Anda di halaman 1dari 10

Tafsir Ayat Ahkam Zakat dan Infaq

A. Pendahuluan
Dewasa ini pertumbuhan ekonomi yang semakin pesat dan merata di
seluruh penjuru Indonesia bahkan Dunia, sehingga banyak orang yang
memiliki harta yang berlebih dan melimpah. Agama islam semenjak ribuan
tahun yang silam telah mengatur pembendaharaan keuangan sehingga
terciptanya stabilitas perekonomian umatnya. Islam mewajibkan seluruh
umatnya yang diberikan kelebihan harta untuk mensucikan atau
membersihkan hartanya. Sebagaimana Firman Allah SWT:

‫ص َدقَةً اَ ْم َوالِ ِه ْم ِم ْن ُخ ْذ‬


َ ‫بِهَا َوتُ َز ِّك ْي ِه ْم تُطَهِّ ُرهُ ْم‬
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan mensucikan mereka” (Al-Taubah: 103).1
Bukan hanya kewajiban mengeluarkan beberapa bagian harta kita yang
wajib dikeluarkan. Akan tetapi ada beberapa nama lain dan juga jelas berbeda
kadar pengeluarannya, seperti halnya zakat dan waqaf. Zakat merupakan
kewajiban bagi setiap individu yang harus ditunaikan sebelum melaksanakan
shalat idul fitri, ada juga yang wajib dibayarkan apabila hartanya sudah
mencapai nishab. Sedangkan infaq dan shadaqah merupakan sunnah bagi
siapa saja yang ingin melaksanakannya. Sebagai penambah pengetahuan,
pemakalah akan menjelaskan pengertian zakat dan waqaf sesuai dengan Al-
Qurân beserta penjelasannya.
B. Pembahasan
1. Zakat
Zakat secara bahasa (lughat) berarti : tumbuh, berkembang dan
berkah2 (HR. At-Tirmidzi) atau dapat pula berarti membersihkan atau
mensucikan. Sedangkan menurut terminologi syari'ah (istilah syara')
zakat berarti kewajiban atas harta atau kewajiban atas sejumlah harta
1
Al-Taubah:103
2
Syaikh Muhammad bin Ibrahim at-Tuawaijiri, ensiklopedi islam Al-kamil, darussunnah,
cet ke-3 2007, Jakarta.

1
tertentu untuk kelompok tertentu dalam waktu tertentu. Zakat juga berarti
derma yang telah ditetapkan jenis, jumlah dan waktu suatu kekayaan atau
harta yang wajib diserahkan dan pendayagunaannya pun ditentukan pula,
yaitu dari umat Islam untuk umat Islam. Atau Zakat adalah nama dari
sejumlah harta tertentu yang telah mencapai syarat tertentu (nishab) yang
diwajibkan Allah SWT untuk dikeluarkan dan diberikan kepada yang
berhak menerimanya dengan persyaratan tertentu pula (QS. 9:103 dan QS.
30:39)3
Menurut Syekh Dr Yusuf al-Qordhowi zakat itu bermakna bagian
tertentu dari harta yang dimiliki yang telah Allah wajibkan unutk
diberikan kepada mustahiqqîn (orang-orang yang berhak menerima
zakat)4.
Kata zakat di dalam Al-Quran disebutkan 32 kali. 30 kali dengan
makna zakat dan dua kali dengan konteks dan makna yang bukan zakat. 8
dari 30 ayat itu turun di masa Mekkah dan sisanya yang 22 turun di masa
Madinah5.

2. Landasan Hukum Zakat

ُ ‫ ۢنبُلَ ٖة ِّماَْئةُ َحب ٖ َّۗة َوٱهَّلل‬f‫لِّ ُس‬ff‫نَابِ َل فِي ُك‬f‫ ۡب َع َس‬f‫ل َحبَّ ٍة َأ ۢنبَت َۡت َس‬f
ِ fَ‫بِي ِل ٱهَّلل ِ َك َمث‬f‫ ٰ َولَهُمۡ فِي َس‬fۡ‫ونَ َأم‬ffُ‫َّمثَ ُل ٱلَّ ِذينَ يُنفِق‬
) ٢٦١ ‫ض ِعفُ لِ َمن يَ َشٓا ۚ ُء َوٱهَّلل ُ ٰ َو ِس ٌع َعلِي ٌم(البقرة‬ َ ٰ ُ‫ي‬

“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang


menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih
yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah
melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah
Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui (Al-Baqarah 261)”

ٌ ‫ ۡو‬f َ‫ َد َربِّ ِهمۡ َواَل خ‬f ‫وا َم ٗنّا َوٓاَل َأ ٗذى لَّهُمۡ َأ ۡج ُرهُمۡ ِعن‬
‫ف‬ ْ ُ‫ٱلَّ ِذينَ يُنفِقُونَ َأمۡ ٰ َولَهُمۡ فِي َسبِي ِل ٱهَّلل ِ ثُ َّم اَل ي ُۡتبِعُونَ َمٓا َأنفَق‬
)٢٦٢ ‫َعلَ ۡي ِهمۡ َواَل هُمۡ يَ ۡحزَ نُونَ (البقرة‬

“Orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah, kemudian


mereka tidak mengiringi apa yang dinafkahkannya itu dengan menyebut-
nyebut pemberiannya dan dengan tidak menyakiti (perasaan si penerima),
3
Al-Qur'an dan Tafsir.YPPA, 1979
4
Al-Qordhowi Yusuf, Fiqh al-Zakah, jilid 1 hlm. 38
5
Muhammad, Abdul Baqi Fuad, Al-Mu’jam Al-Mufahras

2
mereka memperoleh pahala di sisi Tuhan mereka. Tidak ada kekhawatiran
terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati (Al-Baqarah 262)”

ُّ ‫ت َوالنَّ ْخ َل َوال َّز ْر َع ُم ْختَلِفًا ُأ ُكلُهُ َوال َّز ْيتُونَ َو‬


َ‫الر َّمان‬ ٍ ‫ت َو َغ ْي َر َم ْع ُروشَا‬ ٍ ‫ت َم ْع ُروشَا‬ٍ ‫شَأ َجنَّا‬
َ ‫َو ُه َو الَّ ِذي َأ ْن‬
‫س ِرفُوا ِإنَّهُ اَل يُ ِح ُّب‬ َ ‫ُمتَشَابِ ًها َو َغ ْي َر ُمتَشَابِ ٍه ُكلُوا ِمنْ ثَ َم ِر ِه ِإ َذا َأ ْث َم َر َوآتُوا َحقَّهُ يَ ْو َم َح‬
ْ ُ‫صا ِد ِه َواَل ت‬
ْ ‫ا ْل ُم‬
َ‫س ِرفِين‬

“Dan Dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan yang


tidak berjunjung, pohon korma, tanam-tanaman yang bermacam-macam
buahnya, zaitun dan delima yang serupa (bentuk dan warnanya) dan tidak
sama (rasanya). Makanlah dari buahnya (yang bermacam-macam itu) bila
dia berbuah, dan tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya (dengan
disedekahkan kepada fakir miskin); dan janganlah kamu berlebih-lebihan.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan. (Al-
An’am 141).

Tafsir Al-Muyassar

Dan Allah Dia lah yang menciptakan bagi kalian kebun-kebun, yang
diantaranya ada kebun yang batangnya tidak menyentuh permukaan tanah
seperti pohon anggur, dan diantaranya ada kebun yang tidak menjalar tinggi
di atas permukaan tanah, akan tetapi berdiri tegak di atas batang pokoknya,
seperti pohon kurma dan tanam-tanaman lain yang memiliki cita-rasa yang
berbeda-beda, dan pohon zaitun dan pohon delima yang saling serupa
bentuk fisiknya, namun berbeda buah dan rasanya. Wahai manusia,
makanlah dari hasil buahnya bila telah berbuah, dan serahkanlah zakatnya
yang wajib atas kalian pada hari dipetik dan dipanennya. Dan janganlah
kalian melewati batas-batas keseimbangan dalam urusan pengeluaran harta,
memakan makanan dan yang lainnya. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang melampaui batas-batasNya, dengan cara menginfakan
harta tidak sesuai aturannya.

Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan


Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid (Imam Masjidil Haram)

Dan Allah yang menciptakan kebun-kebun yang terhampar di muka


bumi, baik berupa tanaman-tanaman yang tidak mempuyai batang maupun
pepohonan yang memiliki batang. Dia lah yang menciptakan pohon kurma

3
dan menciptakan tanaman-tanaman yang beraneka ragam buahnya dari segi
bentuk dan cita rasanya. Dan Dia lah yang menciptakan buah zaitun dan
buah delima yang daunnya serupa tetapi rasanya (buahnya) berbeda.
Makanlah -wahai manusia- dari buahnya apabila tanaman itu berbuah, dan
tunaikanlah zakatnya pada waktu panen. Dan janganlah kalian melampaui
batas-batas yang telah ditetapkan oleh syariat ketika memakannya dan
membelanjakannya. Karena Allah tidak menyukai orang-orang yang
melampaui batas dalam masalah tersebut maupun masalah lainnya. Bahkan
Dia murka kepada orang-orang semacam itu. Sesungguhnya Allah
menciptakan semua hal yang dihalalkan itu untuk hamba-hamba-Nya. Maka
orang-orang musyrik tidak berhak mengharamkannya.

Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah / Markaz Ta'dzhim al-Qur'an di


bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr. Imad Zuhair Hafidz, professor
fakultas al-Qur'an Universitas Islam Madinah

Allah-lah yang menciptakan kebun-kebun yang terdapat di dalamnya


pohon-pohon yang menjalar di atas junjung dan pohon-pohon yang
batangnya meninggi semisal pohon apel.
Dan Allah menciptakan pohon kurma dan tanaman-tanaman yang
memiliki rasa, warna, dan aroma yang berbeda-beda; dan menciptakan
pohon zaitun dan delima yang masing-masing jenisnya memiliki bentuk
yang serupa namun rasanya berbeda-beda, ada yang manis dan ada yang
masam.
Makanlah buahnya jika telah matang, dan keluarkanlah zakat yang telah
diwajibkan pada masa panennya. Dan janganlah kalian berlebih-lebihan
dalam membelanjakan harta, karena Allah tidak menyukai orang yang
berlebih-lebihan.
3. Harta benda yang wajib dizakati
Ada beberapa jenis harta yang wajib dizakati:
a. Zakat emas, perak dan uang kertas
b. Zakat binatang ternak
c. Zakat hasil bumi

4
d. Zakat barang perniagaan
e. Zakat fitrah

4. Alokasi zakat
Ahlu zakat adalah orang-orang yang berhak menerima zakat, yaitu
ada delapan golongan sebagaimana disebutkan didalam firman Allah
SWT:

‫ ِر ِمينَ َوفِي‬f‫ب َو ۡٱل ٰ َغ‬ ُ َ‫ص َد ٰق‬


ِ ‫ا‬ffَ‫وبُهُمۡ َوفِي ٱلرِّ ق‬fُ‫ ِة قُل‬fَ‫ا َو ۡٱل ُمَؤ لَّف‬ffَ‫ ِكي ِن َو ۡٱل ٰ َع ِملِينَ َعلَ ۡيه‬f‫ َرٓا ِء َو ۡٱل َم ٰ َس‬fَ‫ت لِ ۡلفُق‬ َّ ‫۞ِإنَّ َما ٱل‬
6 ‫هَّلل‬
٦٠ ‫يم‬ٞ ‫ضة ِّمنَ ٱ ۗ ِ َوٱ ُ َعلِي ٌم َح ِك‬ ‫هَّلل‬ ٗ َ ‫يل فَ ِري‬ ِ ۖ ِ‫َسبِي ِل ٱهَّلل ِ َو ۡٱب ِن ٱل َّسب‬
“Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-
orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu´allaf yang dibujuk
hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang,
untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan,
sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Bijaksana” (Al-Taubah 60)
Allah SWT dengan hikmah-Nya menentukan orang-orang yang
berhak menerima zakat dan menentukan kadar hak mereka, seperti yang
terjadi pada pembagian harta pusaka dan ahli warisnya. Juga menentukan
kadar yang harus diterima tanpa menentukan siapa yang harus menerima
seperti dalam kafârat dzihâr dan sumpah serta lainnya. Juga menentukan
orang yang berhak menerima tanpa menetukan kadar yang harus diterima
seperti penerimaan zakat. Mereka ada delapan golongan :

1. Orang fakir, orang yang tidak mendapatkan sesuatu pun untuk


dimakan, atau mendapatkannya namun tidak mencukupi
kebutuhannya.
2. Orang miskin, yakni orang yang mendapatkan harta hampir cukup
atau setengahnya.
3. Amil zakat, yakni orang yang mengambil zakat dan menjaganya serta
membagikannya

6
QS Al-Taubah 60.

5
4. Orang-orang muallaf, yakni dari kalangan orang-orang islam, orang
kafir yang diharapkan keislamannya atau diharapkan dengan
pemberian ini iman islamnya bertambah kuat.
5. Hamba sahaya, yakni budak-budak yang sedang dalam proses
memerdekakan diri.
6. Orang yang terlilit hutang, terdapat dua golongan:
Pertama : berhutang untuk kebaikan pihak yang berselisih sehingga
diberi sesuai dengan kadar hutangnya
Kedua: berhutang untuk pribadi, yakni menanggung banyak hutang
tapi tidak mampu membayarnya.
7. Fisabilillah yakni orang yang berjihad dijalan Allah
8. Ibnu sabil, yakni musafir yang kehabisan bekal ditengah
perjalanannya.7
Tidak boleh mengalokasikan zakat selain kepada delapan golongan
diatas, dimulai dari orang yang paling membutuhkan dan diperbolehkan
juga memberikan zakat kepada satu golongan saja dari para ahli zakat.
5. Infaq
Infaq berasal dari kata anfaqa yang berarti mengeluarkan sesuatu
(harta) untuk kepentingan sesuatu. Menurut terminologi syariat, infaq
berarti mengeluarkan sebagian dari harta atau pendapatan/penghasilan
untuk suatu kepentingan yang diperintah Islam. jika zakat ada nisabnya,
infaq tidak mengenal nishab. Infaq dikeluarkan setiap orang yang
beriman, baik yang berpenghasilan tinggi maupun rendah, apakah ia di
saat lapang maupun sempit.8 Mengeluarkan sebagian harta untuk sesuatu
kepentingan yang diperintahkan oleh Allah subhanahu wata’ala, seperti
menginfakkan harta untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
Infaq menurut pengertian umum adalah shorful mal ilal hajah
(mengatur/mengeluarkan harta untuk memenuhi keperluan). Infaq dapat

7
Syaikh Muhammad bin Ibrahim at-Tuawaijiri, ensiklopedi islam Al-kamil, darussunnah,
cet ke-3 2007, Jakarta hal 776.
8
Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam, (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2013), h. 217.

6
bermakna positif dan negatif. Oleh karena itu ada infaq fi sabilillah (infaq
di jalan Allah Swt). Ada infaq fi sabilis syaithan ( infaq di jalan setan).9
Infaq merupakan sumbangan yang diberikan seorang pemimpin
karena rekomendasi eksternal, yaitu rekomendasi pemimpin muslim.
Infaq ada yang wajib ada yang sunnah. Infaq yang wajib diantaranya
zakat, kafarat, nazar. Infaq yang sunnnah di antaranya infak kepada fakir
miskin sesama muslim, infak bencana alam dan lainnya.10
Infaq dia artikan sebagai mengeluarkan harta di jalan Allah. 11Infaq
merupakan sumbangan yang diberikan seorang muslim karena
rekomendasi eksternal, yaitu rekomendasi pemimpin muslim. Infaq
adalah Penyerahan harta untuk kebajikan.
Berdasarkan pengertian di atas, maka setiap pengorbanan
(pembelanjaan) harta dan semacamnya pada kebaikan disebut al-infaq.
Dalam infaq tidak di tetapkan bentuk dan waktunya, demikian pula
dengan besar atau kecil jumlahnya. Tetapi infaq biasanya identik dengan
harta atau sesuatu yang memiliki nilai barang yang di korbankan. Infaq
adalah jenis kebaikan yang bersifat umum, berbeda dengan zakat. Jika
seseorang ber-infaq, maka kebaikan akan kembali pada dirinya, tetapi jika
ia tidak melakukan hal itu, maka tidak akan jatuh kepada dosa,
sebagaimana orang yang telah memenuhi syarat untuk berzakat, tetapi ia
tidak melaksanakannya.

“Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan allah)


sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang
Kami keluarkan dari bumi untuk kamu. Dan janganlah kamu memilih
yang buruk-buruk lalu kamu menafkahkan daripadanya, padahal kamu

9
Wawan Shofwan Shalehuddin, Risalah Zakat Infaq dan Sedekah, ( Bandung:Tafakur
(Kelompok Humaniora), 2011), h. 19.
10
Muhammad, Aspek Hukum dalam Muamalat, (Yogyakarta:Graha Ilmu, 2007), h.153.
11
Hasbiyallah, Fiqh dan Ushul Fiqh, (Bandung:Remaja Rosdakarya, 2017), h. 246.

7
sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memincingkan mata
terhadapnya. Dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha
Terpuji”. (Al-Baqarah 267)

“Jika kamu menampakkan sedekah(mu), maka itu adalah baik


sekali. Dan jika kamu menyembunyikannya dan kamu berikan kepada
orang-orang fakir, maka menyembunyikan itu lebih baik bagimu. Dan
Allah akan menghapuskan dari kamu sebagian kesalahan-kesalahanmu;
dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (Al-Baqarah 271)

Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia

Wahai orang-orang yang beriman kepadaKu dan telah mengikuti Rasul-


rasulKu, keluarkanlah infak dari barang halal lagi baik-baik yang kalian
peroleh dari usaha kalian dan dari apa yang kami keluarkan bagi kalian
dari bumi. Dan janganlah kalian sengaja memilih barang jelek darinya
untuk kalian berikan kepada orang-orang fakir-miskin, padahal sekiranya
itu diberikan kepada kalian, kalian enggan untuk mengambilnya kecuali
dengan memicingkan pandangan kepadanya karena buruk dan cacatnya.
Bagaimana kalian menyukai sesuatu bagi Allah yang kalian sendiri tidak
menyukainya bagi diri kalian? Dan ketahuilah sesungguhnya Allah Dzat
yang memberikan rizki kepada kalian tidak butuh terhadap sedekah-
sedekah kalian, Dia berhak mendapat sanjungan, lagi Maha Terpuji dalam
segala kondisi.
6. Perbedaan Zakat dan Infaq
Kriteria Zakat Infaq
Hukum Wajib bagi yang memenuhi Sunnah
syarat
Nishab Ada Tidak ada
Haul Ada Tidak ada
Mustahiq 8 asnaf: Fakir, miskin, amil, Lebih utama: keluarga,

8
muallaf, garim, fisabilillah, kerabat, orang/lembaga yang
Ibnu Sabil dan Rikaz sangat membutuhkan
Bentuk Harta/materi Harta/materi

C. Penutup
Zakat berarti kewajiban atas harta atau kewajiban atas sejumlah harta
tertentu untuk kelompok tertentu dalam waktu tertentu.
Infaq merupakan sumbangan yang diberikan seorang pemimpin karena
rekomendasi eksternal, yaitu rekomendasi pemimpin muslim. Infaq ada yang
wajib ada yang sunnah. Infaq yang wajib diantaranya zakat, kafarat, nazar.
Infaq yang sunnnah di antaranya infak kepada fakir miskin sesama muslim,
infak bencana alam dan lainnya.

9
Daftar Pustaka

Al-Qur'an dan Tafsir.YPPA, 1979


Al-Qordhowi Yusuf, Fiqh al-Zakah, jilid 1.
Hasbiyallah, Fiqh dan Ushul Fiqh, Bandung:Remaja Rosdakarya, 2017.
https://tafsirweb.com/2265-surat-al-anam-ayat-141.html
https://tafsirweb.com/1033-surat-al-baqarah-ayat-267.html
Muhammad, Abdul Baqi Fuad, Al-Mu’jam Al-Mufahras
Muhammad, Aspek Hukum dalam Muamalat, Yogyakarta:Graha Ilmu, 2007.
Syaikh Muhammad bin Ibrahim at-Tuawaijiri, Ensiklopedi Islam Al-Kamil,
Darussunnah, cet ke-3 2007, Jakarta.
Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam, (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2013), h. 217.
Wawan Shofwan Shalehuddin, Risalah Zakat Infaq dan Sedekah, Bandung:
Tafakur (Kelompok Humaniora), 2011.

10

Anda mungkin juga menyukai