MAKALAH
“PENGGUNAAN PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASIDALAM
PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN SKI”
Disusun Oleh :
1. Arif Rahmatullah (2111210033)
2. Sugeng Riyanto (2111210047)
3. Yangke Yosia (2111210032)
4. Zacki Ahmad Rizaldi (2111210045)
Kelompok
3Kelas : 5B
Bismillahirrahmanirrahim.
Puji dan syukur kita ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,
karena berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat
menyelesaikan pembuatan makalah untuk memenuhi tugas dari
mata kuliah Pembelajaran SKI di Madrasah dengan judul
“Penggunaan Pembelajaran Berdiferensiasi Dalam Mata Pelajaran
SKI”
Penulis mengucapkan terima kasih kepada bapak
Muhammad Taufiqurrahman, M.Pd. sebagai dosen mata kuliah
Pembelajaran SKI di Madrasah yang telah membimbing dalam
penyelesaian makalah. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih
terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya. Sehingga
makalah dapat penulis selesaikan dengan baik.
Dalam pembuatan makalah ini penulis sudah berusaha
semaksimal mungkin dalam pembuatan dan penyusunannya, sebab
kesempurnaan hanya milik Allah SWT, namun selaku manusia
penulis menginginkan yang terbaik. Karena itu segala kritik dan
saran yang bersifat membangun sangatlah diharapkan sekali demi
untuk kebaikan dalam pembuatan makalah dan penulisannya untuk
masa yang akan datang. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita
semua dalam kehidupan sehari-hari dan dapat mempelajari hal-hal
penting yang ada dalam isi makalah.
Pemakalah
KATA PENGANTAR
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan Makalah 2
BAB II PEMBAHASAN 3
A. Pembelajaran Berdiferensiasi 3
B. Metode Pembelajaran Berdiferensiasi Dalam Pembelajaran SKI 7
C. Implementasi Pembelajaran Berdiferensiasi Dalam Pembelajaran SKI10
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Disadari ataupun tidak, pada saat ini ada banyak sekali orang tua
ataupun guru yang merasa tergoda untuk membanding-bandingkan
prestasi belajar anaknya dengan anak yang lain tanpa pernah
memahami bagaimana sesungguhnya prestasi belajar anak itu mesti
dilihat secara utuh dalam konteks perkembangan sosial, emosional,
fisik, psikologis, dan lain-lain.
Sebagai orang tua dan guru, kita pasti pernah mengalami suatu
kondisi dimana suasana atau kondisi belajar kita berbeda dengan
siswa lain, baik dari cara belajarnya, kemampuan belajarnya, maupun
minat belajar kita. Oleh karena itu, sebagai orang tua dan guru kita
sudah seharusnya menyadari bahwa setiap anak itu memiliki gaya
belajarnya masing-masing. Dengan kesadaran itu, tentu kita sebagai
orang tua dan guru, akan jauh lebih mudah untuk mendorong
pencapaian prestasi belajar anak secara lebih maksimal.
Untuk itu, sudah seyogyanya jika setiap guru mesti mengenal
siswanya secara lebih individual untuk dapat menerapkan strategi
belajar yang cocok bagi proses perkembangan belajar mereka.
Dengan demikian, maka diperlukan pemahaman secara menyeluruh
mengenai pembelajaran berdiferensiasi guna memaksimalkan
potensi belajar siswa terutama padamata pelajaran SKI.1
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu pembelajaran berdiferensiasi?
2. Apa saja metode pembelajaran berdiferensiasi dalam pembelajaran
SKI?
3. Bagaimana implementasi pembelajaran berdiferensiasi
dalampembelajaran SKI?
1
https://bgpsumsel.kemdikbud.go.id/pembelajaran-berdiferensiasi-antara-manfaat- dan
tantangannya diakses pada tanggal 18 september 2023
BAB I
1
2
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu pembelajaran berdiferensiasi
2. Untuk mengetahui apa saja metode pembelajaran
berdiferensiasi dalampembelajaran SKI.
3. Untuk mengetahui bagaimana implementasi pembelajaran
berdiferensiasidalam pembelajaran SKI.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pembelajaran Berdiferensiasi
Pembelajaran berdiferensiasi merupakan suatu cara berpikir yang
sangat penting tentang proses belajar mengajar pada abad ke-21 ini.
Pembelajaran berdiferensiasi bukanlah hal yang baru dalam dunia
pendidikan. Pembelajaran diferensiasi juga dikenal dengan istilah
pembelajaran diferential. Menurut Schöllhorn (2000) pembelajaran
diferensial adalah model pembelajaran motorik yang dicangkokkan
pada pentingnya variabilitas gerakan dan berakar pada teori sistem
dinamis gerakan manusia. Beberapa penelitian mengungkapkan
bahwa pembelajaran diferensiasi banyak diadopsi dalam konteks
pembelajaran yang bersifat motorik (Beckmann & Schöllhorn, 2006;
Wagner & Müller, 2008; Reynoso, Solana, Vaillo, & Hernandez, 20131
1
Wiwin Herwina, “Optimalisasi Kebutuhan Siswa Dan Hasil Belajar Dengan Pembelajaran
Berdiferensiasi”, Vol. 35 No.2, 2021, hal.176
berpikir.
c. Menyadari adanya keberagaman dan melakukan intervensi.
d. Merancang rencana pembelajaran untuk mengkonkritkan hal-
hal yang akan dilakukan di kelas.
e. Guru menyusun strategi proses implementasi pembelajaran
serta kemungkinan hambatan yang perlu disiapkan dan
diantisipasi.
2. Fasilitator pembelajaran
a. Memiliki kemampuan melakukan refleksi, yaitu mampu
berpikir akan berpikir atau metakognisi.
b. Memiliki kemampuan komunikasi yang memberdayakan murid
agar mampu mandiri dan memanfaatkan potensi dirinya.
4. Lingkungan Belajar
Lingkungan belajar yang dimaksud meliputi susunan kelas secara
personal, sosial, dan fisik. Lingkungan belajar juga harus disesuaikan
dengan kesiapan peserta didik-peserta didik dalam belajar, minat
mereka, dan profil belajar mereka agar mereka memiliki motivasi yang
tinggi dalam belajar.
Strategi yang dapat dilakukan oleh guru untuk dapat
mendiferensiasi lingkungan belajar yang akan dipelajari oleh peserta
didik adalah:
a. Guru dapat menyiapkan beberapa susunan tempat duduk
peserta didik-peserta didik yang ditempelkan di papan
pengumuman kelas sesuai dengan kesiapan belajar, minat, dan
gaya belajar mereka. Jadi peserta didik-peserta didik dapat duduk di
kelompok besar atau kecil yang berbeda-beda, dapat juga bekerja
secara individual, maupun berpasang-pasangan.
b. Pengelompokkan dibuat berdasarkan minat peserta didik-
peserta didik yang sejenis, maupun tingkat kesiapan yang
berbeda-beda maupun yang sama tergantung tujuan
pembelajarannya. Pada dasarnya, guru perlu menciptakan
suasana dan lingkungan belajar yang menyenangkan bagi
peserta didik-peserta didik sehingga merasa aman, nyaman,
dan tenang dalam belajar karena kebutuhan mereka terpenuhi.
c. Pojok belajar didalam kelas dengan area tertentu yang
didesain sedemikian rupa.2
2
Dina irdhina, dkk. Model Pengembangan Pembelajaran Diferensiasi. 2021. Hal. 10
menceritakan/menyampaikan kejadian- kejadian masa lampau dan
menjelaskan hikmah apa yang bisa diambil dari sejarah tersebut.
Kedua, metode tanya jawab. Metode tanya jawab adalah suatu
cara mengelola pembelajaran dengan mengahasilkan pertanyaan-
pertanyaan yang mengarahkan siswa memahami materi yang ada
dalam pelajaran SKI. Metoda Tanya Jawab akan menjadi efektif bila
materi yang menjadi topik bahasan menarik, menantang dan memiliki
nilai aplikasi tinggi. Pertanyaaan yang diajukan bervariasi, meliputi
pertanyaan tertutup (pertanyaan yang jawabannya hanya satu
kemungkinan) dan pertanyaan terbuka (pertanyaan dengan banyak
kemungkinan jawaban), serta disajikan dengan cara yangmenarik.
Ketiga, metode diskusi. Metode diskusi adalah suatu cara
mengelola pembelajaran dengan penyajian materi melalui pemecahan
masalah, atau analisis sistem produk teknologi yang pemecahannya
sangat terbuka. Suatu diskusi dinilai menunjang keaktifan siswa bila
diskusi itu melibatkan semua anggota diskusi dan menghasilkan
suatu pemecahan masalah.
Keempat, metode demonstrasi. Metode demonstrasi adalah cara
pengelolaan pembelajaran dengan memperagakan atau
mempertunjukkan kepada siswa suatu proses, situasi, benda yang
sedang dipelajari. Demontrasi dapat dilakukan dengan menunjukkan
benda baik yang sebenarnya, model, maupun tiruannya dan disertai
dengan penjelasan lisan. Demonstrasi akan menjadi aktif jika
dilakukan dengan baik oleh guru dan selanjutnya dilakukan oleh
siswa. Metoda ini dapat dilakukan untuk kegiatan yang alatnya
terbatas tetapi akan dilakukan terusmenerus dan berulang-ulang oleh
siswa.
Kelima, metode timeline (garis waktu). Metode ini tergolong tepat
untuk pembelajaran sejarah karena di dalamnya termuat kronologi
terjadinya peristiwa. Dengan metode ini, peserta didik bisa melihat
urutan kejadian dan akhirnya juga bisa menyimpulkan hukum-hukum
seperti sebab akibat dan bahkan bisa meramalkan apa yang akan
terjadi dengan bantuan penguasaan Timeline beserta rentetan
peristiwanya. Timeline dipakai untuk melihat perjalanan dan
perkembangan satu kebudayaan oleh karena itu dia bisa dibuat
panjang atau hanya sekedar periode tertentu. Timeline untuk sejarah
kebudayaan Islam bisa dibuat mulai dari zaman Jahiliyah menjelang
Islam. hadir sampai pada saat ini; timeline juga hanya bisa dibuat
menggambarkan perjalanan peristiwa dalam satu kurun atau periode
tertentu. Ini adalah metode survey sejarah yang sangat baik karena
peserta didik akan melihat benang merah atau hubungan satu
3
peristiwa dengan peristiwa lainnya.
Keenam, metode concept map (peta konsep). Peta konsep
adalah cara yang praktis untuk mendeskripsikan gagasan yang ada
dalam benak. Nilai praktisnya terletak pada kelenturan dan
kemudahan pembuatannya. Guru bisa memanfaatkan peta konsep
untuk dijadikan sebagai metode penyampaian materi sejarah.
Penyampaian materi dengan peta konsep akan memudahkan siswa
untuk mengikuti dan memahami alur sejarah dan memahami secara
menyeluruh. Peserta didik sendiri nantinya yang akanmembuat kaitan
antara satu konsep dengan lainnya. Peta konsep sangat tepat dipakai
untuk pembelajaran sejarah karena banyak konsep yang harus
dikuasai oleh siswa untuk mengembangkan proses berpikir. Dengan
peta konsep, peserta didik tidak akan mengingat dan menghafal
materi sejarah secara verbatim, kata per-kata. Mereka punya
kesempatan untuk membangun kata-kata mereka sendiri untuk
menjelaskan hubungan satu konsep dengan lainnya. Di samping itu,
Peta konsep bisa mengatasi hambatan verbal atau bahasa untuk
menyampaikan gagasannya dan dalam saat yangsama bisa
mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi yang pada
akhirnya akan mendorong kemampuan verbalnya, penggunaan kata-
kata untuk menyampaikan gagasannya. Terkadang istilah Peta
Konsep (Concept Map) disejajarkan dengan Peta Pikiran (Mind Map).
Keduanya memang mempunyai kesamaan dalam hal pembuatannya;
keduanya menggunakan cara kerja pembuatan peta. Sedikit
perbedaan yang bisa digaris bawahi adalah bahwa Peta Pikiran lebih
cenderung dipakai untuk menyampaikan gagasan-gagasan ilmiah
yang menjadi kesepakatan umum, sementara itu, Peta Pikiran lebih
bersifat personal, yaitu untuk menggambarkan ide-ide atau segala
yang ada dalam pikiran seseorang. Peta pikiran merupakan metode
3
Dwi Muthia Ridha Lubis, Dkk. Strategi Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam. In Islamic
Education (Vol. 1, Issue 2). Hal.70
yang sangan bagus untuk mencurahkan gagasan.
4
Amalia Syurgawi, Dkk|. (2020). Metode dan Model Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam. In
MAHAROT: Journal of Islamic Education (Vol.4,Issue 2).
http://ejournal.idia.ac.id/index.php/maharot. Hal.186
5
Mery Lestari, Dkk (2023). Pembelajaran Berdiferensiasi dengan Memanfaatkan Multimedia pada
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam(PAI). Jurnal Pendidikan Islam, 8(1),
https://doi.org/10.29240/belajea.v8i1.6008. Hal. 30
KSKK Madrasah Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementrian
Agama RI. Tahap pelaksanaan pembelajaran guru memilih untuk
memberikan kebebasan pada peserta didik dalam mencari sumber
pembelajaran, menggunakan media pembelajaran dan model
pembelajaran sesuai dengan kenyamanan peserta didik.
Hal ini dilakukan agar peserta didik mendapatkan pengalaman
belajar yang kontekstual dan inklusif selain itu juga untuk menerapkan
pembelajaran berdiferensiasi, pembelajaran berpusat pada peserta
didik sedangkan guru sebagai fasilitator dan motivator. Dalam
pelaksanaan proyek pada fase E diitegrasikan dengan Proyek
penguatan Profil Pelajar Pancasila dan Profil Pelajar Rahmatan Lil
Alamin dengan prosentasi Proyek 25% masing-masing mapel.
Dalam mata pelajaran SKI projek diintegrasikan dengan mata
pelajaran Akidah Akhlak dengan berdimensi beriman, bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa dan mengambil nilai rahmatan lil
alamin tawazun (berimbang) dan ta’adub (berkeadaban). Dalam
tahapan terakhir adalah asesmen, asesmen dilaksanakan yaitu
asesmen diagnostik, asesmen formatif dan asesmen sumatif.
Sebagian guru hanya melaksanakan asesmen formatif dan sumatif.
Namun, sebagian melaksanakan ketiganya yaitu asesmen diagnostic
berupa tes tertulis serta observasi dengan tanya jawab yang tersusun
yang ini dilaksanakan 2-3 kali pertemuan di kelas.
Sedangkan dalam asesmen formatif menggunakan metode tanya
jawab, kuis, dan diskusi kelas untuk mengetahui sejauh mana peserta
didik dalam memahami materi harian dan mengidentifikasi siswa
mana yang memerlukan perhatian lebih sehingga guru dapat
memperbaiki dan menyesuaikan pembelajaran. Sedangkan asesmen
sumatif kami menggunakan tes tertulis berupa multiple choice dan
essay juga tes lisan, diakhir pertemuan untuk memberikan nilai akhir
siswa juga mengevaluasi efektivitas pembelajaran secara
keseluruhan. Agar akurasi informasi tentang kemajuan belajar pelajar
teramati dengan baik, maka Assesmen dilakukan secara transparan,
objektif, berkesinambungan dan menyeluruh.
Selanjutnya hasil Assesmen didokumentasi dalam bentuk buku
laporan hasil pendidikan / rapor (Progress Report) yang berfungsi
sebagai laporan ke orang tua pelajar dan juga untuk: 1) Menilai
pencapaian kompetensi pelajar,
2) Bahan penyusunan laporan kemajuan pembelajaran, 3)
Memperbaiki proses pembelajaran melalui Analisis Hasil Ulangan, 4)
Sebagai alat untuk menetapkan penguasaan pelajar terhadap
kompetensi/ Daya Serap. 5) Sebagai bimbingan, 6) Sebagai alat
diagnosis, 7) Sebagai alat prediksi, 8) Sebagai grading, 9) Sebagai alat
seleksi. Namun, apabila dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran,
peserta didik tidak mencapai ketuntasan belajar minimal, maka
peserta didik yang bersangkutan atas bimbingan guru mata pelajaran
harus mengikuti kegiatan Remedial Teaching atau pengulangan
proses pembelajaran secara khusus terhadap kompetensi ataupun
kegiatan pembelajaran yang belum tuntas.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. Saran
Demikianlah makalah ini kami buat, semoga dapat menjadi
tambahan ilmu pengetahuan tentang Penggunaan Pembelajaran
Berdiferensiasi Dalam Pembelajaran Mata Pelajaran SKI. Kami
sarankan agar pembaca mencari referensi lain untuk menambah
wawasan Anda. Kami mohon maaf apabila dalam makalah kami
terdapat kesalahan baik dalam segi tulisan, tanda baca, maupun
kesalahan lainnya.
13
DAFTAR PUSTAKA
Amin, A., Alimni. Sejarah Kebudayaan Islam Berbasis Deep Dialog and
Critical Thinking dan Peningkatan Karakter Siswa Madrasah
Tsanawiyah.
https://bgpsumsel.kemdikbud.go.id/pembelajaran-berdiferensiasi-antara-
manfaat-
dan-tantangannya di akses pada tanggal 18 september 2023
In
Islamic Education (Vol. 1, Issue 2).
Syurgawi, A., Yusuf, M., & Maharot, |. (2020). Metode dan Model
Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam. In MAHAROT: Journal of
Islamic Education (Vol. 4, Issue 2).
http://ejournal.idia.ac.id/index.php/maharot
II. Pembahasan
A. Pembelajaran Berdiferensiasi
B. Metode Pembelajaran Berdiferensiasi Dalam Pembelajaran SKI
C. Implementasi Pembelajaran Berdiferensiasi Dalam Pelajaran SKI
III. PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran