Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

KITAB AL-TAHARAH (BERSUCI)


Dosen Pengampu : Dr. H.Amin Farih, M.Ag

DISUSUN OLEH :
NAMA : NANDA AYU LISTYANINGRUM
NIM : 2106016039

UIN WALISONGO SEMARANG


2021/2022

i
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah mencurahkan Rahmat-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang di berikan oleh dosen pembimbing
dalam mata kuliah Fiqih. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada
pemimpin paling mulia, manusia yang paling baik akhlaknya yaitu Nabi Muhammad
SAW , kepada keluarganya, para sahabat serta pengikutnya yang setia hingga akhir
zaman. Amin
Makalah ini berjudul “Thaharah” yang nantinya akan memberikan pemahaman
kepada pembaca tentang hal-hal yang berkaitan dengan thaharah. . Mungkin penulis
tidak bisa membuat makalah ini sesempurna mungkin. Oleh karena itu, kritik dan saran
sangat penulis harapkan dari para pembaca. Khususnya dari dosen yang telah
membimbing penulis dalam mata kuliah ini.
Ucapan terima kasih juga saya sampaikan kepada dosen pembimbing saya yang
telah memberikan arahan dan juga kepada orang-orang di sekitar saya yang telah
membantu saya dalam mendapatkan sumber-sumber materi yang bisa saya jadikan
pedoman untuk menyelesaikan makalah ini.

Kebumen, 04 September 2021


Penyusun

Nanda Ayu Listyaningrum

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i


KATA PENGANTAR............................................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................................... 2
C. Tujuan............................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Taharah .......................................................................................................... 3
B. Wudu ............................................................................................................ 9
C. Mandi ............................................................................................................ 10
D. Tayamum ....................................................................................................... 11
E. Istinja ............................................................................................................. 12
F. Hikmah Bersuci ............................................................................................ 12
G. Pekerjaan yang Dilarang Karena Hadas ...................................................... 13
BAB III PENUTUP ................................................................................................. 15
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 16

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Allah itu bersih dan suci. Untuk menemuinya, manusia harus terlebih dahulu
bersuci atau disucikan. Allah mencintai sesuatu yang bersih dan suci. Dalam hukum
Islam bersuci dan segala seluk beluknya adalah termasuk bagian ilmu dan amalan
yang penting terutama karena diantaranya syarat-syarat sholat telah ditetapkan
bahwa seseorang yang akan melaksanakan sholat, wajib suci dari hadas dan suci
pula badan, pakaian dan tempatnya dari najis. Dalam kehidupan sehari-hari kita
tidak terlepas dari sesuatu (barang) yang kotor dan najis sehingga thaharah dijadikan
sebagai alat dan cara bagaimana mensucikan diri sendiri agar sah saat menjalankan
ibadah.
Sebagai mana kita ketahui bahwa unsur utama yang harus di penuhi untuk
memenuhi syarat-syarat ibadah seperti sholat dan lain sebagai nya hendak lah di
awali dengan bersuci. Bersuci adalah syarat utama untuk mendirikan sholat atau
thawaf di baitullah al-haram. Bersuci bukan hanya menjadi pintu gerbang utama
dalam melakukan ibadah kepada Allah SWT. berwudhu, mandi junub atau
tayammum adalah cara bersuci yang allah terangkan dalam al qur’an dengan jelas.
Banyak sekali hikmah yang terkandung dalam thaharah, kita sebagai muslim
harus dan wajib mengatahui cara-cara bersuci karna bersuci adalah dasar ibadah
bagi ummat islam, dalam kehidupan sehari-hari kita tidak terlepas dari hal-hal yang
kotor sehingga sebelum memulai aktifitas kita menghadap tuhan atau beribadah
haruslah dimulai dengan bersuci baik dengan cara berwudhu, mandi maupun
bertayammum. kalau kita melihat dan membaca dengan teliti hamper seluruh kitab-
kitab fiqih akan diawali dengan bab thaharah ini menunjukan kan kepada kita betapa
thaharah menjadi hal yang mendasar dan menjukkan kepada kita betapa pentingnya
masalah thaharah ini.
Namun, walau pun menjadi hala yang mendasara bagi ummat islam namun
masih banyak dari ummat islam yang tidak faham tentang thaharah, najis-najis dan
jenis-jenis air yang di gunakan untuk bersuci. makalah ini di buat untuk memenuhi
tugas mata kuliah fiqih ibadah sekaligus mudah-mudahan dapat membuat teman-

1
teman Perbandingan Mazhab paham masalah yang mendasar ini dan media belajar
dan mempelajari masalah-masalah thaharah

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan pengertian?
2. Sebutkan pembagian thaharah?
3. Sebutkan macam-macam air dan pembagiannya?
4. Benda apa sajakah yang najis?
5. Sebutkan pembagian najis?
6. Bagaimana cara-cara bersuci dari hadas dan najis?

C. TUJUAN
1. Ingin mengetahui tentang thaharah.
2. Ingin mengetahui pembagian thaharah.
3. Ingin mengetahui macam-macam air dan pembagiannya.
4. Ingin memahami benda-benda yang menyebabkan najis.
5. Ingin mengetahui pembagian najis.
6. Memahami cara-cara bersuci dari hadas dan najis.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. THAHARAH
1. Pengertian Thaharah
Thaharah menurut bahasa ialah bersih dan bersuci dari segala kotoran,
baik yang nyata seperti najis, maupun yang tidak nyata seperti aib. Menurut
istilah para fuqaha’ berarti membersihkan diri dari hadas dan najis, seperti
mandi berwudlu dan bertayammum. (Saifuddin Mujtaba’, 2003:1)
Suci dari hadas ialah dengan mengerjakan wudlu, mandi dan tayammum.
Suci dari najis ialah menghilangkan najis yang ada di badan, tempat dan
pakaian.
Urusan bersuci meliputi beberapa perkara sebagai berikut:
a. Alat bersuci seperti air, tanah, dan sebagainya.
b. Kaifiat (cara) bersuci.
c. Macam dan jenis-jenis najis yang perlu disucikan.
d. Benda yang wajib disucikan.
e. Sebab-sebab atau keadaan yang menyebabkan wajib bersuci.

Adapun thaharah dalam ilmu fiqh ialah:


a. Menghilangkan najis.
b. Berwudlu.
c. Mandi.
d. Tayammum.

َ َ ‫ب ْال ُمت‬
َ‫ط ِِّه ِريْن‬ ُّ ‫ب الت َّ َّوا ِبيْنَ َويُ ِح‬ َ ‫ِإ َّن‬
ُّ ‫هللا يُ ِح‬
Artinya: “Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertaubat dan
orang-orang yang mensucikan diri.” (al-Baqarah ayat 222)

Diwajibkan membersihkan badan, pakaian, dan tempat jika terkena najis,


berdasarkan firman Allah ta’ala :

3
َ َ‫َوثِيَابَ َك ف‬
‫ط ِِّه ْر‬
Artinya: “Dan pakaianmu bersihkanlah.” [al-Muddatstsir ayat 4]

ُّ ‫لطائِ ِفيْنَ َو ْالعَا ِك ِفيْنَ َو‬


ُّ ‫الر َّك ِع ال‬
‫س ُج ْو ِد‬ َّ ‫ي ِل‬ َ ‫أ َ ْن‬
َ ِ‫ط ِِّه َرا بَ ْيت‬

Artinya: “Bersihkanlah (wahai Ibrahim dan Isma’il) rumah-Ku untuk orang-


orang yang thawaf, i’tikaf, yang ruku’ dan yang sujud.” [al-Baqarah ayat 125]
Alat yang terpenting untuk bersuci ialah air. Jika tidak ada air maka tanah, batu
dan sebagainya dijadikan sebagai alat pengganti air.

Macam-macam air
Air yang dapat dipergunakan untuk bersuci ada tujuh macam:
1. Air hujan.
2. Air sungai.
3. Air laut.
4. Air dari mata air.
5. Air sumur.
6. Air salju.
7. Air embun.

Pembagian air
Air tersebut dibagi menjadi 4, yaitu :
Ditinjau dari segi hukumnya, air dapat di bagi dalam empat bagian:
a. Air suci dan mensucikan,
Air mutlak artinya air yang masih sewajarnya dikatakan air atau air yang
masih murni, dapat digunakan untuk bersuci tanpa ada makruh padanya. Air
seperti ini disebut sebagai air mutlaq karena jika ia dimutlakkan
(pengertiannya tidak dibatasi), maka masih tetap dinamakan air dan
kondisinya serta karakternya sebagai air tidak berubah, tetap pada kondisi
aslinya. Jadi yang air mutlak (air yang suci mensucikan) adalah air yang
suci zat dan esensinya yaitu ketika dimasuki zat lain ia tidak menjadi najis.
Air yang termasuk dalam kategori ini ada tujuh macam yaitu air hujan, air

4
sumur, air laut, air sungai, air salju, air telaga, air embun. Pada initinya jika
air itu masih tetap dalam kondisi dan karakter awal sebagai air, tidak
berubah satupun dari rasa, warna dan bau maka hukum menggunakan air ini
adalah suci mensucikan tanpa ada keraguan padanya.
b. Air yang suci dan tidak menyucikan

‫عن ابى هريره رصى هللا عنه ان النبى صلى هللا علىه و سلم قال ال يغسل احدكم فى الماءالدائم‬
)‫يا اباهريره كيف يفعل ؟ يتناوله تناوال(رواه مسلم‬:‫وهوجنب فقالوا‬

Artinya :dari Abu Hurairah RA bahwa Nabi SAW bersabda : tidak seorang
pun diantara kalian mandi dalam air tergenang dalam keadaan junub.orang-
orang bertanya : hai Abu Hurairah bagaimana nabi mandi, ia menjawab :
beliau mengambil air dengan hati-hati (HR-Muslim 283)
Air suci tapi tidak mensucikan atau air musta’mal yaitu air yang
telah digunakan untuk menghilangkan najis meskipun rasa, warna, dan bau
tidak berubah. Air musta’mal tidak dapat digunakan untuk bersuci karena
tidak bisa menyucikan zat lain karena fungsi awalnya adalah sebagai air suci
mensucikan,namun setelah dipakai untuk bersuci maka fungsi tersebut telah
hilang,bergantilah ia menjadi air musta’amal yaitu air hasil atau bekas dari
bersuci, Meskipun air tersebut masih tetap dalam kondisi dan karakter awal
dari sebuah air. Namun jika air musta’mal tersedia dalam jumlah yang
banyak sehingga mencapai dua qullah maka hukumnya menjadi suci
mensucikan. Air yang mencapai dua qullah tidak menjadi najis karena ada
najis di dalamnya kecuali jika perubahan karakter sebuah air telihat dengan
jelas maka air tersebut menjadi najis. Contoh lain dari air ini adalah air suci
namun hanya tersedia dalam jumlah sedikit. Misalnya segelas atau hanya
segayung.

c. Air makruh yaitu air suci,


Dapat mensucikan namun makruh di gunakan. Air yang masuk dalam
kategori ini adalah air musyammas yaitu air yang menjadi panas atau di
panaskan dengan matahari dalam bejana logam, besi atau tembaga selain

5
emas dan perak. Hukum makruh yang di maksud adalah jika penggunaan air
musyammas digunakan untuk badan. Jika digunakan untuk tujuan lain
seperti cuci baju, menyiram bunga dan lain-lain maka hukumnya tidak
makruh alias boleh-boleh saja. Karena menurut dugaan menggunakan air
musyammas dapat menyebabkan penyakit kusta.
d. Air mutanajis
Air najis yaitu air yang terkena najis sedang jumlahnya kurang dari
qullah. Atau mencapai dua qullah atau lebih tapi karakternya sebagai air
sudah berubah dengan jelas, baik dari segi rasa, warna ataupun bau. Air dua
qulllah atau air yang banyak menurut kebiasaan tidak menjadi najis hanya
karena ada najis yang memasukinya kecuali jika terjadi perubahan pada air
tersebut meskipun sedikit. Maka air ini tidak suci dan tidak mensucikan.
Jika perubahan terjadi dengan hilangnya perubahan karena najis maka air
tersebut menjadi suci, jika perubahan tersebut karena penambahan air suci
lain. Namun jika karena hal lain misalnya minyak kesturi, minyak, debu dan
lain-lain maka air tersebut tetap dalam keadaa tidak suci.,Sedangkan air yang
tidak mencapai dua qullah jika kemasuka najis maka air itu dihukumi najis,
meskipun air tersebut tidak berubah sifatnya sama sekali. Ada beberapa
pengecualian suatu air tidak menjadi najis meskipun air tersebut kurang dari
dua qullah. pengecualiannya sebagai berikut:

2. Macam-Macam Thaharah
a. Bersuci dari dosa (bertaubat).
Bertaubat kepada Allah yang merupakan thaharah ruhaniah, juga
sebagai metode mensucikan diri dari dosa-dosa yang besar maupun yang
kecil kepada Allah. Jika dosa yang dimaksudkan berhubungan dengan
manusia, sebelum bertaubat ia harus meminta maaf kepada semua orang
yang disakitinya. Sebab Allah akan menerima taubat hamba-Nya secara
langsung jika berhubungan dengan dosa-dosa yang menjadi hak Allah.
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an
Artinya :

6
“Dan hendaklah kamu memohon ampunan kepada Tuhanmu dan bertaubat
kepada-Nya, niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik kepadamu
sampai waktu yang telah ditentukan. Dan Dia akan memberikan karunia-Nya
kepada setiap orang yang berbuat baik. Dan jika kamu berpaling maka
sungguh Aku takut kamu akan ditimpa azab pada hari yang besar (kiamat)
(Qs Hud : 3)”.
Yang dimaksud dengan taubat nashuha adalah taubat yang sesungguhnya.
Ciri-cirinya adalah:
a. Menyesal dengan perbuatan yang telah dilakukan.
b. Berjanji tidak akan mengulanginya.
c. Selalu meminta ampunan kepada Allah dan berzikir.
d. Berusaha terus menerus untuk memperbaiki diri dengan memperbanyak
perbuatan baik dengan mengharap keridhoan dari Allah SWT.

b. Bersuci menghilangkan najis.


Najis menurut bahasa ialah apa saja yang kotor, baik jiwa, benda maupun
amal perbuatan. Sedangkan menurut fuqaha’ berarti kotoran (yang berbentuk
zat) yang mengakibatkan sholat tidak sah.
Benda-benda najis
a. Bangkai (kecuali bangkai ikan dan belalang)
b. Darah
c. Babi
d. Khamer dan benda cair apapun yang memabukkan
e. Anjing
f. Kencing dan kotoran (tinja) manusia maupun binatang
g. Susu binatang yang haram dimakan dagingnya
h. Wadi dan madzi
i. Muntahan dari perut

Macam-macam najis
Najis dibagi menjadi 3 bagian:

7
1. Najis mukhaffafah (ringan), ialah air kencing bayi laki-laki yang belum
berumur 2 tahun dan belum pernah makan sesuatu kecuali ASI.
2. Cara mensucikannya, cukup dengan memercikkan air ke bagian yang
terkena najis sampai bersih.
3. Najis mutawassithah (sedang), ialah najis yang keluar dari kubul dan
dubur manusia dan binatang, kecuali air mani.
Najis ini dibagi menjadi dua:
a. Najis ‘ainiyah, ialah najis yang berwujud atau tampak.
b. Najis hukmiyah, ialah najis yang tidak tampak seperti bekas kencing atau
arak yang sudah kering dan sebagainya.
Cara mensucikannya, dibilas dengan air sehingga hilang semua sifatnya (bau,
warna, rasa dan rupanya)
c. Najis mughallazah (berat), ialah najis anjing dan babi.
Cara mensucikannya, lebih dulu dihilangkan wujud benda najis itu,
kemudian dicuci dengan air bersih 7 kali dan salah satunya dicampur dengan
debu.

Najis yang dimaafkan


1. Bangkai binatang yang darahnya tidak mengalir seperti nyamuk, kutu,
dan sebagainya.
2. Najis yang sangat sedikit.
3. Darah bisul dan sebangsanya.
4. Kotoran binatang yang mengenai biji-bijian yang akan ditebar, kotoran
binatang ternak yang mengenai susu ketika diperah.
5. Kotoran ikan d dalam air.
6. Darah yang mengenai tukang jagal.
7. Darah yang masih ada pada daging.
c. Bersuci dari hadas
Hadas menurut makna bahasa “peristiwa”. Sedangkan menurut syara’
adalah perkara yang dianggap mempengaruhi anggora-anggota tubuh
sehingga menjadikan sholat dan pekerjaan-pekerjaan lain yang sehukum

8
dengannya tidak sah karenanya, karena tidak ada sesuatu yang meringankan.
Hadas dibagi menjadi dua :
1) Hadas kecil, adalah perkara-perkara yang dianggap mempengaruhi empat
anggota tubuh manusia yaitu wajah, dua tangan dan dua kaki. Lalu
menjadikan sholat dan semisalnya tidak sah. Hadas kecil ini hilang
dengan cara berwudlu.
2) Hadas besar, adalah perkara yang dianggap mempengaruhi seluruh tubuh
lalu menjadikan sholat dan pekerjaan-pekerjaan lain yang sehukum
dengannya tidak sah. Hadas besar ini bisa hilang dengan cara mandi
besar.

B. WUDLU
1. Pengertian Wudlu
Wudlu secara bahasa berarti keindahan dan kecerahan. Sedangkan
menurut istilah syara’ bersuci dengan air dalam rangka menghilangkan hadas
kecil yang terdapat pada wajah, kedua tangan, kepala dan kedua kaki disertai
dengan niat.
2. Rukun Wudlu
Antara lain:
a. Niat
b. Membasuh muka
c. Membasuh dua tangan sampai siku
d. Mengusap sebagian kepala
e. Membasuh kaki sampai mata kaki
f. Tertib, artinya urut.
3. Sunnah Wudlu
a. Membaca basmallah
b. Membasuh tangan sampai pergelangan terlebih dahulu
c. Berkumur-kumur
d. Membersihkan hidung
e. Menyela-nyela janggut yang tebal
f. Mendahulukan anggota yang kanan

9
g. Mengusap kepala
h. Menyela-nyela jari tangan dan jari kaki
i. Megusap kedua telinga
j. Membasuh sampai tiga kali
k. Berturut-turut
l. Berdo’a sesudah wudlu
4. Hal-hal yang membatalkan wudlu
a. Keluarnya sesuatu dari dua jalan
b. Tertidur dengan posisi tidak duduk yang tetap
c. Hilangnya akal (gila, pingsan, mabuk dan sebagainya)
d. Tersentuh kemaluan dengan telapak tangan
e. Tersentuhnya kulit laki-laki dengan kulit perempuan yang bukan muhrim dan
tidak beralas
C. MANDI
1. Pengertian
Mandi dalam bahasa arab al ghuslu artinya mengalirkan alir pada apa
saja. Menurut pengertian syara’ berarti meratakan air yang suci pada seluruh
tubuh disertai dengan niat. Pengertian lain ialah mengalirkan air ke seluruh
tubuh baik yang berupa kulit, rambut, ataupun kuku dengan memakai niat
tertentu. Mandi ini ada yang hukumnya wajib dan ada yang sunnah.
2. Hal-hal yang mewajibkan mandi (mandi besar/ mandi wajib)
a. Hubungan suami istri
b. Mengeluarkan mani
c. Mati
d. Haid
e. Nifas
f. Wiladah (melahirkan)
g. Rukun mandi
h. Niat
i. Menghilangkan najis bila terdapat pada badannya
j. Meratakan air ke seluruh tubuh, baik berupa rambut maupun kulit
k. Sunnah mandi

10
l. Membaca basmallah
m. Berwudlu sebelum mandi
n. Menggosok badan dengan tangan
o. Menyela-nyela pada rambut yang tebal
p. Membasuh sampai tiga kali
q. Berturut-turut
r. Mendahulukan anggota yang kanan
s. Memakai basahan

D. TAYAMMUM
1. Pengertian
Tayammum adalah salah satu cara bersuci, sebagai ganti berwudlu atau mandi
apabila berhalangan memakai air. (Imam Zarkasyi, 1995:20)

2. Syarat tayammum
a. Islam
b. Tidak ada air dan telah berusaha mencarinya, tetapi tidak bertemu
c. Berhalangan mengguankan air, misalnya karena sakit yang apabila
menggunakan air akan kambuh sakitnya
d. Telah masuk waktu shalat
e. Dengan debu yang suci
f. Bersih dari Haid dan Nifas
3. Rukun tayammum
a. Niat
b. Mengusap muka dengan debu dari tangan yang baru dipukulkan atau
diletakkan ke debu
c. Mengusap kedua tangan sampai siku, dengan debu dari tangan yang baru
dipukulkan atau diletakkan ke debu, jadi dua kali memukul.
d. Tertib
4. Sunnah tayammum
a. Membaca basmallah
b. Mendahulukan anggota kanan

11
c. Menipiskan debu di telapak tangan
d. Berturut-turut
5. Hal-hal yang membatalkan tayammum
a. Semua yang membatalkan wudlu
b. Melihat air, bagi yang sebabnya ketiadaan air
c. Karena murtad

E. ISTINJA’
Apabila keluar kotoran dari salah satu dua jalan, wajib istinja’ dengan air atau
dengan tiga buah batu, yang lebih baik mula-mula dengan batu atau sebagainya
kemudian diikuti dengan air. (Sulaiman Rasjid, 1981:37)
Adab buang air:
1. Sunnah mendahulukan kaki kiri ketika masuk ke dalam kamar mandi,
mendahulukan kaki kanan ketika keluar dari kamar mandi.
2. Tidak berbicara selama ada di dalam kamar mandi.
3. Memakai alas kaki.
4. Hendaklah jauh dari orang sehingga bau kotoran tidak sampai kepadanya.
5. Tidak buang air di air yang tenang.
6. Tidak buang air di lubang lubang tanah.
7. Tidak buang air di tempat perhentian.

F. HIKMAH BERSUCI
1. Thaharah termasuk tuntutan fitrah.
2. Memelihara kehormatan dan harga diri orang Islam.
3. Memelihara kesehatan.
4. Menghadap Allah dalam keadaan suci dan bersih.
5. Thaharah berfungsi menghilangkan hadas dan najis juga berfungsi sebagai
penghapus dosa kecil dan berhikmah membersihkan kotoran indrawi.

12
G. PEKERJAAN YANG DILARANG KETIKA TENGAH BERHADAS KECIL
DAN BESAR

Di dalam Islam terdapat beberapa larangan untuk dilakukan ketika seseorang tengah
berhadas. Baik itu merupakan hadas besar maupun kecil.

hal-hal yang dilarang untuk dilakukan ketika seseorang tengah berhadas berikut ini:

Hal-hal yang dilarang dilakukan ketika hadas kecil

1. Dilarang melakukan shalat fardhu maupun shalat sunnah. Termasuk juga sujud
tilawah, sujud syukur dan hutbah jum'at. Nabi Muhammad bersabda yang
artinya : Allah tidak menerima shalatnya dari salah satu dari kamu jika dia
berhadas hingga orang tersebut berwudhu ( Hadits riwayat Bukhaari Dan
Muslim)
2. Dilarang melakukan Thawaf. Baik itu Thawaf fardhu maupun thawaf sunnah.
3. Pekerjaan yang dilarang selanjutnya adalah membawa atau menyentuh mushaf
al-Qur'an. Namun bila dalam keadaan tertentu menyendtuh mushaf
diperbolehkan. Diperbolehkannyapun lantaran beberapa sebab. Beberapa
diantaranya adalah ketika kita menyelamatkan al-Qur'an yang akan terbakar,
tenggelam dan lain sebagainya. Nah, pada keadaan yang seperti ini
menyelamatkan Al-Qur'an hukumnya akan menjadi wajib karena untuk menjaga
kehormatannya.
4. Pada point nomer tiga di atas terkait larangan menyentuh al-Qur'an ketika tengah
berhadas dijelaskan dalam sabda Nabi Muhammad yang artinya: Dari Abu
Bakri bin Muhammad. Sesungguhnya Nabi besar Saw. telah mengirim surat
kepada penduduk Yaman. Dalam surat itu beliau menyebutkan kalimat: "Tidak
boleh menyentuh Al-Qur'an kecuali orang yang suci." (Hadits Riwayat
Daruqutni).

13
Hal-hal yang dilarang disebabkan karena hadas besar atau junub

1. Melakukan shalat. Baik yang wajib maupun sunnah. Untuk keterangannya


selaras dengan point pertama pada perkara yang tidak boleh dilakukan ketika
sedang berhadas kecil.
2. Dilarang Thawaf
3. Sama halnya dengan point ketiga pada pekerjaan yang dilarang ketika hadas
kecil.
4. Membaca Al-Qur'an. Sabda Rasulullah : " Tidak boleh bagi orang yang sedang
junub dan wanita yang tengah haid membaca sesuatu dari al-Qur'an." (Hadits
Riwayat Tirmizi, Abu Daud, dan Ibnu Majjah)
5. Beri'tikaf di dalam masjid. walau hanya berhenti sejenak.

14
BAB III
PENUTUP

Kebersihan yang sempurna menurut syara’ disebut thaharah, merupakan


masalah yang sangat penting dalam beragama dan menjadi pangkal dalam beribadah
yang menghantarkan manusia berhubungan dengan Allah SWT. Tidak ada cara bersuci
yang lebih baik dari pada cara yang dilakukan oleh syarit Islam, karena syariat Islam
menganjurkan manusia mandi dan berwudlu. Walaupun manusia masih dalam keadaan
bersih, tapi ketika hendak melaksanakan sholat dan ibadah-ibadah lainnya yang
mengharuskan berwudlu, begitu juga dia harus pula membuang kotoran pada diri dan
tempat ibadahnya dan mensucikannya karena kotoran itu sangat menjijikkan bagi
manusia
Dari makalah yang kami buat ini kami simpulkan bahwa thaharah sangat
penting bagi seorang orang muslim dalam menjalani kehidupannya. Karena pada
dasarnya manusia itu fitrahnya adalah bersih dan membenci hal –hal yang kotor. Oleh
karena itu wajarlah jika ajaran islam menyuruh untuk berthaharah dan menjaga
kebersihan. Selain itu dengan thaharah seseorang diajarkan untuk sadar dan mandiri
dalam menjaga dirinya dari hal-hal kotor memahami arti dari sopan santun karena
seorang muslim harus suci ketika berhadapan dengan Allah dalam sholatnya,karena
Allah menyukai orang-orang yang taubat dan membersihkan dirinya.
Mudah-mudahan ulasan dan penjelasan tentang thaharah, dasar hukum, jenis
air dan jenis najis yang di paparkan pada makalah ini menjadi pengetahuan dan
tambahan bagi kita dan mengingatkan kepada kita bahwa jauh-jauh hari islam telah
mengajarkan kepada kita tentang kebersihan oleh karna sudah layak dan pantas lah
kita sebagai kaum muslimin menjadi pelopor dalam menjaga kebersihan baik itu
kebersihan badan kita maupun kebersihan di sekitar kita.
Mungkin dalam makalah ini banyak sekali kesalahan dan kesilapan
penyusun. Dengan rendah hati kami memohon maaf yang sebesar-besarnya, mudah-
mudahan menjadi manfaat bagi kita semua.Walhamdulillahirabbil ‘alamin

15
DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an Karim
Az zuhaili,Prof .Dr. Wahbah.2010.Fiqih Imam Syafi’I. Jakarta. Almahira
Az Zuhaili Prof. Dr .Wahbah. 2010. Fiqih Islam Wa Adillatuhu. Depok. Gema
Insani.
Darajat, Prof. Dr. Zakiyah.1995. Ilmu Fiqih. Jakarta. dana bakti wakaf.
Drs.Babudin.S.Ag dan Tim Penyusun Kementrian Agama Republik
Indonesia.2005.Fiqih Untuk X madrasah aliyah, Jakarta. intimedia
ciptanusantara
H.Abd.Kholiq Hasan. 2008. Tafsir Ibadah. Yogyakarta. Pustaka Pesantren.
Imam An-Nawawi, Majmu’ Syarah Al Muhadzab,Pustaka Azzam, Jakarta , 2009
Al-Imam ibnu Qudamah Al Maqdisi. 2012Mukhtasar Minhajul
Qasidin. Jakarta.Darul Haq.
Nasution,DRS. LahmuddinM.Ag. fiqh 1. Logos.
Rifa’I .Moh. 2001. Risalah Tuntunan Shalat
Lengkap. Semarang. PT.Karya Toha Putra.
Ulfa,Maria.Risalah Fikih Wanita.Surabaya.Terbi Terang
Uwaidah,Muhammad.Kamil.Fiqih Wanita.Jakarta. Al-Kautsar
Prof. Dr. Abdul Aziz Muhammad Azzam Dan Prof. Dr. Abdul Wahhab Sayyed
Hawwas. 2010. Fiqh Ibadah. Jakarta. Amzah
http://bodohtapisemangat.blogspot.co.id/2015/05/makalah-tentang-thaharah.html
http://asmisiangka.blogspot.co.id/2013/05/makalah-tentang-thaharah.html

16

Anda mungkin juga menyukai