Tayamum
DOSEN PENGAMPU :
DOSEN PENGAMPU :
DISUSUN OLEH :
Anisha pradila firdes (2110203018)
Ikhsan Arisnal Affandi (2110203013)
Vuri Indah Yunnnita (2110203002)
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatnya sehingga kami dapat menyusun
makalah yang berjudul “tayammum” ini tepat pada waktunya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para
pembaca, serta seluruh Masyarakat Indonesia khususnya para mahasiswa untuk ke depannya dapat
memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah ini agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin dalam pembuatan makalah
kali ini masih banyak ditemukan kekurangan, oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Kelompok 4
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................... i
DAFTAR ISI..................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN. ................................................................................ 1
A. Latar Belakang .. ................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................................. 1
C. Tujuan.................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................... 2
A. Pengertian dan Dalil Tayammum.......................................................... 2
B. Syarat Tayammum................................................................................. 3
C. Sebab – Sebab Di perbolehkan ber Tayammum................................... 3
D. Rukun Tayammum................................................................................ 3
E. Cara Menggunakan Tayammum........................................................... 4
F. Tata Cara / Praktek Tayammum ........................................................... 4
G. Bertayamum Di Dinding ...................................................................... 5
BAB III PENUTUP........................................................................................... 6
A. Kesimpulan........................................................................................... 6
B. Saran..................................................................................................... 6
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 7
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Tayammum merupakan salah satu alternatif yang bisa kita lakukan sebagai pengganti whudu’.
Apabila kita ingin bersuci akan tetapi air tidak ada ataupun dalam perjalanan jauh, kita bisa
melakukan tayammum. Tayammum itu dilakukan dengan berbagai alasan dan persyaratan yang harus
diketahui, seperti ketiadaan air, dalam perjalanan jauh, dan dalam keadaan sakit.
Akan tetapi sebaliknya, pelaksanaan tayammum itu sering di salah mengerti oleh seseorang. Ada yang
asal tayammum tanpa alasan yang telah di tetapkan di atas, ada juga yang salah dalam pelaksanaan
atau tata caranya. Tayammum ini dilakukan apabila ketiadaan air lagie, bukan karena malas dalam
menyentuh air. Hal tersebut sering kita jumpai di tengah-tengah masyarakat.
Dengan factor tersebut, kami penulis tertarik untuk membahas masalah ini dalam sebuah masalah
yang akan kami ajukan.
B.RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana konsep dasar tayammum?
2. Bagaimana syarat-syarat tayammum?
3. Apa sebab-sebab diperbolehkannya melakukan tayammum?
4. Bagaimana rukun, sunnah, dan yang membatalkan tayammum?
5. Bagaimana cara menggunakan tayammum?
6. Bagaimana tata cara bertayammum?
B. TUJUAN
Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan makalah ini adalah untuk menjelaskan rumusan masalah
diatas secara mendalam.
1
BAB II
PEMBAHASAN
َ ضى اَوْ َعلَى َسفَ ٍر اَوْ َجآ َء اَ َح ٌد ِم ْن ُك ْم ِّمنَ ْالغَآِئ ِط اَوْ لَ َم ْستُ ُم النِّ َسآ َء فَلَ ْم ت َِج ُدوْ ا مآ ًء فَتَيَ َّم ُموْ ا
ص ِع ْيدًا طَيِّبًا فَا ْم َسحُوا بِ ُوجُوْ ِه ُك ْم َو َ َْواِ ْن ُك ْنتُ ْم َّمر
ُْاَ ْي ِديَ ُك ْم ِمنه
Artinya: “... Dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus)
atau menyentuh perempuan maka jika kamu tidak memperoleh air maka bertayamumlah dengan debu
yang baik (suci); usaplah wajahmu dan tanganmu dengan (debu) itu....”
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Rasulullah saw. Bersabda:
Artinya: “Semua bumi atau tanah dijadikan untukku dan umatku sebagai masjid dan suci dan
menyucikan.”
Hadits ini menjadi dasar legalitas tayamum sebagai tata cara alternatif mensucikan diri dari hadats.
Tentu saja, jika direnungi lebih dalam keberadaan tayamum sebagai tata cara alternatif dalam bersuci,
kita akan mendapatkan satu hikmah bahwa Allah swt. Tidak ingin memberatkan manusia dalam
segala hal. Allah swt. Tidak akan memaksa manusia untuk melakukan sesuatu di luar kemampuannya.
Jika memang tidak bisa berwudhu maka bertayamumlah. Yassiruuwalaatu’assiruu, kata Nabi,
Permudahlah dan jangan dipersulit.
1
Syaikh Sulaiman Ahmad Yahya Al-Faifi, Ringkasan Fikih Sunnah Sayyid Sabiq ( Jakarta : Pustaka Al-Kautsar
2013 )
2
B. SYARAT SAH MELAKUKAN TAYAMMUM
Adapun syarat sah melakukan tayammum adalah sebagai berikut:
1. Telah masuk waktu sholat
2. Memakai tanah berdebu yang bersih dari najis dan kotoran
3. Memenuhi alasan/sebab melakukan tayammum
4. Sudah berupaya/berusaha mencari air namun tidak ketemu
5. Tidak haid maupun nifas bagi perempuan
6. Menghilangkan najis yang melekat pada tubuh
1. RUKUN TAYAMMUM
a. Niat (untuk dibolehkan melakukan sholat)
b. Mengusap muka dengan debu tanah, dengan dua kali usapan
c. Mengusap dua belah tangan hingga siku-siku dengan debu tanah dua kali
2. SUNAT TAYAMMUM
a. Membaca basmalah (bismillahirrahmanirrohim)
b. Mendahulukan anggota yang kanan daripada yang kiri
c. Menipiskan debu
3
d. Menghadap kiblat
e. Membaca doa ketika selesai tayamum
f. Menggosok sela jari setelah menyapu tangan hingga siku
َ ِ فَاِ َّن ٓذل٬ُ فَاِ َذا َو َجد َْال َما َء فَ ْليُ ِم َسهُ َب َش َرتَة٬ َ َواِ ْن لَ ْم يَ ِج ِد ْال َما َء َع َش َر ِسنِ ْين٬ ب طَهُوْ رُال ُم ْسلِ ِم
ك خَ ْي ٌٌر َ ِِّص ِع ْي َد الطَّي
َّ اِ َّن ال
Artinya: sesungguhnya tanah yang suci itu alat untuk bersuci bagi orang islam. Selagipun tidak
mendapatkan air selama sepuluh tahun. Apabila ia telah mendapatkan air maka hendaklah ia
menyentuhkan air itu kepada kulitnya. Karena hal itu lebih baik.
Maksudnya: tayammum seseorang akan batal setelah air sudah ada. Adapun kalau adanya air
itu setelah selesainya sholat,makasholat kita sah saja dan tidak wajib qadha’. Dan demikian pula jika
kita menemukan air sebelum sholat atau akan mulai sholat, kita di anjurkan untuk bertayammum.
4
G..BERTAYAMMUM MENGGUNAKAN DINDING
Selain pada permukaan bumi secara langsung, seperti misalnya tanah, batu dan lain sebagainya,
bertayamum juga dapat dilakukan dengan dinding. Hal ini sesuai dengan salah satu hadits sebagai
berikut:
Diriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu’anhuma bahwa dia berkata; Saya datang bersama dengan
‘Abdullah bin Yasar bekas budak Maimunah isteri Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Tatkala kami
bertemu dengan Abu Jahim bin Al-Harits bin Ash-Shamah Al-Anshari maka Abu Jahim mengatakan,
“Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pernah datang dari arah sumur Jamal. Kemudian ada seorang lelaki
yang menemuinya dan mengucapkan salam kepada beliau. Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
tidak menjawab salamnya hingga beliau menyentuh dinding (dengan tangannya,) kemudian
membasuh wajah dan kedua telapak tangannya. Baru setelah itu beliau mau menjawab salamnya.”
Muttafaq ‘alaih.
Maka dari itu tayammum dengan dinding juga diperbolehkan sesuai dalil diatas.
5
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Jadi tayammum adalah pengganti bersuci dengan air untuk melaksanakan sholat. Secara etimologis
(bahasa), tayamum berarti kehendak (al-qasdu), atau kehendak melakukan hal tertentu. Dalam istilah
fiqih, tayamum diartikan sebagai proses mengusapkan debu atau tanah yang suci pada muka dan
kedua tangan sebagai pengganti wudhu dan mandi besar, untuk dapat melaksanakan ibadah, seperti
sholat. Tayamum wajib dilakukan pada saat air tidak ada, atau kondisi ketika seseorang tidak bisa
menggunakan air.
Tayammum sah dilaksanakan jika mengerjakan semua rukun dan syarat-syarat sah tayammum.
Tayammum juga bias dilakukan dengan dinding.
B. SARAN
Penulis berharap semoga makalah ini mempunyai manfaat kepada pembacanya juga kami
membutuhkan kritik membangun dari audien untuk menyempurnakan makalah kami ini.
6
DAFTAR PUSTAKA