dari Thawus, dia mengatakan,
“Saya mengetahui sejumlah orang dari para Sahabat Rasulullah Shallallahu
'alaihi wa sallam mengatakan, ‘Segala sesuatu dengan ketentuan takdir.’ Ia
melanjutkan, “Dan aku mendengar ‘Abdullah bin ‘Umar mengatakan, ‘Segala
sesuatu itu dengan ketentuan takdir hingga kelemahan dan kecerdasan, atau
kecerdasan dan kelemahan.’
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
D. Macam-macam Takdir
Qada dan qadar sering juga diistilahkan dengan takdir Allah. Jika kita membahas
tentang takdir Allah dengan sendirinya berarti membahas tentang qada dan qadar.
Demikian juga sebaliknya, pada saat membahas masalah takdir berarti membahas
tentang qada dan qadar Allah Swt.
Takdir menurut bahasa berarti ketetapan. Ada yang mengartikan takdir dengan
meyakini adanya ketetapan Allah yang berlaku terhadap segala makhluk-Nya, baik
ketentuan yang telah, sedang, maupun yang akan terjadi. Dengan demikian, dapat
dipahami bahwa takdir berarti hasil perpaduan dari ketetapan, baik dalam qada maupun
qadar Allah.
Pemahaman takdir di paragaf atas ini tentu agak berlainan dengan yang terjadi
dalam masyarakat.
Sementara ini ada yang memahami takdir sekadar sebagai penyebab segala sesuatu
sehingga seakan-akan takdir dipahami secara negatif. Seperti ungkapan, ”Sudah
takdirnya kita bodoh, memang takdirnya kita tidak bisa bermain bagus,” dan beberapa
ungkapan negatif yang lain.
Pada dasarnya ada takdir yang mutlak berada dalam kuasa Allah SWT. dan tidak
bisa dielakkan. Ada juga ketentuan Allah yang dapat berubah melalui usaha atau
ikhtiar makhluk dengan izin-Nya. Dengan demikian, takdir secara garis besar dapat
dibagi menjadi dua macam yaitu taqdir muallaq dan takdir mubram.
1. Takdir Muallaq
Takdir Muallaq adalah takdir yang bergantung pada ikhtiar seseorang atau
usaha menurut kemampuan yang ada pada manusia.
Seperti dijelaskan di dalam syarah kitab hadist Arba’in Nawawi, takdir
muallaq merupakan takdir yang tergantung / terunda. Takdir Muallaq
dikelompokkan menjadi 2 (dua) yaitu ;
a. Takdir Dalam Lauhul Mahfuzd
Yaitu takdir yang terdapat dalam lauhul mahfuzd. Takdir ini mungkin dapat
berubah, sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Ar-Ra’du ayat 39 yang
berbunyi ;
ِ يَم ُحو هللاُ َما يَشَا ُء َويُث ِبتُ َو ِعن َدهُ أ ُ ُّم ال ِكتَا
ب
“Allah menghapuskan apa yang Dia kehendaki dan di sisi-Nya lah Ummul
Kitab (lauhul mahfuzd).
b. Takdir yang Diikuti Sebab Akibat
Merupakan takdir yang berupa penggiringan hal-hal yang telah ditetapkan
kepada waktu-waktu dan hal-hal yang telah ditentukan.
Untuk menjadi pandai, kaya, atau sehat, seseorang tidak boleh hanya duduk
berpangku tangan menunggu datangnya takdir tapi ia harus berusaha. Untuk
menjadi pandai kita harus belajar; untuk menjadi kaya kita harus bekerja keras
dan hidup hemat; dan untuk menjadi sehat kita harus menjaga kebersihan.
Tidak mungkin kita menjadi pandai kalau kita malas belajar atau suka
membolos. Demikian juga kalau kita ingin kaya, tetapi malas bekerja dan suka
hidup boros; atau kita ingin sehat, tetapi kita tidak menjaga kebersihan
lingkungan, maka apa yang kita inginkan itu tak mungkin terwujud.
Orang yang meyakini takdir Allah SWT, tidak boleh pasrah begitu saja
kepada nasib karena Allah SWT memberikan akal yang bisa membedakan
mana yang baik dan mana yang buruk. Allah SWT juga memberikan tubuh
dalam bentuk sebaik-baiknya untuk digunakan sarana berusaha.
2. Takdir Mubram
Takdir mubram adalah takdir yang pasti terjadi dan tidak dapat untuk
dielakkan yang telah ditetapkan oleh Allah SWT dan manusia tidak mempunyai
kesempatan untuk memili atau mengubahnya.
Contoh takdir mubram antara lain : jenis kelamin seseorang, usia manusia,
peredaran matahari, bulan, dan planet-planet menurut kehendak Allah, dan lain
sebagainya.
Seperti dijelaskan dalam syarah kitab Hadist Arba’in Nawawi, takdir
mubram (tetap) dikelompokkan menjadi 2 (dua) yaitu:
a. Takdir Dalam Ilmu Allah SWT
Takdir ini tidak mungkin dapat berubah, sebagaimana Nabi Muhammad SAW
bersabda;
“tiada Allah mencelakakan kecuali orang celaka, (yaitu orang yang telah
ditetapkan dalam ilmu Allah ta’ala bahwa dia adalah orang celaka)”
1. Takdir Dalam Kandungan
Takdir dalam kandungan, yaitu malaikat diperintahkan untuk mencatat
rizki, umur, amal, dan celaka atau bahagia kah bayi yang ada dalam kandungan
tersebut. Maka takdir ini termasuk dalam takdir yang tidak dapat dirubah yang
telah digariskan dalam tubuh sang jabang bayi. Sesuai hadist Nabi Muhammad
SAW, yang artinya:
Dari Abu ‘Abdirrahman Abdullah bin Mas’ud radhiallahu ‘anh, dia berkata :
bahwa Rasulullah telah bersabda,
“Sesungguhnya tiap-tiap kalian dikumpulkan penciptaannya dalam rahim
ibunya selama 40 hari berupa nutfah, kemudian menjadi ‘Alaqoh (segumpal
darah) selama itu juga lalu menjadi Mudhghoh (segumpal daging) selama itu
juga, kemudian diutuslah Malaikat untuk meniupkan ruh kepadanya lalu
diperintahkan untuk menuliskan 4 kata : Rizki, Ajal, Amal dan
Celaka/bahagianya. Maka demi Alloh yang tiada Tuhan selainnya, ada
seseorang diantara kalian yang mengerjakan amalan ahli surga sehingga tidak
ada jarak antara dirinya dan surga kecuali sehasta saja. kemudian ia didahului
oleh ketetapan Alloh lalu ia melakukan perbuatan ahli neraka dan ia masuk
neraka. Ada diantara kalian yang mengerjakan amalan ahli neraka sehingga
tidak ada lagi jarak antara dirinya dan neraka kecuali sehasta saja. kemudian ia
didahului oleh ketetapan Alloh lalu ia melakukan perbuatan ahli surga dan ia
masuk surga.” [Bukhari no. 3208, Muslim no. 2643]
A. Kesimpulan
Beriman kepada qada’ dan qadar akan melahirkan sikap optimis,tidak mudah
putus asa, sebab yang menimpanya ia yakini sebagai ketentuan yang telah Allah
takdirkan kepadanya dan Allah akan memberikan yang terbaik kepada seorang muslim,
sesuai dengan sifatnya yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Olehkarena itu,jika
kita tertimpa musibah maka ia akan bersabar, sebab buruk menurut kita belum tentu
buruk menurut Allah,sebaliknya baik menurut kita belum tentu baik menurut
Allah.Karena dalam kaitan dengan takdir ini seyogyanya lahir sikap sabar dan tawakal
yang dibuktikan dengan terus menerus berusaha sesuai dengan kemampuan untuk
mencari takdir yang terbaik dari Allah.
B. Saran
Keimanan seseorang akan berpengaruh terhadap perilakunya sehari-hari.
Oleh karena itu, penulis menyarankan agar kita senantiasa meningkatkan iman dan
takwa kita kepada Allah SWT agar hidup kita senantiasa berhasil menurut pandangan
Allah SWT. Juga keyakinan kita terhadap takdir Allah senantiasa ditingkatkan demi
meningkatkan amal ibadah kita.Serta Kita harus senantiasa bersabar, berikhtiar dan
bertawakal dalam menghadapi takdir Allah
DAFTAR PUSTAKA