Anda di halaman 1dari 13

Makalah Fiqih dan Thaharah

DISUSUN OLEH :

Ahmad Bayu Saputra (02011182227011)


Farhan Alfarizh (02011182227071)
Suci Ramah Lorensyah (02011182227061)
Meilani Chairunnisya (02011282227111)

Mata Kuliah : Pendidikan Agama Islam


Dosen Pembimbing : Endang Sawitri, M.Pd.I

Program Studi Ilmu Hukum


Fakultas Hukum
Universitas Sriwijaya
2022
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................1
BAB I PENDAHULUAN........................................................................2
1.1 Latar Belakang...................................................................................2
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................2
1.3 Tujuan.................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................3
2.1 Pengertian Thaharah dan pembagiannya...........................................3
2.2 Pengertian Wudlu dan pembagiannya….............................................3
2.3 Pengertian Mandi dan pembagiannya................................…………….. 3
2.4 Pengertian Tayammum dan pembagiannya..............................……… 3
2.5 Istinja’........................................................................……………………… 3
2.6 Hikmah Bersuci.......................................................................………… 3
BAB III PENUTUP.................................................................................4
3.1 Kesimpulan..........................................................................................4
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................….. 5
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
karunia-Nya, dengan itu dapat diselesaikan makalah yang
berjudul “Fiqih dan Thaharah” tepat pada waktunya. Adapun
tujuan dari penulisan makalah ini yaitu untuk memenuhi
tugas pada mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan yang
dibimbing oleh Ibu Endang Sawitri, M.Pd.I. sekaligus untuk
memperdalam pengetahuan tim penulis mengenai Fiih dan
Thaharah

Pada kesempatan ini, tim penulis hendak menyampaikan


terima kasih kepada pihak-pihak yang telah memberikan
dukungan sehingga makalah ini dapat diselesaikan.
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Alah mencintai sesuatu yang bersih dan suci Dalam hukum Ishim bersuci dan segah
seluk beluknya adalah termasuk bagian ilmu dan amalan yang penting terutama karena
diantaranya syarat-syarat sholat telah ditetapkan bahwa seseorang yang akan
melaksanakan shokt, wajib suci dari hadas dan suci puh badan, pakaan dan tempatnya dari
najis. Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak terlepas dari sesuatu (barang) yang kotor dan
najis sehingga thaharah dijadikan sebagai alat dan cara bagaimana mensucikan diri sendiri
agar sah saat menjalankan ibadah.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang dimaksud dengan pengertian thaharah?


2. Sebutkan pembagian thaharah?
3. Sebutkan macam-macam air dan pembagiannya?
4. Benda apa sajakah yang najis?

5. Sebutkan pembagian najis?


6. Bagaimana cara-cara bersuci dari hadas dan najis?

1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui tentang pengertian thaharah.
2. Untuk mengetahui pembagian thaharah.
3. Untuk mengetahui micam-macam air dan pembagiannya.
4. Untuk memahami benda-benda yang menyebabkan najis.

5. Untuk mengetahui pembagian najis.


6. Memahami cara-cara bersuci dari hadas dan najis.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 THAHARAH
1. Pengertian Thaharah
Thaharah menurut bahasa ialah bersih dan bersuci dari segala kotoran, baik yang
nyata seperti najis, maupun yang tidak nyata seperti ab. Menurut istilah para fuqaha berarti
membersihkan diri dari hadas dan najis, seperti mandi berwudhu dan bertayammum.
(Saifuddin Mujtaba'. 2003:1). Suci dari hadas ialah dengan mengerjakan wudhu mandi dan
tayammum. Suci dari najs ialah menghilangkan najis yang ada di badan, tempat dan pakaian.
Urusan bersuci meliputi beberapa perkara sebagai berikut:
a. Alat bersuci seperti air. tanah, dan sebagainya
b. Kaifiat (cara) bersuci
c. Macam dan jenis-jenis najis yang perlu disucikan
d. Benda yang wajib disucikan.

e. Sebab-sebab atau keadaan yang menyebabkan wajib bersuci


Allah berfirman dalam Al-Qur'an yang artinya "Mereka bertanya kepadamu tentang
haidh Katakanlah "Haidh tu adakh suatu kotoran. Oleh sebab itu hendaklah kamu
menjauhkan diri dari wanita di waktu haidh, dan janganlah kamu mendekati mereka,
sebelum mereka suci. Apabila mereka tehh suci, maka campurilah mereka itu di tempat
yang diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
taubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri. (QS. 2:222). Adapun thaharah
dalam ilmu fiqh ialah:

a. Menghilangkan najis.
B. Berwudhu.
c. Mandi
d. Tayammum

Alat yang terpenting untuk bersuci ialah air. Jika tidak ada air maka tanah, batu dan
sebagainya dijadikan sebagai alat pengganti air. Air tersebut dibagi menjadi 4, yatu:
1. Air mutlak (air yang suci dan mensucikan), yaitu ar yang masih nur, dan tidak bercampur
dengan sesuatu yang lain. Air mutlak itu ada tujuh jenis, yaitu:
1) Air hujan

2) Air laut
3) Air sungai
4) Air sur
5) Air yang bersumber (dari mata air)

6) Air es
7) Air embun
2. Air musyammas (air yang suci dan dapat mersuckan tetapi makhruh digunakan). yatu air
yang dipanaskan dengan terik matahari di tempat logam yang bukan emas.

3. Air musta’ mal (air suci tetapi tidak dapat mensucikan), yaitu air yang sudah digunakan
untuk bersuci.
4. Air mutanajis (air yang najis dan tidak dapat mensucikan), yaitu air telah kemasukan
benda najis atau yang terkena najis.

2. Macam-Macam Thaharah
a) Bersuci dari dosa (bertaubat).
Bertaubat kepada Allah yang merupakan thaharah nahaniah, juga sebagai metode
mensucikan diri dari dosa-dosa yang besar maupun yang kecil kepada Allah Jika dosa yang
dimaksudkan berhubungan dengan manusia, sebelum bertaubat ia harus meminta maaf
kepada semua orang yang disaktinya. Sebab Allah akan menerima taubat hamba-Nya secara
bngsung jika berhubungan dengan dosa-dosa yang menjadi hak Allah. Alah SWT berfirman
dalam Al-Qur'an Artinya:

“Dan hendaklah kamu memohon ampunan kepada Tuhanmu dan bertaubat kepada
Nya, niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik kepadamu sampai waktu yang
telah ditentukan. Dan Dia akan memberikan karunia-Nya kepada setiap orang yang
berbuat baik. Dan jika kamu berpaling maka sungguh Aku takut kamu akan ditimpa
azab pada hari yang besar (kiamat)"
Yang dimaksud dengan taubat nashuha adalah taubat yang sesungguhnya. Ciri-
cirinya adalah:
a. Menyesal dengan perbuatan yang telah dilakukan.

b. Berjanji tidak akan mengulanginya.


c. Selalu meminta ampunan kepada Alah dan berzikir.
d.Berusaha terus-menerus untuk memperbaiki diri dengan memperbanyak perbuatan baik
dengan mengharap keridhoan dari Allah SWT
b) Bersuci menghilangkan najis.
Najis menurut bahasa ialah apa saja yang kotor, baik jiwa, benda maupun amal
perbuatan Sedangkan menurut fuqaha berarti kotoran (yang berbentuk zat) yang
mengakibatkan sholat tidak sah.

• Benda-benda najis yaitu


a. Bangkai (kecual bangkai dan dan belabing)

b. Darah
c. Babi
d. Khamer dan benda cair apapun yang memabukkan
e. Anjing

f. Kencing dan kotoran (tinja) manusia maupun binatang


g. Susu binatang yang haram dimakan dagingnya
h. Wadi dan mudzi
i. Muntahan dari perut

• Macam-macam najis
Najs dibagi menjadi 3 bagian:

1. Najis mukhaffafah (ringan), ialah ar kencing bayi laki-laki yang belum berumur 2
tahun dan belum pernah makan sesuatu kecuali ASI. Cara mensucikannya, cukup
dengan memercikkan air ke bagian yang terkena najis sampai bersih
2. Najis mutawassithah (sedang), ahh majis yang keluar dari kubul dan dubur
manusia dan binatang, kecuali air mani. Najis ini dibagi menjadi dua:
a) Najis 'ainiyah, ialah najis yang berwujud atau tampak.
b) Najis hukmiyah, iahh najis yang tidak tampak seperti bekas kencing atau
arak yang sudah kering dan sebagainya. Cara mensucikannya, dibilas
dengan air sehingga hilang semua sifatnya (bau, wama, rasa dan
rupanya).
3. Najis mughallazah (berat), ialah najis anjing dan babi
Cara mensucikannya, lebih dulu dihilangkan wujud benda majis itu kemudian
dicuci dengan air bersih 7 kali dan salah satunya dicampur dengan debu.
• Najis yang dimaafkan
1. Bangkai binatang yang darahnya tidak mengalir seperti nyamuk, kutu, dan

sebagainya.
2. Najis yang sangat sedikit.
3. Darah bisul dan sebangsanya
4. Kotoran binatang yang mengenai hiji-bijan yang akan ditebar, kotoran binatang
temak yang mengenai susu ketika diperah 5. Kotoran ikan di dalam air
6. Darah yang mengenai tukang jagal
7. Darah yang masih ada pada daging

c) Bersuci dari hadas


Hadast menurut makna bahasa adalah "peristiwa" Sedangkan menurut syara' adalah
perkara yang dianggap mempengaruhi anggota-anggota tubuh sehingga menjadikan sholat
dan pekerjaan-pekerjaan lain yang sehukum dengannya tidak sah karenanya, karena tidak
ada sesuatu yang meringankan. Hadas dibagi menjadi dua:
1) Hadas kecil, adalah perkara-perkara yang dianggap mempengaruhi empat anggota
tubuh manusia yaitu wajah, dua tangan dan dua kaki. Lalu menjadikan sholat dan
semisalnya tidak sah. Hadas kecil ini hilang dengan cara berwudhu.

2) Hadas besar, adalah perkara yang dianggap mempengaruhi seluruh tubuh lalu
menjadikan sholat dan pekerjaan-pekerjaan lain yang sehukum dengannya tidak sah. Hadas
besar ini bisa hilang dengan cara mandi besar.

2.2 WUDLU

1. Pengertian Wudlu
Wudlu secara bahasa berarti keindahan dan kecerahan Sedangkan menurut istah
Syara’ bersuci dengan air dalam rangka menghilangkan hadas kecil yang terdapat pada
wajah, kedua tangan, kepala dan kedua kaki disertai dengan niat

• Rukun Wudlu Antara lain:


a. Niat

b. Membasuh muka
c. Membasuh dua tangan sampai siku
d. Mengusap sebagian kepala
e. Membasuh kaki sampai mata kaki

f. Tertib, artinya urut.

• Sunnah Wudhu

a. Membaca basmalkh
b. Membasuh tangan sampai pergelangan terlebih dahulu
c. Berkumur-kumur
d. Membersihkan hidung

e. Menyela janggut yang tebal f Mendahulukan anggota yang kanan


g. Mengusap kepah
h. Menyela jari tangan dan jari kaki
i. Mengusap kedua telinga

j. Membasuh sampai tiga kali


k. Berturut-turut
l. Do’a sesudah wudlu

• Hal-hal yang membatalkan wudhu

a. Keluarnya sesuatu dari dua jalan


b. Tertidur dengan posisi tidak duduk yang tetap

c. Hilangnya akal (gila, pingsan, mabuk dan sebagainya)


d. Tersentuh kemaluan dengan telapak tangan
e. Tersentuhnya kulit laki-laki dengan kulit perempuan yang bukan muhrim dan tidak beralas

2.3 MANDI
1. Pengertian Mandi
Mandi dalam bahasa arab al ghuslu artinya mengalirkan air pada apa saja. Menurut
pengertian syara' berarti meratakan ar yang suci pada seluruh tubuh disertai dengan nint.
Pengertian lain ialah mengalirkan air ke seluruh tubuh baik yang berupa kult. rambut,
ataupun kuku dengan memakai mat tertentu. Mandi ini ada yang hukumnya wajib dan ada
yang sunnah.

• Hal-hal yang mewajibkan mandi (mandi besar/ mandi wajib)

a. Hubungan suami istri


b. Mengeluarkan mani
c. Mati

d. Haid
e. Nifas
f. Wiladah (melahirkan)

• Rukun Mandi

a. Niat
b. Menghihingkan najis bila terdapat pada badannya
c. Meratakan air ke seluruh tubuh, baik berupa rambut maupun kulit

• Sunnah mandi

a. Membaca basmallah
b. Berwudlu sebelum mandi
c. Menggosok badan dengan tangan
d. Menyeki-nyela pada rambut yang
e. Membasuh sampai tiga kali
f. Berturut-turut
g. Mendahulukan anggota yang kanan
h. Memakai basahan

2.4 TAYAMMUM
1. Pengertian Tayammum
Tayammum adalah salah satu cara bersuci sebagai ganti berwudhi atau mandi apabila
berhalangan memakai air. (Imam Zarkasyi, 1995-20)

• Syarat tayammum
a. Islam

b. Tidak ada air dan telah berusaha mencarinya, tetapi tidak bertemu
c. Berhalangan mengguankan air, misalnya karena sakit yang apabila menggunakan
air akan kambuh sakitnya
d. Telah masuk waktu shalat
f. Dengan debu yang suci
g. Bersih dari Haid dan Nifas
• Rukun tayammum
1. Niat
2. Mengusap muka dengan debu dari tangan yang baru dipukulkan atau diletakkan
ke debu
3. Mengusap kedua tangan sampai siku, dengan debu dari tangan yang baru
dipukulkan atau diletakkan ke debu, jadi dua kali memukul.
4. Tertib
• Sunnah tayammum
1. Membaca basmallah
2. Mendahulukan anggota kanan
3. Menipiskan debu di telapak tangan
4. Berturut-turut
• Hal-hal yang membatalkan tayammum
1. Semua yang membatalkan wudlu
2. Melihat air, bagi yang sebabnya ketiadaan air
3. Karena murtad

2.5 ISTINJA’
Apabila keluar kotoran dari salah satu dua jalan, wajib istinja' dengan air atau
dengan tiga buah batu, yang lebih baik mula-mula dengan batu atau sebagainya
kemudian dikuti dengan air. (Sukiman Rasjid, 1981:37)
Adab buang air:
1. Sunnah mendahulukan kaki kiri ketika masuk ke dalam kamar mandi,
mendahulukan kaki kanan ketika keluar dari kamar mandi.
2. Tidak berbicara selama ada di dalam kamar mandi.
3. Memakai alas kaki.
4. Hendaklah jauh dari orang sehingga bau kotoran tidak sampai kepadanya.
5. Tidak buang air di air yang tenang.
6. Tidak buang air di lubang lubang tanah.
7. Tidak buang air di tempat perhentian.

2.6 HIKMAH BERSUCI


1. Thaharah termasuk tuntutan fitrah
2. Memelihara kehormatan dan harga diri orang islam
3. Memelihara kesehatan
4. Menghadap Allah dalam keadaan suci dan bersih
5. Thaharah berfungsi menghilangkan hadas dan najis juga berfungsi sebagai
penghapus dosa kecil dan berhikmah membersihkan kotoran indrawi.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kebersihan yang sempurna menurut syara’ disebut thaharah, merupakan


masalah yang sangat penting dalam beragama dan menjadi pangkal dalam
beribadah yang menghantarkan manusia dengan Allah SWT. Tidak ada
cara bersuci lebih baik daripada cara yang dilakukan oleh syariat Islam,
syariat islam menganjurkan manusia mandi dan berwudhu. Walaupun
manusia masih dalam keadaan bersih, tetapi ketika hendak melaksanakan
sholat dan ibadah lain yang mengharuskan berwudhu, begitu juga ia harus
membersihkan diri dan tempat ibadahnya dan mensucikannya karena
kotoran.
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

• Anwar Moch, Fiqih Islam Tarjamah Matan Taqrib, Bandung: PT Alma'arif,


• 1987
• H. Muqarrabin, Figih awam, Demak: Cv. Media Ilmu, 1997,
• Mushtafa, Abid Bishri Tarjamah Shahih Muslim, Semarang: CV Asy-Syifa,
1993
• Al-Gazzi Ibnu Qosim, Hasiyah Asy-Syekh Ibrahim Al-Baijuuri, Baerut: Dar A1-
Fikr, 2005
Hasan bin Ahmad bin Muhammad bin Salim Al-Kafi, Taqrirqtus Sadidah Fi
Masailil Mufidah, Surabaya: Dar Al-Ulum Al-Islamiyah, 2006
• Abu Bakar Imam Taqiyuddin, Bin Muhammad Alhusaini , Kifayatul Akhyar,
Surabaya: Bina Imam, 2003
• Muhammad Arsyad Al-Banjari Syekh, Sabilal Muhtadin, (Surabaya: PT Bina
Ilmu)

Anda mungkin juga menyukai