Anda di halaman 1dari 13

MATA KULIAH AL ISLAM 1 ( FIQIH MU’AMALAT)

FIQIH THAHARAH: TAYAMMUM

Dosen Pengampu:
Alfitri, LC.,M.Pd

Oleh:
Kelompok : 4
Kelas : 2C
Anggota :
Eka Yofita (196010450)
Erlina Dwi Ambarwati (196910736)
Friska Nursakina (196910325)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
T.A 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena atas rahmat dan
karunia-Nya kami dapat memyelesaikan penyusunan makalah ini. Sholawat serta salam
semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Rasulullah SAW. Beserta keluarganya, para
sahabatnya, serta kita semua para penganut ajarannya hingga akhir zaman.

Makalah yang berjudul Tayammum ini, kami susun dan kami ajukan sebagai salah
satu tugas mata kuliah Al Islam 2 dalam jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) di
UNIVERSITAS ISLAM RIAU yang saat ini kami jalani.

Makalah ini menjelaskan tentang hal-hal yang berkaitan dengan thaharah dalam hal
ini tayammum, termasuk tata cara, sunnah, syarat-syarat, rukun, dan sebagainya. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembacanya, baik itu dosen pembimbing selaku penilai
makalah, mahasiswa sebagai pembahasan dalam mata perkuliahan, ataupun bagi masyarakat
umum.

Kami menggucapkan terima kasih kepada semua pihak yang turut membantu dalam
penyusunan makalah ini. Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan
malakah ini, segala kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangat kami
harapkan demi penyempurnaan makalah kami di masa yang akan datang.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................. i

DAFTAR ISI............................................................................................................... ii

BAB 1 PENDAHULUAN..............................................................................................

1. Latar Belakang............................................................................................... iii


2. Rumusan Masalah.............................................................................................iii
3. Tujuan Masalah................................................................................................iii

BAB II PEMBAHASAN................................................................................................

1. Pengertian Thaharah...........................................................................................1
2. Bentuk Thaharah.................................................................................................1
3. Tayammum.........................................................................................................2
4. Cara Menggunakan Tayammum.........................................................................6
5. Hukum Melihat Air Bagi Orang Yang Tayammum...........................................6
6. Tata Cara/Praktek Bertayammum.......................................................................6
7. Bertayammum Menggunakan Dinding...............................................................7

BAB III PENUTUP........................................................................................................

Kesimpulan.....................................................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN
1. Latar Belakang

Tayammum merupakan salah satu alternative yang bisa kita lakukan sebagai
pengganti wudhu. Apabila kita ingin bersuci akan tetapi air tidak ada ataupun dalam
perjalanan jauh, kita bisa melakukan tayammum. Tayammum itu dialakukan dengan berbagai
alasan dan persyaratan yang harus diketahui, seperti ketiadaan air, dalam perjalanan jauh, dan
dalam keadaan sakit.

Akan tetapi sebaliknya, pelaksanaan tayammum itu sering disalah mengerti oleh
seseorang. Ada yang asal tayammum tanpa alasan yang telah ditetapkan di atas, ada juga
salah dalam pelaksanaan atau tata caranya. Tayammum ini dilakukan apabila ketiadaan air,
bukan karena malas dalam menyentuh air. Hal tersebut sering kita jumpai di tengah-tengah
masyarakat.

Dengan faktor tersebut, kami membahas masalah ini dalam sebuah makalah yang
akan kami ajukan.

2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dasar tayammum?
2. Bagaimana syarat-syarat tayammum?
3. Apa sebab-sebab diperbolehkannya melakukan tayammum?
4. Bagaimana rukun, sunnah, dan yang membatalkan tayammum?
5. Bagaimana cara menggunakan tayammum?
6. Bagaimana tata cara bertayammum?
3. Tujuan Masalah
1. Mahasiswa mampu memahami konsep dasar tayammum
2. Mahasiswa mampu mengetahui syarat-syarat tayammum
3. Mampu memahami sebab-sebab diperbolehkannya tayammum
4. Mampu mengetahui rukun, sunnah, dan yang membatalkan tayammum
5. Mampu mengetahui menggunakan bertayammum
6. Mampu mengetahui tata cara bertayamum

iii
BAB II

PEMBAHASAN

1. PENGERTIAN THAHARAH
Thaharah menurut bahasa artinya “bersih” Sedangkan menurut istilah syara’
thaharah adalah bersih dari hadas dan najis. Selain itu thaharah dapat juga diartikan
mengerjakan pekerjaan yang membolehkan shalat, berupa wudhu, mandi, tayamum dan
menghilangkan najis. [1]
Taharah merupakan anak kunci dan syarat sah salat. Dalam kesempatan lain Nabi
SAW juga bersabda:
Yang artinya: “Nabi Bersabda: Kuncinya shalat adalah suci, penghormatannya adalah
takbir dan perhiasannya adalah salam.”
Hukum taharah ialah WAJIB di atas tiap-tiap mukallaf lelaki dan perempuan. Dalam
hal ini banyak ayat Al qur`an dan hadist Nabi Muhammad saw, menganjurkan agar kita
senantiasa menjaga kebersihan lahir dan batin.
Firman Allah Swt :

ُ ‫أْتُوه َُّن ِم ْن َحي‬Vَ‫إ ِ َذا تَطَهَّرْ نَ ف‬Vَ‫رْ نَ ف‬Vُ‫طه‬


‫ْث‬ ْ َ‫يض َوال تَ ْق َربُوه َُّن َحتَّى ي‬ ِ ‫يض قُلْ هُ َو أَ ًذى فَا ْعت َِزلُوا النِّ َسا َء فِي ْال َم ِح‬
ِ ‫ك َع ِن ْال َم ِح‬
َ َ‫َويَسْأَلُون‬
)٢٢٢( َ‫أَ َم َر ُك ُم هَّللا ُ إِ َّن هَّللا َ يُ ِحبُّ التَّوَّابِينَ َوي ُِحبُّ ْال ُمتَطَه ِِّرين‬

Artinya: “Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertobat dan mencintai orang-
orang yang suci lagi bersih”. (QS Al Baqarh:222)

Selain ayat al-qur`an tersebut, Nabi Muhammad SAW bersabda.

Artinya : “Kebersihan itu adalah sebagian dari iman.”(HR.Muslim) [2]

1) Syarat Wajib Thaharah


Setiap mukmin mempunyai syarat wajib untuk melakukan thaharah. Ada hal-hal yang
harus diperhatikan sebagai syarat sah-nya berthaharah sebelum melakukan perintah Allah
SWT. Syarat wajib tersebut ialah :

1
a) Islam
b) Berakal
c) Baligh
d) Masuk waktu ( Untuk mendirikan solat fardhu ).
e) Tidak lupa
f) Tidak dipaksa
g) Berhenti darah haid dan nifas
h) Ada air atau debu tanah yang suci.
i) Berdaya melakukannya mengikut kemampuan.

2. BENTUK THAHARAH
Thaharah terbagi menjadi dua bagian yaitu lahir dan batin. Taharah lahir adalah
taharah/suci dari najis dan hadas yang dapat hilang dicuci dengan air mutlak (suci
menyucikan) dengan wudu, mandi, dan tayamun. Taharah batin adalah membersihkan jiwa
dari pengaruh-pengaruh dosa dan maksiat, seperti dengki, iri, penipu, sombong, ujub, dan ria.
Sedangkan berdasarkan cara melakukan thaharah, ada beberapa macam bentuk yaitu :
wudhu, tayamum, mandi wajib dan istinjak.
3. TAYAMMUM
Tayamum secara bahasa adalah berwudu dengan debu,(pasir, tanah) yang suci karena
tidak ada air atau adanya halangan memakai air. Tayamum menurut istilah adalah
menyapakan tanah atau debu yang suci ke muka dan kedua tangan sampai siku dengan
memenuhi syarat da rukunnya sebagai pengganti dari wudu atau mandi wajib karena tidak
adanya air atau dilarang menggunakan air disebabkan sakit.
Firman Allah SWT dalam surat An Nisa ayat 43.
Artinya : “Dan jika kamu sakit atau sedang dalam musafir atau datang dari tempat
buang air atau kamu telah menyentuh perempuan, kemudian kamu tidak mendapat air,
maka bertayammumlah kamu dengan tanah yang baik (suci), sapulah mukamu dan
tanganmu sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun.” (QS An Nisa:43)
Tayammum merupakan pengganti dari berwudu. Apabila seseorang telah
melaksanakan salat dengan tayamum kemudian dia menemukan air, maka tidak wajib
mengulang sekalipun waktu salat masih ada.

2
1) Dalil-dalil tentang tayammum
Tayammum adalah ibadah yang hanya Allah syariatkan untuk umat Nabi Muhammad
SAW. Pensyariatan tayamum ini didasarkan pada Alquran dan hadits. Adapun Alquran yaitu
firman Allah SWT:
‫ا‬Vً‫ ِعيدًا طَيِّب‬V‫ص‬ َ ‫وا‬V‫ا ًء فَتَيَ َّم ُم‬V‫ دُوا َم‬V‫ضى أَوْ َعلَى َسفَ ٍر أَوْ َجا َء أَ َح ٌد ِم ْن ُك ْم ِمنَ ْالغَائِ ِط أَوْ اَل َم ْستُ ُم النِّ َسا َء فَلَ ْم ت َِج‬
َ ْ‫َوإِ ْن ُك ْنتُ ْم َمر‬
ُ‫فَا ْم َسحُوا بِ ُوجُو ِه ُك ْم َوأَ ْي ِدي ُك ْم ِم ْنه‬
“Dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus)
atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, maka bertayammumlah
dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu.”
(Al-Mâidah: 6).
Dan hadits Nabi SAW:
‫ ِإ َذا لَ ْم ن َِج ِد ْال َما َء‬،‫ت تُرْ بَتُهَا لَنَا طَهُورًا‬
ْ َ‫َو ُج ِعل‬
“Dan dijadikan debunya bagi kita suci jika tidak menemukan air.” (HR. Muslim).
2) Sebab Tayamum
Tayamum boleh dilakukan karena:
a) Tidak terdapat air.
b) Terdapat air tapi tidak dapat menggunakannya karena beberapa alasan, yaitu:
1. Sakit. Jika seseorang sedang sakit maka boleh bertayamum jika khawatir
bertambahnya sakit, terlambat sembuh, menimbulkan cela yang besar pada
anggota tubuh yang tampak, atau menyebabkan cacat pada anggota tubuh.
Bahkan bisa menjadi wajib jika khawatir meninggal dunia jika tidak
bertayammum.
2. Kebutuhan atas air. Jika terdapat air namun dibutuhkan oleh hewan yang
terhormat maka dibolehkan bagi seseorang untuk bertayamum. Yang
dimaksud dengan hewan yang terhormat adalah setiap hewan yang
dilarang dibunuh tanpa sebab.Hewan tidak terhormat adalah hewan yang
boleh dibunuh,
c.) Terdapat sesuatu yang menghalangi mencapai air seperti binatang buas.
d.) Air berada di tempat yang sangat jauh.
e.) Keadaan yang tidak memungkinkan memakai air, seperti kondisi sangat dingin.

3
Adapun syarat dan rukun, sunah serta hal-hal yang terkait dengan tayamum adalah
sebagai berikut
3) Syarat Tayamum:
a) Ada sebab yang membolehkan mengganti wudu atau mandi wajib dengan
tayamum.
b) Sudah masuk waktu salat
c) Sudah berusaha mencari air tetapi tidak menemukan
d) Menghilangkan najis yang melekat di tubuh
e) Menggunakan tanah atau debu yang suci.
4) Rukun Tayamum:
a) Niat
b) Mengusap debu ke muka.
c) Mengusap debu ke dua tangan sampai siku
d) Tertib
5) Sunah Tayamum:
Dalam melaksanakan tayamum, seseorang hendaknya memperhatikan sunah-sunah
tayamum sebagai berikut.
a) Membaca dua kalimah syahadat ketika hendak bertayamum
b) Membaca ta’awuz dan basmalah
c) Menepiskan debu yang ada di telapak tangan
d) Merenggangkan jari-jari tangan
e) Menghadap kiblat
f) Mendahulukan anggota tubuh yang kanan dari yang kiri
g) Membaca do’a (seperti do’a sesudah wuduu
6) Hal yang membatalkan Tayammum:
Tayamum seseorang menjadi batal karena sebab berikut :
a) Semua yang membatalkan wudu juga membatalkan tayamum
b) Keadaan seseorang melihat air yang suci yang mensucikan (sebelum salat)
c) Murtad (keluar dari agama Islam)

4
7) Keadaan wajib mengqadha shalat bagi orang yang bertayamum
Orang yang bertayamum wajib mengqadha shalat yang dilakukannya dalam delapan
keadaan, yaitu:
1) Orang yang bermaksiat dengan perjalanan yang ia lakukan meskipun ia berada
di tempat yang pada umumnya tidak terdapat air.
2) Orang yang tidak mendapatkan air di tempat yang pada umumnya terdapat air,
baik dalam perjalanan atau tidak.
3) Orang yang lupa akan airnya di tempatnya sendiri.
4) Orang yang kehilangan air di tempatnya sendiri.
5) Orang yang bertayamum karena cuaca dingin.
6) Orang yang bertayamum karena sebagian anggota tayamumnya (wajah dan
kedua tangan) tertutup sesuatu, seperti perban luka.
7) Orang yang bertayamum karena salah satu anggota tubuhnya tertutup sesuatu
padahal anggota tersebut masih dalam keadaan hadas, atau penutup tersebut
lebih dari batas yang diperlukan.
8) Orang yang bertayamum memiliki najis yang tidak dimaafkan sementara ia
tidak mampu menghilangkan najis tersebut.
9) Keadaan tidak wajib mengqadha bagi yang bertayamum
8) Seseorang yang bertayamum tidak wajib mengqadha shalatnya dalam empat belas
keadaan, yaitu:
1) Orang yang bertayamum di tempat yang pada umumnya tidak terdapat air.
2) Air yang ada adalah air yang khusus disedekahkan (mâun musabbal) untuk
selain bersuci.
3) Tidak terdapat alat untuk mengambil air.
4) Terdapat penghalang dari air, seperti binatang buas atau musuh.
5) Khawatir meninggal dunia, seperti tenggelam karena terjatuh dari perahu ketika
mengambil air.
6) Orang sakit yang yang khawatir meninggal jika menggunakan air.
7) Kekhawatiran terlambat sembuh.
8) Kekhawatiran bertambah sakit.
9) Kekhawatiran muncul cela berat pada anggota tubuh yang tampak.

5
10) Air dibutuhkan untuk minum hewan yang dihormati.
11) Air akan dijual untuk kebutuhan atau untuk membayar hutang.
12) Air dijual lebih mahal dari harga biasa.
13) Tidak mampu membeli air.
14) Memerlukan air untuk kebutuhan atau membayar hutang.
4. CARA MENGGUNAKAN TAYAMMUM

Sekali bertayammum hanya dapat dipakai untuk satu sholat fardhu saja, meskipun
belum batal. Adapun untuk dipakai sholat sunat beberapa kali cukuplah dengan satu kali
tayammum. Bagi orang yang salah satu anggota wudhu’nya terbebat(dibalut), maka cukup
balutanya itu saja diusap dengan air atau tayammum.

5. HUKUM MELIHAT AIR BAGI ORANG YANG TAYAMMUM


1) Jika ada air setelah bertayammum tetapi sholat belum dikerjakan, maka ia wajib
berwudhu’.
2) Pada waktu sedang sholat kemudian terdapat air sholatnya harus di lanjutkan
seperti bagi orang musyafir dan sholatnya tidak batal.
3) Jika telah selesai melaksanakan sholat baru ada air sementara, waktu sholat masih
ada, maka boleh mengulang sholat dengan berwudhu’, dan boleh pula tidak
mengulanginya.
4) Jika air ada setelah sholat dikerjakan dan waktu sholat telah habis, maka sholat
tidak perlu di ulangi, karena sholatnya sudah sah.
6. TATA CARA/PRAKTEK BERTAYAMMUM
1) Membaca basmalah
2) Renggangkan jari-jemari, tempelkan ke debu, tekan-tekan hingga debu melekat.
3) Angkat kedua tangan lalu tiup telapak tangan untuk menipiskan debu yang
menempel, tetapi tiup ke arah berlainan dari sumber debu tadi.
4) Niat tayamum: Nawaytuttayammuma listibaa hatishhalaati fardhollillahi ta'aala
(Saya niat tayammum untuk diperbolehkan melakukan shalat karena Allah
Ta'ala).
5) Mengusap telapak tangan ke muka secara merata.
6) Bersihkan debu yang tersisa di telapak tangan.

6
7) Ambil debu lagi dengan merenggangkan jari-jemar, tempelkan ke debu, tekan-
tekan hingga melekat
8) Angkat kedua tangan lalu tiup telapak tangan untuk menipiskan debu yang
menempel, tetapi tiup ke arah berlainan dari sumber debu tadi.
9) Mengusap debu ke tangan kanan lalu ke tangan kiri.

7. BERTAYAMMUM MENGGUNAKAN DINDING

Selain pada permukaan bumi secara langsung, seperti misalnya tanah, batu dan lain
sebagainya, bertayamum juga dapat dilakukan dengan dinding. Hal ini sesuai dengan salah
satu hadits sebagai berikut:

Diriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu’anhuma bahwa dia berkata; Saya datang
bersama dengan ‘Abdullah bin Yasar bekas budak Maimunah isteri Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam. Tatkala kami bertemu dengan Abu Jahim bin Al-Harits bin Ash-Shamah Al-
Anshari maka Abu Jahim mengatakan, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah datang dari
arah sumur Jamal. Kemudian ada seorang lelaki yang menemuinya dan mengucapkan salam
kepada beliau. Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak menjawab salamnya hingga
beliau menyentuh dinding (dengan tangannya,) kemudian membasuh wajah dan kedua
telapak tangannya. Baru setelah itu beliau mau menjawab salamnya.” Muttafaq ‘alaih.

Maka dari itu tayammum dengan dinding juga diperbolehkan sesuai dalil diatas.

7
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Tayammum  adalah mengusap muka dan kedua tangan dengan debu yang suci pada
saat-saat tertentu, sebagai pengganti wudhu’ dan mandi dengan syarat dan rukun yang
tertentu. Dilarang bertayamum dengan tanah berlumpur, bernajis atau berbingkah. Pasir
halus, pecahan batu halus boleh dijadikan alat melakukan tayamum. Tayamum merupakan
cara untuk menghilangkan hadats sebagai pengganti wudhu dikarena ada sebab-sebab yang
memaksa. Orang tidak boleh melakukan tayammum selagi dirinya dan keadaannya masih
memungkinkan menemukan air. Tayamum hanya di khususkan pada peristiwa-peristiwa
kritis tidak ada air.

Orang yang melakukan tayamum lalu shalat, apabila air sudah tersedia maka ia tidak
wajib mengulang sholatnya. Namun untuk menghilangkan hadas, harus tetap mengutamakan
air daripada tayamum yang wajib hukumnya bila sudah tersedia. Tayamum untuk hadas
hanya bersifat sementara dan darurat hingga air sudah ada.

Tata cara bertayammum yang sesuai al-qur’an dan sunnah adalah: berniat kemudian
membaca basmalah, lalu meletakkan kedua tangan pada debu dan mengusap di wajah (muka)
sebanyak dua kali dan kembali meletakkan tangan pada debu dan mengusap tangan dari
ujung jari hingga ke siku dan mendahulukan tangan kanan kemudian tangan kiri.

Tayammum dianggap batal apabila menemukan air jika yang menyebabkan


bertayammum adalah karena tidak ada air, bagi yang bertayammum karena sakitnya yang
berbahaya jika menyentuh air maka tayammum dianggap batal jika sakitnya telah sembuh.
Kedua, yang membatalkan tayammum adalah jika keluar dari agama islam (murtad), serta
semua yang membatalkan wudhu juga dapat membatalkan tayammum.

8
DAFTAR PUSTAKA
http://sahnanblogaddres.blogspot.com/2014/11/makalah-tayammum.html?m=1
Rosita,Tuti.dkk.2015. Tayamum.Depok: sekolah tinggi agama islam al-karimiyah
(STAISKA)http://ummiie2tita.blogspot.com/2015/02/v-behaviorurldefaultvmlo.html?
m=1
Hidayat,Fahmi.dkk.2015. Wudhu, Mandi Wajib dan Tayamum. Palembang :Universitas
muhammadiyah palembang

Anda mungkin juga menyukai