Anda di halaman 1dari 11

Tayamum

Disusun Guna Memenuhi Mata Kuliah Fiqih (Psikologi Ibadah)

Dosen Pengampu Muhammad Aris Faisol, M. Pd.

Disusun Oleh :

1. Firda Rizquna 43040210012


2. Rief’an Fajar Wicaksana 43040210027

PROGRAM PSIKOLOGI ISLAM FAKULTAS DAKWAH


INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
2022
KATA PENGANTAR

Bismillaahirrohmaanirrohiim

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
hidayah kepada kami, sehingga kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul
“Tayamum”tanpa kurang suatu apapun. Sholawat serta salam kita haturkan kepada junjungan
kita Nabi Muhammad SAW yang kita nantikan syafaatnya di yaumul qiyamah. Aamiin

Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas dari Bapak Muhammad Aris
Faisol, M. Pd. selaku dosen di mata kuliah Fiqih (Psikologi Ibadah), pada makalah ini akan
diuraikan tentang Tayamum.

Kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penulisan makalah ini, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu. Adapun
penulisan ini telah kami usahakan semaksimal mungkin. Kami menyadari bahwa makalah ini
tidak sempurna, masih banyak kesalahan yang perlu diperbaiki, dan kami pun masih banyak
belajar. Kami berharap para pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang membangun.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat. Aamiin.

Salatiga, 6 Maret 2022

Penulis,

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................3
BAB I.........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN......................................................................................................................4
A. Latar Belakang................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................4
C. Tujuan Masalah...............................................................................................................4
BAB II........................................................................................................................................5
PEMBAHASAN........................................................................................................................5
A. Pengertian Tayamum......................................................................................................5
B. Hal-hal yang menyebabkan tayamum.............................................................................6
C. Tata Cara Bertayamum...................................................................................................7
D. Hal-hal yang membatalkan tayamum..............................................................................8
BAB III.....................................................................................................................................10
PENUTUP................................................................................................................................10
A. Kesimpulan...................................................................................................................10
B. Saran..............................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................11

A.

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam islam, seorang muslim yang akan melakukan ibadah diwajibkan terlebih
dahulu untuk bersuci. Bersuci untuk menghilangkan hadas kecil maupun hadas besar
yang ada pada tubuh kita. Bersuci menjadi syarat sahnya ibadah shalat. Masih sering
kita jumpai masyarakat awam yang masih belum paham bagaimana tata cara bersuci
dengan benar, memperbaiki cara bersuci sama halnya dengan memperbaiki masalah
sholat. Karena sholat tidak akan sah apabila tidak bersuci terlebih dahiulu. Ada
beberapa masyarakat yang masih menyepelekan perihal bersuci sehingga dilakukan
secara asal-asalan. Bersuci tidak hanya dilakukan dengn berwudhu saja, tetapi bisa
dilakukan dengan mandi besar dan tayamum apabila seseorang tersebut tidak
menemukan air atau mempunyai udzhur.
Tayamum adalah mengusap wajah dan tangan menggunakan debu yang suci,
sebagai pengganti wudhu/mandi dengan tujuan agar dapat melakukan peribadahan
yang boleh dikerjakan dengan berwudhu dan mandi. Tayamum boleh dilakukan
sebagai keringanan untuk orang yang tidak dapat memakai air karena beberapa
halangan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian tayamum?
2. Apa yang menyebabkan diwajibkannya tayamum?
3. Bagaimana tata cara bertayamum dengan benar?
4. Apa hal-hal yang membatalkan tayamum?

C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui pengertian tayamum
2. Mengetahui apa saja hal yang diwajibkannya tayamum
3. Mengetahui tata cara tayamum dengan benar
4. Mengetahui hal-hal yang membatalkan tayamum

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Tayamum
Secara bahasa tayamum berarti al-qashdu yang artinya menyengaja sesuatu.
Sedangkan secara istilah tayamum berarti menggunakan atau menyentuh sha’id
(debu) dengan tujuan menghilangkan hadats karena tidak mendapatkan air atau tidak
mampu menggunakan air (untuk bersuci).1 Menurut Kahar Masyur, kata tayamum
menurut bahasa arabnya ialah al-qashdu yang artinya sengaja. Adapun menurut
syara’ tayamum berarti menyapu muka dan dua tangan dengan debu yang
menyucikan menurut cara tertentu. Syafi’iyah dan Malikiyah menambahkan kaedah
ini dengan niat karena ia termasuk rukunnya dan cara pengusapannya yaitu hanyalah
meletakkan tangan di tanah atau debu yang menyucikan. Bertayamum disyariatkan
diwaktu ketiadaan air atau tidak boleh memakainya dan ada sebab yang memerlukan
demikian.
Tayamum disyariatkan dalam Al-Quran, As-Sunnah ataupun Ijma’. Ayat Al-
Quran yang mensyaratkan tayamum yaitu Surah Al-Maidah ayat 6 yang artinya
“Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu hendak melaksanakan salat, maka
basuhlah wajahmu dan tanganmu sampai ke siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh)
kedua kakimu sampai ke kedua mata kaki. Jika kamu junub, maka mandilah. Dan jika
kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau
menyentuh perempuan, maka jika kamu tidak memperoleh air, maka bertayamumlah
dengan debu yang baik (suci); usaplah wajahmu dan tanganmu dengan (debu) itu.
Allah tidak ingin menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan
menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, agar kamu bersyukur.” (Al-Maidah [5] : 6)
Adapun dalil dari As Sunnah adalah sabda Rasulullah SAW dari sahabat
Hudzaifah Ibnul Yaman RA, “Dijadikan bagi kami (ummat Nabi Muhammad SAW)
permukaan bumi sebagai thohur / sesuatu yang digunakan untuk besuci (tayammum)
jika kami tidak menjumpai air”. (HR. Muslim)

B. Hal-hal yang menyebabkan tayamum


Sesorang diperbolehkan tayamum jika beberapa hal berikut :
1. Orang tersebut tidak mendapatkan air.

1
Ibnu Damiri, Bersuci Secara Islami, (Solo : Media Zikir, 2008), Cet 1, hlm. 80

5
Jika seseorang memasuki waktu shalat sedangkan dia tidak mendapatkan air
untuk bersuci (wudhu atau mandi janabah) maka dia diperbolehkan tayamum
dengan debu. Sebagaimana hadits Rasulullah dari Imran bin Hushain, dia berkata
“Rasulullah SAW telah mengerjakan shalat, lalu melihat ada seseorang yang
menjauh belum mengerjakan shalat bersama orang-orang. Beliau berkata,
‘wahai fulan, apa yang menghalangimu untuk tidak mengerjakan shalat
berjamaah bersama orang-orang yang lain?’ dia menjawab, ‘Wahai Rasulullah
saya sedang junub, tapi tidak ada air untuk berwudhu.’ Maka Nabi bersabda,
‘Gunakanlah debu dan itu sudah cukup bagimu.’ Ketika air sudah ada, Nabi
memberikan satu bejana air seraya berkata, ‘Mandilah dengan ini!’. (HR. Al-
Bukhari, 348 dan Muslim, 1535)
2. Orang yang mempunyai air nmaun air tersebut tidak cukup jika digunakan untuk
bersuci, baik mandi maupun wudhu.
Jika seseorang mempunyai air namun tidak mencukupi untuk bersuci, maka
air tersebut digunakan untuk wudhu atau mandi janabah secukupnya. Dan
kekurangannya anggota tubuh yang belum terbasuh air disempurnakan dengan
tayamum.
3. Orang yang sakit atau luka, sedang sakitnya tersebut jika terkena air akan semakin
parah dan memperlambat penyembuhan.
Ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan dari Jabir RA, dia berkata, “kami
pernah Bersama Rasulullah SAW dalam suatu perjalanan. Waktu itu ada seorang
laki-laki dari kami yang tertimpa batu hingga kepalanya luka. Kemudian dia
mimpi basah. Dia pun kemudian bertanya kepada sahabatnya, ‘Apakah saya
mendapatkan rukhsah (keringanan) untuk bertayamum?’ meraka menjawab, ‘kami
pandang kamu tidak mendapatkan rukhsah (keringanan) untuk bertayamum
karena kamu masih mampu untuk mandi.’ Kemudian dia pun mandi, lalu mati.
Ketika kami bertemu Rasulullah SAW, kami sampaikan peristiwa tersebut. Maka
beliau bersabda, ‘Mereka telah membutuhnya, semoga Allah membunuh mereka.
Kenapa kalian tidak bertanya kalau kalian tidak tahu? Sesungguhnya obat
kebodohan adalah bertanya. Sesungguhnya cukup baginya bertayamum dan
merawat atau membalut lukanya dengan kain pembalut kemudian mengusapnya
lalu mengguyur bagian tubuhnya yang lain’.” (HR. Abu Dawud no. 284 dan Ad-
Daruquthni)

6
4. Seseorang yang sedang bepergian dan hanya memiliki sedikit air untuk wudhu,
dan dia mengkhawatirkan dirinya, teman atau hewan ternaknya.
Orang tersebut boleh memberi minum ternaknya, dirinya ataupun temannya
dan menganti wudhu dengan tayamum. Ibnu Qudamah berkata, “orang yang
mengkhawatirkan (kematian) hewan-hewan ternaknya, berarti khawatir terhadap
barang miliknya. Hal ini sama seperti seseorang yang menjumpai air namun ada
pencuri atau hewan buas yang dia khawatirkan dapat membahayakan hewan
ternaknya atau sebagian hartanya. Kalua dia merasa dahaga dan takut akan binasa,
dia harus memberinya minum dan bertayamum.” (Al-Mughni, 1/165. Al-
Majmu’,2/281)
5. Orang sakit yang tidak bisa mengambil air dan tidak ada seorang pun yang
mengambilkannya.
Al-Hasan berkata, “Apabila seseorang sakit dan mempunyai air, tetapi tidak
ada seorang pun yang memindahkan kepadanya, dia dapat melakukan tayamum.”
6. Orang yang bisa mengambil air, namun untuk mengambilnya terhalang musuh,
kebakaran, jurang yang dalam atau penghalang lainnya sedangkan jika
memaksakan diri maka dikhawatirkan dirinya, temannya, atau hewan ternaknya
berada dalam masalah besar.
7. Orang yang mendapati air tetapi air tersebut sangat dingin sehingga
membahayakan dirinya jika menggunakan air tersebut dan dia tidak mempunyai
sesuatu untuk memanaskannya.

C. Tata Cara Bertayamum


Masih sering ada masyarakat yang masih belum paham bagaimana tata cara
tayamum dengan benar. Ada juga yang masih melakukannya dengan seenaknya
sendiri, padahal dalam bersuci (tayamum) ada tata caranya agar tayamum menjadi
sempurna. Berikut ini adalah tata cara tayamum dengan benar :
1. Siapkan debu yang bersih dan suci
Gunakan debu yang ada pada tembok, kaca, lantai atau tempat yang
dirasa tempat tersebut besih dan suci.
2. Menghadap ke arah kiblat
Dalam bersuci disunahkan menghadap ke arah kiblat, lalu letakkan
kedua telapak tangan pada debu, dengan posisi jari-jari kedua telapak
tangan dirapatkan.

7
3. Membaca niat
Ucapkan basmalah dan niat, dalam keadaan tangan masih diletakkan
atas debu. Bacaan niat sebagai berikut : “Nawaitu tayammuma li
istibahatis sholaati fardhal lillaahi ta’aalaa”
4. Usapkan kedua telapak tangan ke seluruh wajah
Berbeda dengan wudhu, dalam tayamum tidak diharuskan untuk
mengusapkan debu pada bagian-bagian yang ada di bawah rambut atau
bulu wajah. Hal yang dianjurkan adalah berusaha meratakan debu pada
seluruh bagian wajah.
5. Telapak tangan menyentuh debu
Selanjutnya bagian tangan, letakkan kembali telapak tangan pada debu.
Kali ini jari tangan direnggangkan, lalu tengadahkan kedua telapak tangan
dengan posisi telapak tangan kanan di atas tangan kiri
6. Telapak tangan menyentuh lengan hingga siku
Rapatkan jari-jari tangan, dan usahakan ujung jari kanan tidak keluar
dari telunjuk jari kiri, atau sebaliknya. Telapak tangan kiri mengusap
lengan kanan hingga ke siku. Kemudian, tangan kanan diputar untuk
diusapkan juga sisi lengan kanan yang lain. Selanjutnya, telapak tangan
mengusap dari siku hingga dipertemukan kembali jempol kiri mengusap
jempol kanan. Lakukan langkah-langkah tersebut pada tangan kiri.
7. Mengusapkan kedua telapak tangan
Pertemukan kedua telapak tangan dan usap-usapkan di antara jari-
jarimu. 
8. Tertib
Lakukan satu persatu dengan urut.

D. Hal-hal yang membatalkan tayamum


Perkara yang membatalkan tayamum adalah segala perkara yang membatalkan
wudhu dan hilangnya udzhur yang menyebabkan diperbolehkannya tayamum. Namun
beberapa madzhab mengatakan, Madzhab Maliki mengatakan, menemukan air atau
menggunakan air tidak membatalkan tayamum, kecuali hal itu terjadi sebelum
memulai shalat. Dengan syarat, waktu ikhtiar cukup untuk melakukan satu rakaat
setelah menggunakan air pada anggota wudhu. Jika hal itu terjadi setelah memulai
shalat, tayamum tidak batal dan shalat wajib diteruskan meskipun waktu masih

8
panjang. Madzhab Hanbali menambahkan, keluarnya waktu sebagai perkara yang
membatalkan tayamum. Jika waktu telah lewat maka tayamum batal, baik dilakukan
karena hadas besar, hadas kecil, maupun karena terdapat najis pada badan, selama
tidak berada dalam shalat Jumat. Madzhab Syafi’I juga menambahkan murtad
sebagai perkara yang membatalkan tayamum. Hilangnya udzhur membatalkan
tayamum jika seseorang belum selesai melakukan takbir ihram. Jika udzhur hilang
setelah itu dan shalat yang dilakukan tidak wajib diulang, shalatnya sah dan tayamum
batal setelah salam. Jika shalat tersebut wajib diulang, tayamum dan shalat tersebut
batal.2

2
Dr. Asmaji Muchtar, Dialog Lintas Mazhab : Fiqh Ibadah dan Muamalah (AMZAH : Jakarta,2015), hal 109

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Tayamum secara bahasa artinya menyengaja sesuatu. Tayamum adalah
bersuci menggunakan debu yang bersih dan suci. Tayamum dilakukan dengan cara
menyapu wajah dan tangan dengan debu yang ada di tembok, kaca atau tempat yang
sekiranya suci. Diperbolehkannya tayamum karena beberapa hal, salah satunya jika
tidak ada air, orang sakit atau luka dan jika menyentuh air sakit nya akan semakin
parah, orang yang mempunyai air namun airnya tidak cukup untuk bersuci (wudhu
atau mandi besar), orang yang bisa mengambil air namun untuk mengambilnya ada
halangan musuh atau ada hal yang membahayakannya, dst. Hal-hal yang
membatalkan wudhu juga membatalkan tayamum, namun beberapa madzhab
menambahkan beberapa hal yang membatalkan wudhu yaitu menemukan air,
keluarnya waktu dan murtad.

B. Saran
Kami selaku penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini
masih jauh dari sempurna. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan
pengalaman kami. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun. Kami juga berharap bahwa makalah yang kami susun dapat bermanfaat
bagi pembaca.

10
DAFTAR PUSTAKA

Damiri, Ibnu. 2008. Bersuci Secara Islami. Solo : Media Zikir.

Muchtar, Asmaji. 2015. Dialog Lintas Mazhab : Fiqh Ibadah dan Muamalah. Jakarta :
AMZAH.

Rachman, Taufik & Firmansyah, Ayatullah. (2021). Media Pembelajaran Interaktif Sifat
Wudhu, Tayamum, dan Shalat Nabi Shallalullah ‘Alaihi Wa Sallam Untuk Anak-
Anak. Jurnal MNEMONIC, 4, 11

Aprilliani, Meidiana. 2020. Jangan Sampai Salah, Ini Cara dan Doa Tayamum Yang Benar.
https://www.popbela.com/career/inspiration/mediana-aprilliani/tata-cara-tayamum-
lengkap diakses pada 1 Maret 2022 pukul 11.00

11

Anda mungkin juga menyukai