Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

THAHARAH

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ushul Fiqh

Dosen Pengampu :Amung Ahmad Syahir M.M.AG

KELOMPOK 9 KELAS 1C

Penyusun:

Aufa Galih A.(1235010114)


M.Hafidz Ihsan (1235010104)
Mufidah Adzakiyah(1235010102)
Syamil Chudori (1235010096)
Ziya Ali Ridho (12350101031)

SEJARAH PERADABAN ISLAM


FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UIN SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
2023
KATA PENGANTAR
‫ِبْس ِم الَّلِه الَّرَمْحِن الَّرِح ْيم‬

Segala puji hanya milik Allah SWT, yang telah memberikan limpahan rahmat dan
nikmatnya kepada hambanya dan tidak lupa sholawat serta salam kita panjatkan kepada Nabi
Muhammad SAW.

Alhamdulillah kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “TAHARAH” dengan


sebaik-baiknya. Kami menyusun makalah ini guna menyelesaikan salah satu tugas mata
kuliah UshulFiqh. Kami ucapkan terimakasih kepada bapak Amung AhmadSyahir M.M AG.
selaku dosen pengampu mata kuliah Ushul Fiqh yang telah memberikan arahan dan
bimbingan dalam penyusunan makalah ini. Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah
pengetahuan dan wawasan kami. Kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang
telah membantu dalam proses penyusunan makalah ini.

Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam pembuatan makalah ini, dikarenakan
kurangnya ilmu dan wawasan kami. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun
sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Bandung, 28 September 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................................ii
BAB 1.....................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................................................2
C. Tujuan Penulisan...........................................................................................................................2
BAB II.....................................................................................................................................................3
PEMBAHASAN........................................................................................................................................3
A. Pengertian Thaharah.....................................................................................................................3
B. Macam-macam Thaharah..............................................................................................................4
C. Hadist dan dalil tentang Thaharah.................................................................................................5
D. Tata cara Thaharah........................................................................................................................6
BAB III....................................................................................................................................................8
PENUTUP............................................................................................................................................8
A. Kesimpulan................................................................................................................................8
B. Saran.............................................................................................................................................8
C. Penutup.........................................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................................9

ii
iii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Islam menganjurkan untuk selalu menjaga kebersihan badani selain rohani Kebersihan
badani dengan bagaimana umat muslim selalu bersuci sebelum mereka melakukan ibadah
menghadapi Allah SWT Pada hakikat nya tujuan bersuci adalah agar umat muslim terhindar
dari kotoran atau debu yang menempel di badan sehingga secara sadar atau tidak sengaja
membatalkan rangkain ibadah kita kepada Allah SWT.
Namun,yang terjadi sekarang adalah banyak umat muslim hanya tahu saja bahwa bersuci
sebatas membasuh badan dengan air tanpa mengamalkan rukun rukun bersuci lainnya sesuai
syariat islam bersuci atau istilah dalam istilah islam yaitu ‘Thaharah ‘ mempunyai makna
yang luas tidak hanya berwudhu saja ..
Pengertian thaharah adalah mensucikandiri, pakaian, dan tempat sholat dari hadas dan najis
menurut syariat islam, Bersuci dari hadas dan najis adalah syarat syah nya seorang muslim
dalam mengerjakan ibadah tertentu. Berdasarkan pengertian tersebut sebenarnya banyak
sekali manfaatnya yang bisa kita ambil dari fungsi Thaharah. Taharah sebagai bukti bahwa
islam amat mementingkan kebersihan dan kesucian .

B. Rumusanmasalah
B. Rumusan mas
1. Jelaskanpengertiandarithaharah?
2. jelaskanketentuantentangthaharah?
3. Jelaskanalat-alatuntukbersuci?
4. Jelaskanmacam-macamnajisdanbagaimanacaramensucikannya?
5. Jelaskanistinjadanadabbuang air besar?
6. Jelaskanmacam-macamhadasdancaramensucikannya?
7. Jelaskandanpraktekantatacarawudhu, mandi, dantayamum?

1.
Jelaskanpengertiandarithahara
h?

1
2.
jelaskanketentuantentangthaha
rah?
3. Jelaskanalat-
alatuntukbersuci?
4. Jelaskanmacam-
macamnajisdanbagaimanacara
mensucikannya?
5.
Jelaskanistinjadanadabbuang
air besar?
6. Jelaskanmacam-
macamhadasdancaramensucik
annya?

2
7.
Jelaskandanpraktekantatacara
wudhu, mandi, dan ta
B. PerumusanMasalah

Dari latar belakang masalah tersebut,penyusun merumuskan beberapa permasalahan sebagai


berikut :

1.Apa pengertian dari Thaharah?

2.Apa saja macam- macam Thaharah?

3.Apa saja Hadist dan Dalil tentang Thaharah?

4.Apa saja tata cara Thaharah?

C..TujuanPenulisan

Tujuan dari penulisan makalah ini agar pemateri dan pembaca dapat memahami pengertian
Thaharah,macam macam Thaharah ,hadis dan dalil tentang Thaharah dan tata cara
mensucikannya.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Thaharah

Thaharah berasal dari bahasa arab yakni ‫رهط‬- ‫رهطي‬- ‫ ةرهط‬yang artinya
bersuci.Thaharah berarti kebersihan dan kesucian dari berbagai kotoran atau bersih
dan sucidari kotoran atau najis yang dapat dilihat (najis hissi) dan najis ma’nawi
(yang tidakkelihatan zatnya) seperti aib dan kemaksiatan. Sedangkan dalam buku
yang lain secaraetimologi “thaharah” berarti “kebersihan” ketika dikatakan saya

3
menyucikan pakaianmaka yang dimaksud adalah saya membersihkan pakaian.
Dalam buku Fiqh ibadahsecara bahasa ath-thaharah berarti bersih dari kotoran-
kotoran, baik yang kasat matamaupun tidak.

Sedangkan menurut istilah atau terminologi thaharah adalah menghilangkan


hadas,menghilangkan najis, atau melakukan sesuatu yang semakna atau memiliki
bentuk serupadengan kedua kegiatan tersebut.

Dalam buku yang lain mengatakan bahwa thaharah adalah bersih dari najis haqiqi
yakni khabas atau najis hukmiya knihadast,devinisi yang dibuat oleh mazhab maliki
dan hambali sama dengan devinisi yang digunakan oleh ulama mazhab hanafi mereka
mengatakan bahwa thaharah adalah menghilangkan apa yang menghalangi sholat
adalah hadast atau najis dengan menggunakan air ataupun menghilangkan hukumnya
dengan tanah.Al-imam ibnu Qodamah al-Maqdist mengatakan bahwa thaharah
memiliki 4 tahapan yaitu:
1.Menyucikan lahir dari hadats,najis-najis,dan kotoran-kotoran .
2.Menyucikan anggota tubuh dari dosa dan kemaksiatan.
3.Menyucikan dari akhlak-akhlak tercela dan sifat-sifat buruk .
4. Menyucikan hati dari selain Allah Menyucikanhatidariselain Allah.

Kebersihan lahir ialah bersih dari kotoran dan hadats, kebersihan dari kotoran, cara
menghilangkan dengan menghilangkan kotoran itu pada tempat ibadah, pakaian yang
dipakaipadabadan seseorang.Sedangkan kebersihan dari hadats dilakukan dengan
mengambil air wudhu dan mandi.

Thaharah dari hadats adatiga macam yakni mandi, wudhu, dan tayammum.Alat yang
digunakan untuk mandi dan wudhu adalah air dan tanah(debu) untuk tayammum.Dalam hal
ini air harus dalam keadaan suci lagi menyucikan atau di sebut dengan air muthlak sedangkan
tanah/debu harus memenuhi beberapa syarat yang di tentukan.

B.Macam-Macam Thaharah

4
Macam-macam thaharah terbagi menjadi dua. Ada thaharah ma'nawiyah beserta thaharah
hissiyah. Berikut penjelasannya.
1. Thaharah Ma'nawiyah
Thaharah ma'nawiyah merupakan bersuci secara rohani dengan membersihkan segala
penyakit hati seperti riya, iri, dengki, atau hal lainnya.
Perlu Anda tahu bahwa sebelum melakukan thaharah hissiyah, orangnya harus lebih dulu
thaharah ma'nawiyah karena sesungguhnya bersuci harus dalam keadaan bersih dari sifat
sirik.
2. Thaharah Hissiyah
Sementara thaharah hissiyah adalah bersuci jasmani, atau membersihkan bagian tubuh dari
sesuatu yang terkena najis (dari segala jenis kotoran) maupun hadas (kecil dan besar).
Untuk membersihkan dari najis dan hadas ini, bisa dilakukan dengan menggunakan air
seperti berwudu, mandi wajib, serta tayamum (bila dalam kondisi tidak ada air).

C. Alat-alat Bersuci
c.Hadist dan Dalil tentang Thaharah
taharah merupakan tindakan penting dan bersifat wajib khususnya bagi orang yang
melaksanakan salat,

“wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu hendak melaksanakan salat, maka
basuhlah wajahmu dan tanganmu sampai ke siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kedua
kakimu sampai ke kedua mata kaki. Jika kamu junub, maka mandilah. Dan jika kamu sakit
atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh
perempuan, maka jika kamu tidak memperoleh air, maka bertayamumlah dengan debu yang
baik (suci); usaplah wajahmu dan tanganmu dengan (debu) itu. Allah tidak ingin menyulitkan
kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu,
agar kamu bersyukur.” (Q.S Al-Maidah {5}:6)

Toharoh bersifat wajib dan penting, bahkan dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa tidak
terdapat air yang memenuhi kriteria suci, maka dapat digantikan dengan media lain seperti
debu dan batu supaya memnuhi syarat sah nya sholat
“shalat tidak diterima tanpa didahului dengan bersuci”(HR. MUSLIM NO 224).
Tindakan toharoh dianjurkan karena memiliki hikmah dan kebijaksanaan daripadanya, Imam
asy-Syafi’i, Musthafa al-khin, Musthafa al-bugha dan Ali asy-asyarbaji, menjelaskan bahwa
terdapat 4 (empat) hikmah dan kebijaksanaan dalam perintah bersuci, yakni :

5
Pertama agama Islam, bersuci adalah implementasi bahwa mengakui adanya fitrah dalam diri
manusia. Manusia mempunyai kecenderungan, yaitu senang hidup sehat dan menghindari
sesuatu yang kotor serta jorok.

Kedua, bersuci akan menjaga kemuliaan dan kewibawaan umat Islam. Muslim cenderung
menyukai masyarakat yang aman dan tentram. Agama Islam menginginkan umatnya hidup
berdampingan dengan umat agama lainnya dan tidak merasa tersingkirkan atau dijauhi dalam
pergaulan karena masalah kebersihan. Sehingga, adanya kewajiban dalam bersuci merupakan
wujud komitmen yang tinggi dalam memuliakan umatnya.

Ketiga, bersuci merupakan perilaku dalam menjaga kesehatan. Kebersihan adalah faktor
utama yang akan menjaga manusia dari terjangkitnya suatu penyakit. Munculnya bibit-bibit
penyakit tercipta dari lingkungan yang kotor. Sehingga, wajar jika muncul pepatah yang
mendukung hal tersebut yaitu, “kebersihan adalah pangkal kesehatan.”

Keempat, bersuci merupakan kondisi terbaik dalam menghadap Allah SWT. Ketika
beribadah terutama seperti salat, berdoa, dan bermunajat kepada Allah, sudah seyogyannya
seorang hamba berada dalam kondisi suci lahir dan batin serta bersih jasmani dan rohani. Hal
tersebut, dianjurkan karena Allah mencintai orang-orang yang bertobat dan menyucikan diri

D.Tata cara Thaharah

1. Berwudu
Thaharah dengan berwudu menurut syara' yaitu sama halnya untuk menghilangkan hadas
kecil ketika hendak menunaikan salat.
Orang yang akan salat wajib hukumnya melaksanakan wudu terlebih dulu sebagai bagian dari
syarat sahnya salat.

Thaharah berwudu ini wajib diawali dengan membaca niat wudu seperti pada umumnya yang
lazim digunakan.

‫َنَو ْيُت اْلُوُضْو َء ِلَر ْفِع اْلَح َد ِث ْاَالْص َغ ِر َفْر ًض ِاِهلل َتَع اَلى‬
Nawaitul wudhuu'a liraf'il hadatsil ashghari fardhal lillaahi ta'aala
Artinya: "Aku niat berwudu untuk menghilangkan hadas kecil karena Allah."

Setelah membaca niat dilanjut melaksanakan enam perkara fardu wudu seperti berikut:
1.Niat
2.Membasuh seluruh muka

6
3.Membasuh kedua tangan sampai siku-siku
4.Mengusap sebagian rambut kepala
5.Membasuh kedua belah kaki sampai mata kaki
6.Tertib, artinya mendahulukan mana yang harus didahulukan dan mengakhiri yang harus
diakhiri.

2. Tayamum
Tata cara thaharah tayamum ini merupakan bagian untuk menggantikan mandi dan wudu
apabila dalam kondisi tidak ada air.
Syarat utama tayamum adalah menggunakan tanah atau debu sebagai alat untuk bersuci dan
pastikan tidak tercampur benda lain, kemudian awali membaca niat.

‫َنَو ْيُت الَّتَيُّم َم ِال ْس ِتَباَحِة الَّص َالِة َفْر ًض ِ ِهلل َتَع اَلى‬

Nawaitu tayammuma lisstibaahatish sholaati fardhol lillaahi taala.


Artinya: "Saya niat tayamum agar diperbolehkan melakukan fardu karena Allah."

1.Usai membaca niat dilanjut meletakkan dua belah tangan ke atas debu, misalnya debu pada
tembok atau kaca lalu usapkan sebanyak dua kali ke muka.

2.Setelahnya mengusap dua belah tangan hingga siku sebanyak dua kali juga dan
memindahkan debu ke anggota tubuh yang diusap.

3.Maksud mengusap pada tayamum ini bukan seperti berwudu dengan air. Melainkan cukup
menyapukan saja dan buka mengoles-oles seperti memakai air.
3.. Pengertian Mandi wajib
Mandi dalam bahasa Arab disebut dengan istilah al-ghusl. Kata ini
memiliki makna yaitu menuangkan air ke seluruh tubuh.
Sedangkan secara istilah para ulama menyebutkan definisinya yaitu :
Adapun kata janabah dalam bahasa Arab bermakna jauh lawan dari dekat. Secara
istilah fiqih, kata janabah menurut Al-Imam AnNawawi rahimahullah berarti :
Janabah secara syar'i dikaitkan dengan seseorang yang keluar mani atau
melakukan hubungan suami istri disebut bahwa seseorang itu junub karena dia
menjauhi shalat masjid dan membaca Al-Quran serta dijauhkan atas hal-hal

7
tersebut.
Mandi janabah sering juga disebut dengan istilah 'mandi wajib'. Mandi ini
merupakan tatacara ritual yang bersifat ta’abbudi dan bertujuan menghilangkan
hadats besar.

b. Hal-hal Yang Mewajibkan Mandi Janabah


Para ulama menetapkan paling tidak ada 6 hal yang mewajibkan seseorang
untuk mandi janabah. Tiga hal di antaranya dapat terjadi pada laki-laki dan
perempuan. Tiga lagi sisanya hanya terjadi pada perempuan.
1. Keluar Mani
Keluarnya air mani menyebabkan seseorang mendapat janabah, baik
dengan cara sengaja seperti jima’ atau masturbasi, maupun dengan cara tidak
sengaja, seperti mimpi atau sakit.

2. Bertemunya Dua Kemaluan


Yang dimaksud dengan bertemunya dua kemaluan adalah kemaluan laki-
laki dan kemaluan wanita. Istilah ini disebutkan dengan maksud persetubuhan
(jima').

3. Meninggal
Seseorang yang meninggal dunia membuat orang lain wajib untuk
memandikan jenazahnya.

4. Haidh
Haidh atau menstruasi adalah kejadian alamiyah yang wajar terjadi pada
seorang wanita dan bersifat rutin bulanan. Keluarnya darah haidh itu justru
menunjukkan bahwa tubuh wanita itu sehat.

5. Nifas
Nifas adalah darah yang keluar dari kemaluan seorang wanita setelah
melahirkan. Nifas itu mewajibkan mandi janabah, meski bayi yang dilahirkannya
itu dalam keadaan mati. Begitu berhenti dari keluarnya darah sesudah persalinan
atau melahirkan maka wajib atas wanita itu untuk mandi janabah. Hukum nifas
dalam banyak hal lebih sering mengikuti hukum haidh. Sehingga seorang yang
nifas tidak boleh shalat puasa thawaf di baitullah masuk masjid membaca Al-
Quran menyentuhnya bersetubuh dan lain sebagainya.

6. Melahirkan
Seorang wanita yang melahirkan anak meski anak itu dalam keadaan mati
maka wajib atasnya untuk melakukan mandi janabah. Bahkan meski saat
melahirkan itu tidak ada darah yang keluar. Artinya meski seorang wanita tidak
mengalami nifas namun tetap wajib atasnya untuk mandi janabah lantaran
persalinan yang dialaminya.

8
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kebersihan yang sempurna menurut syara’ disebut thaharah, merupakan


masalah yang sangat penting dalam beragama dan menjadi pangkal dalam
beribadah yang menghantarkan manusia berhubungan dengan Allah SWT.
Tidak ada cara bersuci yang lebih baik dari pada cara yang dilakukan oleh
syarit Islam, karena syariat Islam menganjurkan manusia mandi dan
berwudlu. Walaupun manusia masih dalam keadaan bersih, tapi ketika hendak
melaksanakan sholat dan ibadah-ibadah lainnya yang mengharuskan
berwudlu, begitu juga dia harus pula membuang kotoran pada diri dan tempat
ibadahnya dan mensucikannya karena kotoran itu sangat menjijikkan bagi
manusia.
B. Saran
Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari mungkin terdapat
kekurangannya. Untuk itu penulis menerima setiap saran yang membangun
dari pembaca agar makalah ini jadi lebih baik.

C.Penutup
Demikian makalah yang kami tulis dan sajikan. Semoga dalam pembuatan makalah
berikutnya dapat menjadi lebih baik lagi.

9
DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an Karim
Az zuhaili,Prof .Dr. Wahbah.2010.Fiqih Imam Syafi’I. Jakarta. Almahira
Az Zuhaili Prof. Dr .Wahbah. 2010. Fiqih Islam Wa Adillatuhu. Depok. Gema Insani.
Darajat, Prof. Dr. Zakiyah.1995. Ilmu Fiqih. Jakarta. dana bakti wakaf

10
11

Anda mungkin juga menyukai