Anda di halaman 1dari 25

ASPEK KEJIWAAN DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR

(Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas pada mata kuliah HADITS TARBAWI)

DOSEN PENGAMPU :DR. H. MISBAHUDDIN, M. Th. I

Di susun Oleh :
Kelompok I

Fatmawati Nur Pomoalo NIM: (191032058)

Rasmi Djalil NIM : (191032049)

Nurul Aulia Damogalad NIM : (191032042)

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA ARAB

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

IAIN SULTAN AMAI GORONTALO

TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat kesehatan, kesempatan
serta kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.
Tanpa pertolongan-Nya tentunya makalah ini tidak dapat diselesaikan dengan baik.
Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu
Nabi Muhammad SAW yang kita nantikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu
berupa sehat fisik maupun akal pikiran,sehingga kami mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah HADITS TARBAWI dengan judul
“ Aspek kejiwaan dalam Proses Belajar Mengajar”. kami tentu menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta
kekurangan di dalamnya. Untuk itu,kami mengharapkan kritik serta saran dari
pembaca untuk makalah ini, agar makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang
lebih baik lagi.

Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini, kami memohon
maaf yang sebesar-besarnya. Tidak lupa juga ucapan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu khususnya kepada dosen pengampu mata kuliah HADITS
TARBAWI.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat, terima kasih.

Gorontalo, 31Desember 2020

Kelompok I

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah...................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................2

1.3 Tujuan Penulisan...............................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Hadits tentang Aspek Kejiwaan dalam Proses Belajar mengajar.....................3

2.2 Pemahaman dan Kandungan Hadits Aspek Kejiwaan

dalam Proses Belajar Mengajar........................................................................6

2.3 Hubungan ayat Al-Quran dan hadits mengenai Aspek Kejiwaan

dalam Proses Belajar mengajar.........................................................................15

2.4 pendapat para ulama mengenai Aspek Kejiwaan dalam

Proses Belajar mengajar...................................................................................18

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ......................................................................................................20

3.2 Saran.................................................................................................................21

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Pembelajaran dilangsungkan dengan dua orang yaitu guru dan peserta didik.
Pembelajaran dapat dilihatnya sebagai suatu proses yang dapat memberikan pengaruh
dan perubahan peserta didik pada aspek mental/psikis. Aspek psikis guru
mengarahkan peserta didik untuk mencapai kesempurnaan dan kematangan
kepribadian sebagai target penting dalam pembelajaran.

Pembelajaran tidak hanya berlangsung secara alamiah dan tanpa disengaja akan
tetapi pembelajaran harus dirancang dan direncanakan yang intinya segala proses
dalam pembelajaran dapat diukur juga terlihat kesesuaiannya dengan pertumbuhan
dan perkembangan peserta didik.

Membuat perencanaan yang baik bagi seorang guru sebagai upaya untuk
menciptakan pembelajaran yang interaktif edukatif dalam kelas.“Interaktif yaitu
interaksi yang dengan sadar meletakan tujuan untuk mengubah tingkah laku dan
perbuatan seseorang. Sedangkan interaksi adukatif adalah suatu proses yang
mengandung sejumlah norma-norma. Karena itu wajarlah bila interaksi edukatif tidak
dalam proses kehampaan, tetapi dengan penuh makna. Dapat dijadikan sebagai
jembatan yang menghidupkan persenyawaan antara pengetahuan dan perbuatan, yang
mengantarkan kepada tingkah laku sesuai dengan pengetahuan yang diterima anak
didik.

Pembelajaran dilangsungkan untuk kepentingan peserta didik.Peserta didik


dengan belajar dapat menambah pengetahuann, pengalaman dan keterampilan juga
dapat meluaskan analisis dan pemaknaan terhadap materi pembelajaran.Karena itu
sentuhan yang paling utama dalam kegiatan pembelajaran adalah aspek-aspek
psikologis yang meliputi intelegensi, emosi, social, kepribadian dan moral. Aspek-

1
aspek kejiwaan tersebut akan mengalami perubahan dalam pembelajaran secara
simultan dan sinergitas.

Pembelajaran atau bisa dikatakan dengan belajar mengajar , bagi seorang guru
melakukan transformasi pengetahuan yang didasarkan pada kebutuhan dan
perkembangan peserta didik yang dihadapinya. Dalam transformasi tersebut peserta
didik mendapat perlakuan yang berbeda antara peserta didik yang satu dengan yang
lainnya.Hal tersebut disebabkan karena kebutuhan dan perkembangan peserta didik
berbeda.Selain itu seorang guru menanamkan semangat dan motivasi yang dapat
mendorong peserta didik untuk melakukan kegiatan pembelajaran secara mandiri baik
disekolah maupun dirumah.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa Hadits tentang Aspek Kejiwaan dalam Proses Belajar mengajar?
2 Bagaiaman Pemahaman dan Kandungan Hadits Aspek Kejiwaan dalam Proses
Belajar Mengajar ?
3 Bagaimana Hubungan ayat Al-Quran dan hadits mengenai Aspek Kejiwaan dalam
Proses Belajar mengajar?
4 Bagaimana pendapat para ulama mengenai Aspek Kejiwaan dalam Proses Belajar
mengajar?
1.3 Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka kami memiliki tujuan yaitu sebagai
berikut :
1. Untuk mengetahui hadits dari Aspek kejiwaan dalam proses Belajar Mengajar;
2. Untuk mengetahui pemahaman dan kandungan hadits dari Aspek Kejiwaan
dalam Proses Belajar mengajar;
3. Untuk mengetahui Hubungan ayat Al-Qur’an dan hadits mengenai Aspek
Kejiwaan dalam Proses Belajar mengajar;
4. Untuk mengetaui pendapat para ulama mengenai Aspek Kejiwaan dalam Proses
Belajar mengajar.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Aspek Kejiwaan dalam Proses Belajar Mengajar


a) Hadits dan Terjemahnya
َّ َ ُ َّ َ ْ ُ َ َ َ َ َ ُ َْ ُ َ ْ َ ْ ْ َ ْ ُّ َ ْ َ
: ‫هللا َعل ْي ِه َو َس ل َم‬ ‫ص لى‬ ِ ‫ ق ال رس و ُل‬: ‫عن ا ِب ْى النعم ان ِبن ب ِش ي ْر ر ِض َي هللا عن ه ق ال‬
‫هللا‬
َ َ ْ ُ َ َ ْ َ َ َ ْ َ َ َ ْ ُ َ َ َ ْ ّ َ َ َ ْ ُ َ َ ْ َ ْ ْ ُ ‫َ َ مْل‬
‫ض ٌو ت َداعى‬ ‫ترى ا ؤ ِم ِنين ِفي تراح ِم ِهم وتو ِد ِهم و تع اط ِف ِت ِهم كمث ِل الجس ِد ِإذا الش تكى ع‬
َ ْ ْ َّ ‫َل ُه َسائ ُر َج َسده ب‬
)‫الس ْه ِر َوال ُح َّمى َ(ر َو ُاه ال ُبخ ِار ْى‬ ِ ِِ ِ

Terjemahnya :

Dari Nu’man R.A, beliau berkata : Rasulullah SAW bersabda : “Kamu akan
melihat orang-orang mu’min dalam hal mengasihi, mencintai, dan menyayangi
bagaikan satu tubuh. Apabila ada salah satu anggota tubuh yang sakit, maka seluruh
tubuhnnya akan ikut terjaga dan panas (turut merasakan sakitnya)” (H.R Bukhori)1

b) Kata dan Kalimat yang penting

No Kata Yang penting Artinya


ْ ُّ َ
‫ا ِب ْى الن ْع َمان‬
Abu Nu’man
1
(Nama orang)
2 ‫ِب ْن‬ Anak laki-laki

‫َب ِش ْي ْر‬
Basyir
3
(Nama Orang)
4 ‫ال‬َ ‫َق‬ Berkata
َ
5 ‫ت َرى‬ Kamu akan melihat

1
Imam Ahmad bin Abdul Lathif Al-Zabidiyyi, Mukhtashir Shahih Bukhari (Riyadh :
Darussalam,tt), hlm. 766

3
َ ْ ُ ‫مْل‬
6 ‫ا ؤ ِم ِن ْين‬ Orang-orang Mu’min
‫اح ِم ِه ْم‬ ُ ‫َت َر‬
7 Saling mengasihi
َ
8 ‫ت َو ِ ّد ِه ْم‬ Mencintai
ُ َ
9 ‫ت َعاط ِف ِت ِه ْم‬ Saling tolong menolong
َ َ
10 ‫ك َمث ِل‬ Seperti / bagaikan
ْ
11 ‫ال َج َس ِد‬ Satu tubuh
َ
12 ‫ِإذا‬ Apabila
ََ ْ
13 ‫الشتكى‬ Sakit
‫ض ٌو‬ ْ ‫ُع‬
14 Anggota Badan
‫الس ْه ِر‬ َّ ‫ب‬
15 ِ Terjaga
َّ ُ ْ َ
16 ‫والحمى‬ Demam2

2
https://www.almaany.com/id/dict/ar-id/ Akses 31-12-2020. 22.00

4
c.) Biografi Periwayat
Nama lengkap Imam al-Bukhari adalah Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin
Ibrahim bin al-Mughirah al-Bukhari al-Ja’fi. Lahir setelah shalat Jum’at 13 syawal
194 H/180 M. di Bukhara. Ayahnya, Ismail bin Ibrahim, adalah pedagang yang
berkecukupan dan seorang alim serta pecinta hadis Nabi SAW. Ismail pernah
mendengar dari Imam Malik, Hamad bin Zaid berjabattangan dengan Abdullah bin
al-Mubarak. Sedangkan kakeknya, Ibrahim bin al-Mughirah, tidak diketahui hal ihwal
beritanya.
Di masa kecil dan mudanya, al-Bukhari berguru riwayat hadis dan lain-lain
kepada Syekh al-Dakhili di Bukhara dan beberapa ulama seperti Muhammad bin
Salam al-Baikandi,Abdullah bin Muhammad al-Musnadi al-Ja’fi, dan lain-lain. Pada
masa ini, ia juga sudah hafal buku-buku Ibn al-Mubarak dan Waki bin al-Jarrah.
Lalu,al-Bukhari pun memulai rihlah ilmunya dengan pergi haji dan seterusnya
mengunjungi negeri-negeri Islam seperti Balkh,Kufah, Basrah, Mekkah,Baghdad,
Damaskus,Hims, palestina, Mesir, dan lain-lain berguru mendengar hadis dari para
ulamanya.
Dalam masa ini, al-Bukhari sudah terkenal akan kekuatan hafalannya hingga tidak
pernah terlihat menulis hadis di majlis. Bahkan, ia hafal 15.000 hadis di luar kepala
dan membetulkan tulisan-tulisan orang. Al-Bukhari juga sudah mulai menulis kitab-
kitabnya sejak umur 18 tahun hingga dalam masa rihlah ilmunya ini. Sedangkan
mengenai sebab penulisan al-Jami’ al-Sahih, adalah karena anjuran dari gurunya,
Imam Ishaq bin Rahawaih al-Hanzhali,untuk meringkas hadis-hadis Nabi SAW yang
shahih dalam satu kitab.
Juga, mimpi al-Bukhari bertemu dengan Rasulullah SAW di mana ia melindungi
Rasulullah SAW dengan sebuah kipas.Mimpi ini ditafsirkan bahwa ia kelak akan
membela Rasulullah SAW dari para pendusta atas hadis-hadisnya. Murid-murid al-

5
Bukhari antara lain,Imam al-Tirmidzi, Imam al-Marwazi, Imam Ibnu Khuzaimah,
Imam Abu Salih al-Asadi, Imam Abu Ja’far al-Hadhrami, dan lain-lain.
Menjelang wafatnya, al-Bukhari mendapat cobaan dan fitnah sehingga diusir dari
Naisabur dan Bukhara. Akhirnya, ia singgah di Khartank, salah satu desa pinggiran
Samarkand dan tinggal di rumah kerabatnya, Ghalib bin Jibril. Di desa tersebut, ia
berdoa: “ Ya Allah! Bumi ini sekarang menjadi sempit bagiku, maka cabutlah
nyawaku.” Setelah beberapa hari, ia pun sakit dan meninggal di Khartank pada hari
Jum’at malam Idul Fitri tahun 256 H./ 870 M.3
2.2 Pemahaman dan Kandungan Hadits Aspek Kejiwaan dalam Proses Belajar
Mengajar
a. Pemahaman Aspek Kejiwaan dalam Proses Belajar Mengajar
Dalam proses belajar mengajar peserta didik adalah sesuatu yang unik. Hal
tersebut ditandai dengan, bahwa peserta didik terdapat perbedaan antara satu peserta
didik dengan peserta didik yang lain. Perbedaannya bisa dalam bentuk perbedaan
intelegensi, emosional, social, kepribadian, dan moral. Aspek-aspek kejiwaan
tersebut menjadi focus dari setiap kegiatan pembelajaran. Bila hal tersebut tidak
dilakukan atau diperhatikan maka pembelajaran dianggap tidak berlangsung dan
berjalan sukses. Aspek-aspek kejiwaan tersebut dapat diklasifikasikan sebagai berikut
4
:
Pertama ,Intelegensi adalah suatu kecakapan global atau rangkuman kecakapan
seseorang untuk dapat bertindak secara terarah, berpikir secara baik dan bergaul
dengan lingkungan secara efesien. 5Pandangan lain adalah intelegensi bisa bermakna :
1) Kemampuan untuk belajar

3
Mujib Abdurrahman, “ Imam al-Bukhari dan Lafal Al-Qur’an “. Jurnal Studi Agama dan
Pemikiran Islam.Vol. 11, No. 1, Maret 2013, hlm. 4
4
Muhamad Yahdi, “ Pembelajaran dengan Memperhatikan Aspek Kejiwaan”. Vol. 1.No. 1,
januari-Juni 2020. Hlm.14
5
Siti Rahayu Haditono, Psikologi Perkembangan”. Cet. IX ; Yogyakarta : Gadjah Mada
University Press, 2004, h,237

6
2) Keseluruhan pengetahuan yang diperoleh
3) Kemampuan untuk beradabtasi
4) Kecerdasan untuk mempertahankan atau memperjuangkan tujuan tertentu
5) Kemampuan untuk belajar dari kesalahan yang dibuatnya.6
Kecakapan dalam pandangan diatas bukan hanya pada aspek intelegensi semata
akan tetapi melengkapi banyak hal termasuk dalam aspek sosial dimana seseorang
dapat menghadirkan dirinya dalam kehidupan dan dinamika sosial, saling membantu,
menolong, dan melindungi antara satu dengan yang lain. Kemampuan beradabtasi
dapat memberikan efek baik pada diri sendiri maupun pada diri orang yang ada
disekitanya.Seseorang dapat berubah dengan dipengaruhi oleh kecendrungan
kelompok.Dalam kegiatan belajar pun seseorang dapat dipengaruhi oleh dinamika
dan adabtasi sosial, baik dinamika teman sebaya maupun orang tua yang ada disekitar
peserta didik.Teman sebaya dapat membangun kolaborasi dalam pembelajaran
dimana antara satu dengan lainnya saling memberi dan menerima sehingga seseorang
dapat menambah dan mengembangkan pengetahuan dan keterampilan serta
mengubah sikap/kepribadian.Orang tua yang tampil sebagai pembimbing, pengawas
dan pengarah dalam pembelajaran turut memberikan warna dan perubahan pada
seseorang atau peserta didik.
Adapun aspek-aspek intelegensi yang dimiliki oleh setiap individu yaitu :
Pertama, Kepekaan dan kemampuan untuk mengamati pola-pola logis dan numeric
(bilangan) serta kemampuan untuk berpikir secara rasional/logis. Kedua, Kepekaan
terhadap suara, ritme, makna kata-kata dan keragaman fungsi bahasa.Ketiga,
kemampuan untuk meghasilkan dan mengapresiasikan ritme nada dan bentuk
ekspresi music.Keempat, kemampuan mengespresi dunia ruang visual secara akurat
dan melakukan transformasi persepsi. Kelima, kemampuan untuk mengontrol
gerakan tubuh dan menangani objek-objek secara terampil. Keenam, kemampuan
untuk mengamati dan merespon suara hati, temparamen dan motivasi orang lain.
6
Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja”. Cet. III, Bandung; Remaja
Rosdakarya, 2002, h. 106

7
Ketujuh, kemampuan untuk memahami perasaan,kekuatan dan kelemahan serta
intelgensi sendiri. 7
Aspek – aspek tersebut hendaknya menjadi dasar apresiatif pembelajaran yang
dilakukann oleh guru.Aspek –aspek tersebutlah yang mengalami perkembangan dan
perubahan sehingga peserta didik mencapai kematangan, kemajuan dan
perkembangan kepribadian yang sempurna.
Kedua, Aspek emosi.Emosi pada dasarnya adalah cinta, kegembiraan, keinginan,
benci, sedih dan kagum.8Dalam pandangan lain emosi adalah hasil persepsi seseorang
terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuh sebagai respon terhadap
ransangan-ransangan yang datang dari luar.9 Emosi dapat mempengaruhi perilaku
peserta didik berupa : Pertama, Memperkuat semangat apabila seseorang merasa
senang atau puas terhadap hasil yang telah dicapai. Kedua, Melemahkan semangat
apabila timbul rasa kecewa karena kegagalan dan sebagai puncak dari keadaan ini
adalah timbulnya rasa prustasi.Ketiga, menghambat dan mengganggu konsentrasi
belajar apabila sedang mengalami ketegangan emosi yang bisa menimbulkan sikap
gugup dan gagap dalam berbicara.Keempat.Terganggu penyesuaian sosial apabila
terjadi rasa cemburu dan iri hati. Kelima, suasana emosi yang diterima dan dialami
individu semasa kecilnya akan mempengaruhi sikap dikemudian hari baik terhadap
dirinya sendiri maupun terhadap orang lain.
Ketiga, Aspek sosial.Perkembangan sosial dapat dimaknai sebagai pencapaian
kematangan dalam hubungan sosial. Dapat pula diartikan sebagai “proses belajar
untuk menyesuaikan diri terhadap norma kelompok, moral dan tradisi meleburkan
diri menjadi sesuatu kesatuan yang saling berkomunikasi dan bekerjasama. 10

7
Muhamad Yahdi, “ Pembelajaran dengan Memperhatikan Aspek Kejiwaan”. Vol. 1.No. 1,
januari-Juni 2020. Hlm.15

8
Ahmad Fauzi, “Psikologi Umum”. Cet.II ; Bandung : Pustaka Setia, 1999. Hlm. 55
9
Ibid;

8
Pada prinsipnya setiap orang dilahirkan memiliki potensi dan naluri sosial yang
memungkinkan dirinya dapat bergaul dan berinteraksi denga manusia lain baik secara
individu maupun kelompok. Interaksi dengan orang lain dan kelompok memberikan
pengaruh atau ciri dan pengalaman seorang peserta didik. Karenanya peserta didik
secara pribadi dipentingkan untuk melakukan komunikasi dan hubungan sosial
dengan sesama yang juga dapat mendukung pencapaian proses pembelajaran yang
lebih baik.
Perkembangan yang berlangsung disekolah sebagai alat dan media paling
strategis untuk menanamkan dan menguatkan potensi peserta didik. Peserta didik
dilatih untuk bekerja sama dengan teman-temannya saling memberikan dan menerima
masukan. Hal tersebut sangat baik untuk menanamkan saling pengertian diantara
peserta didik terhadap peserta didik yang lain. Dengan demikian peserta didik dapat
menekan dan mengurangi egoism pribadi yang dapat merugikan dirinya dan orang
lain disekitarnya.
Keempat, Aspek Kepribadian (1). Kepribadian artinya organisasi sistem jiwa raga
yang dinamis dalam diri individu yang menentukan penyesuaian diri yang unik
terhadap lingkungan11.Organisasi dinamis artinya bahwa dalam diri seseorang
terdapat sejumlah aspek atau unsur yang terus berubah secara simultan. Aspek-aspek
tersebut berupa ; sifat, kebiasaan, sikap-sikap dan bentuk-bentuk yang lain seperti
ukuran dan warna kulit. Organism-organisme tersebut dapat mengalami perubahan
dari perlakuan dan keadaan lingkungan disekitarnya.
Adapun kepribadian yang baik pada diri seseorang atau peserta didik yaitu :
Pertama, mampu menilai dirinya secara realistic artinya peserta didik dapat menilai
diri sebagaimana apa adanya, baik kelebihan maupun kekurangannya baik yang

10
Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja”. Cet. III, Bandung; Remaja
Rosdakarya, 2002, h. 122

11
Ahmad Fauzi, “Psikologi Umum”. Cet.II ; Bandung : Pustaka Setia, 1999. Hlm. 119

9
berhubungan dengan fisik maupun dengan psikisnya. Kedua, mampu menilai situasi
secara realistic.Ketiga, mampu meniai prestasi secara realistic.Keempat, menerima
tanggung jawab.Kelima, kemandirian. Keenam,dapat mengontrol emosi. Ketujuh,
beraktivitas yang selalu berorientasi tujuan.Kedelapan, penerimaan
sosial.Kesembilan, memiliki filsafat hidup.Dan kesepuluh, dapat merasakan
kebahagiaan.
Kepribadian ada paada setiap orang dan keadaannya berbeda-beda antara individu
dengan individu yang lain. Keberadaannya baru sebagai suatu potensi diri yang
dengannya akan mengalami perubahan yang sangat dipengaruhi oleh lingkungan
dimana seseorang itu berada. Peserta didik yang dengan kepribadiannya akan
menyedorkan untuk ditumbuh kembangkan kearah kematangan. Pembelajaran yang
berlangsung disekolah sangat strategis baik sebagai lembaga maupun hubungan
individu untum mempengaruhi dan merubah kepribadian peserta didik. Materi ajar
yang disampaikan oleh seorang guru dengan nilai-nilai kearifan yang ada didalamnya
akan dapat mengubah cara pandang dan sikap yang dimiliki peserta didik. Demikian
halnya dengan hubungan dan interaksi yang diciptakan oleh guru dapat merangsang
perubahan kepribadian kearah yang lebih baik.12
Kelima, Aspek moral. Moral berarti adat istiadat, kebiasaan, peraturan/nilai-nilai
atau tata cara kehidupan. Nilai-nilai moral dapat pula berupa seruan untuk berbuat
baik kepada orang lain, memelihara ketertiban dan keamanan, memelihara kebersihan
dan hak orang lain. Makna lain yang dikandung dari nilai-nilai moral juga berupa
dilarang mencuri, berzina, membunuh, minum-minuman keras dan berjudi.
Moral bagi peserta didik dapat berkembang melalui : Pertama, pendidikan
langsung yaitu melalui penanaman pengertian tingkah laku yang benar dan salah, atau
baik dan buruk oleh orang tua dan guru atau orang dewasa yang lain. Kedua,
identifikasi yaitu dengan mengidentifikasi dan meniru penampilan atau tingkah laku
12
Muhamad Yahdi, “ Pembelajaran dengan Memperhatikan Aspek Kejiwaan”. Vol. 1.No. 1,
januari-Juni 2020. Hlm.17

10
moral dengan coba-coba. Tingkah laku yang mendatangkan pujian atau penghargaan
akan terus dikembangkan sedangkan tingkah laku yang mendatangkan hukuman atau
celaan akan dihentikan.
Untuk mengetahui nilai-nilai moral bagi peserta didik, diperlukan latihan dan
pembiasaan dalam berbagai hal dan kesempatan.Peserta didik dibiasakan
mengidentifikasi perbuatan yang bermakna kebaikan dan keburukan mulai dari
berbicara sampai kepada berbuat sesuatu.Misalnya bombe (bahasa anak-anak) perlu
diberitahu oleh guru dan sekaligus mengklarifikasi sebab bisa bernuansa permusuhan,
guru perlu menyambung komunikasi yang baik kepada peserta didik sehingga
perbedaan dikalangan peserta didik dapat diminimalisir untuk membangun kerjasama
yang baik diantara sesama peserta didik.Hal lain yang harus ditumbuhkan adalah
dengan melatih ketajaman analisa bagi peserta didik terhadap sikap dan perilaku
orang dekatnya seperti orang tua, guru, kiyai dan orang dewasa yang biasa bergaul.
Peserta didik dilatih mengidentifikasi sikap orang tersebut tetapi penekanannya pada
perbuatan yang baik.Kagumnya terhadap orang tertentu bukan karena nilai-nilai
negatif yang dimilikinya tetapi nilai positif.Sehingga aka nada upaya bagi peserta
didik untuk menjadikannya sebagai perilaku dalam hidupnya.
Mungkin yang tidak biasa ditemukan dalam hidup peserta didik baik disekolah,
dirumah dan dimasyarakat adalah memuji sesame bila melihat perbuatan
baik.Sekolah sebaiknya mentransformasi dan membiasakan peserta didik memahami
perbuatan baik temannya sekaligus memberikan pujian perbuatan baik temannya.13
Keenam, Aspek Kepribadian (2). Kepribadian merupakan terjemahan dari
personality.Personality berasal dari kata person artinya kedok dan personare artinya
menembus.Kepribadian adalah organisasi dinamis dalam diri individu sebagai sistem
psikofisis yang menentukan caranya yang khas dalam menyesuaikan diri terhadap
lingkungan.14Kepribadian memang relative konstan, namun dalam kenyataan sering
13
Ibid;
14
Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja”. Cet. III, Bandung; Remaja
Rosdakarya, 2002, h. 126

11
ditemukan bahwa perubahan kepribadian dapat terjadi yang dipengaruhi lingkungan
sekitar baik rumah tangga, sekolah dan masyarakat.
Kepribadian yang dalam dinamika kejiwaan masih bersifat elastis artinya
perubahan dapat ditentukan oleh keadaan yang mengitarinya.Meskipun ada potensi
diri yang dimiliki manusia yang turut juga memberikan pengaruh seperti hereditas
(aspek individu yang bersifat bawaan yang memiliki potensi untuk berkembang).
Adapun aspek-aspek kepribadian yang dimiliki oleh setiap orang atau peserta
didik yaitu : Pertama, aspek kognisi berupa pemikiran, ingatan, hayalan, daya saying,
inisiatif, kreatifitas, pengamatan dan pengindraan. Fungsi aspek kognisi ini
menunjukkan jalan,mengarahkan dan mengendalikan tingkah laku. Kedua, aspek
afeksi yaitu bagian kejiwaan yang berhubungan dengan kehidupan alam perasaan
atau emosi. Pada aspek afeksi dikenal dengan konasi atau psikomotorik berupa
hasrat,kehendak, kemauan,keinginan, kebutuhan, dorongan. Aspek tersebut berfungsi
sebagai energy atau menjaga mental yang menyebabkan manusia bertingkah
laku.Ketiga, aspek motorik yang berfungsi sebagai tingkah laku manusia seperti
perbuatan dan gerakan jasmani.15
b. Kandungan Hadits Aspek kejiwaan dalam Proses Belajar Mengajar
Pada hadits yang telah diriwayatkan oleh Imam Bukhari diatas, maka terdapat inti
pembahasan antara orang-orang mukmin.Diantaranya :
1. Kata
ُ ‫( َت َر‬Saling
‫اح ِم ِه ْم‬ menyayangi). Maksudnya adalah sesama mukmin

harus saling sayang menyayangi antara mukmin satu dengan mukmin yang lain tanpa
ada sebab tertentu yang membuatnya terpaksa mengasihi 16. Berdasarkan penjelasan
tersebut, jika dikaitkan atau dihubungkan dengan aspek-aspek kejiwaan dalam proses

15
Muhamad Yahdi, “ Pembelajaran dengan Memperhatikan Aspek Kejiwaan”. Vol. 1.No. 1,
januari-Juni 2020. Hlm.18

16
Al-Imam Al-Hafiz Ibnu hajar Al-Asqalani, terj. Amirudin, Fathul Baari (Jakarta : Pustaka
Azzam, 2008),jld.29,135-136

12
belajar mengajar maka mengarah kepada aspek emosi. Karena seperti yang telah
dijelaskan diatas bahwasannya aspek Emosi pada dasarnya adalah cinta,
kegembiraan, keinginan, benci, sedih dan kagum. Dalam pandangan lain emosi
adalah hasil persepsi seseorang terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada
tubuh sebagai respon terhadap ransangan-ransangan yang datang dari luar. Emosi
dapat mempengaruhi perilaku peserta didik salah satunya Memperkuat semangat
apabila seseorang merasa senang atau puas terhadap hasil yang telah dicapai.
Jadi hal ini sangat berhubungan dengan sikap yang saling menyayangi.Baik sikap
tersebut berjalan antara peserta didik dengan guru/pendidik, maupun sesama peserta
didik. Jika sikap maupun aspek ini sering dilakukan atau ditimbulkan dalam proses
belajar mengajar, maka akan sangat berdampak positif terhadap peserta didik.
َ
2. Kata ‫(ت َو ِ ّد ِه ْم‬Saling mencintai), menjelaskan bahwaseorang mukmin dengan

mukmin yang lain dianjurkan untuk saling mencintai dengan apa yang dia sukai.
Dengan mempererat persaudaraan dapat menimbulkan kecintaan, seperti menjenguk
orang sakit, bersilaturahmi dan lain sebagainya.17Berdasarkan penjelasan tersebut,
jika dikaitkan atau dihubungkan dengan aspek-aspek kejiwaan dalam proses belajar
mengajar maka mengarah kepada aspek emosi dan sosial.
Karena seperti yang telah dijelaskan diatas bahwasannya jika dilihat dari aspek
ْ ّ ََ
Emosi maka kata ‫تو ِد ِهم‬ini mengarahkan peserta didik untuk saling mencintai dengan

apa yang dia sukai. Jadi bagaimana caranya kita sebagai seorang pendidik dapat
menghidupkan rasa cinta ini dalam proses belajar mengajar. Karena dengan begitu
aspek kejiwaan peserta didik dapat terlatih dan dapat memberikan pengaruh positif
terhadap diri dari peserta didik.Jika kita melihat dari aspek sosial maka kata
َ
‫ت َو ِ ّد ِه ْم‬ini mengarahkan peserta didik untuk menyesuaikan diri terhadap norma

kelompok, moral dan tradisi meleburkan diri menjadi sesuatu kesatuan yang saling
berkomunikasi dan bekerjasama.

17
Ibid;

13
Karena Pada prinsipnya setiap orang dilahirkan memiliki potensi dan naluri sosial
yang memungkinkan dirinya dapat bergaul dan berinteraksi denga manusia lain baik
secara individu maupun kelompok. Interaksi dengan orang lain dan kelompok
memberikan pengaruh atau ciri dan pengalaman seorang peserta didi, salah satu
pengaruh yang akan didapat adalah rasa cinta terhadap sesama. Karenanya peserta
didik secara pribadi dipentingkan untuk melakukan komunikasi dan hubungan sosial
dengan sesama yang juga dapat mendukung pencapaian proses pembelajaran yang
lebih baik.
ُ َ
3. Kata ‫( ت َع اط ِف ِت ِه ْم‬Saling tolong menolong), menjelaskan bahwa manusia

(mukmin) dianjurkan untuk saling tolong menolong antara satu sama lain, karena
manusia (mukmin) tidak akan bisa hidup tanpa bantuan manusia yang ada
disekitarnya. Manusia adalah makhluk sosial. 18Berdasarkan penjelasan tersebut, jika
dikaitkan atau dihubungkan dengan aspek-aspek kejiwaan dalam proses belajar
mengajar maka mengarah kepada aspek sosial dan moral. Karena seperti yang telah
ُ َ
dijelaskan diatas bahwasannya jika dilihat dari aspek sosial maka kata ‫ت َع اط ِف ِت ِه ْم‬ ini

mengarahkan peserta didik untuk menyesuaikan diri terhadap norma kelompok,


moral dan tradisi meleburkan diri menjadi sesuatu kesatuan yang saling
berkomunikasi dan bekerjasama. Sedangkan jika dilihat dari aspek moral maka kata
ُ َ
‫ت َع اط ِف ِت ِه ْم‬ini mengarahkan peserta didik untuk berbuat baik kepada orang lain. Moral
berarti adat istiadat, kebiasaan, peraturan/nilai-nilai atau tata cara kehidupan. Dan
berbuat baik kepada orang lain atau tolong menolong dengan sesama merupakan
salah satu nilai yang diajarkan pada aspek moral ini. Moral bagi peserta didik dapat
berkembang salah satunya melalui pendidikan langsung yaitu melalui penanaman
pengertian tingkah laku yang benar dan salah, atau baik dan buruk oleh orang tua dan
guru atau orang dewasa yang lain.

18
Ibid;

14
َّ ‫اعى َل ُه َس ائ ُر َج َس ده ب‬
‫الس ْه ِر‬
َ َ َ ٌ ْ ُ ََ ْ َ ْ َ َ
‫ك َمث ِل ال َج َس ِد ِإذا الش تكى عض و ت د‬
4. Kalimat ِِ ِ ِ
ْ
‫( َوال ُح َّمى‬bagaikan satu tubuh. Apabila ada salah satu anggota tubuh yang sakit, maka
seluruh tubuhnnya akan ikut terjaga dan panas (turut merasakan sakitnya)).
Maksudnya, apabila seorang mukmin bersedih atau mendapatkan musibah, maka
komunitas mukmin yang lain akan ikut merasakannya. 19Maka jika hal ini dikaitkan
dengan aspek kejiwaan dalam proses belajar mengajar memiliki makna Kasih sayang,
saling mencintai dan tolong menolong diantara peserta didik, dan semua hal ini
sangat berpengaruh terhadap aspek kejiwaan atau psikologi dari peserta didik itu
sendiri.

2.3 Hubungan Ayat Al-Qur’an dan Hadits


a) Ayat Al-Qur’an

Dalam Al-Qur’an terdapat penjelasan mengenai jiwa yang terdidik. Jiwa yang
terdidik akan berdampak pada al-akhlak al-karimah atau akhlak yang mulia. Al-quran
dalam menyebutkan orang-orang yang telah mengikuti segala perintah Allah swt
dengan melalui proses tafakkur, tazakkur, tazkiyah yakni memikirkan, membaca,
mengingat, serta mensucikan jiwa atau mendidik jiwanya akan Allah angkat
derajatnya dan termasuk sebagai hamba-hamba Allah yang terpilih. Adapun salah
satu al-akhlak al-karimah yaitu orang-orang yang telah terdidik jiwanya ia akan
menjadi penebar kasih sayang antar sesamanya. Hal ini sesuai dengan aspek-aspek
kejiwaan yang telah dijelaskan sebelumnya.Seperti yang terdapat dalam QS.
Maryam / 19: 9620

َّ ‫الص ِل َح ِت َس َي ْج َع ُل َل ُه ُم‬
)٩٦( ‫الر ْح َم ُن ُو ًّدا‬ َّ ‫إ َّن َّالذ ْي َن َء َام ُن ْوا َو َعم ُل ْوا‬
ِ
ِ ِ
19
Ibid;
20
Muhammad Yunus, “Wawasan Al-Qur’an Tentang Pendidikan Jiwa”. UIN ALAUDDIN
MAKASSAR., 2017. Hlm.80

15
Terjemahnya :

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, kelak Allah yang
Maha Pemurah akan menanamkan dalam (hati) mereka rasa kasih sayang”
(QS.Maryam : 96)

b) Hadits Terkait

ْ ُ ‫َّ َمْل‬ َ ُ َّ َّ َ ْ ُ َ َ َ َ َ َُْ ُ َ َ َ َْ ُ ََْ


‫ ا ئ ِم ُن‬: ‫هللا َعل ْي ِه َو َسل َم‬ ‫هللا صلى‬ِ ‫ قال رسو ُل‬: ‫عنا ِب ْي هريرة ر ِض َي هللا عنه قال‬
َْ َ َ َ ْ َ َْ ّ ُ ْ َّ ‫ْا ْلقو ْي َخ ْي ٌر َو َا َح َّب ا َلى اللهاملُ ْؤمن‬
‫ص َعلى َما َينف َع َك َو‬ ‫ احر‬.‫ف ِفي ك ِل خي ِر‬
ِ ِ‫ي‬ْ ‫الضع‬
ِِ ِ ِ ِ
ْ َ َ َ َ َ ُ َ َّ َ ْ ُ َ َ َ ٌ ْ َ َ َ َ َ ْ َ ْ َ ْ َ َ َ ْ ‫َا ْس َتع‬
‫ش َء ف َع َل ف ِان‬ ‫ قدر هللا وما‬: ‫هللا وال تحزن و ِان اصابك شيئ وال تقل‬ ِ ِ ِ ‫ا‬ ‫ب‬ ‫ن‬
َّ َ ُ َ
)‫ل ْو تفت ُح َع َم َل (رواه مسلم‬
Terjemahnya :
“Dari Abu Hurairah R.A berkata : Rasulullah SAW bersabda : “seorang mukmin
yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah dari pada seorang mukmin yang lemah,
dalam semua kebajikan. Perhatikanlah dengan senang atas apa yang memberikan
manfaat kepadamu, dan mintalah pertolongan kepada Allah, dan janganlah kamu
lemah atau tidak berdaya, jika ada sesuatu yang menimpamu maka janganlah kamu
mengatakan : “Jika seandainya aku melakukan seperti ini maka akan seperti itu,
tetapi katakanlah : “Allah sudah menentukan, dan yang dikehendaki Alah jadilah
maka terjadi dilakukan. Maka sesungguhnya kalimat “seandainya” adalah kalimat
pembuka perbuatan setan.”(H.R Muslim)

Hadits diatas menjelaskan tentang perintah terhadap tiga perkara: yaitu


memperkuat iman, berusaha sungguh-sungguh kepada yang bermanfaat, dan mohon
pertolongan kepada Allah SWT. Dan juga menjelaskan tentang larangan terhadap dua
perkara : yaitu, menjadi lemah dan mengatakan jika kamu ditimpa oleh sesuatu yang

16
tidak kamu sukai atau kehilangan sesuatu : “ Kalau sekiranya saya melakukan
demikian tentu tidak seperti yang telah terjadi: karena kata-kata ini membuka pintu
bagi syetan. Akan tetapi katakanlah : “Allah SWT telah memastikan dan apa-apa
yang Dia kehendaki, maka diapun berbuat. Orang mukmin yang kuat jasmani dan
rohaninya serta kemauan dan ekonominya, adalah lebih besar kebaikannya dari pada
mukmin yang lemah fisiknya,lemah mental (rohaninya), lemah kemauannya dan
ekonominya. Namun bagaimanapun kondisinya, orang mukmin lebih baik dari orang
kafir.
Oleh karena itu untuk mencapai kondisi tersebut, bagi setiap mukmin harus
berupaya dengan sungguh-sungguh berhati-hati dalam langkah agar memperoleh apa
yang bermanfaat baginya untuk kepentingan dunia dan akhiratnya sambil memohon
pertolongan kepada Allah SWT, tanpa ketergantungan kepada siapapun dan apapun
selain-Nya, juga harus dihilangkan rasa rendah diri, merasa tidak berdaya dan sifat
malas, sikap seenaknya sendiri, karena hal-hal semacam itu merupakan penghalang
bagi tercapainya cita-cita dan kemajuan umat. Sedang dalam perjalanan menuju cita-
cita itu tidak selamanya memperoleh jalan yang mulus, kadang-kadang berbagai
hambatan akan ditemui, maka seorang mukmin tidak patut mudah dihinggapi rasa
putus asa, sikap masa bodoh dan sebagainya. Iman kepada takrir justru akan menjadi
cambuk sarana, sehingga jiwanya dipupuk dengan kesabaran menghadapi cobaan
serta bersyukur atas segala nikmat yang diperolehnya lalu dihadapinya segala
problem hidupnya dengan tekad yang membara, dibuangnya jauh-jauh khayalan-
khayalan yang tak ada gunanya lagi seperti berangan-angan : “ Andaikan saya
berbuat begini, pasti tidak akan terjadi seperti ini”. Berandai- andai itu hanya akan
mengganggu jiwanya dan membuka pintu bagi masuknya syetan saja. Kita hendak
yakin bahwa, iman adalah sumber segala kebahagiaan di dunia dan akhirat, jika
disertai dengan amal kebajikan.21
2.4 Pendapat Para Ahli dan Ulama
21
Zakiah Nur Alika, etc. “ Makalah Aspek Kejiwaan dalam Belajar Mengajar” Sekolah Tinggi
Agama Islam Negeri Jember. 2014.hlm.5

17
Al-Kindi berpendapat bahwa Al-Nafs adalah Jauhar Basit (Substansi yang
tunggal) berciri Ilahi yang ruhani, mempunyai arti sempurna dan mulia.Al-Nafs
merupakan jauhar rohani, maka hubungannya dengan tubuh bersifat aksidental.
Kendatipun Al-Nafs bersatu dengan tubuh, yang dengannya ia dapat melakukan
kegiatannya, namun Al-Nafs tetap terpisah dan berbeda dengan tubuh, sehingga ia
kekal setelah mengalami kematian. Akan tetapi, oleh Al-Kindi tidak dijelaskan
apakah Al-Nafs itu berasal dari alam idea.
Sebagaimana yang dikatakan Plato bahwa al-Nafs berasal dari alam idea dan
karenanya ia merupakan jauhar “rohani” yang berbeda dengan tubuh.
Menurut Aristoteles bahwa An-Nafs sebagai “forma” bagi tubuh, dan keduanya
membentuk kesatuan esensial yang tidak bisa dipisahkan.
Al-kindi berpendapat bahwa jiwa manusia itu sederhana (tidak tersusun), mulia,
sempurna dan penting,dan berasal dari Tuhan, ibarat sinar berasal dari matahari. Jiwa
punya wujud sendiri, lain dengan badan, substansinya imateri.Jiwa menentang
keinginan nafsu yang berorientasi pada kepentingan badan.Misalnya nafsu marah
mendorong manusia berbuat sesuatu, maka jiwa melarang dan mengontrol atau
mengendalikan. Jika nafsu syahwat tampil ke depan, maka berpikirlah jiwa dan
menilai ajakan syahwat itu salah dan membawa kepada kerendahan.

Manusia bila memusatkan pandangannya terhadap hakikat-hakikat sesuatu


niscaya terbuka bagi jiwanya pengetahuan tentang yang gaib, mengetahui yang
tersembunyi, rahasia-rahasia ciptaan Allah.Manusia yang dalam hidupnya hanya
ingin mendapatkan kelezatan makan dan minum, niscaya tertutup jalan bagi potensi
(daya) pikirannya untuk mengetahui hal-hal yang mulia dan tidak mungkin baginya
mencapai kualitas menyerupai Allah SWT.22

22
St. Rahmatiah, “Pemikiran Tentang Jiwa (Al-Nafs) dalam Filsafat Islam”UIN ALAUDIN
MAKASSAR.Sulesana.Vol. 11.No. 2 Tahun 2017. Hlm 38

18
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Al-Nafs (Jiwa)adalah Jauhar Basit (Substansi yang tunggal) berciri Ilahi yang
ruhani, mempunyai arti sempurna dan mulia. Al-Nafs merupakan jauhar rohani, maka

19
hubungannya dengan tubuh bersifat aksidental. Kendatipun Al-Nafs bersatu dengan
tubuh, yang dengannya ia dapat melakukan kegiatannya, namun Al-Nafs tetap
terpisah dan berbeda dengan tubuh, sehingga ia kekal setelah mengalami kematian.
Adapun aspek-aspek kejiwaan yang diterapkan dalam proses belajar mengajar
yaitu terdiri dari aspek Intelegensi, emosi, sosial, kepribadian dan moral. Dan aspek-
aspek inilah yang harus diwujudkan atau harus dikembangkan dalam proses belajar
mengajar. Agar Al-Nafs atau jiwa dari peserta didik itu sendiri dapat terlatih untuk
menjadi jiwa yang mampu melakukan hal-hal positif.
Adapun kandungan dari hadits Aspek kejiwaan dalam proses belajar mengajar ini
adalah dijelaskan mengenai rasa kasih sayang, rasa saling mencintai antar sesame
mukmin. Maka jika hal ini dikaitkan dengan aspek kejiwaan dalam proses belajar
mengajar memiliki makna Kasih sayang, saling mencintai dan tolong menolong
diantara peserta didik, dan semua hal ini sangat berpengaruh terhadap aspek kejiwaan
atau psikologi dari peserta didik itu sendiri.
Dalam Al-Qur’an pun terdapat penjelasan mengenai jiwa yang terdidik. Jiwa yang
terdidik akan berdampak pada al-akhlak al-karimah atau akhlak yang mulia. Al-quran
dalam menyebutkan orang-orang yang telah mengikuti segala perintah Allah swt
dengan melalui proses tafakkur, tazakkur, tazkiyah yakni memikirkan, membaca,
mengingat, serta mensucikan jiwa atau mendidik jiwanya akan Allah angkat
derajatnya dan termasuk sebagai hamba-hamba Allah yang terpilih.
Dalam hadits yang dijelaskan oleh imam muslim pun tertulis tentang perintah
terhadap tiga perkara: yaitu memperkuat iman, berusaha sungguh-sungguh kepada
yang bermanfaat, dan mohon pertolongan kepada Allah SWT. Dan ketiga hal ini
merupakan cara kita sebagai seorang mukmin untuk memperbaiki aspek kejiwaan
kita.

3.2 Saran
Makalah ini disusun dengan tujuan supaya para pembaca banyak mengetahui dan
memahami mengenai aspek-aspek kejiwaan yang harus dikembangkan melalui

20
proses belajar mengajar. Terutama kepada para pendidik. Karena hal aspek ini sangat
berperan penting dalam proses perkembangan anak didik serta berperan penting
dalam proses pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman,Mujib “ Imam al-Bukhari dan Lafal Al-Qur’an “.2013 Jurnal Studi

Agama dan Pemikiran Islam. Vol. 11, No. 1.

21
Al-Zabidiyyi bin Abdul Lathif ,Imam Ahmad, Mukhtashir Shahih Bukhari (Riyadh :

Darussalam,tt)

Al-Imam Al-Hafiz Ibnu hajar Al-Asqalani, terj. Amirudin, Fathul Baari. 2008

(Jakarta : Pustaka Azzam.)

Fauzi, Ahmad “Psikologi Umum”. , 1999Cet.II ; Bandung : Pustaka Setia.

Haditono,Siti Rahayu Psikologi Perkembangan”. 2004 Cet. IX ; Yogyakarta :

Gadjah Mada University Press

https://www.almaany.com/id/dict/ar-id/ Akses 31-12-2020. 22.00

Nur Alika, Zakiah etc. “ Makalah Aspek Kejiwaan dalam Belajar Mengajar”2014.

Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Jember.

Rahmatiah,St. “Pemikiran Tentang Jiwa (Al-Nafs) dalam Filsafat Islam”2017. UIN

ALAUDIN MAKASSAR. Sulesana.Vol. 11. No. 2

Yahdi,Muhamad“ Pembelajaran dengan Memperhatikan Aspek Kejiwaan”.2020

Vol. 1. No. 1

Yusuf,SyamsuPsikologi Perkembangan Anak dan Remaja”. , 2002Cet. III, Bandung;

Remaja Rosdakarya

Yunus,Muhammad“Wawasan Al-Qur’an Tentang Pendidikan Jiwa”. 2017 UIN

ALAUDDIN MAKASSAR.

22

Anda mungkin juga menyukai