Anda di halaman 1dari 21

KATA PENGANTAR

MAKALAH
“PENGGUNAAN PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASIDALAM
PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN SKI”

Disusun Guna Memenuhi Tugas:


Mata Kuliah : Pembelajaran SKI di Madrasah
Dosen Pengampu : Muhammad Taufiqurrahman, M.
Pd

Disusun Oleh :
1. Arif Rahmatullah (2111210033)
2. Sugeng Riyanto (2111210047)
3. Yangke Yosia (2111210032)
4. Zacki Ahmad Rizaldi (2111210045)

Kelompok

3Kelas : 5B

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN TADRIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI FATMAWATI SUKARNO BENGKULU
TAHUN AJARAN 2023/2024
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim.
Puji dan syukur kita ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,
karena berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat
menyelesaikan pembuatan makalah untuk memenuhi tugas dari
mata kuliah Pembelajaran SKI di Madrasah dengan judul
“Penggunaan Pembelajaran Berdiferensiasi Dalam Mata Pelajaran
SKI”
Penulis mengucapkan terima kasih kepada bapak
Muhammad Taufiqurrahman, M.Pd. sebagai dosen mata kuliah
Pembelajaran SKI di Madrasah yang telah membimbing dalam
penyelesaian makalah. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih
terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya. Sehingga
makalah dapat penulis selesaikan dengan baik.
Dalam pembuatan makalah ini penulis sudah berusaha
semaksimal mungkin dalam pembuatan dan penyusunannya, sebab
kesempurnaan hanya milik Allah SWT, namun selaku manusia
penulis menginginkan yang terbaik. Karena itu segala kritik dan
saran yang bersifat membangun sangatlah diharapkan sekali demi
untuk kebaikan dalam pembuatan makalah dan penulisannya untuk
masa yang akan datang. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita
semua dalam kehidupan sehari-hari dan dapat mempelajari hal-hal
penting yang ada dalam isi makalah.

Bengkulu, 18 September 2023

Pemakalah
KATA PENGANTAR

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii

BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan Makalah 2

BAB II PEMBAHASAN 3
A. Pembelajaran Berdiferensiasi 3
B. Metode Pembelajaran Berdiferensiasi Dalam Pembelajaran SKI 7
C. Implementasi Pembelajaran Berdiferensiasi Dalam Pembelajaran SKI10

BAB III PENUTUP 13


A. Kesimpulan 13
B. Saran 13

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Disadari ataupun tidak, pada saat ini ada banyak sekali orang tua
ataupun guru yang merasa tergoda untuk membanding-bandingkan
prestasi belajar anaknya dengan anak yang lain tanpa pernah
memahami bagaimana sesungguhnya prestasi belajar anak itu mesti
dilihat secara utuh dalam konteks perkembangan sosial, emosional,
fisik, psikologis, dan lain-lain.
Sebagai orang tua dan guru, kita pasti pernah mengalami suatu
kondisi dimana suasana atau kondisi belajar kita berbeda dengan
siswa lain, baik dari cara belajarnya, kemampuan belajarnya, maupun
minat belajar kita. Oleh karena itu, sebagai orang tua dan guru kita
sudah seharusnya menyadari bahwa setiap anak itu memiliki gaya
belajarnya masing-masing. Dengan kesadaran itu, tentu kita sebagai
orang tua dan guru, akan jauh lebih mudah untuk mendorong
pencapaian prestasi belajar anak secara lebih maksimal.
Untuk itu, sudah seyogyanya jika setiap guru mesti mengenal
siswanya secara lebih individual untuk dapat menerapkan strategi
belajar yang cocok bagi proses perkembangan belajar mereka.
Dengan demikian, maka diperlukan pemahaman secara menyeluruh
mengenai pembelajaran berdiferensiasi guna memaksimalkan
potensi belajar siswa terutama padamata pelajaran SKI.1

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu pembelajaran berdiferensiasi?
2. Apa saja metode pembelajaran berdiferensiasi dalam pembelajaran
SKI?
3. Bagaimana implementasi pembelajaran berdiferensiasi
dalampembelajaran SKI?

1
https://bgpsumsel.kemdikbud.go.id/pembelajaran-berdiferensiasi-antara-manfaat- dan
tantangannya diakses pada tanggal 18 september 2023
BAB I

1
2

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu pembelajaran berdiferensiasi
2. Untuk mengetahui apa saja metode pembelajaran
berdiferensiasi dalampembelajaran SKI.
3. Untuk mengetahui bagaimana implementasi pembelajaran
berdiferensiasidalam pembelajaran SKI.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pembelajaran Berdiferensiasi
Pembelajaran berdiferensiasi merupakan suatu cara berpikir yang
sangat penting tentang proses belajar mengajar pada abad ke-21 ini.
Pembelajaran berdiferensiasi bukanlah hal yang baru dalam dunia
pendidikan. Pembelajaran diferensiasi juga dikenal dengan istilah
pembelajaran diferential. Menurut Schöllhorn (2000) pembelajaran
diferensial adalah model pembelajaran motorik yang dicangkokkan
pada pentingnya variabilitas gerakan dan berakar pada teori sistem
dinamis gerakan manusia. Beberapa penelitian mengungkapkan
bahwa pembelajaran diferensiasi banyak diadopsi dalam konteks
pembelajaran yang bersifat motorik (Beckmann & Schöllhorn, 2006;
Wagner & Müller, 2008; Reynoso, Solana, Vaillo, & Hernandez, 20131

Pembelajaran berdiferensiasi adalah proses belajar mengajar


dimana peserta didik dapat mempelajari materi pelajaran sesuai
dengan kemampuan, apa yang disukai, dan kebutuhannya masing-
masing sehingga mereka tidak frustasi dan merasa gagal dalam
pengalaman belajarnya.
Fokus dari pembelajaran berdiferensiasi bukan hanya pada
kualifikasi pencapaian tujuan belajar yang beragam, namun juga pada
cara untuk menumbuhkan identitas unik sebagai pelajar dan
sosialisasi norma/nilai masyarakat sesuai kondisinya. Diharapkan
dengan pembelajaran berdiferensiasi ini dapat memberikan
kesempatan untuk memberdayakan setiap peserta didik.
Dalam mengaplikasikan pembelajaran berdiferensiasi di kelas,
guru perlu memahami perannya sehingga pembelajaran
berdiferensiasi dapat berjalan dengan baik.
1. Perancang pembelajaran
a. Fokus pada tujuan bermakna yang ingin dicapai.
b. Merancang pembelajaran dan asesmen yang bermakna yang
melibatkan fisik, emosi, dan stimulus yang tepat untuk proses

1
Wiwin Herwina, “Optimalisasi Kebutuhan Siswa Dan Hasil Belajar Dengan Pembelajaran
Berdiferensiasi”, Vol. 35 No.2, 2021, hal.176
berpikir.
c. Menyadari adanya keberagaman dan melakukan intervensi.
d. Merancang rencana pembelajaran untuk mengkonkritkan hal-
hal yang akan dilakukan di kelas.
e. Guru menyusun strategi proses implementasi pembelajaran
serta kemungkinan hambatan yang perlu disiapkan dan
diantisipasi.
2. Fasilitator pembelajaran
a. Memiliki kemampuan melakukan refleksi, yaitu mampu
berpikir akan berpikir atau metakognisi.
b. Memiliki kemampuan komunikasi yang memberdayakan murid
agar mampu mandiri dan memanfaatkan potensi dirinya.

c. Membimbing peserta didik membangun pemahamannya baik


dalam situasi berkelompok maupun pribadi, mengarahkan
dengan cara mengajukan pertanyaan bimbingan dan
mendengarkan peserta didik.
d. Memandu dan memperkaya interaksi yang terjadi diantara
peserta didiknya.
3. Motivator
a. Memastikan kondisi yang membuat guru dan peserta didik
nyaman untuk mengakomodasi unsur keberagaman dengan
tetap mengedepankan empati dan harmoni.
b. Menumbuhkan keinginan peserta didik untuk
mengembangkan pola pikir bertumbuh (growth mindset).
c. Menumbuhkan semangat peserta didik untuk mampu
mengendalikan diri secara internal dengan komunikasi yang
positif dan dialogis.
d. Memberikan pilihan dan suara (choice and voice) pada peserta
didik untuk terus mengembangkan potensi dirinya.

Ada beberapa aspek pembelajaran berdiferensiasi yang dapat


diaplikasikan yaitu:
1. Konten
Yang dimaksud dengan konten adalah apa yang akan
diajarkan olehguru di kelas atau apa yang akan dipelajari oleh peserta
didik di kelas. Dalam pembelajaran berdiferensiasi ada tiga cara
membuat konten pelajaran berbeda, yaitu:
a. Menyesuaikan apa yang akan diajarkan oleh guru atau apa
yang akan dipelajari oleh peserta didik berdasarkan tingkat
kesiapan.
b. Menyesuaikan apa yang akan diajarkan oleh guru atau apa
yang akan dipelajari oleh peserta didik berdasarkan minat
peserta didik.
c. Menyesuaikan bagaimana konten yang akan diajarkan atau
dipelajari itu akan disampaikan oleh guru atau diperoleh oleh
peserta didik berdasarkan profil belajar yang dimiliki oleh
masing-masing peserta didik. Strategi yang dapat dilakukan
oleh guru untuk dapat mendiferensiasi konten yang akan
dipelajari oleh peserta didikadalah:
1) Menggunakan materi yang bervariasi
2) Menggunakan kontrak belajar
3) Menyediakan lokakarya murid dengan durasi pendek
(miniworkshop)
4) Menyajikan materi dengan berbagai metode pembelajaran
5) Menyediakan berbagai sistem yang mendukung seperti
fasilitas,kebijakan, rutinitas atau program.
2. Proses
Yang dimaksud dalam proses pada bagian ini adalah
kegiatan yangdilakukan peserta didik di kelas. Kegiatan yang
dimaksud adalah kegiatanyang bermakna bagi peserta didik
sebagai pengalaman belajarnya di kelas,bukan kegiatan yang tidak
berkorelasi dengan apa yang sedang dipelajarinya.Dalam
pembelajaran diferensiasi proses, cara yang dilakukan bisa
dengan kegiatan seperti diskusi. Strategi yang dapat dilakukan
oleh guruuntuk dapat mendiferensiasi proses yang akan dipelajari
oleh peserta didik
adalah:
a. menggunakan pertanyaan sebagai pemantik
b. membagi kelompok diskusi
c. menggunakan graphic organizer yang sesuai.
3. Produk
Biasanya produk ini merupakan hasil akhir dari pembelajaran
untuk menunjukkan kemampuan pengetahuan, keterampilan, dan
pemahaman peserta didik setelah menyelesaikan satu unit pelajaran
atau bahkan setelah membahas materi pelajaran selama 1 semester,
dalam bentuk asesmen sumatif. Produk membutuhkan waktu yang
cukup panjang untuk menyelesaikannya dan melibatkan pemahaman
yang lebih luas dan mendalam dari peserta didik. Oleh karenanya
seringkali produk tidak dapat diselesaikan dalam kelas saja, tetapi
juga di luar kelas. Produk dapat dikerjakan secara individu maupun
berkelompok. Jika produk dikerjakan secara berkelompok, maka
harus dibuat sistem penilaian yang adil berdasarkan kontribusi
masing-masing anggota kelompoknya dalam mengerjakan produk
tersebut.
Strategi yang dapat dilakukan oleh guru untuk dapat
mendiferensiasi produk yang akan dipelajari oleh peserta didik adalah:
a. Kegiatan pembelajaran berbasis proyek, yang tidak hanya
kegiatan membuat suatu produk saja, namun melalui suatu
proses inkuiri yang bertahap, dari pemilihan permasalahan,
riset, desain produk, hingga presentasi produk.
b. Guru memberikan pilihan produk akhir yang dapat dipilih
sesuai minat peserta didik, untuk menunjukkan pengetahuan,
pemahaman, dan keterampilan yang dituju sebagai indikator.
c. Membuat kriteria penilaian dalam rubrik harus dibuat sejelas
mungkin sehingga peserta didik tahu apa yang akan dinilai dan
bagaimana kualitas yang diharapkan dari setiap aspek yang
harus dipenuhi mereka.
d. Guru perlu menjelaskan bagaimana peserta didik dapat
menampilkan (presentasi) produknya sehingga peserta didik
lain juga dapat melihatproduk yang dibuat.
e. Produk yang akan dikerjakan oleh peserta didik tentu saja
harusberdiferensiasi sesuai dengan kesiapan, minat, dan profil
belajar peserta didik.

4. Lingkungan Belajar
Lingkungan belajar yang dimaksud meliputi susunan kelas secara
personal, sosial, dan fisik. Lingkungan belajar juga harus disesuaikan
dengan kesiapan peserta didik-peserta didik dalam belajar, minat
mereka, dan profil belajar mereka agar mereka memiliki motivasi yang
tinggi dalam belajar.
Strategi yang dapat dilakukan oleh guru untuk dapat
mendiferensiasi lingkungan belajar yang akan dipelajari oleh peserta
didik adalah:
a. Guru dapat menyiapkan beberapa susunan tempat duduk
peserta didik-peserta didik yang ditempelkan di papan
pengumuman kelas sesuai dengan kesiapan belajar, minat, dan
gaya belajar mereka. Jadi peserta didik-peserta didik dapat duduk di
kelompok besar atau kecil yang berbeda-beda, dapat juga bekerja
secara individual, maupun berpasang-pasangan.
b. Pengelompokkan dibuat berdasarkan minat peserta didik-
peserta didik yang sejenis, maupun tingkat kesiapan yang
berbeda-beda maupun yang sama tergantung tujuan
pembelajarannya. Pada dasarnya, guru perlu menciptakan
suasana dan lingkungan belajar yang menyenangkan bagi
peserta didik-peserta didik sehingga merasa aman, nyaman,
dan tenang dalam belajar karena kebutuhan mereka terpenuhi.
c. Pojok belajar didalam kelas dengan area tertentu yang
didesain sedemikian rupa.2

B. Metode Pembelajaran Berdiferensiasi Dalam Pembelajaran SKI


Pengetahuan tentang metode-metode mengajar sangat di
perlukan oleh para pendidik, sebab berhasil atau tidaknya siswa
belajar sangat tergantung pada tepat atau tidaknya metode mengajar
yang digunakan oleh guru. Berbagai macam metode pembelajaran
yang dapat digunakan oleh guru terhadap semua mata pelajaran.
Salah satunya adalah mata pelajaran SKI. Metode yang dapat
digunakan dalam mata pelajaran SKI diantaranya adalah:
Pertama, metode ceramah. Metode ceramah ialah suatu cara
penyajian bahan pelajaran dengan melalui penuturan (penjelasan lisan)
oleh guru kepada siswa. Dalam metode ceramah proses belajar
mengajar yang dilaksanakan oleh guru umumnya didominasi dengan
cara ceramah. Jadi melalui metode ceramah ini guru

2
Dina irdhina, dkk. Model Pengembangan Pembelajaran Diferensiasi. 2021. Hal. 10
menceritakan/menyampaikan kejadian- kejadian masa lampau dan
menjelaskan hikmah apa yang bisa diambil dari sejarah tersebut.
Kedua, metode tanya jawab. Metode tanya jawab adalah suatu
cara mengelola pembelajaran dengan mengahasilkan pertanyaan-
pertanyaan yang mengarahkan siswa memahami materi yang ada
dalam pelajaran SKI. Metoda Tanya Jawab akan menjadi efektif bila
materi yang menjadi topik bahasan menarik, menantang dan memiliki
nilai aplikasi tinggi. Pertanyaaan yang diajukan bervariasi, meliputi
pertanyaan tertutup (pertanyaan yang jawabannya hanya satu
kemungkinan) dan pertanyaan terbuka (pertanyaan dengan banyak
kemungkinan jawaban), serta disajikan dengan cara yangmenarik.
Ketiga, metode diskusi. Metode diskusi adalah suatu cara
mengelola pembelajaran dengan penyajian materi melalui pemecahan
masalah, atau analisis sistem produk teknologi yang pemecahannya
sangat terbuka. Suatu diskusi dinilai menunjang keaktifan siswa bila
diskusi itu melibatkan semua anggota diskusi dan menghasilkan
suatu pemecahan masalah.
Keempat, metode demonstrasi. Metode demonstrasi adalah cara
pengelolaan pembelajaran dengan memperagakan atau
mempertunjukkan kepada siswa suatu proses, situasi, benda yang
sedang dipelajari. Demontrasi dapat dilakukan dengan menunjukkan
benda baik yang sebenarnya, model, maupun tiruannya dan disertai
dengan penjelasan lisan. Demonstrasi akan menjadi aktif jika
dilakukan dengan baik oleh guru dan selanjutnya dilakukan oleh
siswa. Metoda ini dapat dilakukan untuk kegiatan yang alatnya
terbatas tetapi akan dilakukan terusmenerus dan berulang-ulang oleh
siswa.
Kelima, metode timeline (garis waktu). Metode ini tergolong tepat
untuk pembelajaran sejarah karena di dalamnya termuat kronologi
terjadinya peristiwa. Dengan metode ini, peserta didik bisa melihat
urutan kejadian dan akhirnya juga bisa menyimpulkan hukum-hukum
seperti sebab akibat dan bahkan bisa meramalkan apa yang akan
terjadi dengan bantuan penguasaan Timeline beserta rentetan
peristiwanya. Timeline dipakai untuk melihat perjalanan dan
perkembangan satu kebudayaan oleh karena itu dia bisa dibuat
panjang atau hanya sekedar periode tertentu. Timeline untuk sejarah
kebudayaan Islam bisa dibuat mulai dari zaman Jahiliyah menjelang
Islam. hadir sampai pada saat ini; timeline juga hanya bisa dibuat
menggambarkan perjalanan peristiwa dalam satu kurun atau periode
tertentu. Ini adalah metode survey sejarah yang sangat baik karena
peserta didik akan melihat benang merah atau hubungan satu
3
peristiwa dengan peristiwa lainnya.
Keenam, metode concept map (peta konsep). Peta konsep
adalah cara yang praktis untuk mendeskripsikan gagasan yang ada
dalam benak. Nilai praktisnya terletak pada kelenturan dan
kemudahan pembuatannya. Guru bisa memanfaatkan peta konsep
untuk dijadikan sebagai metode penyampaian materi sejarah.
Penyampaian materi dengan peta konsep akan memudahkan siswa
untuk mengikuti dan memahami alur sejarah dan memahami secara
menyeluruh. Peserta didik sendiri nantinya yang akanmembuat kaitan
antara satu konsep dengan lainnya. Peta konsep sangat tepat dipakai
untuk pembelajaran sejarah karena banyak konsep yang harus
dikuasai oleh siswa untuk mengembangkan proses berpikir. Dengan
peta konsep, peserta didik tidak akan mengingat dan menghafal
materi sejarah secara verbatim, kata per-kata. Mereka punya
kesempatan untuk membangun kata-kata mereka sendiri untuk
menjelaskan hubungan satu konsep dengan lainnya. Di samping itu,
Peta konsep bisa mengatasi hambatan verbal atau bahasa untuk
menyampaikan gagasannya dan dalam saat yangsama bisa
mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi yang pada
akhirnya akan mendorong kemampuan verbalnya, penggunaan kata-
kata untuk menyampaikan gagasannya. Terkadang istilah Peta
Konsep (Concept Map) disejajarkan dengan Peta Pikiran (Mind Map).
Keduanya memang mempunyai kesamaan dalam hal pembuatannya;
keduanya menggunakan cara kerja pembuatan peta. Sedikit
perbedaan yang bisa digaris bawahi adalah bahwa Peta Pikiran lebih
cenderung dipakai untuk menyampaikan gagasan-gagasan ilmiah
yang menjadi kesepakatan umum, sementara itu, Peta Pikiran lebih
bersifat personal, yaitu untuk menggambarkan ide-ide atau segala
yang ada dalam pikiran seseorang. Peta pikiran merupakan metode

3
Dwi Muthia Ridha Lubis, Dkk. Strategi Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam. In Islamic
Education (Vol. 1, Issue 2). Hal.70
yang sangan bagus untuk mencurahkan gagasan.

Ketujuh, role playing (bermain peran). Bermain peran bisa


berbentuk memerankan dialog tokoh-tokoh dalam sejarah atau
memerankan diri atau kelompok sebagai ahli sejarah. Bentuk yang
pertama bisa mengajak peserta didik untuk menjiwai karakter atau
tokoh sejarah. Dengan cara ini, siswa merasakan dirinya sebagai
aktor sejarah dan akan sangat berkesan bagi mereka. Dialog-dialog
yang dipakai diusahakan untuk sederhana dengan tanpa
meninggalkan gagasan-gagasan utamanya.
Kedelapan, active knowledge sharing (aktif berbagi pengetahuan).
Ini adalah satu yang dapat membawa peserta didik untuk siap belajar
dengan efektif dan melibatkan unsur afektif. Metode ini dapat
digunakan untuk melihat tingkat kemampuan siswa di samping untuk
membentuk kerja-sama kelompok.4

C. Implementasi Pembelajaran Berdiferensiasi Dalam Pembelajaran SKI


Dalam proses implementasi kurikulum Merdeka tentu saja akan
ditemukan sebuah problematika karena kurikulum ini masih cukup
baru. Kurikulum Merdeka sebelumnya disebut kurikulum prototype
yang selanjutnya dikembangkan menjadi kurikulum yang lebih
fleksibel dan fokus pada materi esensial serta pengembangan
karakter juga kompetensi siswa yang selanjutnya disebut dengan
kurikulum Merdeka.5
Dalam rangkaian pelaksanaan penerapan kurikulum Merdeka ini
terbagi menjadi 3 tahapan yaitu perencanaan atau persiapan,
pelaksanaan dan terakhir asesmen. Proses perencaan yaitu
pembuatan atau penyusunan perangkat ajar yang didalamnya
memuat capaian pembelajaran, tujuan pembelajaran, alur tujuan
pembelajaran dan rencana pembelajaran yang semua ini termuat
dalam modul ajar.

Hal tersebut sesuai dengan dengan buku panduan Pembelajaran


dan Asesmen RA, MI, MTs, MA, MAK yang diterbitkan oleh Direktorat

4
Amalia Syurgawi, Dkk|. (2020). Metode dan Model Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam. In
MAHAROT: Journal of Islamic Education (Vol.4,Issue 2).
http://ejournal.idia.ac.id/index.php/maharot. Hal.186
5
Mery Lestari, Dkk (2023). Pembelajaran Berdiferensiasi dengan Memanfaatkan Multimedia pada
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam(PAI). Jurnal Pendidikan Islam, 8(1),
https://doi.org/10.29240/belajea.v8i1.6008. Hal. 30
KSKK Madrasah Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementrian
Agama RI. Tahap pelaksanaan pembelajaran guru memilih untuk
memberikan kebebasan pada peserta didik dalam mencari sumber
pembelajaran, menggunakan media pembelajaran dan model
pembelajaran sesuai dengan kenyamanan peserta didik.
Hal ini dilakukan agar peserta didik mendapatkan pengalaman
belajar yang kontekstual dan inklusif selain itu juga untuk menerapkan
pembelajaran berdiferensiasi, pembelajaran berpusat pada peserta
didik sedangkan guru sebagai fasilitator dan motivator. Dalam
pelaksanaan proyek pada fase E diitegrasikan dengan Proyek
penguatan Profil Pelajar Pancasila dan Profil Pelajar Rahmatan Lil
Alamin dengan prosentasi Proyek 25% masing-masing mapel.
Dalam mata pelajaran SKI projek diintegrasikan dengan mata
pelajaran Akidah Akhlak dengan berdimensi beriman, bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa dan mengambil nilai rahmatan lil
alamin tawazun (berimbang) dan ta’adub (berkeadaban). Dalam
tahapan terakhir adalah asesmen, asesmen dilaksanakan yaitu
asesmen diagnostik, asesmen formatif dan asesmen sumatif.
Sebagian guru hanya melaksanakan asesmen formatif dan sumatif.
Namun, sebagian melaksanakan ketiganya yaitu asesmen diagnostic
berupa tes tertulis serta observasi dengan tanya jawab yang tersusun
yang ini dilaksanakan 2-3 kali pertemuan di kelas.
Sedangkan dalam asesmen formatif menggunakan metode tanya
jawab, kuis, dan diskusi kelas untuk mengetahui sejauh mana peserta
didik dalam memahami materi harian dan mengidentifikasi siswa
mana yang memerlukan perhatian lebih sehingga guru dapat
memperbaiki dan menyesuaikan pembelajaran. Sedangkan asesmen
sumatif kami menggunakan tes tertulis berupa multiple choice dan
essay juga tes lisan, diakhir pertemuan untuk memberikan nilai akhir
siswa juga mengevaluasi efektivitas pembelajaran secara
keseluruhan. Agar akurasi informasi tentang kemajuan belajar pelajar
teramati dengan baik, maka Assesmen dilakukan secara transparan,
objektif, berkesinambungan dan menyeluruh.
Selanjutnya hasil Assesmen didokumentasi dalam bentuk buku
laporan hasil pendidikan / rapor (Progress Report) yang berfungsi
sebagai laporan ke orang tua pelajar dan juga untuk: 1) Menilai
pencapaian kompetensi pelajar,
2) Bahan penyusunan laporan kemajuan pembelajaran, 3)
Memperbaiki proses pembelajaran melalui Analisis Hasil Ulangan, 4)
Sebagai alat untuk menetapkan penguasaan pelajar terhadap
kompetensi/ Daya Serap. 5) Sebagai bimbingan, 6) Sebagai alat
diagnosis, 7) Sebagai alat prediksi, 8) Sebagai grading, 9) Sebagai alat
seleksi. Namun, apabila dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran,
peserta didik tidak mencapai ketuntasan belajar minimal, maka
peserta didik yang bersangkutan atas bimbingan guru mata pelajaran
harus mengikuti kegiatan Remedial Teaching atau pengulangan
proses pembelajaran secara khusus terhadap kompetensi ataupun
kegiatan pembelajaran yang belum tuntas.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Pembelajaran berdiferensiasi adalah proses belajar mengajar


dimana peserta didik dapat mempelajari materi pelajaran sesuai
dengan kemampuan, apa yang disukai, dan kebutuhannya masing-
masing sehingga mereka tidak frustasi dan merasa gagal dalam
pengalaman belajarnya. Ada beberapa aspek pembelajaran
berdiferensiasi yang dapat diaplikasikan yaitu: 1) Konten; 2) Proses; 3)
Produk; dan 4) Lingkungan Belajar.
2. Metode yang dapat digunakan dalam mata pelajaran SKI
diantaranya adalah: 1) Ceramah; 2) Tanya Jawab; 3) Diskusi; 4)
Demonstrasi; 5) Timeline (garis waktu); 6) Concept map (peta konsep);
7) Role Playing (bermain peran); 8) Active knowledge sharing (aktif
berbagi pengetahuan)
3. Implementasi kurikulum Merdeka pada mata pelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam telah berjalan dengan menyesuaikan KMA 347
tahun 2022 sedangkan buku panduan untuk menyusun perencanaan
mempersiapkan perangkat ajar meliputi CP, TP, ATP, Modul Ajar
menyesuaikan buku panduan pembelajaran dan asesmen. Dalam
pelaksanaan asesmen formatif dan sumatif masih menggunakan tes
tertulis berupa multiple choice dan essay.

B. Saran
Demikianlah makalah ini kami buat, semoga dapat menjadi
tambahan ilmu pengetahuan tentang Penggunaan Pembelajaran
Berdiferensiasi Dalam Pembelajaran Mata Pelajaran SKI. Kami
sarankan agar pembaca mencari referensi lain untuk menambah
wawasan Anda. Kami mohon maaf apabila dalam makalah kami
terdapat kesalahan baik dalam segi tulisan, tanda baca, maupun
kesalahan lainnya.
13

DAFTAR PUSTAKA

Amin, A., Alimni. Sejarah Kebudayaan Islam Berbasis Deep Dialog and
Critical Thinking dan Peningkatan Karakter Siswa Madrasah
Tsanawiyah.

Hidayah, F. (n.d.). THE IMPLEMENTATION OF DIFFERENTIATED


LEARNING IN PAI DAN BUDI PEKERTI SUBJECT AT SMPN 3
GENTENG BANYUWANGI.

https://bgpsumsel.kemdikbud.go.id/pembelajaran-berdiferensiasi-antara-
manfaat-
dan-tantangannya di akses pada tanggal 18 september 2023

Irdhina, Dina, dkk. Model Pengembangan Pembelajaran Diferensiasi. 2021.

Muthia, Dwi, Dkk. (2021). Strategi Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam.

In
Islamic Education (Vol. 1, Issue 2).

Sukmawati, A. Volume 12 Nomor 2 (2022) IMPLEMENTASI


PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI DALAM KURIKULUM MERDEKA
PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM.
https://doi.org/10.54180/elbanat.2022.12.2.121-137

Syurgawi, A., Yusuf, M., & Maharot, |. (2020). Metode dan Model
Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam. In MAHAROT: Journal of
Islamic Education (Vol. 4, Issue 2).
http://ejournal.idia.ac.id/index.php/maharot

Universitas Islam Negeri Fatmawati Sukarno Bengkulu, N., & Lestari, M.


(2023). Pembelajaran Berdiferensiasi dengan Memanfaatkan
Multimedia pada Pembelajaran Pendidikan Agama Islam(PAI). Jurnal
Pendidikan Islam, 8(1), 19–34.
https://doi.org/10.29240/belajea.v8i1.6008

Wiwin Herwina, “Optimalisasi Kebutuhan Siswa Dan Hasil Belajar Dengan


Pembelajaran Berdiferensiasi”, Vol. 35 No.2, 2021
PETA KONSEP
I. Pendahuluan
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan makalah

II. Pembahasan
A. Pembelajaran Berdiferensiasi
B. Metode Pembelajaran Berdiferensiasi Dalam Pembelajaran SKI
C. Implementasi Pembelajaran Berdiferensiasi Dalam Pelajaran SKI

III. PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran

IX. Daftar Pustaka


ANALISIS PEMAKALAH

Menurut Pemakalah (Kelompok 3) pembelajaran berdiferensiasi


merupakan metode pembelajaran yang menitikberatkan pada pemahaman
perbedaan antar siswa dan menjamin setiap siswa dapat belajar sesuai
dengan kemampuan, minat dan kebutuhannya. Dalam pembelajaran
berdiferensiasi, guru berperan penting dalam merencanakan pembelajaran
yang tepat dan mendukung setiap siswa. Untuk mencapai tujuan ini,
metode pembelajaran yang berbeda dapat digunakan.

Berbagai metode dapat digunakan dalam kaitannya dengan mata


pelajaran Agama Islam (SKI), seperti: b. Ceramah, tanya jawab, diskusi,
demonstrasi, timeline, peta konsep, display peran dan pertukaran
informasi. Setiap metode mempunyai kelebihan dan cocok untuk situasi
pembelajaran yang berbeda. Guru hendaknya memilih metode yang paling
sesuai dengan mata pelajaran dan gaya belajar siswa.

Proses penerapan Kurikulum Merdeka yang mengedepankan


fleksibilitas pembelajaran memungkinkan terlaksananya pembelajaran
yang berdiferensiasi. Guru dapat memberikan kebebasan kepada siswa
untuk memilih sumber belajar, media dan model pembelajaran yang sesuai
dengan kesukaannya. Dalam hal ini guru berperan sebagai fasilitator dan
motivator untuk membantu siswa mencapai potensi belajarnya dengan
cara yang paling efektif.

Selama proses pembelajaran, penting untuk melakukan penilaian


secara berkala. Penilaian diagnostik, formatif dan sumatif digunakan untuk
memahami kemajuan siswa. Guru dapat menggunakan hasil penilaian
tersebut untuk menyesuaikan pembelajaran dan memberikan umpan balik
kepada siswa. Penilaian juga memegang peranan penting dalam menilai
kompetensi peserta didik.

Selain itu, mendokumentasikan hasil penilaian dalam bentuk laporan


kemajuan pembelajaran atau sertifikat membantu guru dan orang tua
memahami kemajuan siswa. Laporan ini juga digunakan sebagai bahan
untuk menyusun laporan kemajuan pembelajaran dan sebagai alat untuk
meningkatkan pembelajaran. Dalam situasi dimana siswa tidak
menguasai pembelajaran, maka perlu dilakukan remediasi atau
pengulangan terhadap apa yang telah dipelajari untuk membantu siswa
yang memerlukan perhatian khusus.

Jadi secara keseluruhan, pembelajaran yang dibedakan merupakan


pendekatan pendidikan penting yang memungkinkan setiap siswa tumbuh
dan belajar sesuai dengan kemampuannya. Dalam konteks kajian Islam,
penggunaan metode pembelajaran yang berbeda dan pemahaman yang
baik terhadap proses penerapan Kurikulum Merdeka dapat membantu
mencapai tujuan tersebut.

Anda mungkin juga menyukai