Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

THOHAROH
Disusun untuk memenuhi tugas

Mata Kuliah : Fiqih

Dosen Pengampu : Annikmah farida

Disusun Oleh :

M Ridho Situmorang (211270009)

Anjarwati (211270004)

FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM MA’ARIF NU
METRO LAMPUNG
TAHUN 2022
Kata Pengantar

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena berkat rahmat dan
hidayah nya lah akhirnya makalah yang berjudul “ THOHAROH" dapat penulis selesaikan.

Makalah ini penulis susun untuk memenuhi tugas mata kuliah “ Ilmu Kalam ”.
Penulis menyadari dalam penulisan makalah ini masih ada kekurangan dan kelemahan. Oleh
sebab itu, penulis menerima kritik dan saran yang bersifat membangun untuk memperbaiki
makalah ini. Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu
penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Mudah mudahan penulisan makalah ini ada
manfaatnya khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca.

Punggur, 05 MARET 2022

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Allah itu bersih dan suci. Untuk menemuinya, manusia harus terlebih dahulu bersuci atau
disucikan. Allah mencintai sesuatu yang bersih dan suci. Dalam hukum Islam bersuci dan
segala seluk beluknya adalah termasuk bagian ilmu dan amalan yang penting terutama karena
diantaranya syarat-syarat sholat telah ditetapkan bahwa seseorang yang akan melaksanakan
sholat, wajib suci dari hadas dan suci pula badan, pakaian dan tempatnya dari najis.

Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak terlepas dari sesuatu (barang) yang kotor dan najis
sehingga thaharah dijadikan sebagai alat dan cara bagaimana mensucikan diri sendiri agar sah
saat menjalankan ibadah.

B.     RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang dimaksud dengan thoharoh?


2. Sebutkan pembagian thaharah?
3. Sebutkan macam-macam air dan pembagiannya?
4. Apa yang dimaksud dengan istinja’?
5. Apa yang dimaksud dengan najis dan pembagian nya?

C.    TUJUAN
1. Ingin mengetahui tentang thaharah.
2. Ingin mengetahui pembagian thaharah.
3. Ingin mengetahui macam-macam air dan pembagiannya.
4. Ingin mengetahui tentang istinja’.
5. Ingin mengetahui tentang najis dan pembagian nya.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Thoharoh
Thoharoh secara bahasa adalah bersih dan bersuci dari segala kotoran, baik yang nyata
seperti najis, maupun yang tidak nyata seperti aib. secara istilah thoharoh yaitu suatu perkara
yang dilakukan sebelum sholat (membersihkan hadas dan najis) seperti wudhu, mandi,
tayammum, dan menghilangkan najis.1

B. Pembagian thoharoh

Pembagian thoharoh ada dua, yakni bersuci dari hadats berupa mengerjakan wudlu,
mandi, dan tayammum. Kemudian bersuci dari najis ialah menghilangkan najis yang ada di
badan, tempat dan pakaian.2

C. Macam-macam air dan pembagiannya


a. Macam-macam air
Air yang dapat dipergunakan untuk bersuci ada tujuh macam:
1)      Air hujan.
2)      Air sungai.
3)      Air laut.
4)      Air dari mata air.
5)      Air sumur.
6)      Air salju.
7)      Air embun.

b. Pembagian air
Air tersebut dibagi menjadi 4, yaitu :
1) Air mutlak (air yang suci dan mensucikan), yaitu air yang masih murni, dan tidak
bercampur dengan sesuatu yang lain.
2) Air musyammas (air yang suci dan dapat mensucikan tetapi makhruh digunakan),
yaitu air yang dipanaskan dengan terik matahari di tempat logam yang bukan emas.
3) Air musta’mal (air suci tetapi tidak dapat mensucikan), yaitu air yang sudah
digunakan untuk bersuci.
4) Air mutanajis (air yang najis dan tidak dapat mensucikan), yaitu air telah kemasukan
benda najis atau yang terkena najis.3

1
Kitab fathul qorib hal.3
2
Kitab fathul qorib hal.3
3
Kitab fathul qorib hal.3
D. Istinja’
a. Pengertian istinja’
Istinja’ adalah membersihkan suatu najis yang keluar dari qubul atau dubur menggunakan
air, batu, atau benda yang sejenis nya yang bersih. Adapun lebih utama nya ketika ber istinja’
itu menggunakan tiga batu kemudian dibersihkan dengan air. Dan diperbolehkan
menggunakan salah satu dari benda tersebut, namun jika ingin menggunakan salah satu dari
benda-benda tersebut menggunakan air lah yang diutamakan.4

b. Hal-hal yang dilarang oleh orang yang ber istinja’:


1) Menghadap qiblat atau membelakangi qiblat.
2) Di tanah lapang.
3) Buang air kecil di air yang tenang.
4) Di bawah pohon.
5) Di jalan.
6) Di tempat berteduh.
7) Di bolongan tanah.
8) Berbicara ketika buang air kecil dan buang air besar.
9) Menghadap atau membelakangi matahari dan bulan.5

E. Najis dan macam-macam najis


a. Pengertian najis
Najis secara bahasa adalah sesuatu yang dianggap menjijikkan. Dan secara syara’ adalah
setiap benda yang haram digunakan secara mutlak dalam keadaan normal beserta mudah
untuk dipisahkan, bukan karena kemuliannya, menjijikkannya dan bukan karena berbahaya
pada badan atau akal.

Bahasa “mutlak” mencakup najis sedikit dan banyak. Dengan bahasa “dalam keadaan
normal” mengecualikan keadaan darurat. Karena sesungguhnya keadaan darurat
memperbolehkan untuk menggunakan najis. Dengan bahasa “mudah dipisahkan”
mengecualikan memakan ulat yang mati di dalam keju, buah dan sesamanya. Dengan
ungkapan mushannif “bukan karena kemuliannya” mengecualikan mayatnya anak Adam.
Dengan keterangan “tidak karena menjijikkan” mengecualikan sperma dan sesamanya.
Dengan bahasa “tidak karena membahayakan” mengecualikan batu dan tanaman yang
berbahaya pada badan atau akal. Maksudnya, semua barang-barang yang dikecualikan
tersebut adalah barang-barang yang haram digunakan bukan karena najis tapi karena hal-hal
yang telah disebutkan.6

4
Kitab fathul qorib hal.6
5
Kitab fathul qorib hal.6
6
Kitab fathul qorib hal.9
b. Macam-macam najis dan cara mensucikan nya
1) Najis mukhoffafah (najis ringan)
Contohnya air kencingnya anak kecil laki-laki yang belum pernah memakan
makanan, maksudnya belum pernah mengkonsumsi makanan dan minuman untuk
penguat badan. Cara mensucikan nya dengan hanya memercikkan air padanya. Dalam
memercikkan air, tidak disyaratkan harus sampai mengalir.
2) Najis mutawasithoh (najis tengah-tengah atau sedang)
Contohnya kotoran hewan, manusia. Cara mensucikan nya cukup dibasuh satu kali
yang di alirkan pada najis tersebut. Dalam sebagian redaksi menggunakan bahasa
“marratan (sekali)”. Tiga kali (ats tsalatsu) basuhan adalah lebih utama.
3) Najis mukholadzoh (najis berat)
Contohnya Anjing, babi, dan peranakan keduanya atau salah satunya hasil perkawinan
dengan binatang yang suci. Cara mensucikan nya dibasuh tujuh kali dengan
menggunakan air suci mensucikan, salah satu basuhan dicampur dengan debu suci
mensucikan yang merata ke seluruh tempat yang terkena najis.7

F. Bersuci dari hadas


Hadats menurut makna bahasa “peristiwa”. Sedangkan menurut syara’ adalah perkara
yang dianggap mempengaruhi anggora-anggota tubuh sehingga menjadikan sholat dan
pekerjaan-pekerjaan lain yang sehukum dengannya tidak sah karenanya, karena tidak ada
sesuatu yang meringankan. Hadats dibagi menjadi dua :
1) Hadats kecil, adalah perkara-perkara yang dianggap mempengaruhi empat anggota
tubuh manusia yaitu wajah, dua tangan dan dua kaki. Lalu menjadikan sholat dan
semisalnya tidak sah. Hadas kecil ini hilang dengan cara berwudlu.
2) Hadats besar, adalah perkara yang dianggap mempengaruhi seluruh tubuh lalu
menjadikan sholat dan pekerjaan-pekerjaan lain yang sehukum dengannya tidak sah.
Hadas besar ini bisa hilang dengan cara mandi besar.8

7
Kitab fathul qorib hal.9-10
8
Kitab fathul qorib hal.3
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kebersihan yang sempurna menurut syara’ disebut thaharah, merupakan masalah yang
sangat penting dalam beragama dan menjadi pangkal dalam beribadah yang menghantarkan
manusia berhubungan dengan Allah SWT. Tidak ada cara bersuci yang lebih baik dari pada
cara yang dilakukan oleh syarit Islam, karena syariat Islam menganjurkan manusia mandi dan
berwudlu. Walaupun manusia masih dalam keadaan bersih, tapi ketika hendak melaksanakan
sholat dan ibadah-ibadah lainnya yang mengharuskan berwudlu, begitu juga dia harus pula
membuang kotoran pada diri dan tempat ibadahnya dan mensucikannya karena kotoran itu
sangat menjijikkan bagi manusia.
DAFTAR PUSTAKA
Al ghozi,muhammad ibnu qosim,kitab fathul qorib,semarang:pustaka alawiyyah.

Anda mungkin juga menyukai