Anda di halaman 1dari 24

THAHARAH

Untuk Memenuhi Tugas Fiqih

Dosen :
Muhammad Zainul Arifin, M.Pd.I

Disusun oleh:

1. AULA NOVA S. (17201153211)


2. ZIANA ZAIN (17201153223)
3. TYAS NURWULAN SUCI (17201153239)
4. AHMAD RIDWAN (17201153317)
5. FATHURROHMAN D.A.G. (17201153320)
KELAS: 1E

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN


JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) TULUNGAGUNG
2015

1
KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohim,
Segala puji bagi Allah Swt. Atas rahmat, hidayah, serta inayahnya yang
telah di anugrahkan kepada kami sehingga makalah ini dapat kami slesaikan. Dan
dalam kesempatan ini kami panjatkan sholawat serta salam semoga tetap tercurah
kepada Nabi akhir zaman yaitu baginda Rasulullah Muhammad SAW. juga
kepada keluarganya dan para sahabatnya serta orang-orang yang mengikuti jejak
langkah mereka sampai hari kiamat.
Makalah ini disusun sebagai bukti pertanggung jawaban kami kepada
bapak dosen mata kuliah yang bersangkutan atas tugas yang di berikan kepada
kami. Makalah ini juga kami persembahkan kepada beliau untuk di jadikan
sebagai salah satu acuan pembelajaran selanjutnya.
Terima kasih yang sebesar besarnya kepada Muhammad Zainul A,M.pd.I selaku
dosen pengampu kami, Serta semua pihak yang terkait dalam penyusunan
makalah ini, sangat diakui bahwa makalah ini banyak sekali kekurangan, oleh
karena itu di mohon bapak dosen sudi kiranya memeberikan saran, kritik dan
konstruktifnya demi kesempurnaan makalah ini. Dan semoga makalah ini dapat
bermanfaat serta memperoleh ridlo dari allah SWT. Amin ya robb al-alamin

Tulungagung, 18 September 2015

Penyusun

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................i
KATA PENGANTAR ........................................................................................ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .....................................................................................1
B. Rumusan Masalah ................................................................................2
C. Tujuan Pembahasan .............................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Thaharah............................................................................3
B. Hal-hal yang Digunakan Thaharah ..........................................................3
C. Macam-macam Thaharah.....................................................................5
D. Pengertian Najis..........................................................................17

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan.........................................................................................20
B. Saran....................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Thaharah menurut pengertian etimologis adalah suci dan bersih, seperti
kalimat “Thahhartu al-tsauba”, maksudnya “aku mencuci baju itu sampai bersih
dan suci”. Menurut pengertian syara’, thaharah adalah mensucikan diri dari hadats
atau najis seperti mandi, berwudhu’, tayamum dan sebagainya. Masih dalam
pengertian bersuci, kegiatan yang serupa dengan ketentuan di atas, seperti mandi
atau mencuci dengan berulang kali, memperbaharui wudhu dan tayamum, mandi
yang disunnahkan dan yang semakna dengan itu meskipun tidak bermaksud
menghilangkan hadats atau najis.
Dalam pandangan Islam, masalah bersuci dan segala yang berkaitan
dengannya merupakan kegiatan yang sangat penting, karena diantara syarat
syahnya shalat ditetapkan agar orang yang mengerjakannya suci dari hadats, suci
badan, pakaian dan tempatnya dari najis. Allah SWT berfirman : “Sesungguhnya
Allah menyukai orang yang taubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan
diri”. (Q.S. al-Baqarah, 2 : 222). *
Bersuci atau berthaharah berkaitan langsung dengan (1) alat bersuci,
seperti air, tanah, batu dan sebagainya. (2) kaifiat atau cara bersuci, (3) macam
dan jenis najis yang harus dihilangkan, dan (5) sebab-sebab yang mengakibatkan
wajibnya bersuci. Bersuci terdiri dari dua bagian yaitu bersuci dari (1) hadats yang
terdiri dari dua bagian pula, yaitu hadats besar dan hadats kecil. Hadats besar
disucikan dengan jalan mandi, sedangkan hadats kecil dilakukan denngan cara
berwudhu. (2) bersuci dari najis, dengan jalan mencuci benda yang kena najis,
sehingga hilang materi najis itu, warna, rasa dan baunya.

4
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dari Thaharah?
2. Apa saja hal-hal yang digunakan untuk Thaharah?
3. Apa saja macam dari Thaharah?
4. Berapakah macam-macam najis?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian Thaharah
2. Untuk mengetahui hal-hal yang digunakan untuk Thaharah
3. Untuk mengetahui macam-macam Thaharah
4. Untuk mengetahui macam-macam najis

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN THAHARAH
Menurut bahasa thaharah adalah membersihkan, bersuci. Menurut istilah
adalah melakukan suatu pekerjaan yang memperbolehkan untuk melakukan sholat atau
ibadah yang lainnya. Seperti menghilangkan hadash dengan melakukan wudhu,
tayamum, mandi dan menghilangkan najis. Secara etimologis thaharah berarti bersih
(nazhafah), suci (nazahah), terbebas (khulus) dari kotoran, baik yang bersifat hissiy
(dapat diindra) maupun ma’nawiy (abstrak). Sedangkan thaharah secara etimologis
(syara’) adalah membersihkan diri dari hadas atau menghilangkan najis dan kotoran. 1
Dasar Hukum
Firman Allah SWT :

‫إن هللا يحبّ التّوّابين ويحبّ المتطهّرين‬


ّ
Artinya : “Sesungguhnya Allah SWT menyukai orang-orang yang bertaubat dan bersuci”
(Al-Baqarah: 222)

B. HAL-HAL YANG DIGUNAKAN UNTUK THAHARAH


Hal-hal yang dapat digunakan untuk thaharah:
1. Air
2. Batu
3. Debu
4. alat sama’ (alat yang digunakan untuk menghilangkan sisa-sisa dan bau busuk
pada kulit,seperti daun akasia dan tawas)
5. lainnya (kayu, kertas, tissu, daun)

1
DRS. Supiana, M.Ag.,M Karman, M.Ag.,Materi Pendidikan Agama Islam,(Bandung: PT Remaja
Rosdakarya),hlm 3

6
Macam-macam air
a. Air Mutlak, yaitu air suci dan mensucikan. Dinamakan air mutlak karena kedaan
airnya benar-benar suci atau kesuciannya mutlak tanpa batas, walaupun ada
sesuatu zat lain yang masuk padanya, ia tetap suci sehingga ia bisa digunakan
untuk mensucikan zat yang lain.
b. Air Musta’mal yaitu air suci dan tidak mensucikan. Dinamakan air musta’mal
karena air tersebut telah terpakai atau bekas mandi dan wudhu atau air yang
menetes dari anggota badan dan bercampur dengan air sedikit yang kurang dari 2
qullah. Air musta’mal ini tidak dapat dipakai untuk mensucikan zat yang lain,
kecuali :
c. Air tesebut tersedia banyak sehingga tidak ada perubahan sifat (rasa, bau dan
warna)
d. Karena terpaksa atau dalil atau alasan yang membolehkannya.
e. Air Musyammas yaitu air suci dan mensucikan tapi makruh bila digunakan untuk
badan. Dinamakan air musyammas karena air tersebut diletakkan ditempat yang
terkena sinar matahari didalam wadah yang berbahan logam yang berkarat,
seperti besi dan tembaga. Air ini makruh digunakan untuk badan seperti mandi
dan wudhu, karena menurut dugaaan dapat mengganggu kesehatan, yaitu
menyebabkan penyakit kusta. Tapi bila untuk mencuci baju dan sejenisnya
hukumnya tidak makruh.
f. Air yang bercampur dengan sesuatu yang suci, sehingga menyebabkan air
tersebut berubah sifatnya. Hukumnya ada 2 macam
1. Suci dan mensucikan, selama kemutlakannya masih terjaga meskipun
berubah sifatnya , seperti :
 Berubah karena kondisi atau posisi tempatnya, seperti air yang terkena
debu, air yang mengalir dibatu belerang, dibatu gamping, garam dll.
 Berubah karena wujudnya terlalu lama, seperti air kolam, air tambak, air
empang dll.

7
 Berubah karena terdapat sesuatu yang hidup didalamnya, seperti ikan,
ganggang, kiambang dll.
 Berubah karena terjadi sesuatu padanya dan sulit dihindarkan darinya,
seperti jatuhnya dedaunan, kayu, bangkai dll.
2. Suci dan tidak mensucikan :
 Berubah salah satu sifatnya dengan sesuatu yang suci bukan karena
tersebut diatas (pada nomor 4 .a), seperti : air kopi, air teh, soda dll.
 Air yang keluar dari pohon-pohonan atau buah-buahan, contoh :air nira,
air kelapa dll.

g. Air Mutanajis yaitu air yang terkena atau kejatuhan najis. Air ini mempunyai hukum
sebagai berikut :
1. Najis atau tidak suci yaitu apbila air sedikit yang jumlahnya kurang dari 2 qullah
terdapat atau terkena atau kejatuhan najis.
2. Najis atau suci, yaitu apabila air banyak yang jumlahnya lebih dari 2 qullah
terdapat atau terkena atau kejatuhan najis dan berubah sifatnya.
3. Suci dan mensucikan , yaitu apabila air banyak yang jumlahnya lebih dari 2
qullah terdapat atau terkena atau kejatuhan najis tapi tidak berubah sifatnya.

C. MACAM-MACAM THAHARAH
1. Thaharah dari hadast, yaitu :
a. Wudhu
Kata wudhu berasal dari bahasa Arab yang diadopsi dari kata
wadha’ah, yang berarti baik dan bersih. Menurut syara’ wudhu adalah
perbuatan tertentu yang dimulai dengan niat. Wudhu dapat juga diartikan
menyengaja membasuh anggota badan tertentu yang telah disyariatkan untuk
melaksanakan suatu perbuatan yang membutuhkannya, contohnya sholat dan
thawaf. 2

2
DRS. Supiana, M.Ag.,M Karman, M.Ag.,Materi Pendidikan Agama Islam,(Bandung: PT Remaja
Rosdakarya),hlm 4

8
Dalil wajibnya wudhu didasarkan pada al-qur’an , hadish (sunah) , dan ijma’
(konsesus) ulama. Dalil al-qur’an dapat dilihat dalam surat Al-Maidah ayat 6 :
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan sholat,
maka basuhlah mukamu dan tanganmu hingga siku, dan sapulah kepalamu
dan (basuhlah) kakimu sampai dengan kedua mata kaki”. 3
 Syarat Wudhu:
1. Islam
Artinya, selain orang Islam tidak sah melakukan wudhu. Menurut
Malikiah, Islam termasuk syarat sahnya wudhu, karena itu orang
kafirpun diperintahkan untuk melaksanakan cabang-cabang syariat,
termasuk syarat sholat dan segala wasilahnya. Namun, menurut
Hanafiah, islam termasuk syarat wajib wudhu.
2. Tamyiz (memasuki usia dewasa)
Yaitu anak yang sudah matang akalnya (‘akil )
3. Menggunakan air mutlaq atau air suci dan mensucikan.
Mengalirnya air ke anggota wudhu (tidak ada yang menghalangi pada
anggota wudhu), baik hissi maupun syar’i.
4. Masuknya waktu sholat bagi orang yang memiliki udzur atau dalam
keadan darurat atau dalam keadaan darurat atau keadaan selalu
hadas, seperti orang beser (murus), anyang-anyangan, istihadloh,
selalu kentut.
 Rukun Wudhu4
1. Niat artinya menyengaja (al-qashd) sesuatu serentak dengan
melakukannya. Tempat dan pelaku niat adalah hati, namun sunat
menyertainya dengan ucapan lisan untuk membantu pernyataan
sengaja yang didalam hati itu. Dalam firman Allah :
“Sesungguhnya, segala perbuatan hanya sah dengan niat...”
“Mereka tidak disuruh kecuali agar beribadah kepada-Nya dalam
menjalankan agama dengan lurus.” (Q.S. Al-Bayyinah {98}: 5)

3
Ust.Abdurrahim,Pintar Ibadah,(Jakarta: Sandrojaya),hlm 23.

4
M.Samsuri,Penuntun Sholat Lengkap,(Surabaya: Apollo Lestari),hlm 14.

9
Ayat dan hadits tersebut menunjukkan bahwa setiap ibadah hanya sah
apabila disertai niat. Karena wudhu termasuk ibadah, maka ia tidak sah
tanpa niat.
2. Membasuh Muka
membasuh muka diwajibkan berdasarkan surat Al-Maidah ayat 6 di
atas. Basuhan itu mesti rata ke seluruh wajah, yaitu bagian depan
kepala.
3. Membasuh kedua tangan hingga siku-siku.
4. Mengusap sebagian kepala.
Mengusap kepala maksutnya sekadar menyampaikan air tanpa
mengalir dengan meletakkan tangan yang basah pada kepala.
5. Membasuh kedua kaki hingga mata kaki
Membasuh kaki dalam wudhu itu wajib berdasarkan ayat Al-Qur’an :
“...wa arjulakukm ila al-ka’abain (dan basuh kakimu sampai kedua mata
kaki)”
Dan hadist dari Jabir yang mengatakan bahwa Nabi SAW.
Memerintahkan agar membasuh kaki bila berwudhu.
6. Tertib
Maksudnya melakukan rukun-rukun wudhu sesuai dengan urutan
dimulai dengan muka, tangan, kepala, kemudian kaki.
 Hal-hal yang Membatalkan Wudhu5
1. Keluarnya sesuatu dari qubul: lobang depan (kemaluan laki-laki dan
perempuan ) dan dubur: lobang belakang.
Ini didasarkan pada firman Allah dalam surat Al-Maidah ayat 6 :
“ ...atau kembali dari tempat buang air...” di samping itu, ada beberapa
hadish yang menjelaskan hal ini, diantaranya hadish berikut : “ Allah
tidak menerima shalat orang yang berhadas sampai ia berwudhu”.
2. Hilang akal : gila, pingsan, mabuk, atau marah, penyakit atau lainnya.
Batal wudhu sebab hilang akal ini berdasarkan qiyas pada tidur,
dengan kehilangan kesadaran sebagai persamaannya.

5
M.Samsuri,Penuntun Sholat Lengkap,(Surabaya: Apollo Lestari),hlm 15.

10
3. Tidur dalam keadaan posisi duduk tidak menetap.
Rasulullah bersabda, “Kedua mata merupakan pengikat bagi dubur.
Maka barang siapa tidur, hendaklah dia berwudhu.” ( H.R. Abu Daud)
Ketika seorang tidur, biasanya keluat dari duburnya sesuatu tanpa ia
sadari. Oleh karena itu , nabi menetapkan bahwa tidur membatalkan
wudhu. Tetapi, jika ia tidur dengan ilyah, menempel rapat ke tempat
duduknya, tidak ada kemungkinan keluar sesuatu dari duburnya. Hal
itu di dasarkan pada sebuah hadish dari Anas : “para sahabat selalu
tidur, kemudian shalat tanpa berwudhu kembali.” (H.R. Muslim)
4. Menyentuh kemaluan manusia dengan perut telapak tangan tanpa
alas. Ini berdasarkan sabda Nabi SAW : “barang siapa menyentuh
kemaluannya, hendaklah dia berwudhu.” (H.R. Turmudzi).
5. Bersentuhanan kulit dengan orang yang bukan muhrimnya.
 Makruhya Wudhu6
1. Berlebih-lebihan dalam menggunakan air
2. Menambah atau mengurangi basuhan dari 3 kali
3. Berbicara ketika wudhu
4. Meminta tolong kepada orang lain untuk mensucikan anggota badan
tanpa udzur
5. Berlebih dalam berkumur dan menghirup air kedalam hidung (bagi
yang berpuasa )
6. Mengusap leher
7. Berwudhu di dalam WC

 Cara Melakukan Wudhu7

6
H.Fajama Ben Mohan,Buku Pelajaran Fiqih 1,(TulungAgung: Pondok Pesantren Jawaahirul Hikmah),hlm
10.
7
Ust.Abdurrahim,Pintar Ibadah,(Jakarta: Sandro Jaya),hlm 34.

11
1. Sebelum Wudhu :
a. Membersihkan atau menghilangkan najis atau kotoran pada badan
atau sesuatu yang menghalangi basuhan air pada anggota wudhu,
seperti cat dll.
b. Membersihkan kedua tangan ( terutama yang beruku panjang agar
dibersihkan hingga kesela-sela kuku)
c. Berkumur-kumur,lalu disemburkan.
d. Menghirup air ke dalam hidung,lalu disisikan. Kemudian disela-sela
dengan jari kelingking agar kotoran atau ingus benar-benar hilang.
2. Waktu membaca ta’awud dan ber basmalah:
a. Membaca ta’awud mulai saat membasus kedua telapak tangan
b. Membaca basmalah mulai saat membasus telapak tangan kanan
kemudian menyela-nyela jari-jarinya dan dilanjutkan telapak tangan
kiri.
c. Bacaan basmalah berakhir bersamaan dengan selesainya basuhan
telapak tangan kiri.
3. Waktu niat
Waktu niat bersamaan dengan basuhan mka yang pertama.
4. Waktu membasus muka:
a. Kedua telapak tangan kanan kiri digandengkan dan jari-jarinya
dirapatkan membentuk cembung untuk tadah air
b. Kemudian perut kedua telapak tangan diletakkan dilobang mata
dan sisanya menutup alis dan dahi (esui dengan panjang jari-jari
tangan)
c. Menurunkan usapan ke bawah hingga dagu bersamaan dengan itu
ibu jari (jempolan)dibuka agar usapan lebih merata hngga rahang.
d. Ujung jari telunjuk menyela-nyela pinggir-pinggir mata. Saat itu
kedua ujung jari tengah, jari manis dan kelingking kanan dan kiri
tetap merapat (beradu), sedangkan ibu jari di batas rahang.
e. Kemudian dilanjutkan usap pada hidung bagian luar hingga hidung
bagian bawah dan dagu. Saat itu kedua ujung jari tengah, jari

12
manis dan kelingking mulai dibuka atau dilepas dengan membuka
kedua (siku) tangan.
f. Tangan kanan mengusap dagu hingga membentuk genggaman ,
kemudian meyusul tanggan kiri sama seperti pada tangan kanan.
g. Demikian dilakukan hingga tiga kali.
5. Waktu Mengusap (sebagian) Kepala.8
a. Kedua ujung ibu jari dan telunjuk tangan kanan dan kiri beradu ,
kemudian dirapatkan untuk dikenai air.
b. Setelah itu kedua ujung ibu jari ditempelkan pada lubang pelipis
dan kedua ujung telunjuk pada pertengahan tempat tumbuhnya
rambut yang normal atau di atas dahi.
c. Kemudian mengusap ( sebagian ) kepala dengan keduajari
telunjuk hingga ( rambut ) kepala bagian belakang.
d. Demikian dilakukan sebanyak tiga kali.
6. Waktu Membasuh Kedua Tangan.
a. Kucuran air harus di atas batas siku.
b. Mengusap tangan kanan dengan telapak tangan kiri
c. Demikian dilakukan tiga kali.
d. Kemudian mengusap tangan kiri dengan telapak tangan kanan.
( Caranya sama seperti membasuh pada tangan kanan ).
7. Waktu Membasuh Kedua Telinga.
a. Kedua ibu jari dan dan telunjuk tangan kanan dan kiri beradu,
kemudian dirapatkan untuk dikenai air.
b. Kedua ujung jari telunjuk kanan dan kiri dimasukkan ke lubang
telinga, sedangkan kedua ibu jari menjepit daun telinga bawah
( tempat anting-anting ) dengan jari telunjuk.
c. Mengusap telinga dengan menjalankan jari telunjuk menyusuri
lekukkan daun telinga hingga ujungnya.

8
H.Fajama Ben Mohan,Buku Pelajaran Fiqih 1,(TulungAgung: Pondok Pesantren Jawaahirul Hikmah),hlm
11.

13
d. Kemudian menekan jari telunjuk bersamaan dengan membuka siku
tangan, lalu menggerakkkan ibu jari mengusapkan daun telinga
bagian luar.
e. Demikian dilakukan tiga kali.
8. Waktu Membasuh Kedua Kaki.
a. Kucuran air harus diatas atau melebihi batas mata kaki.
b. Membasuh kaki kanan dengan tanggan kiri
c. Demikian dilakukan tiga kali.
d. Kemudian mengusap kaki kiri dengan tangan kiri. ( Caranya sama
seperti membasuh pada kakii kanan ).
9. Waktu Selesai Wudlu.
a. Menghadap kiblat.
b. Berdo’a dengan mengangkat tangan setinggi bahu dan pandangan
keatas.
b. Tayamum 9
Menurut arti bahasa adalah tujuan ,bertujuan
Menurut istilah adalah mengusapkan debu yang suci pada wajaah dan kedua
tangan sebagei pengganti dari wudlu atau mandi dengan syarat-syarat tertentu.
Dasar Hukum Tayamum
Firman Allah SWT :
“Dan apabila kamu sakit atau dalam perjalanan atau selesai dari buang hajat
atau bersentuhan dengan perempuan . Jika kamu tidak mendapatkan air maka
hendaklah kamu bertayamum dengan tanah yang suci. Yaitu usaplah mukamu
dan kedua tangannmu denggan tanah tersebut” (Al-Maidah 6)

 Syarat Tayamum10

9
Ust.Abdurrahim,Pintar Ibadah,(Jakarta: Sandro Jaya),hlm 37.

10
H.Fajama Ben Mohan,Buku Pelajaran Fiqih 1,(TulungAgung: Pondok Pesantren Jawaahirul Hikmah),hlm
15.

14
1. Ada udzur, seperrti karena bepergian atau sakit
Dalam hal ini keadaan orang musyafir ada 4 golongan
a. Ia yakin bahwa disekitar tempatnya berada itu tidak ada air.
b. Ia tidak yakin tetapi menduga bahwa disana mungkin ada air
tetapi mungkin juga tidak.dalam keadaan demikian, ia wajib
terlebih dahulu mencari air.
c. Ia yakin ada air disekitar tempatnya
2. Telah masuk waktu sholat
3. Mencari air setelah datang waktu shalat dan belum mendapatkannya
4. Tidak dapat menggunakan air karena ada ‘ udzur syar’i, seperti takut
pencuri atau ketinggalan rombongan.
5. Dengan debu yang suci
 Rukun Tayamum
1. Niat istibahah (niat memperbolehkan) sholat atau ibadah lain yang
memerlukan thoharoh, seperti thawaf dan sujud. Niat dilakukan
serentak dengan pekerjaan pertama dalam tayamum, yakni ketika
memindahkan tangan ke wajah.
Bacaan niat tayamum :
‫نويت التي ّمم الستباحة فرض الصالة هلل تعالى‬

3. Mengusap muka
4. Mengusap tangan sampai siku
orang yang melaksanakan tayamum harus melepaskan
sesuatu yang menghalangi sampai usapan paada tangan
tersebut.
5. Tertib
 Sunnah Tayamum:
1. Membaca basmalah
2. Mendahulukan yang kanan dari pada yang kiri
3. Menipiskan debu
4. Sambung-menyambung (muwalah)

15
 Hal-hal yang membatalkan tayamum
1. Semua yang membatalkan wudhu
2. Melihat air sebelum sholat
 Cara Bertayamum 11
1. Waktu Sebelum Tayamum
a. Mencari debu yang suci.
b. Membersihkan atau menghilangkan najis atau kotoran pada badan
atau sesuatu yang menghalangi usapan pada anggota tayamum,
seperti cat
c. Membersihkan kedua tangan (terutama yang berkuku panjang
agar dibersihkan hingga kesela-sela kuku)
2.Waktu Niat
a. Menaruh kedua telapak tangan pada debu dengan mengucamkan
Ta’awudz dan Basmalah
b. Menepiskan debu dengan cara tanggan kanan di tepiskan
ketangan kiri kemudian tangan kiri ditepiskan ke tangann kanan
c. Niat dengan mengangkat tanggan seperti pada waktu kunut
3. Waktu Mengusap Muka
a. Mengusap muka bagian kanan dengan tanggan kiri :
- Mulai ujung jari tangan kiri diletakan pada pertengahan
dahi, digerakkan mengusuri batas tumbuhnya rambut
hinggga batas telinga
- Sekiranya perut telapak tangan di tenggah dahi (lurus
dengan hidung) kemudian ditempelkan lalu digerakan
turun kebawah hingga perut telapak tangan menutupi
hidung dan ujung jari-jari dibatas rahang atas.Pada saat
itu ibu jari merenggang dari jari-jari yang lainnya.

11
H.Fajama Ben Mohan,Buku Pelajaran Fiqih 1,(TulungAgung: Pondok Pesantren Jawaahirul Hikmah),hlm
16.

16
- Ibu jari digerakan mulai ujung hidung hingga batas mata,
kemudian di usapkan kemata hingga bertemu denggan
jari-jari lainnnya
- Kemudian diteruskan usapan hinggga dagu denggan
memutar atau mengagnkat siku tangan kiri.
b. Selanjutnya mengusap muka bagian kiri dengan tangan
kanan.(caranya sama seperti pada mengusap muka bagian
kanan.
4. Waktu Mengusap Tangan
a. Menaruh kedua telapak tangan pada debu di tempat selain
yang telah terpakai tadi.
b. Menepiskan debu, dengan cara tangan kanan ditepiskan ke
tangan kiri kemudian tangan kiri ditepiskan ke tangan kanan.
c. Mengusap tangan kanan dengan tangan kiri
d. Selanjutnya mengusap tangan kiri dengan tangan kanan.

D. Mandi12
Menurut arti bahasa adalah mengalirkan air pada sesuatu. Menurut istilah adalah
mengalirkan air ke seluruh badan yang disertai dengan niat tertentu.
 Dasar Hukum
a. Dari Al-Quran :
‫وإن كتنم جنبا فاطهّروا‬
Artinya :
“Apabila kamu sekalian dalam keadaan junub maka hendaklah bersuci“ (Al
Maidah: 6)
b. Dari Hadits
‫إنّما الماء من الماء‬

“Adapun sesungguhnya ( Wajibnya) mandi itu disebabkan keluarnya air


(mani)” (HR. Muslim)
12
M.Samsuri,Penuntun Sholat Lengkap,(Surabaya: Apollo Lestari),hlm 21.

17
 Yang Menyebabkan Wajib Mandi:
1. Bersetubuh
2. Keluar air mani
3. Meninggal dunia (mati syahid)
4. Haid
5. Nifas
6. Melahirkan
 Rukunnya Mandi
1. Niat (sambil mengalirkan air ke kepala), seperti :

‫نويت الغسل لرفع الحدث األكبر هلل تعالى‬

2. Meratakan air ke seluruh badan


3. Menghilangkan najis yang melekat di badan
 Sunnahnya
1. Membaca Basmalah
2. Berwudhu sebelum mandi
3. Menggosok seluruh badan dengan tangan
4. Mendahulukan yang kanan daripada yang kiri
5. Berurutan
 Mandi yang Disunnahkan
1. Mandi sebelum sholat Jumat
2. Mandi pada dua hari raya (Idul Fitri dan Idul Adha)
3. Mandi hendak ihrom atau umroh
4. Mandi sehabis memandikan mayit
5. Sembuh dari gila
6. Baru masuk Islam
 Cara Mandi
1. Membersihkan kotoran atau najis atau hal-hal yang menghalangi
mengalirnya air.
2. Sebelum mandi disunnahkan berwudhu lebih dahulu.

18
3. Niat mandi bersama dengan mengalirkan air yang pertama kali.
4. Mengalirkan air dimulai dari kepala, kemudian seluruh anggota badan
yang lain.
5. Mendahulukan anggota badan yang sebelah kanan baik bagian
depan maupun belakang.

2. Thaharah dari najis, yaitu:


a) Istinja’13
Menurut arti bahasa adalah menghilangkan kotoran.
Menurut istilah adalah mensucikan atau menghilangkan atau mengusap
atau mencuci tempat keluarnya kotoran dengan menggunakan air atau batu
atau dengan yang lain.
 Dasar Hukum
Dari Hadits :
“Sesungguhnya Rasulullah SAW ketika lewat didekat dua kuburan, Beliau
bersabda : kedua orang yang berada di dalam kubur ini disiksa. Yang
seorang disiksa karena mengadu domba (orang satu dengan yang lainnya),
dan seorang lagi disiksa karena tidak beristinja’ setelah kencing” (HR.
Bukhori Muslim)

‫إذا استجمر أحدكم فليستجمر وتر‬

“Apabila seorang diantara kamu sekalian beristinja’ dengan batu, maka


hendaklah ganjil” (HR. Bukhori Muslim)
 Cara Beristinja’
1. Membersihkan kotoran yang keluar dari kemaluan atau anus dengan air
hingga benar-benar bersih.
2. Bila menggunakan batu atau sejenisnya, hendaknyya najis atau
kotoran yang dibersihkan harus kering,tidak melewati bagian luar

13
Ust.Abdurrahim,Pintar Ibadah,(Jakarta: Sandro Jaya),hlm 25.

19
kemaluan dan anus, tidak tercecer tidak ada najis baru.Bila tidak
demikian, maka wajib istinja’ dengan air.
Selain batu yang dipakei adalah daun ,kayu,kertas,kain,dll
 Syaratnya:
1. Kotoran atau najisnya belum kering.
2. Tidak mengenai tempat lain.
3. Tidak bercampur dengan najis lain.
4. Batu atau sejenisnya yang digunakan harus kering, suci dan kasat.
5. Minimal dengan 3 usapan14

D. PENGERTIAN NAJIS15
Menurut bahasa, najis adalah sesuatu yang kotor atau menjijikan.
Menurut istilah adalah sesuatu yang kotor atau menjijikan yang dapat menghalangi
keabsahan atau sahnya sholat selama tidak ada sesuatu yang meringankan
(rukhshoh).
Dasar Hukumnya
Firman Allah swt :
‫ فطهّر‬v‫وثيابك‬
Artinya: “Dan mengenai bajumu, maka sucikanlah .” (Al-Mudatsir: 4)

Macam-macam najis dan cara menghilangkannya


1. Najis Mughalladhah (Berat)
Yaitu, najisnya anjing dan babi atau celeng dan air liur, ingus, keringat
keduanya.
Cara mensucikan :
Membasuh sesuatu yang terkena najis dengan air yang suci sebanyak 7 kali
dan salah satunya dicampur dengan debu atau tanah yang suci.
2. Najis Muthawassithah (sedang)

14
Zuhaili, Prof, Dr. Wahbah. Al-Fiqhu Asy-Syafi’i Al Muyassar. (Jakarta: Almahira).hlm 24
15
Ust.Abdurrahim,Pintar Ibadah,(Jakarta: Sandro Jaya),hlm 24.

20
Yaitu semua najis selain najisnya anjing dan babi. Seperti : kencing dan
kotoran (dari manusia dan hewan), bangkai kecuali bangkai manusia, belalang
dan ikan. Najis muthawassithoh ada 2 macam :
a. Hukmiyyah
Yaitu najis yang cukup diyakini adanya, karena tidak diketahui wujud dan
sifat (bau, rasa, warna). Contoh :kencing yang sudah kering hingga
sifatnya telah hilang. Cara mensucikannya :cukup dengan menglirkan air
yang suci diatas benda yang terkena najis itu walaupun 1 kali.
b. ‘Ainiyyah
Yaitu najis yang kelihatan wujud dan sifatnya. Cara mensucikannya:
menghilangkan wujud najisnya dahulu, kemudian menghilangkan bau, rasa dan
warnanya dengan air. Bila wujudnya sudah hilang, tapi bau, rasa dan warnanya
belum hilang maka wajib menggunakan bahan semacam sabun. Bila teryata
masih sulit, maka dimaafkan. Menurut pendapat banyak ulama’ sebaiknya najis
muthawassithoh di cuci 3x.

3. Najis Mukhaffafah (ringan)


Yaitu najis yang mendapat toleransi dari syara’sehingga tidak wajib di
hilangkan dengan cara dicuci pada bagian yang terkena najis. Seperti kencing
bayi laki-laki yang belum makan sesuatu selain ASI kecuali chanaq (dicetaki,
didulang) dan belum usia 2 tahun.
Cara mensucikannya :
Cukup memercikkan air ke tempat yang terkena najis walaupun tidak
diwajibkan dengan mengalirkan air, dengan syarat :
a. Setelah keadaan najisnya hilang
b. Tidak tercampur dengan najis lain
Yang tergolong benda najis:16
1. Bangkai binatang darat yang berdarah , kecuali mayat manusia
2. Segala macam darah, kecuali hati dan limpa
3. Segala macam nanah, baik yang kental atau yang cair

16
M.Samsuri,Penuntun Sholat Lengkap,(Surabaya: Apollo Lestari),hlm 12.

21
4. Segala benda yang keluar dari qubul dan dubur : seperti tahi, kencing (dari
manusia dan hewan) , madzi kecuali mani , telur.
5. Minum-minuman keras, seperti arak, bir, wiski dll.
6. Anjing dan babi ( celeng ).
Keterangan :
Madzi adalah cairan encer berwarna putih jernih yang keluar dari kemaluan
karena syahwat kecil yang disebabkan terangsang melihat wanita atau gambar
atau film porno dll.
Wadzi adalah cairan pekat berwarna putih keruh yang keluar dari kemaluan
sesaat setelah kencing atau karena kecapekan ( terlalu capek ) setelah
melakukan pekerjaan berat.
Air mani tidak najis, tapi mewajibkan mandi. Sedangkan madzi dan wadzi adalah
najis, tapi tidak mewajibkan mandi.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam pandangan Islam, masalah bersuci dan segala yang berkaitan dengannya
merupakan kegiatan yang sangat penting, karena diantara syarat syahnya shalat ditetapkan
agar orang yang mengerjakannya suci dari hadats, suci badan, pakaian dan tempatnya dari
najis. Allah SWT berfirman : “Sesungguhnya Allah menyukai orang yang taubat dan menyukai
orang-orang yang mensucikan diri”. (Q.S. al-Baqarah, 2 : 222). *
B. Saran

22
Dari hasil perancangan dan pengujian yang telah siap dicetak, ternyata setelah
dikaji ulang ternyata terdapat beberapa saran yang perlu diungkapkan penulis :
1. Perlu referensi dari buku lebih banyak.
2. Dalam hal isi masih sangat kurang. Pembaca diharapkan memiliki referensi
yang lebih banyak

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahim.2005.Pintar Ibadah.Jakarta: Sandro Jaya.


Moham Ben Fajama.2008.Buku Pelajaran Fiqih 1.TulungAgung: Pondok Pesantren
Jawahirul Hikmah.
M. Karman, DRS. Supiana.2012.Materi Pendidikan Agama Islam.Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Samsuri M.2005.Penuntun Sholat Lengkap.Surabaya: Apolo Lestari.
Zuhaili, Prof, Dr. Wahbah.2008. Al-Fiqhu Asy-Syafi’i Al Muyassar. Jakarta: Almahira.

23
24

Anda mungkin juga menyukai