Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

HADITS TENTANG NAJIS

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hadits

Dosen pengampu:

Moh. Fodhil, M.Pd.

Oleh:

1. Chakam Abu Musa PAI-2D (2001011919)


2. Hidayatul Maula PAI-2C (2001011901)
3. Siti Indatul Lailiyah PAI-2C (2001011905)
4. Shafira Nadia PAI-2D (2001011921)

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS KH. A. WAHAB HASBULLAH

TAMBAKBERAS JOMBANG

2021
DAFTAR ISI

Daftar isi....................................................................................................................i
Kata pengantar..........................................................................................................ii
BAB I Pendahuluan...................................................................................................1
A. Latar belakang.........................................................................................1
B. Rumusan masalah....................................................................................1
C. Tujuan ....................................................................................................1
BAB II Pembahasan .................................................................................................4
A. Pengertian Najis dan Jenisnya................................................................4
B. Hadist.....................................................................................................4
C. Makna Hadist ........................................................................................4
BAB III Penutup.......................................................................................................7
A. Kesimpulan.............................................................................................8
BAB IV Daftar pustaka.............................................................................................8
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT. Tuhan semesta alam yang telah memberikan hidayah
serta taufiknya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah ini. Dan sholawat serta
salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan kita nabi agung Muhammad SAW. Yang
telah menuntun kita dari zaman jahiliyah menuju zaman yang terang benderang yaitu addinul
islam.

Penulisan makalah dengan judul “HADIST TENTANG NAJIS”bertujuan untuk memenuhi


tugas mata kuliah Hadist
Akhiru kalam, penulis menyadari bahwa ini masih jauh dari kata sempurna. Besar
harapan penulis agar pembaca berkenan memberikan umpan balik berupa kritik dan saran.
Semoga makalah ini bisa memberikan manfaat bagi berbagai pihak. Aamiin

Jombang, 2 Oktober 2021

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Najis merupakan sesuatu yang menjadi halangnya suatu ibadah kepada Allah.
Kebanyakan orang dari masyarakat kita masih belum paham betul mengenai najis dan juga
cara mensucikannya, Hal yang sebenernya sepele itu namun sangat berdampak besar bagi
ibadah kita, yakni ibadah kita tidak dapat diterima oleh Allah SWT. Najis juga sangat
beragam bentuknya ada yang terlihat maupun tidak juga cara mensucinya juga bermacam-
macam,Oleh karna itu perlu kita belajar tentang makalah ini.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa itu najis ?

2. Apa saja macam-macamnya?

3. Bagaimana Bunyi Hadist Tentang Najis?

4. Apa Makna Hadist nya ?

5. Bagaimana Asbabun Wurudnya?


BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN NAJIS

Najis secara bahasa arab bermakna Al Qadzaroh yang artinya adalah kotoran. Najis
adalah kotoran yang menjadi sebab terhalangnya melakukan ibadah kepada Allah. Sedangkan
menurut definisi Asy-Syafiiyah adalah sesuatu yang dianggap kotor dan mencegah sahnya
sholat tanpa ada hal yang meringankan. Menurut Al-Malikiyah,Najis adalah sifat hukum
suatu benda yang mengharuskan seseorang tercegah dari kebolehan melakukan sholat bila
terkena atau berada didalamnnya.

Macam-macam ada 3, yaitu :

1. Najis Mukhafafah (Ringan)


Najis ringan yaitu najis yang berasal dari air kencing bayi laki-laki yang belum
berumur 2 tahun dan belum pernah makan apapun kecuali ASI.
Cara mensucikanya dengan menghilangkan wujud najis terlebih dahulu kemudian
memercikkan air di tempat yang terkena najis.
2. Najis Mutawasithah (Sedang)
Najis sedang yaitu najis yang berasal dari qubul dubur manusia dan binatang kecuali
air mani, minuman yang memabukkan dan susu hewan yang tidak halal dikonsumsi.
Najis Mutawasithah terbagi menjadi 2, yaitu Najis ‘Ainiyah (Najis yang kelihatan
wujudnya, warna, bau dan rasa), dan Najis Khukmiyah (Najis yang sifatnya tidak
terlihat, contohnya air kencing yang sudah kering).
Yang tergolong najis mutawasithah ialah : madzi, wadi, darah, bangkai, nanah,
muntah, khamr (dan barang yang memabukkan), empedu, air susu binatang yang
haram, tinja, kencing, dll.
Cara mensucikan najis ‘ainiyah yaitu dengan menghilangkan warna, bau, dan rasa
terlebih dahulu lalu dibasuh dengan air. Jika salah satu dati ke tiga sifat tadi hilang,
maka dihukumi suci, namun jika ketiganya terkumpul dalam satu tempat najis
tersebut, maka hukumnya masih tetap najis.
Cara mensucikan najis khukmiyah yaitu cukup dengan satu kali basuhan air atau
mengalirkan air diatas tempat yang terkena najis.
3. Najis Mugholladzoh (Berat)
Najis berat yaitu najis yang berasal dari anjing, babi, dan anak dari salah satu
keduanya.
Cara mensucikannya dengan membasuhkan air sebanyak 7x basuhan dimana salah
satu nya dicampur dengan debu yang suci. Debu yang digunakan untuk mencampur
harus debu yang suci, tidak boleh debu yang najis dan debu yang musta’mal(debu
yang telah digunakan untuk bertayamum).

Bentuk-bentuk najis yang di ma’fu (diampuni), antara lain :

1) Sejenis darah nyamuk


2) Darah sejenis kudis (wudun semat, luka-luka, nanah,dll)
3) Sedikit darah orang lain yang bukan mugholladhoh
4) Sedikit darah sejenis haidh dan darah hidung (mimisan)
5) Darah yang keluar dari sejenis tusuk jarum dan bekam meskipun banyak yang masih
tertinggal ditempat yang luka.
6) Bekas najis sesudah istijmar atau peper (bersuci dengan menggunakan batu)
7) Tahi segala burung yang telah kering mengenai tempat, jika ditempat manapun juga
banyak kedapatan seperti ini.

B. HADIST

‫ ويرش من بول الغالم‬,‫ قال النبي – صلى هللا عليه وسلم – يغسل من بول الجا ية‬: ‫وعن أبي السمح – رضي هللا عنه – قال‬
‫ وصححه الحا كم‬,‫ والنسا ئي‬,‫– أحرجه أبو داود‬

Artinya: Dari Abu As-samh radhiyallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “bekas air kencing
bayi perempuan harus dicuci dan bekas air kencing bayi laki laki cukup diperciki dengan air”
(dikeluarkan oleh Abu Daud dan Nasa’i. Al-Hikam mensahihkan hadits ini). [HR. Abu
Daud , no.376; An-Nasa’I, 224,304; dan Al-Hikam, 1:166].

- :- ‫ صلى هللا عليه وسلم – قال – في دم الحيض يصيب الثوب‬- ‫ أن النبي‬: ‫وعن أ سما ء بنت أبي بكر رضي هللا عنهما‬
‫ ثم تصلي فيه" – متفق عليه‬, ‫ ثم تنضحه‬, ‫ ثم تقر صه با لما ء‬, ‫"تحته‬
Artinya: Dari asma binti abu bakar radhiyallahu ‘anhu bahwa nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda tentang darah haid yang mengenai pakaian, “Engkau kikis, engkau gosok
dengan air, lalu siramlah, baru kemudian engkau boleh shalat dengan pakaian itu”.
(Muttafaqun ‘alaihi). [HR. Bukhori, no. 227,307 dan Muslim, no. 291]
C. MAKNA HADIST

A. Hadist Pertama

Air kencing laki-laki dan perempuan terdapat perbedaan, diamana air kencing bayi
perempuan warna kuningnya itu lebih pekat daripada laki-laki. Adapun bedannya cara
pensucian bayi laki-laki cukup dipercikkan air,sedangkan bayi perempuan dibilas dengan air
seraya diperas. Untuk bayi laki-laki diperjelas lagi apabila memang belum mengkonsumsi
apapun selain dari asi ibunya maka sifat najisnya itu masih termasuk najis ringan.

Terdapat perbedaan mengenai najis diatas seperti halnya air kencing bayi laki-laki dan
perempuan mengapa dibedakan, karna dilihat dari asal muasal manusia diciptakan. Manusia
yang diciptakan pertama kali didunia adalah Adam, bisa kita ketahui bahwa Nabi Adam
diciptakan dari tanah dan hukum dari tanah adalah bisa mensucikan/suci(Tayamum), setelah
penciptaan Adam Allah menciptakan Hawa yang berasal dari tulang rusuk Adam adanya
percampuran dari darah dan tanah, Sudah dapat dipastikan bahwa darah hukumnya adalah
najis. Dari hal ini kita sudah bisa menarik kesimpulan kecil.

Diluar Hadist tersebut terdapat juga keterangan bahwa air liur dari Anjing itu najis yang
paling berat, mengapa bisa begitu dalam penelitian air liur dari anjing itu mengandung
bakteri yang sangat banyak, sehingga ketika dicuci tidak cukup hanya menggunakan
deterjen saja, harus salah satunya dengan menggunakan Tanah yang sifatnya juga
mengandung bakteri, nah bakteri dari tanah itulah yang akan membunuh bakteri dari air liur
tersebut.
B. Hadist Kedua
Makna dari hadist kedua ini menjelaskan tentang pakaian yang terdapat noda dari darah
haid ada beberapa kesimpulan mengenai hal ini :
1. Darah haid sudah pasti hukumya adalah najis, dan harus dibersihan mealui
berberapa tahap, setelah itu pada akhir hadist nabi mengatakan “Kemudian
sholatkan dengan pakaian itu” jadi dapat disimpulkan noda darah haid yang
terdapat pada pakaian harus dibersikan dulu kemudian bisa dipakai lagi untuk
ibadah ataupun hal yang lain.
2. Darah haid itu meskipun sedikit, tidak dimaafkan oleh Allah. Oleh karena itu
dalam hadist tersebut nabi juga mengatakan “Kemudian gosoklah dengan air”
Berarti dalam membersihkannya kita juga harus menggosoknya.
3. Wanita boleh sholat menggunaka pakaian yang dipakai saat haid, asalkan pakaian
tersebut telah dicuci.
D. ROWI HADIST
1. Hadist Pertama
Diriwayatkan oleh Abu Daud, An-Nasa’I, dan juga Al-Hakim. Hadits ini punya penguat
dalam hadits ‘Ali dan hadits Ummul Fadhl Lubabah binti Al-Harits. Al-Bukhari
mengatakan bahwa hadits Abu As-Samh adalah hadits hasan. (Lihat Al-Minhah Al-‘Allam
fii Syarh Bulugh Al-Maram, 1:122-123).
2. Hadist Kedua
Diriwayatkan oleh Muttafaqun Allaih, atau 2 imam besar dalam hadist yaitu Bukhari dan
Muslim.
E. ASBABUL WURUD
1. Hadist Pertama
2. Hadist Kedua
Dari Asma’ binti Abu Bakar, beliau berkata, “Seorang wanita pernah mendatangi
Rasulullah kemudian berkata, “Di antara kami ada yang bajunya terkena darah hais. Apa
yang harus kami perbuat?”. Rasulullah menjawab, “Gosok dan keriklah pakaian tersebut
dengan air, lalu percikilah. Kemudian shalatlah dengannya.”(HR.Bukhari).
F. Kandungan Fiqih
Seperti yang telah dijelaskan diatas mengenai najis. Najis adalah sesuatu yang
menyebabka terhalangya ibadah kepada Allah, najis juga dibedakan menjadi berberapa
macam yaitu, Najis Mukhafafah (Ringan). Najis ringan yaitu najis yang berasal dari air
kencing bayi yang belum berumur 2 tahun dan belum pernah makan apapun kecuali ASI,
Najis Mutawasithah (Sedang). Najis sedang yaitu najis yang berasal dari qubul dubur
manusia dan binatang, dan Najis Mugholladzoh (Berat). Najis berat yaitu najis yang
berasal dari anjing, babi, dan anak dari salah satu keduanya.
Bukan hanya itu saja diatas juga telah dijelaskan mengenai hadist darah haid yang
ada pada pakaian, apabila pakaian tersebut telah disucikan atau dalam kata lain dicuci
kemudian dikeringkan maka pakaian tersebut sudah bisa digunakan untuk melakukan
ibadah lagi, juga kita bisa menggunakan pakaian yang dikita pakai saat haid apabila
pakaian tersebut telah dicuci dengan bersih.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dapat disumpulkan bahwa najis itu dapat mengganggu kelangsungan ibadah
kepada Allah, oleh karna itu perlu sekali diperhatikan. Najis sekecil apapun harus
disucikan dengan cara-cara tertentu sesuai dengan tingkatan najisnya.

BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

Maulana, Tommy.2019.Inilah Dalil Tentang Najis yang Harus Anda


Tahu.https://umroh.com/blog/dalil-tentang-najis/

Radar Semarang Digital.2021.Macam-Macam Najis dan Cara


Menghilangkannya.Semarang.
https://radarsemarang.jawapos.com/webtorial/2021/02/21/macam-macam-najis-dan-cara-
menghilangkannya/

Anda mungkin juga menyukai