Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH AGAMA

“THAHARAH”

DOSEN PENGAMPU:

Dr. Ahmad Hariandi, S.Pd.I., M.Ag.


Muhammad Sholeh, S.Pd., M.Pd.

1. Muhammad Ryan Jayus (A1D121054)


2. M. Akram Arabi (A1D121044)
3. Abraar Dzulqadri (A1D121052)
4. Fikra Yoga Septian (A1D121062)
5. Febrian (A1D121068)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Dengan Mengucapkan Puji Dan Syukur Ke Hadirat Allah Swt, Akhirnya Penyusun Dapat
Menyelesaikan Tugas Ini, Yang Berjudul “Thara”. Penyusun Menyadari Sepenuhnya Bahwa
Tugas Ini Masih Jauh Dari Kesempurnaan Dan Masih Banyak Kekurangannya.

Hal Ini Dikarenakan Keterbatasan Waktu, Pengetahuan Dan Kemampuan Yang Dimiliki
Penyusun, Oleh Karena Itu Penyusun Sangat Mengharapkan Adanya Saran Dan Kritik Yang
Sifatnya Membangun Untuk Perbaikan Dimasa Yang Akan Datang.

Pada Kesempatan Ini, Penyusun Mengucapkan Terima Kasih Kepada Semua Pihak Yang Telah
Membantu Terselesaikannya Tugas Ini, Semoga Allah Swt, Membalas Amal Kebaikannya.
Aamiin.

Dengan Segala Pengharapan Dan Doa Semoga Makalah Ini Dapat Memberikan Manfaat Bagi
Penyusun Khususnya Dan Bagi Pembaca Umumnya.

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………...….........I
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………….........II
BAB 1 PENDAHULUAN …………………………………………………………...…………..1
1.1 LATAR BELAKANG……………………………………………………….…...………….1
1.2 RUMUSAN MASALAH ……………………………………………….………..………….1
1.3 TUJUAN PENULISAN.....……………………………………………...…………...............1

BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………………………….2
2.1 PENGERTIAN THAHARAH ..…………………………………………2
2.3 MACAM-MACAM THAHARAH ……...…………………….……………3-5
2.4 ……..

BAB III PENUTUP………………………………………………………………………….6


SIMPULAN ………………………………………………………………………………………6

II
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH


Allah itu bersih dan suci. Untuk menemuinya, manusia harus terlebih
dahulu bersuci atau disucikan. Allah mencintai sesuatu yang bersih dan
suci. Dalam hukum Islam bersuci dan segala seluk beluknya adalah
termasuk bagian ilmu dan amalan yang penting terutama karena
diantaranya syarat-syarat sholat telah ditetapkan bahwa seseorang yang
akan melaksanakan sholat, wajib suci dari hadas dan suci pula badan,
pakaian dan tempatnya dari najis. Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak
terlepas dari sesuatu (barang) yang kotor dan najis sehingga thaharah
dijadikan sebagai alat dan cara bagaimana mensucikan diri sendiri agar
sah saat menjalankan ibadah.

1 .2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan pengertian?
2. Sebutkan pembagian thaharah?
3. Sebutkan macam-macam air dan pembagiannya?
4. Bagaimana cara-cara bersuci dari hadas dan najis?
5. Apa sajakah hikmah bersuci?

1.3 TUJUAN
1. Ingin mengetahui tentang thaharah.
2. Ingin mengetahui pembagian thaharah.
3. Ingin mengetahui macam-macam air dan pembagiannya.
4. Memahami cara-cara bersuci dari hadas dan najis
5. Ingin mengetahui hikmah bersuci.

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN THAHARAH


Thaharah menurut bahasa artinya “bersih” Sedangkan menurut istilah syara’ thaharah adalah
bersih dari hadas dan najis. Selain itu thaharah dapat juga diartikan mengerjakan pekerjaan yang
membolehkan shalat, berupa wudhu, mandi, tayamum dan menghilangkan najis.1

Urusan bersuci meliputi beberapa perkara sebagai berikut:


a. Alat bersuci seperti air, tanah, dan sebagainya.
b. Kaifiat (cara) bersuci.
c. Macam dan jenis-jenis najis yang perlu disucikan.
d. Benda yang wajib disucikan.
e. Sebab-sebab atau keadaan yang menyebabkan wajib bersuci.

Allah berfirman dalam Al-Qur’an:


“Mereka bertanya kepadamu tentang haidh. Katakanlah: "Haidh itu adalah
suatu kotoran". Oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari
wanita di waktu haidh; dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum
mereka suci. Apabila mereka telah suci, maka campurilah mereka itu di
tempat yang diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai
orang-orang yang taubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri.
(QS. 2:222). Dan sabda Nabi Saw : “Kebersihan adalah setengah bagian
keimanan. (H.R Muslim dan Tarmidzi) dan sabda beliau pula
sesungguhnya Allah Maha Baik lagi menyukai kebaikan. Dia adalah Maha
Bersih lagi menyukai kebersihan. Dia adalah Maha Dermawan lagi

1
H. Moch. Anwar, Fiqih Islam Tarjamah Matan Taqrib, (Bandung: PT Alma’arif, 1987), hal. 9

2
menyukai kedermawanan. Maka bersihkanlah halaman rumah-rumah kalian
dan jangan menyerupai kaum yahudi.” (H.R Tarmidzi).
Ibadah merupakan tujuan utama. Oleh sebab itu, Allah menciptakan orang-
orang yang mendapat beban dari hamba-hamba nya Allah SWT.

Ibadah yang paling agung dan paling utama adalah sholat yang merupakan
tiang agama dan syarat utama dari shalat adalah Thaharah (Bersuci). 2
adapun thaharah dalam ilmu fiqh ialah:
a. Menghilangkan najis.
b. Berwudlu.
c. Mandi.
d. Tayammum.
Alat yang terpenting untuk bersuci ialah air. Jika tidak ada air maka
tanah, batu dan sebagainya dijadikan sebagai alat pengganti air.

2.2 MACAM-MACAM THAHARAH

a. Bersuci dari dosa (bertaubat).


Bertaubat kepada Allah yang merupakan thaharah ruhaniah, juga sebagai
metode mensucikan diri dari dosa-dosa yang besar maupun yang kecil
kepada Allah. Jika dosa yang dimaksudkan berhubungan dengan manusia,
sebelum bertaubat ia harus meminta maaf kepada semua orang yang
disakitinya. Sebab Allah akan menerima taubat hamba-Nya secara
langsung jika berhubungan dengan dosa-dosa yang menjadi hak Allah.
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an
Artinya :

2
Dr. Yusuf Qaradhawi, Fikih Thaharah (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2004) cet.ke-1, h.9

3
“Dan hendaklah kamu memohon ampunan kepada Tuhanmu dan bertaubat
kepada-Nya, niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik kepadamu
sampai waktu yang telah ditentukan. Dan Dia akan memberikan karunia-
Nya kepada setiap orang yang berbuat baik. Dan jika kamu berpaling maka
sungguh Aku takut kamu akan ditimpa azab pada hari yang besar
(kiamat)”.

Yang dimaksud dengan taubat nashuha adalah taubat yang sesungguhnya.


Ciri-cirinya adalah:
a) Menyesal dengan perbuatan yang telah dilakukan.
b) Berjanji tidak akan mengulanginya.
c) Selalu meminta ampunan kepada Allah dan berzikir.
d) Berusaha terus menerus untuk memperbaiki diri dengan
memperbanyak perbuatan baik dengan mengharap keridhoan dari
Allah SWT.3

b. Bersuci menghilangkan najis.


Najis menurut bahasa ialah apa saja yang kotor, baik jiwa, benda maupun
amal perbuatan. Sedangkan menurut fuqaha’ berarti kotoran (yang
berbentuk zat) yang mengakibatkan sholat tidak sah.
1. Benda-benda najis
a. Bangkai (kecuali bangkai ikan dan belalang)
b. Darah
c. Babi
d. Khamer dan benda cair apapun yang memabukkan
e. Anjing
f. Kencing dan kotoran (tinja) manusia maupun binatang
g. Susu binatang yang haram dimakan dagingnya
3
Muhammad Jawad Mughaniyah, Fikih Lima Mazhab, (Jakarta: PT Lentera Basri Tama), h.11
4.
h. Wadi dan madzi
i. Muntahan dari perut.4

1)Macam-macam najis
Najis dibagi menjadi 3 bagian:
a)Najis mukhaffafah (ringan), ialah air kencing bayi laki-laki yang belum
berumur 2 tahun dan belum pernah makan sesuatu kecuali ASI.
Cara mensucikannya, cukup dengan memercikkan air ke bagian yang
terkena najis sampai bersih.

b) Najis mutawassithah (sedang), ialah najis yang keluar dari kubul dan
dubur manusia dan binatang, kecuali air mani.
Najis ini dibagi menjadi dua:
(1)Najis ‘ainiyah, ialah najis yang berwujud atau tampak.
(2)Najis hukmiyah, ialah najis yang tidak tampak seperti bekas kencing
atau arak yang sudah kering dan sebagainya.
Cara mensucikannya, dibilas dengan air sehingga hilang semua sifatnya
(bau, warna, rasa dan rupanya)
c) Najis mughallazah (berat), ialah najis anjing dan babi.
Cara mensucikannya, lebih dulu dihilangkan wujud benda najis itu,
kemudian dicuci dengan air bersih 7 kali dan salah satunya dicampur
dengan debu.

2. Najis yang dimaafkan


a) Bangkai binatang yang darahnya tidak mengalir seperti nyamuk, kutu,
dan sebagainya.
b) Najis yang sangat sedikit.
c) Darah bisul dan sebangsanya.

BAB III PENUTUP


4
Muhammad Jawad Mughaniyah, Fikih Lima Mazhab, (Jakarta: PT Lentera Basri Tama), h.11
5
KESIMPULAN

Kebersihan yang sempurna menurut syara’ disebut thaharah, merupakan masalah yang sangat
penting dalam beragama dan menjadi pangkal dalam beribadah yang menghantarkan manusia
berhubungan dengan Allah SWT. Tidak ada cara bersuci yang lebih baik dari pada cara yang
dilakukan oleh syarit Islam, karena syariat Islam menganjurkan manusia mandi dan berwudlu.
Walaupun manusia masih dalam keadaan bersih, tapi ketika hendak melaksanakan sholat dan
ibadah-ibadah lainnya yang mengharuskan berwudlu, begitu juga dia harus pula membuang
kotoran pada diri dan tempat ibadahnya dan mensucikannya karena kotoran itu sangat
menjijikkan bagi manusia

Anda mungkin juga menyukai