Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

HUKUM TENTANG KHITBAH

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Fiqih

Dosen pengampu:
Moh. Fodhil, M.Pd.

Oleh:

1. Chakam Abu Musa PAI-2D (2001011896)


2. Hidayatul Maula PAI-2C (2001011901)
3. Siti Indatul Lailiyah PAI-2C (2001011905)
4. Shafira Nadia PAI-2D (2001011921)

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS KH. A. WAHAB HASBULLAH
TAMBAKBERAS JOMBANG
2021

1
DAFTAR ISI

Daftar isi ................................................................................................................i


Kata pengantar..........................................................................................................ii
BAB I Pendahuluan...................................................................................................1
A. Latar belakang.........................................................................................1
B. Rumusan masalah....................................................................................1
C. Tujuan ....................................................................................................1
BAB II Pembahasan .................................................................................................4
A. Pengertian Khitbah.................................................................................4
B. Hukum Khitbah......................................................................................4
C. Hukum Meminang Pinangan Orang Lain..............................................4
D. Hukum Pembatalan Khitbah..................................................................5
BAB III Penutup.......................................................................................................7
A. Kesimpulan.............................................................................................8
BAB IV Daftar pustaka.............................................................................................8

2
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT. Tuhan semesta alam yang telah memberikan hidayah serta
taufiknya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah ini. Dan sholawat serta
salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan kita nabi agung Muhammad SAW. Yang
telah menuntun kita dari zaman jahiliyah menuju zaman yang terang benderang yaitu addinul
islam.
Penulisan makalah dengan judul “HUKUM TENTANG KHITBAH” bertujuan untuk
memenuhi tugas mata kuliah Fiqih.
Akhiru kalam, penulis menyadari bahwa ini masih jauh dari kata sempurna. Besar harapan
penulis agar pembaca berkenan memberikan umpan balik berupa kritik dan saran. Semoga
makalah ini bisa memberikan manfaat bagi berbagai pihak. Aamiin

Jombang, 3 Oktober 2021

Penulis

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pertunangan merupakan awal dari sebuah pernikahan, sebuah tindakan yang disyariatkan oleh
Allah SWT sebelum adanya ikatan suami istri, dengan tujuan untuk saling memahami karakter satu
sama lain. Dalam bahasa Arab pertunangan biasa disebut dengan khitbah, Khitbah sendiri berarti
seorang laki-laki mendatangi keluarga wanita untuk memintanya menjadi istrinya, dengan cara
sesuai dengan yang berlaku dimasyarakat.
Ikatan dalam sebuah pernikahan terjadi setelah seorang laki-laki meminang pihak wanita dan
pinangan tersebut diterima oleh keluarga seorang wanita, Waktu dimana seorang laki-laki dan
perempuan menikah masa itu disebuat dengan masa pertunangan.
Ulama’ banyak yang berpendapat bahwa khitbah bukanlah syarat untuk melakukan sebuah
pernikahan, Pernikahan yang awalnya tidak diawali dengan pertunangan setelah menikah nanti
hukumnya tetap sah-sah saja. Namun mayoritas dimasyarakat kita melakukan pertunangan sebelum
melangsungkan akad nikah.
Sebelum melangsungkan akad nikah yang harus diperhatikan dari kedua mempelai adalah
sudah saling mengenal pribadi masing-masing, Baik dari segi agama, karakter, silsilah nasab,
kehormatan, maupun kecantikan dan ketampanannya. Setelah keduanya saling mengenal maka
segeralah dilangsungkan pertunangan diantara keduannya.
B. Rumusan Masalah
1) Apa itu khitbah?
2) Apa hukum khitbah?
3) Apa hukum mengkhitbah pinangan orang lain?
4) Apa hukum pembatalan khitbah?

4
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN KHITBAH
Khitbah berasal dari kata khathaba, yakhtubu, khatban, wa khitbatan yang artinya adalah
pinangan. Pinangan adalah meminta seorang wanita untuk dijadikan calon istri, Sedangkan menurut
istilah khitbah adalah upaya menyatukan dua keluarga menjadikan suatu hubungan melalui
pernikahan. Mayoritas di masyarakat pihak dari calon mempelai pria yang mengunjungi calon
mempelai perempuan dikediamannya untuk mengutarakan keinginannya berumah tangga.
B. HUKUM KHITBAH
a. Hukum Khitbah
Menurut ulama’ Khitbah merupakan awal dari sebuah pernikahan dan hukumnya adalah
mubah (boleh),selama dalam proses Khitbah tersebut tidak ada larangan syara’, seperti meminang
pinangan orang lain yang dapat menjadikan permasalahan diantara kedua pihak. Karena tujuan
dari pinangan adalah meminta kerelaan seorang wanita untuk dijadikan seorang istri.
Dalam firman Allah SWT dalam surah Al-Baqarah ayat 235:
‫وال جناح عليكم فيما عر ضتم به من خطبته النساء اواكننتم في انفسكم علم هللا انكم ستذكر ونهن ولكن ال توا عدوهن سرا اال ان‬
‫تقولوا قؤالمعرفا ولتعز مواعقدةالنكح حتىي يبلغالكتب اجله والموا ان هللا غفور حليم‬
Artinya : Dan tidak ada dosa bagimu meminang perempuan-perempuan itu dengan sindiran atau
kamu sembunyikan (keinginanmu) dalam hati. Allah mengetahui bahwa kamu akan menyebut-
nyebut kepada mereka. Tetapi janganlah kamu membuat perjanjian (untuk menikah) dengan
mereka secara rahasia, kecuali sekedar mengucapkan kata-kata yang baik. Dan janganlah kamu
menetapkan akad nikah, sebelum habis masa idahnya. Ketahuilah bahwa Allah mengetahui apa
yang ada dalam hatimu, maka takutlah kepada-Nya. Dan ketahuilah bahwa Allah Maha
Pengampun, Maha Penyantun.
Ulama Fiqih menjelaskan mengenai ayat ini bahwa peminangan wanita yang berstatus masa
iddah, namun pada umumnya ayat ini juga dapat menjelaskan baha melakukan pinangan itu
hukumnya Mubah (Boleh). Dalam hadist Nabi bersabda :
)‫اذ حطب احد كم امر اة فقدر انيري منهابعض مايد عو ه الى نكا حها فليفعل (رواه احمدو ابو داود‬
Artinya : “Jika diantara kalian hendak meminang seorang wanita, dan mampu untuk melihat
darinya apa-apa yang mendorongnya untuk menikahinya, maka lakukannya.” (HR.Imam
Ahmad dan Abu Dawud).
Hadist diatas merupakan identifikasi mengenai izin atas seorang laki-laki yang hendak meminang
seorang wanita itu boleh melihat wanita pada bagian-bagian yang umum (wajah dan telapak

5
tangan). Hal ini bisa dilakukan tanpa sepengetahuan seorang wanita dan tidak boleh hanya berdua
saja, Harus ada seseorang yang menyertai keduanya.
Bagi seorang laki-laki dianjurkan dalam memilih seorang wanita adalah karna 4 hal
berdasarkan hadist riwayat Rasulluah yang artinya “Riwayat dari Abu Hurairah , Nabi SAW
bersabda : “ Wanita dikawini karna empat hal, karena hartanya, keturunanya, kecantikannya,
dank arena agamannya, maka akan memelihara tanganmu(Muttafaq Alaih).
b. Hukum Meminang Pinangan Orang Lain
Apabila seseorang meninang pinangan orang lain lalu menikahinya maka dia telah melakukan
perbuatan dosa. Namun pernikahan yang dilakukan setelah peminangan tersebut terdapat
beberapa pendapat , menurut sebagian ulama’ pernikahan yang dihasilkan oleh peminangan
tersebut tetaplah sah. Namun dianggap melakukan perbuatan dosa karena meminang pinangan
orang lain, tidak fasakh karna disisi lain dapat kita ketahui bahwa meminang tidak termasuk
syarat rukun nikah.
Ulama’ menjelaskan bahwa meminang pinangan orang lain hukumnya dalah haram, selama
peminang sebelumnya meninggalkan dan telah memberi izin kepada peminang baru untuk
meminang wanita tersebut.
Perbedaan pendapat dikemukakan oleh Daud al-Zhahiri (w.270H) menurutnya nikah seperti
keterangan diatas adalah fasakh baik sudah dukhul (hubungan suami istri) atau belum. Beliau
(Daud al-Zhahiri) menyatakan larangan meminangan pinangan orang lain itu ditujukan pada
perkawinan bukan pada pinangan itu semata. Hal tersebut menjadikan dilarangnya meminang
pinangan orang lain.
c. Akibat Dari Hukum Khitbah
Khitbah merupakan langkah awal menuju pernikahan laki-laki dan perempuan. Islam
menyatakan bahwa calon mempelai dapat saling mengenal dan memahami karakter satu sama
lain namun meskipun begitu islam tetap melarang berkhalwat (bersepi-sepi) sampai mereka
benar-benar melangsungkan akad nikah .
Hubungan antara laki-laki dan perempuan yang baru saja khitbah, hubungannya sama
dengan orang yang asing karena belum ada ikatan pernikahan oleh karena itu haram hukumnya
mereka saling melihat dan juga menyentuh karena bukan mahramnya.
d. Pembatalan Khitbah
Khitbah adalah sebuah janji untuk melangsungkan pernikahan, oleh sebab itu khitbah daapat
saja diputuskan oleh salah satu pihak, karna dalam keduanya belum ada ikatan pernikahan
karena akad pertunangan itu belum mengikat keduanya dan menyebabkan belum ada hak dan
kewajiban yang harus dipenuhi.

6
Menurut Ali Yusuf As-Subkhi, bila pertunangan terpaksa harus dibatalkan oleh salah satu
pihak setelah membatalkan pinangan kemudian memberitahukannya maka seluruh mahar atau
sebagiannya harus dikembalikannya. Untuk itu dapat diketahui bahwa hukum membatalkan
khitbah :
1) Makruh, jika pembatalannya tanpa alasan yang jelas dan alasan yang berlandaskan syariat
2) Mubah / boleh, jika alasannya kuat, rasional, dan sesuai dengan landasan syariat
Menurut pendapat Syafi’iyyah “Bagi laki-laki pelamar boleh menarik ulang hadiahnya sebab
hadiah tersebut diberikan agar terjadi akad pernikahan, bila ikatannya gagal baginya berhak
menariknya kembali saat masih ada atau dengan barang pengganti bila telah rusak”. (I’aanah at-
thoolibiin III/156).

7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulannya adalah bahwa pertunangan hukumnya adalah mubah, atau boleh karena
pertunangan merupakan jembatan untuk laki-laki dan perempuan saling mengenal satu sama lain
sebelum melangsungkan pernikahan dan berdua seumur hidup. Namun demikian setelah
melangsungkan pertunagan bukan berarti boleh melakukan hal-hal layaknya suami istri, tidak, itu
sama sekali tidak dianjurkan dalam agama. Jangankan hal tersebut saling menatap dan bersentuhan
saja sudah dilarang. Jadi kita dapat mengetahui bahwa ketika dikhitbah keduanya hanya sedang
saling memahami satu sama lain tidak lebih.

8
DAFTAR PUSTAKA

Ismail.2009.Khitbah Menurut Perspektif Hukum Islam.


Khusniah, Rosyidatul.2020.Pengaruh Khitbah Dalam Membentuk Keluarga Sakinah Mawadah
Warahmah Prespektif Hukum Islam.Lampung
Almunawwar.or.id.http://www.almunawwar.or.id/pendapat-4-mazhab-tentang-hukum-status-hadiah-
pemberian-saat-khitbah/
Fathullah.2019.Pandangan Hukum Islam Tentang Denda Akibat Pembatalan Pinangan(Khitbah)
Oleh Pihak Perempuan.Probolinggo

Anda mungkin juga menyukai