Anda di halaman 1dari 12

THAHARAH (BERSUCI) DARI NAJIS DAN BERSUCI DARI HADATS

MAKALAH

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Fiqih Ibadah yang diampu oleh

Bapak Abbadi Ishomudin, M.A.

Oleh:

Ummiyunah (22381022019)

Ica Rusmia Indah Novita Sari (22381022006)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI MADURA

MARET 2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang telah


melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
makalah ini yang berjudul “Thaharah (Bersuci) dari Najis dan Bersuci dari
Hadats” yang dapat terselesaikan pada waktunya. Walaupun hasilnya masih jauh
dari apa yang menjadi harapan.

Adapun penulisan makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas Bapak Abbadi
Ishomudin, M.A. pada mata kuliah Fiqih Ibadah. Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang “Thaharah (Bersuci) dari Najis dan
Bersuci dari Hadats” bagi para pembaca dan juga penulis.

Kesalahan yang terdapat di dalam jelas ada. Namun bukanlah kesalahan


yang tersengaja melainkan karena kekhilafan. Dari semua kelemahan kiranya
dapat dimaklumi. Demikianlah, harapan kami semoga makalah ini bermanfaat
bagi kita semua dan menambah referensi yang baru sekaligus ilmu pengetahuan
yang baru pula. Aamiin.

Pamekasan, 03 Maret 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL........................................................................................i

KATA PENGANTAR.........................................................................................ii

DAFTAR ISI........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................1
C. Tujuan Penulisan.......................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Thaharah..................................................................................3
B. Macam-macamnya Thaharah...................................................................3
C. Alat-alat Thaharah.....................................................................................3
D. Pengertian Najis........................................................................................3
E. Macam Macam Najis dan Cara Bersuci dari Najis...................................3
F. Pengertian Hadats......................................................................................6
G. Macam-macamnya dan Cara Bersuci dari Hadats....................................6

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan................................................................................................8
B. Saran..........................................................................................................8

DAFTAR RUJUKAN..........................................................................................9

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Islam menganjurkan untuk selalu menjaga kebersihan badani selain
rohani. Kebersihan badani tercermin dengan bagaimana umat muslim selalu
bersuci sebelum mereka melakukan ibadah menghadap Allah SWT. Pada
hakikatnya tujuan bersuci adalah agar umat muslim terhindari dari kotoran atau
debu yang menempel di badan sehingga secara sadar atau tidak sengaja
membatalkan rangkaian ibadah kita kepada Allah SWT. Namun, yang terjadi
sekarang adalah, banyak umat muslim hanya tahu saja bahwa bersuci itu sebatas
membasuh badan dengan air tanpa mengamalkan rukun-rukun bersuci lainnya
sesuai syariat Islam. Bersuci atau istilah dalam istilah Islam yaitu “Thaharah”
mempunyai makna yang luas tidak hanya berwudhu saja. Pengertian thaharah
adalah mensucikan diri, pakaian, dan tempat sholat dari hadas dan najis menurut
syariat islam. Bersuci dari hadas dan najis adalah syarat syahnya seorang
muslim dalam mengerjakan ibadah tertentu. Berdasarkan pengertian tersebut
sebenarnya banyak sekali manfaat yang bisa kita ambil dari fungsi thaharah.
Taharah sebagai bukti bahwa Islam amat mementingkan kebersihan dan kesucian.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Thaharoh?
2. Sebutkan macam-macam Thaharah!
3. Apas saja alat-alat Thaharah!
4. Apa Pengertian dari Najis?
5. Sebutkan macam-macam najis dan cara bersuci dari najis!
6. Apa Pengertian hadats?
7. Sebutkan macam-macam hadats dan cara bersuci dari hadts!
C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini agar pemateri dan pembaca dapat
memahami pengertian thaharah, macam-macam thaharah, alat-alat

1
bersuci,pengertian najis, macam-macam najis dan tata cara mensucikannya,
pengertian hadast, macam-macam hadas dan cara mensucikannya.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Thaharah
‫ هي فعل ما ال تصح الصالة اال به‬:‫الطهارة‬.

Thaharah menurut bahasa berarti bersih. Sedangkan menurut syara’ ialah


mengerjakan sesuatu yang menyebabkan seseorang dapat mengerjakan shalat dan
semisalnya.
B. Macam-macam Thaharah
‫ وطهارة من الخبث‬،‫ طهارة من الحدث‬:‫وهي نوعان‬.
Adapun macam-macam Thaharah ada dua:
1. Thaharah (bersuci) dari hadats
2. Thaharah (bersuci) dari kotoran
Cara bersuci dari hadast adalah dengan mengerjakan wudhu’, mandi dan
tayamum. Sedangkan cara bersuci dari najis adalah dengan menghilangkan najis
yang ada di badan, tempat dan pakaian.
C. Alat-alat Thaharah
‫ والدبغ‬،‫ والحجر‬،‫ والتراب‬،‫ الماء‬:‫ أربعة‬:‫انواع المطهراة‬.
1. Air
2. Debu
3. Batu
4. Samak
D. Pengertian Najis
Najis adalah suatu perkara yang dianggap kotor oleh syara' yang dapat
mencegah keabsahan sholat, seperti darah, air seni, kotoran manusia atau hewan
dan lain-lain. Dari definisi tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa barang kotor
yang ada disekitar kita, belum tentu dihukumi najis karena tidak semuanya
mencegah keabsahan sholat, seperti tanah, lumpur, sampah dan lain-lain.
E. Macam-macam Najis dan Cara Bersuci dari Najis

3
Macam-macam Najis Dan Cara Menyucikannya Melihat kekuatan dan
sumbernya, najis dapat dibagi menjadi tiga, yaitu:
1. Najis Mugholladzhoh
2. Najis Mukhoffafah.
3. Najis Mutawassithoh.
a) Najis Mugholladhoh adalah najis dari anjing, babi dan segala
keturunannya. Seluruh bagian hewan tersebut najis hukumnya, oleh karena
itu jika hewan tersebut bersentuhan dengan suatu benda, maka bagian
yang tersentuh menjadi najis, apabila bagian yang saling bersentuhan
tersebut basah salah satu atau keduanya.
Adapun cara menyucikan bagian suatu benda yang terkena najis
mugholladhoh adalah :
- Basuhlah daerah yang terkena najis Mugholladhoh dengan air
sebanyak 7 kali yang salah satunya dicampur dengan debu
- Sebelum dibasuh, dzat najis tersebut harus dihilangkan terlebih
dahulu, seperti kotoran anjing yang mengenai lantai, haruslah
dihilangkan terlebih dahulu, baru setelah itu dibasuh.
Bisa juga dengan memasukkan benda yang terkena najis tersebut ke dalam
sungai yang keruh dan menggerakkannya sebanyak tujuh kali. Namun, sebaiknya
debu tersebut dicampur pada basuhan yang pertama.
Perlu diperhatikan, membasuh benda yang terkena najis mugholladzoh
haruslah hati-hati, diusahakan jangan sampai percikannya mengenai benda lain
disekitarnya. Apabila sampai mengenai benda lain disekitarnya maka bagian najis
itu harus disucikan pula.
Apabila percikan tersebut dari basuhan yang pertama, maka, benda yang
terkena percikan tersebut harus dibasuh sebanyak enam kali. Apabila dari basuhan
yang kedua, maka, harus dibasuh sebanyak lima kali, dan seterusnya.
Basuhan untuk menyucikan benda yang terkena percikan tersebut tidak perlu
dicampur debu, apabila percikan tersebut tidak perlu dicampur dengan debu atau
sebelumnya telah dicampur dengan debu. Apabila tidak demikian, maka perlu
mencampurnya dengan debu.

4
b) Najis Mukhoffafah adalah najis yang berupa air seninya anak laki-laki
yang belum genap umur 2 tahun dan belum pernah mengkonsumsi selain
susu (hewan atau manusia) murni sebagai makanan pokok. Berbeda
dengan air seni anak wanita, walaupun masih bayi dan hanya minum susu
ibu, air seninya termasuk najis mutawassithoh, begitu juga air seni bayi
laki-laki yang minuman pokoknya susu kaleng atau bubuk, maka,
hukumnya najis mutawassithoh karena susu tersebut sudah tidak murni
lagi.
Apabila anak laki-laki tersebut minum obat untuk penyembuhan, maka hal
tersebut tidak merubah status air seninya (tetap mukhoffafah), karena selain susu,
yang ia minum bukan sebagai makanan utama tapi untuk penyembuhan.
Najis mukhoffafah merupakan najis yang ringan dalam menyucikannya,
caranya adalah:
- Hilangkanlah terlebih dahulu dzat dan sifat-sifat air seni tersebut
dengan cara dilap dengan semisal kain.
- Selanjutnya, percikkan air keseluruh tempat yang terkenal najis hingga
betul-betul merata, walaupun tidak mengalir.

Perlu diingat, tempat tersebut dapat menjadi suci, apabila percikan air dapat
menghilangkan bau dan bekas air seni tersebut. Apabila tidak, maka tempat
tersebut belum menjadi suci dan perlu dipercikan air kembali agar bau dan
bekasnya betul-betul hilang.

c) Najis Mutawassithoh adalah Najis selain bentuk yang telah disebutkan


diatas, seperti: kotoran hewan, darah, bangkai dan lain-lain. Najis kategori
ini terbagi menjadi dua :
1. Najis Hukmiyyah
yakni najis yang tidak terdapat dzat, bau, warna maupun rasanya.
Contoh: Lantai yang terkena air seni kucing, setelah lama dibiarkan, air
seni tersebut mengering tanpa meninggalkan bau dan bekas. Nah, air seni
kucing yang tidak berbekas itulah salah satu bentuk najis hukmiyyah. Cara
menyucikannya cukup dengan menyiramkan air pada tempat yang terkena
najis tersebut.

5
2. Najis 'Ainiyyah
Najis 'ainiyyah adalah kebalikan dari najis hukmiyyah, yaitu najis
yang masih terdapat dzat atau salah satu sifatya, seperti bau, warna dan
rasa. Contohnya banyak sekali, seperti air seni orang dewasa, darah dan
lain-lain. Sedangkan cara menyucikan najis 'ainiyyah adalah dengan
menghilangkan dzat, bau, warna dan rasanya. Apabila bau atau warna sulit
untuk dihilangkan dengan cara dikerok, digosok, bahkan dikasih sabun
sekalipun, maka hukumnya dima' fu (diampuni). Berbeda apabila yang
tersisa adalah rasanya, maka tempat tersebut tetap dihukumi najis.
Contoh: setelah tempat yang terkena najis tersebut dibersihkan dengan
cara di atas, lalu dia merasa yakin bahwa rasa najis sudah tidak ada, boleh
baginya menjilat tempat tersebut, apa- bila dia masih merasakan rasanya
najis, maka tempat tersebut belum dianggap suci, begitu pula apabila bau
beserta warna- nya tidak dapat (sulit) dihilangkan, maka tempat tersebut
belum dianggap suci.
Perlu diketahui, tidak boleh menyucikan benda yang terkena najis dengan
cara memasukkannya kedalam air yang kurang dari dua qullah, karena air
tersebut akan ikut manjadi najis, sebab air yang kurang dari dua qullah
akan menjadi najis apabila kejatuhan najis, walaupun tidak berubah.

F. Pengertian Hadats
Hadats merupakan keadaan tidak suci pada seorang muslim yang telah baligh
sehingga menyebabkan ia tidak boleh shalat dan melaksanakan ibadah lainnya.
Dalam arti lain Hadats adalah sebuah keadaan dimana seseorang terlarang
hukumnya melakukan beberapa ibadah, dan dihilangkan atau diangkat hadats itu
lewat wudhu’, mandi janabah atau tayammum.
G. Macam-macam Hadats dan Cara Bersuci dari Hadast
a) Macam-macam Hadats dan Cara Mensucikannya Para ulama sepakat untuk
membagi hadats menjadi dua, yaitu hadats kecil dan hadats besar.
1. Hadats kecil adalah kondisi hukum dimana seseorang sedang tidak dalam
keadaan berwudhu'. Entah memang karena asalnya belum berwudhu' atau
pun sudah berwudhu' tetapi sudah batal lantaran melakukan hal-hal

6
tertentu. Hal-hal yang bisa mengakibatkan hadats kecil adalah ada
beberapa hal,diantaranya adalah keluarnya sesuatu lewat lubang kemaluan,
tidur, hilang akal, menyentuh kemaluan, dan menyentuh kulit lawan jenis.
2. Hadats besar adalah kondisi hukum dimana seseorang sedang dalam
keadaan janabah Dan janabah itu adalah status hukum yang tidak
berbentuk fisik Maka janabah tidak identik dengan kotor. Hal-hal yang
bisa mengakibatkan hadats besar antara lain adalah keluar mani,
bertemunya dua kemaluan, meninggal dunia, mendapat haidh, nifas dan
melahirkan.
b) Tata Cara
Tata cara mengangkat hadats atau mensucikan diri dari hadats ada tiga
macam:
1. Pertama dengan cara berwudhu Ritual ini tujuan dan fungsinya khusus
untuk mensucikan diri dari hadats kecil saja.
2. Kedua adalah mandi janabah. Ritual untuk berfungsi untuk
mensucikan diri dari hadats besar, juga sekaligus berfungsi untuk
mengangkat hadats kecil juga. Sehingga seseorang yang sudah
melakukan mandi janabah pada dasarnya tidak perlu lagi berwudhu'.
3. Ketiga adalah tayammum. Ritual ini hanya boleh dikerjakan tatkala
tidak ada air sebagai media untuk berwudhu' atau mandi janabah.
Tayammum adalah bersuci dengan menggunakan media tanah,
berfungsi mensucikan diri dari hadats kecil dan juga hadats besar.

7
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kebersihan yang sempurna menurut syara' disebut thaharah, merupakan


masalah yang sangat penting dalam beragama dan menjadi pangkal dalam
beribadah yang menghantarkan manusia berhubungan dengan Allah SWT Tidak
ada cara bersuci yang lebih baik dari pada cara yang dilakukan oleh syant Islam,
karena syariat Islam menganjurkan manusia mandi dan berwudlu. Walaupun
manusia masih dalam keadaan bersih, tapi ketika hendak melaksanakan sholat dan
ibadah-ibadah lainnya yang mengharuskan berwudlu, begitu juga dia harus pula
membuang kotoran pada diri dan tempat ibadahnya dan mensucikannya karena
kotoran itu sangat menjijikkan bagi manusia.

B. Saran
Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari mungkin terdapat
kekurangannya. Untuk itu penulis menerima setiap saran yang membangun dari
pembaca agar makalah ini jadi lebih baik.

8
DAFTAR RUJUKAN

Ma’ruf, Tolhah dkk. Fiqih Ibadah. Jawa Timur: Lembaga Ta’lif Wannasyr,

Jabbar, Umar Abdul. Al-mabadiul Fiqhiyah. Surabaya.

Anda mungkin juga menyukai