Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PEMBAGIAN AIR, NAJIS DAN HADATS


Mata Kuliah: Materi Fikih
Dosen Pengajar: Tubagus Panambaian, M.Pd.

Disusun Oleh:
Kelompok 1
Iga Dwi Febrianti 2021122530
Maya 2021122516

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
DARUL ULUM KANDANGAN
TAHUN AKADEMIK
2022/2023
KATA PENGANTAR

‫ميحرلا نمحرلا هللا‬ ‫بسم‬


Segala puji dan syukur saya panjatkan ke hadirat Allah SWT karena berkat
rahmat, taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan
baik sesuai dengan yang kami harapkan.
Tak lupa pula, shalawat dan salam selalu tercurah kepada Nabi
Muhammad SAW yang telah membawa agama Islam yang sempurna dan menjadi
suri tauladan bagi kita semua.
Kami juga berterima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
penyusunan makalah ini. Penyusunan makalah ini tidak lepas dari referensi yang
kami ambil dari berbagai sumber baik berupa buku ataupun internet. Tanpa
bantuan referensi, mungkin saja makalah ini tidak dapat kami susun dengan baik.
Kami menyadari bahwa makalah yang kami susun belum bisa disebut
sempurna. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran khususnya
dari dosen mata kuliah Materi Fikih yaitu Bapak Tubagus Panambaian, M.Pd. dan
para pembaca makalah ini.
Demikian kata pengantar dari kami, semoga makalah yang kami susun
bisa bermanfaat.

Nagara, 16 Februari 2023

Kelompok 1

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................i


DAFTAR ISI............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 1
C. Tujuan ..................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Kedudukan Air Dalam Bersuci ............................................................................... 3
1. Air Sebagai Alat Bersuci..................................................................................... 3
2. Pembagian Air dan Macam-Macam Air ............................................................. 3
B. Najis ........................................................................................................................ 6
1. Pengertian Najis .................................................................................................. 6
2. Macam-Macam Najis dan Tata Caranya ............................................................. 6
C. Hadats ..................................................................................................................... 8
1. Pengertian Hadats ............................................................................................... 8
2. Hadats Kecil ........................................................................................................ 8
3. Hadats Besar ....................................................................................................... 8
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................................... 10
B. Saran ..................................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... iii

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ibadah merupakan suatu kewajiban bagi umat manusia terhadap Tuhannya
dan dengan ibadah manusia akan mendapat ketenangan dan kebahagiaan di
dunia dan di akhirat nanti. Bentuk dan jenis ibadah sangat bermacam-macam
seperti sholat, puasa, haji, jihad, membaca Al-Qur’an, dan lainnya. Dan
setiap ibadah memiliki syarat-syarat tertentu untuk dapat melakukannya, dan
ada pula yang tidak memiliki syarat mutlak untuk melakukannya. Diantara
ibadah yang memiliki syarat-syarat diantaranya haji, yang memiliki syarat-
syarat, yaitu mampu dalam biaya perjalannya, baligh, berakal, dan sebagainya.
Dan contoh lain jika kita akan melakukan ibadah sholat maka syarat untuk
melakukan ibadah tersebut ialah kita wajib terbebas dari segala najis maupun
dari hadats, baik hadats besar maupun hadats kecil.
Air menduduki masalah penting dalam Islam. Boleh dikatakan bahwa
tanpa adanya air, bagaimana kita hendak bersuci, mandi, wudhu dan
sebagainya. Sebab sholat tidak sah tanpa wudhu. Tanpa air, ibadah tidak sah.
Bila ibadah tidak sah, maka tidak akan diterima Allah. Kalau tidak diterima
Allah, maka konsekuensinya adalah kesia-siaan. Perhatian Islam atas dua jenis
kesucian baik jasmani maupun rohani merupakan bukti otentik tentang
konsistensi Islam atas kesucian dan kebersihan. Dan bahwa Islam adalah peri
hidup yang paling unggul dalam urusan keindahan dan kebersihan.
Kualitas pahala ibadah juga dipermasalah jika kebersihan dan kesucian diri
seseorang dari hadats maupun najis belum sempurna. Maka ibadah tersebut
tidak akan diterima. Ini berarti bahwa kebersihan dan kesucian dari najis
maupun hadats merupakan keharusan bagi setiap manusia yang akan
melakukan ibadah, terutama sholat, membaca Al-Qur’an, naik haji, dan lain
sebagainya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja macam-macam air?
2. Apa yang dimaksud dengan najis?

1
3. Apa yang dimaksud dengan hadats kecil dan hadats besar?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pembagian air dan macam-macamnya.
2. Untuk mengetahui tentang najis.
3. Untuk mengetahui tentang hadats kecil dan hadats besar.

2
BAB II

PEMBAHASAN
A. Kedudukan Air Dalam Bersuci
1. Air Sebagai Alat Bersuci
Alat yang paling utama untuk bersuci adalah air. Namun tidak semua air
dapat digunakan sebagai alat bersuci. Untuk mengetahui air yang dapat
digunakan bersuci, maka kita harus mengetahui air di tinjau dari pembagiannya
dan ditinjau dari segi hukum penggunaannya.
2. Pembagian Air dan Macam-Macam Air
Air merupakan alat thaharah yang utama. Meskipun demikian, tidak semua
air dapat digunakan untuk thaharah.1
a. Air Mutlak atau Tahir Mutahir (air suci dan mensucikan)
Yaitu air yang masih asli belum tercampur dengan sesuatu benda lain
dan tidak terkena najis. Air mutlak ini hukumnya suci dan
dapat menyucikan. Air yang termasuk air mutlak yaitu:
1) Air Hujan
Air hujan adalah air yang berasal uap air laut kemudian membentuk
awan. Dan pada ketinggian tertentu akan membentuk Kristal es lalu
berubah menjadi butiran air dan jatuh lagi ke bumi.
Dalam Qur'an Surah Al-Anfal (8):11

َ ُ‫اءُ َيا ُءُ ِنّي‬


ّ‫ط ِ ّٓ َر ُك ْىُ ِت‬ َّ ‫َُٔيُُ ِ َّزلُُ َعهَ ْي ُك ْىُ ِّيٍَ ُان‬
ِ ًَ ‫س‬
Artinya:
”Allah menurunkan air (hujan) dari langit kepadamu untuk
menyucikan kamu”
2) Air dari mata air
Air dari mata air adalah air tanah yang keluar dengan sendirinya ke
permukaan tanah yang tidak terpengaruh oleh musim. Contoh air pada
mata air sungai berantas.

1
Mashuri, Fikih Madrasah Tsanawiyah Kelas VII, (Jakarta: Kementrian Agama RI,
2020), h. 9-10.

3
3) Air laut
Air laut adalah air berada di samudera. Air laut dapat digunakan untuk
bersuci.
Berdasarkan Hadis dari Abu Hurairah RA, ia berkata: ”Seorang laki-laki
bertanya kepada Rasulullah SAW, ”Wahai Rasulullah, kami berlayar
mengarungi lautan dan hanya membawa sedikit air. Jika kami
menggunakannya untuk berwudhu, kami akan mengalami dahaga.
Bolehkah kami berwudhu dengan air laut?” Rasulullah menjawab:

ْ ُِ‫ٕرُ َيا ُؤ‬


ُُّ ُ ‫ُان ِحمُُّ َي ْيتَت‬ َّ ‫ْ َُُٕان‬
ُ ُٓ ‫ط‬
Artinya:
”Air laut itu suci, dan bangkai (yang terdapat didalamnya) halal
(dimakan)” (HR. Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi, dan Nasa’i).
4) Air Sungai
Air sungai adalah air yang mengalir disepanjang sungai secara terus
menerus. Contoh air pada aliran sungai Solo, Berantas, Citarum dan masih
banyak yang lainnya.2

ً ًْ ‫ُيَ ْغت َ ِسمُُفِ ْي ُِّ ُكمَُّيَ ْٕ ٍوُ َخ‬،‫بُُأ َ َح ِد ُُك ُْى‬


ُِ ‫ُ َياتَقُٕلُُذَنِكَ ُيُ ْثُِق‬،‫سا‬
ُِّ َِ‫ىُي ٍُْدَ َر‬ ِ ‫ُأ َ َُر ُأ َ ْيت ُ ْىُنَ ُُْٕأ َ ٌَََُّ َٓ ًراُتِثَا‬

Artinya:
”Bagaimana pendapat kalian, seandainya di depan pintu masuk salah
seorang diantara kalian ada sungai, kemudian ia mandi di sungai itu lima
waktu dalam sehari, apakah masih ada kotoran (yang melekat
dibadannya?) (HR. Bukhari, Muslim, dan Ahmad).
5) Air Sumur
Air sumur adalah air yang terdapat pada lubang atau galian dengan
kedalaman tertentu.

ُ‫ش ْى ٌء‬ ُ ‫ٕرُالَُيَُُ ِ ّج‬


َ ُُّ‫س‬ َ ُ‫اء‬
ٌ ُٓ ‫ط‬ ْ ٌَّ ُِ‫أ‬
ِ ًَ ‫ُان‬
2
Ibid.

4
Artinya:
”Sesungguhnya air (sumur bidha‟ah) adalah suci, tidak dapat dinajiskan
oleh sesuatu apapun” (HR. Ahmad, Abu Dawud, Tirmidzi, dan Nasa’i).
6) Air Es atau Air Salju
Air Es (salju) adalah air yang bersal dari butiran uap air berwarna putih
yang membeku di udara dan jatuh ke bumi akibat temperatur udara di
daerah itu berada di bawah titik beku.
7) Air Embun
Air Embun adalah air yang berasal dari uap yang menjadi titik-titik air.
Contoh, butiran air yang terdapat pada dedaunan.
b. Air Tahir Gairu Mutahir (air suci tetapi tidak mensucikan)
Yakni air yang halal diminum, tetapi tidak sah jika untuk bersuci. Air
ini sekalipun suci, tetapi tidak dapat dipergunakan untuk menghilangkan
hadats. Termasuk dalam kategori air ini adalah air suci yang tercampur
benda-benda suci lain dan hilang nama airnya secara mutlak. Contoh air suci
tetapi tidak menyucikan antara lain sebagai berikut:
1) Air buah-buahan (air kelapa).
2) Air yang dikeluarkan dari pepohonan (nira).
3) Air suci yang tercampur benda-benda suci lain (air teh, air kopi).3
c. Air Mutanajjis
Air mutanajjis, yaitu air yang terkena najis. Air ini tidak halal untuk
diminum dan tidak sah apabila digunakan untuk bersuci. Air semacam ini
tidak dapat dipergunakan untuk thaharah, baik untuk menghilangkan najis
maupun hadas. Contoh air mutanajjis ini adalah sebagai berikut:
1) Air yang sudah berubah warna, bau dan rasanya karena terkena najis.
2) Air yang belum berubah warna, bau dan rasanya, tetapi jumlah air sedikit
(kurang dari dua kulah) atau ± 216 liter. Hal ini diterangkan dalam hadis
yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah bahwa Rasulullah Saw. Bersabda

،‫ئ‬
ٌُ ‫ش‬
َ ُُّ‫س‬ ْ ٌَّ ِ‫ُُأ‬:ُ‫سهَّى‬
ُ ‫ُان ًَا َءُالَيَُُ ِ ّج‬ َ ُٔ َّ َّ‫صه‬
َ ِّ ‫ىُّللاُُ َعهَ ْي‬ َّ ‫سٕل‬
َ ُِ‫ُُّللا‬ َ ‫ُقَال‬:َُ‫ُّللاُُ َع ُُُّْقَال‬
ُ ‫َُر‬ ّ ‫ي‬ َ ‫ض‬
ِ ‫ُر‬ ّ ‫َٔ َع ٍُْأتِ ْيُُأ ُ َيا َيةُانثَا ِْ ِه‬
َ ِ‫ي‬
3
Ibid., h. 11.

5
)۱۶۵ُ:ُّْ‫(رٔاُِأُِ ْتٍُ ُ َيا َج‬.ُِّ َِْٕ َ‫ُٔن‬ َ ُٔ
َ ِّ ًِ ‫ط ْع‬ َ َ‫أُِالَُّ َياُ َغه‬
ِ َ‫ةُ َعه‬
َ ِّ ‫ىُري ِْح‬
“Dan dari abi umamah albahiliyyi semoga Allah meridoinya berkata:
bersabda Rosulullah sollallahu „alaihi wa sallam: „Sesungguhnya air itu
tidak dinajisi oleh sesuatupun kecuali apa yang mengubah atas baunya,
rasanya dan warnanya.” (HR. Ibnu Majah : 541)
d. Air Musta’mal
Yaitu air yang sedikit ukurannya atau kurang dari 2 kulah dan bekas
pakai telah digunakan untuk bersuci walaupun tidak berubah warnanya. Air
ini tidak boleh digunakan untuk bersuci karena dikhawatirkan sudah terkena
kotoran atau najis yang dapat mengganggu kesehatan.4
e. Air Musyammas
Yaitu air yang dipanaskan pada terik matahari dalam logam yang dibuat
dari besi, baja, tembaga, alumunium yang masing-masing benda logam itu
berkarat. Air musyammas seperti ini hukumnya makruh, karena
dikhawatirkan menimbulkan suatu penyakit. Adapun air dalam logam yang
tidak berkarat dan dipanaskan pada terik matahari tidak termasuk air
musyammas. Demikian juga air yang tidak ditempatkan tidak pada logam
dan terkena panas matahari atau air yang dipanaskan bukan pada terik
matahari misalnya direbus juga tidak termasuk air musyammas.5

B. Najis
1. Pengertian Najis
Menurut bahasa Najis berasal dari bahasa Arab, yaitu an-najsu atau an-
najisu yang berarti kotor atau menjijikkan. Sedangkan menurut istilah, najis
bisa diartikan suatu benda yang mengotori pakaian atau badan kita yang
menghalangi sahnya mengerjakan suatu ibadah yang dituntut harus dalam
keadaan suci.
2. Macam-Macam Najis dan Tata Caranya
Dalam hukum Islam Ada tiga macam najis yaitu:
4
Ibid., h. 10-12.
5
Abdul Kadir Ahmad, Buku Siswa Fikih Madrasah Tsanawiyah Kelas VII, (Jakarta:
Kementrian Agama, 2014), h.6.

6
a. Najis Mukhaffafah (ringan)
Mukhaffafah adalah najis yang diringankan, seperti air kencing bayi
laki-laki dan perempuan yang belum pernah makan sesuatu kecuali ASI (air
susu ibu). Cara mensuciknnya, cukup dengan memercikkan air ke bagian
yang terkena najis sampai bersih.
b. Najis Mutawassithah (sedang)
Mutawassithah merupakan najis yang berada di tengah-tengah antara
mukhaffafah dan mughaladhah. Dan najis yang keluar dari kubul dan dubur
manusia kecuali air mani. 6 Najis jenis ini ada dua macam, yaitu:
1) Najis ‘Ainiyah adalah najis yang berwujud atau tampak, masih dapat
dilihat dan dirasakan salah satu atau ketiga sifatnya, baik warna, rasa, dan
baunya. Cara menyucikannya adalah menghilangkan najisnya dengan
cara membuang dan menggosoknya sampai bersih dan diyakini sudah
hilang sifatnya dengan menggunakan air yang suci.
2) Najis ‘Hukmiyah adalah najis yang tidak tampak seperti air kencing yang
sudah kering yang terdapat pada pakaian atau lainnya. Cara
menyucikannya adalah cukup dengan mengalirkan air pada benda yang
terkena najis.
Adapun yang termasuk najis mutawasittah yaitu bangkai binatang darat
yang berdarah sewaktu hidupnya, darah, nanah, muntah, kotoran manusia
dan binatang, dan arak (khamar).7
c. Najis Mughaladhah (berat)

Mughaladhah adalah najis yang diperberat, seperti anjing dan babi.


Termasuk najis ini adalah air liur kedua binatang tersebut, sperma keduanya,
dan anak-anak dari hasil persilangan dengan hewan lainnya. Cara
menyucikannya, lebih dulu dihilangkan wujud benda najis itu, kemudian
dicuci dengan air bersih 7x dan salah satunya dicampur dengan tanah.8

6
Mashuri, op. cit. h. 29-30.
7
Abdul Kadir Ahmad, op. cit. h. 4-5.
8
Mashuri, op. cit. h. 31.

7
C. Hadats
1. Pengertian Hadats
Menurut bahasa Hadats berasal dari bahasa Arab, yaitu al-hadats yang
berarti suatu peristiwa atau keadaan kotor atau tidak suci. Adapun menurut
istilah adalah keadaan tidak suci bagi seseorang sehingga menjadikannya tidak
sah dalam melakukan ibadah. Hadats dikategorikan menjadi dua bagian, yaitu:
hadats kecil dan hadats besar. Berikut penjelasan macam-macam hadast dan
cara menyucikannya.
2. Hadats Kecil

Hadats kecil adalah hadast yang cara menyucikannya dengan berwudhu


atau tayamum.9 Hal-hal yang menyebabkan seseorang berhadas kecil ialah:

a. Keluar sesuatu dari dua lubang, yaitu qubul dan dubur (buang air besar,
buang air kecil, buang angin).
b. Hilang kesadaran karena mabuk, pingsan, tidur.
c. Persentuhan antara kulit laki-laki dengan perempuan yang bukan
mahramnya tanpa ada batas yang menghalanginya.
d. Menyentuh kemaluan, baik kemaluan sendiri ataupun kemaluan orang lain
dengan telapak tangan atau jari.10
3. Hadats Besar

Hadats besar adalah keadaan tidak suci pada diri seorang muslim karena
sebab- sebab tertentu. Cara bersuci dari hadats besar adalah dengan cara mandi
besar (mandi wajib), atau disebut mandi janabat. Apabila tidak ada air maka
diganti dengan tayamum.11 Hal-hal yang menyebabkan seseorang berhadas
besar ialah:

a. Bertemunya dua kelamin laki-laki dengan perempuan (jima’ atau


bersetubuh), baik keluar mani ataupun tidak.
b. Keluar mani, baik karena bermimpi atau sebab lain.

9
Ibid., h. 34.
10
Abdul Kadir Ahmad, loc. cit.
11
Mashuri, op. cit. h. 38.

8
c. Haid, yaitu darah yang keluar dari perempuan sehat yang telah dewasa
pada setiap bulannya.
d. Nifas, yaitu darah yang keluar dari seorang ibu sehabis melahirkan.
e. Wiladah, yaitu darah yang keluar ketika melahirkan.
f. Meninggal dunia.12

12
Abdul Kadir Ahmad, op. cit. h. 5-6.

9
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

Air adalah alat paling utama untuk bersuci, tetapi tidak semua air dapat
digunakan untuk bersuci. Maka dari itu air terbagi menjadi beberapa macam
yaitu: air mutlak atau tahir mutahir, air tahir gairu mutahir, air mutanajjis, air
musta’mal, dan air musyammas.
Najis dalam bahasa Arab berarti kotor atau menjijikan. Istilah najis diartikan
suatu benda yang mengotori pakaian atau badan yang menghalangi sahnya suatu
ibadah. Dalam hukum Islam ada tiga macam najis yaitu, najis mukhaffafah
(ringan), najis mutawassithah (sedang), dan najis mughaladhah (berat).
Hadats secara istilah adalah keadaan tidak suci bagi seseorang sehingga
menjadikannya tidak sah dalam melakukan ibadah. Hadats dikategorikan
menjadi dua bagian yaitu hadats kecil dan hadats besar.

B. Saran
Tentunya kami telah menyadari bahwa dalam penyusunan makalah diatas
masih banyak terdapat kesalahan dan jauh dari kata sempurna. Adapun nantinya
penulis akan segera melakukan perbaikan susunan makalah tersebut dengan
berpedoman dari berbagai sumber, koreksi serta kritik yang dapat membangun
dari para pembaca, terutama dari dosen mata kuliah ini.

10
DAFTAR PUSTAKA

Mashuri. Fikih Madrasah Tsanawiyah Kelas VII, (Jakarta: Kementrian Agama RI,
2020)
Ahmad, Abdul Kadir. Buku Siswa Fikih Madrasah Tsanawiyah Kelas VII,
(Jakarta: Kementrian Agama, 2014)

iii

Anda mungkin juga menyukai