Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

THAHARAH
’’Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Terstruktur Dalam Mata Kuliah
Fiqih Ibadah”

Oleh kelompok II

Nabilah Azzahra 2422054


Bunga Dwicha L. 2422044

Dosen Pengampu:
Khairul Ramadhan, M.Pd.

TUTORIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI BUKITTINGGI
TP 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, karena dengan rahmat, karunia dan hidayah-Nya Kami dapat
menyelesaikan makalah mengenai "Thaharah" ini dengan baik meskipun banyak
kekurangan didalamnya. Kelompok 2 mengucapkan terimakasih kepada semua
pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan makalah ini khususnya
kepada dosen mata kuliah Fiqih Ibadah yaitu bapak Khairul Ramadhan, M.Pd.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai "Thaharah". Kami juga menyadari
sepenuhnya bahwa didalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang. Semoga
makalah sederhana ini dapat dipahami dan berguna bagi siapapun yang
membacanya. Sebelumnya, kami memohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-
kata yang kurang berkenan. Atas perhatian ibu kami ucapkan terima kasih.

Bukittinggi, 27 Maret 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... .i


DAFTAR ISI .................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................... 1
C. Tujuan ............................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................ 2
A. Thaharah ......................................................................................... 2
1). Pengertian Thaharah ................................................................... 2
2). Wudhu ......................................................................................... 4
3). Tayammum ................................................................................. 5
4). Mandi Wajib ............................................................................... 6
BAB III PENUTUP ........................................................................................ 8
A. Kesimpulan .................................................................................... 8
B. Saran ............................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 9

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sebagai mana kita ketahui bahwa unsur utama yang harus di penuhi
untuk memenuhi syarat-syarat ibadah seperti sholat dan lain sebagainya
hendaklah diawali dengan bersuci. Bersuci adalah syarat utama untuk
mendirikan sholat atau thawaf di baitullah al-haram. Bersuci bukan hanya
menjadi pintu gerbang utama dalam melakukan ibadah kepada Allah SWT.
Berwudhu, mandi junub dan tayammum adalah cara bersuci yang Allah
terangkan dalam al Qur’an dengan jelas.
Banyak sekali hikmah yang terkandung dalam thaharah atau bersuci.
Kita sebagai muslim harus dan wajib mengetahui cara-cara bersuci karena
bersuci adalah dasar ibadah bagi umat Islam, dalam kehidupan sehari-hari
kita tidak terlepas dari hal-hal yang kotor sehingga sebelum memulai
aktifitas kita menghadap Tuhan atau beribadah haruslah dimulai dengan
bersuci baik dengan cara berwudhu, mandi maupun bertayamum

B. Rumusan Masalah

1. Apa itu thaharah?


2. Apa saja bagian bagian dari thaharah?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui apa itu Thaharah.


2. Untuk mengetahui bagian-bagian dari Thaharah.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Thaharah

1. Pengertian thaharah
Kata thaharah berasal dari Bahasa Arab ‫ هار َط َ َل‬yang secara bahasa
artinya kebersihan atau bersuci. Sedangkan menurut istilah, thaharah
adalah mengerjakan sesuatu yang dengannya kita boleh mengerjakan
shalat, seperti wudhu, mandi, tayamun, dan menghilangkan najis..
Menurut syara’, thaharah adalah suci dari hadats atau najis, dengan cara
yang telah ditentukan oleh syara atau menghilangkan najis, yang dapat
dilakukan dengan mandi dan tayamum.
Dari beberapa pengertian tentang thaharah tersebut, maka dapat
disimpulkan thaharah berarti menyucikan dan membersihkan diri dari
najis dan hadats sebagai salah satu syarat melakukan ibadah yang dapat
dilakukan dengan wudhu, mandi dan tayamum dengan alat yang
digunakan yaitu air, debu, dan atau batu
Thaharah atau bersuci terdiri dari dua bagian yaitu bersuci dari hadas
yang khusus berkaitan dengan badan dan bersuci dari najis yang
berkaitan dengan masalah badan pakaian dan tempat jika bersuci dari
hadas maka tidak bisa lepas dari dua unsur yang bisa mensucikan yaitu
air dan tanah. Oleh karena itu berikut ini kami awali dengan
menyebutkan macam-macam air
a. Air suci dan mensucikan, yaitu air mutlak atau air murni air murni
adalah air yang terpancar dari bumi atau turun dari langit. Termasuk
air suci adalah air laut berdasarkan sabda nabi sebagaimana jawaban
di atas pertanyaan sahabat tentang hal itu “laut itu suci airnya dan
halal pula bangkainya” (HR perawi yang empat disahihkan oleh Ibnu
khuzaima dan Tirmidzi)

2
b. Air suci tetapi tidak mensucikan air ini boleh diminum dipakai untuk
memasak tetapi tidak sah untuk mengangkat hadas dan
menghilangkan najis. Kecuali ulama Hanafiyah yang mengatakan
bahwa air tersebut sah untuk menghilangkan najis. Air dalam
pengertian ini adalah air yang tercampur dengan benda suci yang
telah menghilangkan namanya sebagai air telah merubah sifat atau
telah dialirkan terhadap benda yang mudah luntur seperti air teh atau
diseduh dengan susu termasuk air yang suci tetapi tidak mensucikan
adalah air yaitu air yang telah dipakai untuk mengangkat
c. Air yang bernajis, yaitu air dalam jumlah sedikit yang telah
tercampur dengan najis sedangkan jika arah banyak tetapi raja
tersebut telah merubah salah satu dari tiga sifat air yaitu rasa, bau,
dan warnanya maka air tersebut tetap dihukumkan bernajis adapun
ukuran banyaknya air dua kulah seukuran dengan 12 shafihah air.
Jika kurang sedikit maka tidak menjadi masalah.
d. Air Musyammas, yaitu air yang terjemur sinar matahari, hukumnya
suci menyucikan pada benda lain akan tetapi makruh
menggunakannya. Menurut fiqih Islam menggunakan air yang
dipanaskan dengan sinar matahari dalam tempat logam yang terbuat
dari seng (besi), tembaga, baja, alumunium tidak dianjurkan karena
benda-benda tersebut mudah berkarat.
Selain air dapat pula digunakan hal lain seperti:
a. Tanah atau debu yang suci sebagai pengganti mandi atau wudhu
apabila dalam keadaan darurat yaitu dengan cara tayamum.
b. Batu atau benda keras yang suci yang disamakan hukumnya
dengan batu, kecuali benda keras yang asalnya dari kotoran
binatang atau manusia. Untuk istinjak atau menyucikan kotoran
atau najis
Dari keterangan tersebut pada dasarnya alat thaharah yang paling
pertama dan utama adalah air, tetapi apabila air tidak memungkinkan
dapat menggunakan debu, dan apabila debu tidak memungkinkan juga

3
maka bisa menggunakan batu atau benda keras yang disamakan
hukumnya dengan batu.

2. Wudhu
Secara bahasa, kata wudhu berasal dari kata al-wadha’ah yang
artinya bersih dan cerah. Jika kata ini dibaca al-wudhu artinya aktifitas
wudhu, sedangkan jika di baca al-wadhu artinya air yang dipakai untuk
berwudhu Menurut istilah, wudhu adalah membersihkan anggota tubuh
tertentu (wajah, dua tangan, kepala dan kedua kaki) dengan
menggunakan air, dengan tujuan untuk menghilangkan hadas kecil atau
hal-hal yang dapat menghalangi seorang muslim melaksanakan ibadah
salat atau ibadah lainnya.
Seluruh kaum muslimin telah sepakat akan hal itu hingga diketahui
secara umum maupun khusus selayaknya persoalan yang darurat siapa
yang mengingkari setelah adanya kesepakatan ini maka dia telah keluar
dari Islam dalam wudhu terdapat hal yang wajib sunnah makruh dan
membatalkannya.
a. Fardhu-fardhu wudhu
1. Niat yaitu melakukan sesuatu dengan sengaja
2. Membasuh wajah sekali yaitu mengalirkan air pada wajah
3. Membasuh kedua tangan sampai siku.
4. Mengusap kepala.
5. Membasuh kedua kaki beserta kedua mata kaki.
6. Berturut-turut antara anggota wudhu 1 dengan lainnya yaitu
mulai dari wajah dan seterusnya sesuai dengan urutan yang
tertera dalam Alquran.
7. Terus-menerus yaitu antara pasukan satu anggota dengan
lainnya tidak diselingi jeda waktu dan berpindah tempat yang
lama hingga anggota yang baru dibasuh menjadi kering.
8. Ulama malikiyah dan hanabilah menambahkan fardhu wudhu
lainnya yaitu menggosok anggota wudhu. ulama hanabilah

4
menambahkan berkumur dan memasukkan air ke hidung sebab
kedua anggota tubuh tersebut merupakan wilayah wajah serta
mengusap kedua telinga karena termasuk bagian dari kepala
b. Hal-hal yang membatalkan wudhu
1. Keluarnya satu benda dari dua jalan ya dubur dan qubul
2. Keluar angin dari dubur
3. Keluar sperma
4. Keluar mandzi
5. Keluar wadi
6. Keluarnya dubur membatalkan wudhu menurut ulama hanafi
dan syafi'iyah
7. Tidur dengan dengan nyenyak membuatnya tidak sadar dan
posisi badannya tidak menentu pada tempat pijakan nya
8. Menyentuh yang bukan mahramnya

3. Tayammum
Menurut bahasa, kata tayammum berarti sengaja. Sedangkan
menurut istilah (syariat) tayammum berarti beribadah kepada Allah
SWT. yang secara sengaja menggunakan debu yang bersih dan suci
untuk mengusap wajah dan tangan dibarengi niat menghilangkan hadas
bagi orang yang tidak mendapati air atau tidak bisa menggunakannya.
a. Tata cara tayammum
sama halnya dengan berwudhu yang masing-masing memiliki
cara tertentu dalam pelaksanaannya, yang harus diketahui oleh
seorang muslim, baik laki-laki maupun perempuan, apabila hendak
melaksanakannya. Berikut ini cara-cara dalam tayammum:
1. Membaca basmalah dengan berniat,
2. Meletakkan kedua tangan ke tanah atau debu yang suci, apabila
tidak ada tanah yang khusus disediakan, maka boleh ke dinding
atau jendela atau kaca yang dianggap ada debunya, boleh pasir,
batu atau yang lainnya

5
3. Debu yang ada di tangan kemudian ditiup dengan tiupan ringan,
baru mengusapkan debu ke wajah sekali usapan.
4. Apabila seseorang menambah usapan ke lengan sampai siku,
maka kembali diletakkan tangan ke debu kemudia diusapkan
kedua telapak tangannya ke lengannya hingga ke siku. Dan jika
hanya mengusap kedua telapak tangannya saja, maka hal itu
dianggap sudah cukup baginya

4. Mandi Wajib
Pengertian Mandi Wajib, mandi secara umum dapat berarti
meratakan air ke seluruh anngota tubuh dari ujung rambut sampai
dengan ujung kaki. Sedangkan menurut syariat Islam mandi berarti:
“Bersuci dengan air sebagai alat bersuci dengan cara meratakan air
yang suci lagi menyucikan ke seluruh tubuh dari ujung kepala sehingga
ujung telapak kaki menurut tata cara tertentu yang disertai niat yang
ikhlas karena Allah untuk menyucikan diri.
Dengan demikian, mandi wajib atau janabat dapat diartikan sebagai
proses penyucian diri seseorang dari hadas besar yang menempel (baik
terlihat atau tidak terlihat) di badan, dengan cara menggunakan atau
menyiramkan air yang suci lagi menyucikan ke seluruh tubuh.
a. Tata cara mandi
Bagi orang mukmin, baik laki-laki maupun perempuan apabila telah
berada dalam keadaan berhadats besar, maka wajiblah baginya untuk
mandi. Namun dalam prakteknya harus sesuai dengan tuntunan dan
petunjuk Rasulullah saw. yang dilanjutkan oleh para sahabat-
sahabatnya serta para fuqaha atau ulama-ulama yang memiliki
pengetahuan tentangnya. Berikut ini penjelasan tentang tata cara mandi
wajib:
1. Niat dalam hati, telah dijelaskan sebelumnya bahwa segala amalan
harus disertai dengan niat.

6
2. Membaca basmalah
3. Diawali dengan membasuh kedua telapak tangan tiga kali.
4. Membasuh kemaluan dengan tangan kiri, yakni membersihkan
kotoran yang terdapat padanya.
5. Membersihkan tangan kiri, sebab tangan kiri sudah digunakan
membasuh kemaluan dan membersihkan kotoran.
6. Berwudhu, yakni mengambil air whudu sebagaimana berwudhu
ketika ingin melaksanakan salat.
7. Menyiram tubuh bagian sebelah kanan terlebih dahulu, kemudian
menyiram tubuh bagian sebelah kiri, dilanjutkan dengan menyelah-
nyelah rambut secara merata atau menggosoknya sampai menyentuh
kulit kepala dan menyiramkan air ke kepala, masing-masing tiga kali
siraman.
8. Meratakan guyuran air ke seluruh tubuh sambil menggosok seluruh
badan
9. Bergeser dari tempat semula kemudian membasuh kaki.
Apabila mandi wajib sudah dilaksanakan, maka seseorang boleh
melaksanakan ibadah seperti shalat, sebab di dalam mandi janabah
sudah terdapat wudhu sebagai syarat sahnya salat, selama yakin
bahwa dalam proses mandi tadi wudhu tidak batal. Akan tetapi,
apabila ragu batal atau tidaknya wudhu dalam proses mandi janabah,
maka ia harus mengulang wudhu setelah mandi.

7
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Thaharah menurut syari'at Islam ialah suatu kegiatan bersuci dari hadas
maupun najis sehingga seorang diperbolehkan untuk mengerjakan suatu
ibadah yang dituntut harus dalam keadaan suci seperti shalat. "Kegiatan
bersuci dari najis meliputi bersuci pakaian dan tempat.
Tayamum mengacu pada tindakan menyucikan diri tanpa
menggunakan air dalam Islam, yaitu dengan menggunakan pasir atau debu.
Secara literal atau bahasa, tayamum bermakna al-qashd, wa al-
tawajjuh.Adapun secara Istilah Tayamum bermakna : Mengusap wajah dan
kedua telapak tangan dengan tanah (permukaan bumi) dengan tata cara
tertentu (Taudhihul Ahkan:1/409). Atau Tayammum: Bersuci dengan
menggunakann debu, sebagai pengganti wudhu' atau mandi janabat (QS:
Al-Maidah:6)
Mandi wajib atau mandi besar adalah salah satu cara bersuci dengan
membasuhkan air ke seluruh tubuh dengan niat mengangkat
(menghilangkan) "hadats besar" atau "janabat".Mandi wajib merupakan
cara bersuci dari hadas besar karena haid, nifas, keluarnya sperma karena
mimpi maupun setelah berhubungan intim suami istri.

B. Saran
Diharapkan pembaca dapat makalah ini dapat memahami dan menambah
ilmu pengetahuan tentang bagaimana usaha mengenai Thaharah.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah
ini. Oleh karena itu penulis meminta kritik dan saran dari pembaca. Semoga
apa yang kami tulis bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
Terima kasih.

8
DAFTAR PUSTAKA

Ar-Rahbawi, A. Q. (2021). Tentang Thaharah hukum air dan wudhu. Hikam Pustaka.
Maawiyah, A. (2017). THAHARAH SEBAGAI KUNCI IBADAH.

Anda mungkin juga menyukai