Anda di halaman 1dari 27

UPAYA PENGEMBANGAN MAHARATUL KALAM MELAUI

BI’AH ARABIYAH DI MA’HAD AL-JAMIAH IAIN SULTAN


AMAI GORONTALO

PROPOSAL PENELITIAN

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Pada Mata Kuliah Metode Penulisan


Karya Ilmiah Jurusan Pendidikan Bahasa Arab

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

DOSEN PENGAMPU : SALMAN ALADE, S.Pd., M.Pd

Oleh :

Fatmawati Nur Pomoalo

NIM: 191032058

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA ARAB

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

IAIN SULTAN AMAI GORONTALO

TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua. Shalawat serta salam
semoga tercurah kepada suri tauladan kita Nabi Muhammad SAW beserta
keluarganya.

Penulisan proposal dengan judul “Upaya Pengembangan Maharatul Kalam Melalui


Bi’ah Arabiyah di Ma’had Al-Jami’ah IAIN Sultan Amai Gorontalo” ini bertujuan
untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Metode Penulisan Karya Ilmiah.

Dalam penyusunan proposal ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa proposal ini
masih jauh dari kesempurnaan karena pengalaman dan pengetahuan penulis yang
terbatas. Oleh karena itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan
demi terciptanya proposal yang lebih baik lagi untuk masa mendatang.

Tidak lupa juga ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
khususnya kepada dosen pengampu mata kuliah METODE PENULISAN KARYA
ILMIAH.

Gorontalo, 24 Januari 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................i

DAFTAR ISI................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah...................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................3

1.3 Tujuan Penulisan...............................................................................................3

1.4 Manfaat Penulisan.............................................................................................3

BAB II KAJIAN TEORI

2.1 Pengembangan Maharah Al-kalam melalaui Bi’ah Arabiyah..........................4

2.2 Pengaruh Pengembangan Maharahtul Kalam Melalui Bi’ah Arabiyah............13

2.3 Penelitian Terdahulu ........................................................................................13

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Pendekatan dan Jenis Penelitian .....................................................................15

3.2. Kehadiran Peneliti ...........................................................................................15

3.3 Teknik Pengumpulan Data ...............................................................................16

3.4 Sumber Data .....................................................................................................17

3.5 Teknik Analisis Data.........................................................................................18

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan ......................................................................................................21

4.2 Saran ................................................................................................................22

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Bahasa pada hakikatnya merupakan suatu sistem simbol yang tidak hanya
merupakan uturan bunyi-bunyi, tetapi juga memiliki makna. Bahasa juga merupakan
suatu hal yang sangat penting dalam sebuah kehidupan manusia. Sebab dengan
bahasa itulah, manusia dapat berkomunikasi dan menyampaikan semua gagasan dan
isi pikirannya. Bahasa merupakan suatu sarana yang sangat penting dalam
menyampaikan suatu ide maupun pesan. Melalui bahasa kita dapat berkomunikasi
dan mengetahui perkembangan yang terjadi. Bahasa sebaai sesuatu hasil karya cipta
manusia memiliki peran yang sangat penting dalam interaksi antara sesam manusia.
Bahasa menandai eksistensi manusia, sehingga dapatlah dikatakan “aku berbahasa
karena aku hidup”.1
Ada beberapa keterampilan dalam bahasa Arab yang terpenting dan utama yang
harus dicapai oleh peserta didik atau guru : keterampilan menyimak, keterampilan
berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis. 2Dalam hal ini peneliti
membahas tentang keterampilan berbicara (Maharah al-Kalam)
Keterampilan berbicara (al-Kalam) merupakan salah satu jenis ketermapilan
yang membutugkan kebiasaan dan latihan secara terus-menerus. Standar kompetensi
dalam keterampilan berbicara bahasa Arab adalah kemampuan mengungkapkan
informasi secara lisan dalam bentuk pemaparan ataupun dialog materi yang
bersangkutan, sedangkan kompetensi dasarnya adalah melakukan dialog sederhana

1
Ramsul Hasan, Pengaruh Bi’ah Al-‘Arabiyah Terhadap keterampilan Berbicara Bahasa Arab
Santriwati Pesantren Al-Amanah Liabuku Kota Baubau, Jurnal Diskursus Islam. Vol. 7. No. 2,
Agustus 2019,hlm. 187
2
Muhammad Nur Khalimuddin, Problematika Pembelajaran Kala>m dalam Pembelajaran
Bahasa Arab SMK Muhammadiyah di Yogyakarta, (Tesis, Program Studi PI, Universitas Islam Negeri
Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2016), h. 7.

1
terkait materi, dan menyampaikan informasi secara lisan dalam kalimat sederhana
terkait materi al-kalam.
Kebutuhan kepada bahasa Arab pada zaman sekarang tidak kalah pentingnya
dengan bahasa asing lainnya karena ia juga sudah menjadi bahasa Internasional.
Sehingga kemahiran berbahasa baik lisan maupun tulisan sangat dibutuhkan, seperti
untuk hubungan diplomatik antara dua negara baik di bidang politik, social,
keagamaan dan juga di bidang bisnis ekonomi. Di sisi lain juga dibutuhkan untuk
melanjutkan jenjang –pendidikan keislaman ke negara Timur Tengah bagi para para
pelajar dari berbagai negara di dunia termasuk Indonesia. 3
Pengajaran bahasa Arab di Indonesia sudah dillaksanakan pada tiap jenjang
pendidikan baik agama dan pendidikan umum. Namun belum memberikann hasil
yang maksimal terutama untuk target kemahiran berbicara sebagaimana halnya yang
dilihat sekarang. Sebagai contoh di lingkungan Ma’had Al-Jami’ah IAIN Sultan
Amai Gorontalo. Belum terlihat di kalangan mahasantri dan mahasantriwati
berkomunikasi menggunakan bahasa Arab aktif, kecuali pada kegiatan-kegiatan yang
harus mengharuskan untuk berbicara bahasa Arab. Seperti kegiatan Bi’ah Arabiyah.
Berbicara khusus tentang lingkungan bahasa maka tidak lepas dari dua istilah
iktisaabullughah dan bi’ah lughawwiyah. Kedua istilah ini dikenal dalam pengajaran
bahasa asing dan antara keduanya saling terkait. Untuk mengembangkan maharatul
kalam dalam lingkungan Ma’had Al-Jami’ah IAIN Sultan Amai Gorontalo, maka
diperlukan satu kegiatan yang dapat mempermudah Mahasantri untuk melatih al-
kalam. Salah satunya dengan mengadakan kegiatan bi’ah lughawiyah dalam lingkup
Arabiyah yaitu bi’ah arabiyah. Menurut peneliti hal ini perlu dibahas dan
ditindaklanjuti, agar bisa mengetahui bagaimana pengaruh bi’ah Arabiyah dalam
pengembangan maharatul kalam di Ma’had Al-Jami’ah IAIN Sultan Amai Gorontalo.

1.2 Rumusan Masalah


3
Miftchul Taubah, Menciptakan Bi’ah ‘Arabiyah di Lingkungan Universitas yang
Multikultural. Jurnal Pendidikan Bahasa Arab. No. 2. Vol. 8,Desember 2017, hlm.118

2
1. Bagaimana Pelaksanaan Pengembangan Maharatul Kalam melalui Bi’ah
Arabiyah di Ma’had Al-Jami’ah IAIN Sultan Amai Gorontalo?
2. Adakah pengaruh yang didapat para mahasantri maupun mahasantriwati dalam
kegiatan pengembangan Maharatul Kalam melalui Bi’ah Arabiyah?

1.3 Tujuan Penelitian


1. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan pengembangan maharatul kalam
melalui Bi’ah Arabiah di Ma’had Al-Jami’ah IAIN Sultan Amai Gorontalo
2. Untuk mengetahui pengaruh yang didapat para mahasantri maupun
mahasantriwati dalam kegiatan pengembangan maharatul kalam melalui Bi’ah
Arabiyah.

1.4 Manfaat Penelitian


1. Menambah wawasan bagi penulis tentang pengembangan maharatul kalam
mahasantri dan mahasantriwati melalui bi’ah arabiyah di Ma’had Al-Jami’ah
IAIN Sultan Amai Gorontalo.
2. Memberikan informasi awal bagi pelajar yang ingin mempelajari bahasa Arab.
3. Sebagai wacana bagi mahasiswa IAIN Sultan Amai Gorontalo pada umumnya,
khususnya jurusan Pendidikan Bahasa Arab Fakultas Ilmu tarbiyah dan keguruan.
Menambah khasanah perpustakaan IAIN Sultan Amai Gorontalo

BAB II

3
KAJIAN TEORI

2.1 Pengembangan Maharah al-Kalam melalui Bi’ah Arabiyah


2.1.1 Pengertian Pengembangan Maharah Al-Kalam
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengembangan artinya proses, cara,
perbuatan mengembangkan sebagai usaha menjadikan sesuatu menjadi lebih
4
berkembang. Pengembangan adalah suatu usaha untuk meningkatkan kemampuan
teknis, teoritis, konseptual, dan moral sesuai dengan kebutuhan melalui pendidikan
dan latihan. Pengembangan adalah suatu proses mendesain pembelajaran secara logis,
dan sistematis dalam rangka untuk mendapatkan segala sesuatu yang akan
dilaksanakan dalam proses kegiatan belajar dengan memperhatikan potensi dan
kompetensi peserta didik.5
Maka pengembangan pembelajaran lebih realistik, bukan sekadar idealisme
pendidikan yang sulit diterapkan dalam kehidupan. Pengembangan pembelajaran
adalah usaha meningkatkan kualitas proses pembelajaran, baik secara materi maupun
metode dan subtitusinya. Secara materi dari aspek bahan ajar yang disesuaikan
dengan perkembangan pengetahuan, sedangkan secara metologis dan substansinya
berkaitan dengan pengembangan strategi, baik secara teoritis maupun praktis. 6
Keterampilan berbicara (maharah al-Kalam) merupakan keterampilan
menyampaikan pesan secara lisan kepada seseorang melalui bunyi artikulasi yang
bertujuan untuk menyampaikan keinginan dan pendapatnya sehingga informasi bisa
tersampaikan kepada lawan bicara. Penggunaan bahasa secara lisan dipengaruhi oleh
beberapa faktor, dari segi pelafalan, intonasi, pilihan kata, struktur kata dan kalimat,
sistematika pembicaraan, isi pembicaraan, cara memulai dan mengakhiri
pembicaraan, serta penampilan.

4
Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2002, hlm. 589.
5
Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), h. 24.
6
Hamdani Hamid, Pengembangan Sistem Pendidikan di Indonesia, (Bandung : Pustaka
Setia,2013), h. 125.

4
Keterampilan berbicara merupakan komponen yang sangat penting disbanding
beberapa keterampilan lainnya, dalam keterampilan ini seseorang dituntut untuk
mengungkapkan sesuatu secara spontan, sehingga dibituhkan kebiasaan dan kosakata
yang cukup.
Jadi, yang dimaksud dengan pengembangan maharah al-Kalam disini adalah
proses, cara untuk menjadikan kemampuan mengungkapkan atau mengekspresikan
pikiran seseorang dengan bahasa Arab kepada mitra bicara agar lebih baik dari yang
sebelumnya.

2.1.2 Tujuan Pengembangan Maharah Al-Kalam


Secara umum, keterampilan berbicara (maharatul kalam) bertujuan agar para
pelajar mampu berkomunikasi secara lisan dengan baik dan wajar dengan bahasa
yang mereka pelajari. Mereka berusaha untuk menghindari kebingungan dalam
menyampaikan pesan yang bisa disebabkan oleh kesalahan pengucapan.
Adapun tujuan dari pengembangan maharah al-Kalam yaitu sebagai cara
menjadikan para pelajar untuk meningkatkan kemampuan atau mengekspresikan
keterampilan menyampaikan pesan secara lisan kepada seseorang melalui bunyi
artikulasi.

2.1.3 Prinsip Pengembangan Maharah Al-Kalam


Pengembangan kalam bagi non Arab, perlu memperhatikan hal-hal sebagai
berikut :
a) Hendaknya pendidik memiliki kemampuan yang tinggi tentang
keterampilan berbicara(kalam)
b) Memulai dengan suara-suara yang serupa antara dua bahasa (bahasa
pembelajar dan bahasa Arab)
c) Hendaknya peserta didik dan pendidik/pengajar memperhatikan tahapan
dalam pengajaran kalam.

5
d) Memulai dengan kosakata (mufrodat) yang mudah
e) Memfokuskan pada bagian keterampilan-keterampilan berbicara
f) Memperbanyak latihan-latihan, seperti latihan membedakan pengucapan
bunyi, latihan mengungkapkan ide-ide, dan sebagainya.

2.1.4 Teknik Pengembangan Maharah Al-Kalam


Keterampilan berbicara merupakan salah satu jenis kemampuan berbahasa yang
ingin dicapai dalam pengajaran bahasa Arab. Kegiatan berbicara mempunyai aspek
komunikasi dua arah,yakni antara pembicara dan pendengar secara timbal balik.
Dengan demikian, untuk mengembangkan maharah al-kalam harus terlebih dahulu
didasari oleh kemampuan mendengarkan, mengucapkan, penguasaan kosakata dan
ungkapan yang memungkinkan peserta didik dapat mengkomunikasikan gagasan dan
pikirannya.
Adapun beberapa teknik dalam pengembangan maharah al-Kalam antara lain :
1) Latihan asosiasi dan identifikasi
Latihan ini dimaksudkan untuk melatih spontanitas siswa dan kecepatannya
dalam mengidentifikasi dan mengasosiasikan makna ujaran yang didengarnya.
Bentuk latihannya antara lain:
a. Guru menyebut satu kata, siswa menyebut kata lain yang ada hubungannya
dengan kata tersebut
b. Guru menyebut satu kata benda (‫ )اسم‬, siswa menyebur kata sifat yang

sesuai dengan kata tersebut.


c. Guru menyebut satu kata kerja ( ‫ )فعل‬siswa yang menyebur pelaku yang

cocok dengan kata tersebut.


2) Latihan pola kalimat (pattern practice)
Latihan ini dilakukan melalui berbagai drill, baik yang bersifat mekanis,
bermakna maupun komunikatif yang dipraktekkan secara lisan.
3) Latihan percakapan

6
Latihan percakapan ini terutama mengambil topik tentang kehidupan sehari-
hari atau kegiatan yang dekat dengan kehidupan siswa. Dalam kegiatan ini juga
diajarkan beberapa macam ucapan selamat (tahiyyāt), ungkapan basa-basi, dan
lain-lain. Setiap pendekatan atau metode memberikan penekanan kepada teknik
atau model tertentu di antara model-model tersebut adalah: tanya jawab,
menghafalkan model dialog, percakapan terpimpin, dan percakapan bebas.
4) Bercerita
Bercerita mungkin salah satu kegiatan yang menyenangkan, namun
terkadang ada peserta didik yang merasa terbebani karena tidak mempunyai
gambaran apa yang akan diceritakan. Oleh karena itu pendidik hendaknya
membantu siswa dalam menemukan topic cerita yang sesuai.
5) Diskusi
Diskusi juga salah satu cara untuk mengasah keterampilan berbicara bahasa
Arab, ada beberapa model diskusi yang bisa diterapkan, seperti diskusi kelas,
dua kelompok berhadapan, diskusi kelompok, diskusi panel, dan lain-lain.
Disini guru bisa membagi siswa ke dalam beberapa kelompok, kemudian
menyuruh setiap kelompok untuk mendiskusikan sebuah teks bahasa Arab dan
menginstruksikan siswa menggunakan bahasa Arab dalam berdiskusi.
6) Wawancara
Wawancara juga bisa dijadikan strategi untuk mengajarkan keterampilan
berbicara. Wawancara bisa dilakukan dengan tamu, teman sekelas, dan bisa
juga dengan guru pengampu mata pelajaran atau materi pembelajaran bahasa
Arab.
7) Drama
Drama merupakan kegiatan yang mengandung unsur kreativitas seseorang,
karena menyenangkan. Disini guru memilih siswa-siswa tertentu untuk bermain
drama dan siswa yang lain sebagai penonton, ini akan bermanfaat melatih aspek
reseptif (mendengarkan dan memahami) siswa.
8) Berpidato

7
Pidato merupakan salah satu sarana atau bentuk pembelajaran bahasa Arab
yang telah lama diptaktekkan di berbagai pesantren, madrasah, maupun
sekolah-sekolah umum, dan hasilnya sangat baik untuk menambah
perbendaharaan kata dan menunjang kemahiran berbicara siswa. Maka dari itu
hendaknya guru bahasaArab di seklolah-sekolah mengadakan lomba pidato
bahasa Arab yang mungkin diadakan pada peringatan hari-hari besar Islam dan
sebagainya.

2.1.5 Tahapan Pengembangan Maharah Al-Kalam


Maharah al-Kalam (keterampilan berbicara) adalah salah satu dari empat
keterampilan bahasa yang sangat penting untuk dipelajari dan dikuasai, mengingat
bahwa fungsi bahasa yang paling utama adalah sebagai alat komunikasi (Hmid
2010:52), sebab, dengan bahasa sebagai alat komunikasi, bahasa mampu memberikan
kemungkinan yang lebih luas dan kompleks dari pada yang dapat diperoleh dengan
mempergunakan media yang lain.
Berdasarkan penjelasan diatas, maka tahapan yang dapat digunakan dalam
maharah al-Kalam (keterampilan berbicara) sebagai berikut :
a. Khibrat Mutsiroh
Tahapan ini digunakan untuk memotivasi anak didik agar dapat
mengungkapkan pengalaman-pengalaman yang pernah dialaminya berkaitan
dengan teks yang akan diajarkan dan untuk mengajak keterlibatan anak didik
dalam melihat pengalaman mereka sejak awal pembelajaran.
b. Ta’bir al-Ara’ al-Ra’isiyyah
Tahapan ini sangat penting untuk mengasah keberanian anak didik dalam
mengungkapkan bahasa Arab secara spontanitas kreatif, meski pada awalnya
perlu penekanan bagi anak didik untuk berani tampil, namun bila telah terbiasa ia
akan melahirkan iklim yang kondusif lagi menyenangkan, di mana anak didik
mendapatkan kebebasan berekspresi melalui bahasa mereka sendiri.

8
i. Tamtsiliyyah
Strategi ini adalah sebuah aktivitas yang membutuhkan kemampuan anak
didik dalam mengekspresikan dialek bahasa Arab fusha dengan fasih dan sesuai
makhrajnya, di samping dalam mengeksplorasikan kemampuannya dalam
bermain peran.
ii. Ta’bir Mushawwar

Tahapan ini bertujuan agar anak didik dapat menirukan alur cerita guru
dengan cepat. Melalui bantuan media gambar, anak didik dapat membahasakan
materi ajar dari persepsi yang ia bisa tangkap dari uraian guru melalui bahasanya
sendiri.
iii. Ya’ab Daur al-Mudarris
Ini adalah tahapan yang sangat tepat untuk mendapatkan partisipasi langsung
baik dari kelas atupun dari individual anak didik. Starategi ini memberi
kesempatan kepada setiap anak didik untuk dapat berperan sebagai guru bagi
kawan-kawannya.
iv. Jidal Fa’aal
Tema kontroversial adalah media berharga yang dapat menyulut motivasi
belajar dan kedalaman pemikiran anak didik dalam menghadirkan argumentasi
pengaut pendapatnya, meski mungkin bertentangan dengan keyakinannya 7

2.1.6 Pengertian Bi’ah Arabiyah


7
Muthmainnah dan Syarifuddin, Strategi Pembelajaran Maharah Al-Kalam di Lembaga
Pendidikan Bahasa Arab (LPBA) Ocean Pare Kediri, Studi Arab: Jurnal Pendidikan Bahasa Arab,
Vol. 5, No. 1, 2014, h. 7.

9
Kata Bi’ah berasal dari bahasa Arab ‫ بيئة‬yang berarti lingkungan. Menurut
Ngalim Purwanto, lingkungan (environment) adalah meliputi semua kondisi dalam
dunia ini yang dalam cara-cara tertentu dapat mempengaruhi tingkah laku kita,
pertumbuhan, perkembangan, atau life proccess. Sedangkan menurut Tanlain, pada
dasarnya lingkungan mencakup tempat atau lingkungan fisik (keadaan iklim, keadaan
tanah, keadaan alam, dsb), kebudayaan (warisan budaya tertentu, bahasa, seni, ilmu
pengetahuan, pandangan hidup, keagamaan, dsb), serta kelompok hidup bersama atau
lingkungan sosial atau masyarakat (keluarga, kelompok bermain, desa, perkumpulan,
dsb).8
Jadi yang dimaksud dengan Bi’ah Arabiyah atau lingkungan berbahasa Arab
adalah suatu lingkungan yang diwanai dengan aktivitas berbahasa Arab. Untuk
mempelajari bahasa Arab akan berhasil bila didukung lingkungan yang memadai.
Dengan adanya lingkungan yang baik, maka pembelajaran dinilai lebih berhasil
maksimal.

2.1.7 Tujuan Bi’ah Arabiyah


Tujuan dalam pembentukan bi’ah Arabiyah adalah menyiapkan peserta didik
agar memiliki bekal dalam membuka hazanah ilmu pengetahuan umumnya dan
membuka wawasan keislaman khususnya. Bekal tersebut berupa bahasa sebagai
kunci ilmu itu. Pembekalan bahasa ini merupakan tuga penting dalam menghadapi
dunia global dan membutuhkan kesungguhan dan sistem yang kuat dan sinergis.
Maka tujuan pengembangan bi’ah Arabiyah adalah agar para peserta didik bisa
berbahasa Arab baik lisan maupun tulisan yang merupakan satu paket pembelajaran.
Hal tersebut dilakukan dengan cara mengaplikasikan bahasa Arab dalam lingkungan
sehari-hari dan kedua kemampuan tersebut bersifat saling menunjang. 9

8
Ibid;
9
Nuryani, Bi’ah Arabiyah dan Pengembangan Maharah Al-Kalam di Perguruan Tinggi
Islam.Jurnal Lingua Scientia, No. 1, Vo. 3. Juni 2011, hlm. 38

10
2.1.8 Peran Bi’ah Arabiyah
Sebagaimana yang kita ketahui bahwa lingkungan itu dapat mempengaruhi
keberhasilan peserta didik dalamproses belajar mengajar. Maka hal ini menunjukkan
bahwa keadaan lingkungan bahasa teramat penting bagi seorang peserta didik yang
belajar bahasa untuk bisa berhasil dalam belajar bahasa Arab (Bi’ah Arabiyah).
Lingkungan memainkan peran penting dalam proses pendidikan. Dalam
pendidikan pesantren/ Ma’had dengan sistem asramanya dengantepat dapat disebut
sebagai adanya suatu kesadaran mengenai beberapa pentingnya peran lingkungan
dalam proses belajar.

2.1.9Pelaksanaan Pengembangan Maharatul kalam Melalui Bi’ah Arabiah di


Ma’had Al-Jami’ah IAIN Sultan Amai Gorontalo
Kemahiran berbicara merupakan salah satu jenis kemampuan berbahasa
yang ingin dicapai dalam pengajaran bahasa modern termasuk bahasa Arab.
Berbicara merupakan sarana utama untuk membina saling pengertian,
komunikasi timbal balik, dengan menggunakan bahasa sebagai medianya.
Yang dimaksud dengan kegiatan berbicara (kalam) adalah mengucapkan suara-
suara Arab dengan benar menurut pakar bahasa itu. Keterampilan berbicara
dapat terwujud setelah keterampilan menyimak dan mengucapkan kosa kata
bahasa Arab. Keterampilan ini dapat berupa percakapan, diskusi, cerita
ataupun pidato.
Adapun cara untuk mengembangan maharatul kalam (keterampilan
berbicara) melalui bi’ah Arabiyah di Ma’had Al-Jamiah IAIN Sultan Amai
Gorontalo yaitu dengan dilaksanakannya hari berbahasa. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pelaksanaan kegiatan hari berbahasa ini dilakukan setiap
hari Jum’at, dimana para hari tersebut semua mahasantri dan mahasantriwati

11
diwajibkan untuk menggunakan bahasa Arab sebagai bahasa yang mereka
gunakan untuk melakukan percakapan antara satu dengan yang lainnya.
Adapun jika terdapat mahasantri maupun mahasantriwati yang
menggunakan bahasa selain bahasa Arab pada hari tersebut, maka akan
mendapatkan hukuman dari musrif/ah (pengurus Asrama) yang berada di
masing-masing asrama yang ada di Ma’had Al-Jamiah IAIN Sultan Amai
Gorontalo.
Berbicara mengenai hari berbahasa yang dilakukan di Ma’had Al-Jamiah
IAIN Sultan Amai Gorontalo merupakan salah satu cara yang digunakan untuk
menimbulkan suasana ataupun lingkungan berbahasa sebagai cara untuk
melatih dan membiasakan para mahasantri dan mahasantriwati untuk bisa
berbicara menggunakan bahasa Arab. Dengan kata lain, kegiatan hari
berbahasa ini dilakukan dengan tujuan untuk mengembangkan Maharah al-
kalam (keterampilan Berbicara) yang dimiliki oleh mahasantri dan
mahasantriwati Ma’had Al-Jamiah IAIN Sultan Amai Gorontalo.
Sebelum kegiatan hari berbahasa dilaksanakan, terlebih dahulu para
mahasantri dan mahasantriwati akan dibekali beberapa hafalan Al-Mufrodat
(kosa kata bahasa Arab) sebagai bahan yang akan mereka gunakan ketika
melakukan percakapan antara satu dengan yang lainnya. Selain itu, mahasantri
dan mahasantriwati juga akan dibekali beberapa Al-Hiwar (percakapan bahasa
Arab) yang berhubungan dengan kegiatan-kegiatan mereka selama berada di
Ma’had Al-Jamiah IAIN Sultan Amai Gorontalo sesuai dengan teknik dalam
maharah al-Kalam.

2.2 Pengaruh yang Didapat Para Mahasantri Maupun Mahasantriwati dalam


Kegiatan Pengembangan Maharatul Kalam melalui Bi’ah Arabiyah

12
Pengaruh adalah kekuatan yang ada atau yang timbul dari sesuatu, seperti
orang, benda yang turut membentuk watak, kepercayaan, atau perbuatan seseorang.
10
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh yang didapat oleh para mahasantri
maupun mahasantriwati dalam kegiatan pengembangan maharatul kalam belalui bi’ah
arabiyah ini adalah dapat mempercepat tingka pemerolehan bahasa Arab yang kini
dianggap sebagai problem mendasar yang kerap menghambat kemampuan berbahasa
pada diri pelajar dalam suatu lembaga pendidikan. Karena faktor yang paling penting
untuk memperoleh bahasa tersebut dengan faktor lingkungan.
Yaitu seorang pembelajar menerjunkan dirinya ke dalam lingkungan pengguna
bahasa yang sedang dia pelajari, dalam hal ini bahasa Arab. Menurut Dr. Shalih, siapa
yang berada pada lingkungan bahasa yang sedang dia pelajari, ia dapat diibaratkan
sebagai 50 (lima) puluh guru mengajari 1 (satu) murid yang sudah pasti akan sangat
efisien dan efektif dalam akselerasi belajar bahas, dalam hal ini bahasa Arab.

2.3 Penelitian Terdahulu


Peneliti menggunakan beberapa penelitian skripsi, dan jurnal terdahulu untuk
menganalisa dan melihat kembali masalah yang ditemukan antara satu dan lainnya,
sehingga bisa dijadikan tolak ukur bagi peneliti untuk mendapatkan solusi yang tepat,
diantaranya :
Skripsi yang ditulis oleh : Muharomah, dengan judul : Pengembangan Maharah
Al-Kalam Melalui Bi’ah Lughowiyah di Madrasah Aliyah Program Keagamaan
(MAK) Pondok Pesantren Al-Hikmah 2 Benda Brebes Tahun Pelajaran 2016/2017.
Skripsi yang ditulis oleh : Syaifudin, dengan judul : Pembelajaran Maharah Al-
Kalam Berbasis Pengembangan Penguasaan Mufradat Siswa Kelas X Putra MA
Unggulan Al-Imdad Pandak Bantul Tahun Pelajaran 2013/2014
Jurnal yang ditulis oleh : Nuyani, dengan judul : Bi’ah Arabiyah dan
Pengembangan Maharah Al-Kalam di Perguruan Tinggi Islam.
10
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta:
Balai Pustaka, 1996, h. 747

13
Setelah melihat perbandingan antara beberapa skripsi dan jurnal ditemukan
beberapa perbandingan : beragam tahapan yang dilakukan oleh setiap sekolah untuk
melatih maharah al-Kalam, meski tak menutup kemungkinan terdapat permasalahn
yang sama antara skripsi dan jurnal : Kurangnya Motivasi dan Minat Peserta Didik
dalam Pembelajaran Maharah al-kalam.

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian

Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif. Sedangkan untuk jenis penelitian


yang digunakan peneliti dalam proposal ini adalah deskriptif kualitatif. Penelitian
deskriptif kualitatif yaitu suatu metode mengolah data dengan cara mendefinisikan

14
gejala, peristiwa, dan kejadian saat memusatkan perhatian kepada masalah aktual, dan
menganalisis objek penelitian untuk mengetahui sekaligus menggambarkan kejadian
dan peristiwa individual atau kelompok tertentu yang dialami oleh subjek penelitian,
baik dari segi perilaku, persepsi, dan bahasa.11

Pendekatan kualitatif biasa disebut dengan pendekatan investigasi dimana

peneliti mengumpulkan data dengan cara bertatap langsung dengan subyek penelitian.
12
Tujuan utama penelitian deskriptif ialah menggambarkan sifat suatu keadaan

sementara berjalan pada saat penelitian dilakukan, memeriksa penyebab dari

penelitian tersebut.

3.2 Kehadiran Peneliti


Menurut Sudarman Danim instrumen utama dalam pengumpulan data untuk
penelitian kualitatif, yaitu peneliti itu sendiri atau disebut human instrumen. Tidak
mewakilkan kepada orang lain13. Tugas peneliti; mencari data, mengumpulkan data,
menyajikan dan menganalisa hasil data yang diperoleh peneliti, sehingga bisa
dijadikan tolok ukur bagi permasalahan yang ada di-sekolah itu sendiri.
Kehadiran peneliti dalam setiap tahap penelitian kualitatif membantu peneliti
untuk memahami semua data yang dikumpulkan selama penelitian. Karena itu hampir
dipastikan bahwa peneliti kualitatif adalah orang yang langsung melakukan
wawancara dan observasi dengan informan-informannya. Peneliti kualitatif adalah

11
Aan Prabowo dan Heriyanto, Analisis Pemanfaatan Buku Elektronik (E-Book) oleh
Pemustaka di Perpustakaan SMA Negeri 1 Semarang, Jurnal Ilmu Perpustakaan, Vol. 2, No. 2, 2013,
h. 5.
12
Sayifuddin, “Pembelajaran Maha>rah al-Kala>m Berbasis Pengembangan Penguasaan
Mufradat Siswa Kelas X Putra MA Unggulan Al-Imdad Pandak Bantul Tahun Ajaran 2013/2014”,
(Skripsi, Jurusan PBA, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2013,) h. 23.
13
Fakhrur Rahman, “Problematika Pembelajaran Bahasa Arab di Madrasah Tsanawiyah di
Kota Langsa”, h. 41

15
peneliti yang memiliki waktu yang lama bersama dengan informan di lapangan,
bahkan sampai kejenuhan pengumpulan data tercapai.
Menurut Moleong apabila peneliti lebih lama dilapangan, maka ia akan
membatasi; (1) Gangguan dari dampak peneliti pada konteks (2) Kekeliruan peneliti
(3) Mengonpensasikan pengaruh dari kejadian-kejadian yang tidak biasa atau
pengaruh sesaat.14

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Peneliti menggunakan beberapa teknik pengumpulan data diantaranya:


1. Teknik Observasi
Teknik observasi ini untuk mengetahui perkembangan maharah al-Kalam
melalui bi’ah di Ma’had Al-Jami’ah IAIN Sultan Amai Gorontalo. Sehingga dapat
menghimpun data tentang pembelajaran maha>rah al-kala>m ditinjau dari segi
Lingkungannya.
Teknik observasi ini untuk mengamati dan mencatat kejadian yang terjadi
secara langsung terhadap fenomena yang akan diteliti kemudian mengumpulkan data
dari kejadian tersebut. Teknik ini dilakukan peneliti untuk mengamati gejala awal
yang peneliti jelaskan di latar belakang masalah.

2. Teknik Wawancara
Teknik wawancara merupakan suatu bentuk komunikasi verbal yang bersifat
bebas antar antara peneliti dan subyek peneliti. Dalam hal ini peneliti dapat
menanyakan apa saja dalam bentuk lisan dan jawabannya dalam bentuk lisan juga,
jawaban subyek peneliti akan menjadi sumber data bagi peneliti.15
14
Burhan Bungin, “Penelitian Kualitatif (Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu
Sosial lainnya”, (Cet. 8, PT. Adhitya Andrebina Agung: Jakarta, 2015), h. 263.

15
M. Ilmi dan Nadiyah, Problematika Guru pada Pembelajaran Bahasa Arab di Kelas VI
Madrasah Ibtidaiyah Negeri 10 Banjar, Darris: Jurnal Pendidikan Madrasah Ibtidaiyah, Vol. 2, No. 2,

16
Peneliti mewawancarai Pembina Asrama mengenai Kegiatan yang memiliki

kaitan dengan bahasa Arab untuk mengetahui sejauh mana keterampilan berbicara

dengan bahasa Arab yang dimiliki oleh para mahasantri dan mahasantriwati Ma’had

Al-Jamiah IAIN Sultan Amai Gorontalo. Wawancara memudahkan peneliti untuk

mengetahui bagaimana pelaksanaan pengembangan maharah al-Kalam melalui Bi’ah

Arabiyah dan Pengaruh apa yang didapat dari kegiatan tersebut.

3.4 Sumber Data

Menurut Suharsimi Arikunto sumber data adalah subyek dari mana data itu

berasal.

Sumber data dibagi menjadi dua bagian:

a. Data Primer

Data yang diperoleh peneliti secara langsung dari wawancara beberapa

informan (sumber informasi). Adapun subyek dalam penelitian ini yaitu; kepala

sekolah, yang bertanggung jawab atas terlaksananya semua program pembelajaran,

kemudian guru mata pelajaran bahasa Arab yang mengajar di sekolah juga sebagian

peserta didik di sekolah tersebut.

Sumber data utama dalam penelitian ini adalah ucapan-ucapan dan tindakan-

tindakan dari subjek yang diteliti. Sumber data primer tersebut diperoleh dengan

teknik wawancara mendalam dan observasi.16

b. Data Sekunder

2019, h. 104
16
Lenni Suriyanti, “Pengaruh Kemampuan Membaca Al-Quran Siswa dan Keterampilan
Mengajar Guru terhadap Maharatul Qiraah Siswa Kelas VIII Mtsn 4 Bulukumba”, (Tesis, Universitas
Islam Negeri Alauddin Makassar, 2018), h. 86

17
Data sekunder ini berupa dokumen-dokumen, misalnya data mengenai keadaan

geografis, data prestasi, serta dokumen yang diperlukan untuk menjawab fokus

penelitian di Ma’had Al-Jamiah IAIN Sultan Amai Gorontalo. Berdasarkan

pandangan tersebut, data sekunder yang dicari adalah dokumen-dokumen yang terkait

dengan demografis, sarana prasarana ma’had dan dokumen yang terkait dengan fokus

penelitian. Hal ini dijadikan peneliti sebagai pelengkap data primer.17

3.5 Teknik Analisis Data

Menurut Prof. Dr. Sugiono dalam buku metode penelitian pendidikan

mengatakan, yaitu proses mencari dan mengumpulkan data dari teknik pengumpulan

data; hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi. Tujuannya memudahkan orang

lain untuk memahami informasi yang diperoleh.

Menurut Miles dan Huberman, mereka menggunakan tiga tahapan dalam

melakukan analisis data kualitatif:

1. Reduksi data

Reduksi data merupakan proses pemilihan dari sumber data sesuai tema yang

diperoleh oleh peneliti baik melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi.

Setelah data terkumpul, peneliti memilih materi yang akan dipakai atau tidak. Hal

ini mempermudah peneliti untuk meringkas data yang sesuai tema.18

2. Penyajian data

17
Roikhatul Jannah, “Peran Kepala Madrasah sebagai Supervisor dalam Meningkatkan
Profesionalisme Guru di Madrasah Ibtidaiyah Nurul Huda Babadan Ngajum Malang”, (Skripsi,
Jurusan PGMI, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim, Malang, 2013), h. 73.
18
Nirmala Fildza Farkhana, “Pembelajaran Maharah Kalam Siswa Kelas Unggulan di Mtsn
2 Banjarnegara Tahun Pelajaran 2016/2017”, h. 13.

18
Penyajian data adalah menemukan makna dari data-data yang diperoleh

kemudian disusun dari deduktif (umum ke khusus) ke induktif (khusus ke umum).

Dalam hal ini peneliti lebih memfokuskan mencari jawaban dari rumusan

masalah. Oleh karena itu, keakuratan hasil materi sangat diperlukan oleh peneliti

dalam menyajikan data.

3. Verifikasi (penarikan kesimpulan)

Verifikasi dilakukan oleh peneliti setelah mendapatkan data baik dari hasil

rekaman, wawancara, dokumentasi maupun observasi. Setelah dirasa cukup,

peneliti menghubungkan antara kejadian yang ada kemudian mengujinya dengan

versi data yang lain.

Dalam tahap ini peneliti sudah mulai menarik kesimpulan terhadap segala

sesuatu hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan manajemen pendidikan di

madrasah. Namun, kesimpulan yang dirumuskan tersebut sifatnya masih

sementara dan terbuka untuk berubah.

Peneliti melakukan verifikasi dengan meninjau kembali penulisan dan catatan

lapangan, mengembangkan ketelitian temuan yaitu dengan cara melakukan

diskusi dengan teman sejawat, upaya yang luas untuk menempatkan salinan suatu

temuan dalam perangkat yang lain.19

19
Sumasno Hadi, Pemeriksaan Keabsahan Data Penelitian Kualitatif Pada Skripsi, ULM.
Banjarmasin, Jurnal Ilmu Pendidikan, Jilid: 22, No. 1, 2016, h. 75.

19
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan uraian-uraian yang telah dikemukakan pada bab-bab sebelumnya,

serta analisis data maka kesimpula data dari penelitian saya yang berjudul “Pengaruh

Pengembangan Maharatul Kalam melalui Bi’ah Arabiyah di Ma’had Al-jamiah IAIN

Sultan Amai Gorontalo” sebagai berikut :

1. Kemahiran berbicara merupakan salah satu jenis kemampuan berbahasa yang

ingin dicapai dalam pengajaran bahasa modern termasuk bahasa Arab.

Berbicara merupakan sarana utama untuk membina saling pengertian,

20
komunikasi timbal balik, dengan menggunakan bahasa sebagai medianya. Yang

dimaksud dengan kegiatan berbicara (kalam) adalah mengucapkan suara-suara

Arab dengan benar menurut pakar bahasa itu. Keterampilan berbicara dapat

terwujud setelah keterampilan menyimak dan mengucapkan kosa kata bahasa

Arab. Keterampilan ini dapat berupa percakapan, diskusi, cerita ataupun pidato.

2. Adapun cara untuk mengembangan maharatul kalam (keterampilan berbicara)

melalui bi’ah Arabiyah di Ma’had Al-Jamiah IAIN Sultan Amai Gorontalo

yaitu dengan dilaksanakannya hari berbahasa. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa pelaksanaan kegiatan hari berbahasa ini dilakukan setiap hari Jum’at,

dimana para hari tersebut semua mahasantri dan mahasantriwati diwajibkan

untuk menggunakan bahasa Arab sebagai bahasa yang mereka gunakan untuk

melakukan percakapan antara satu dengan yang lainnya.

3. Adapun pengaruh yang didapat oleh para mahasantri maupun mahasantriwati

dalam kegiatan pengembangan maharatul kalam belalui bi’ah arabiyah ini

adalah dapat mempercepat tingka pemerolehan bahasa Arab yang kini dianggap

sebagai problem mendasar yang kerap menghambat kemampuan berbahasa

pada diri pelajar dalam suatu lembaga pendidikan. Karena faktor yang paling

penting untuk memperoleh bahasa tersebut dengan faktor lingkungan.

4.2 Saran

Dari hasil penelitian ini penulis memberikan saran-saran berdasarkan apa yang

telah penulis ketahui terhadap upaya perkembangan Maharatul kalam melalui Bi’ah

Arabiyah di Ma’had Al-Jamiah IAIN Sultan Amai Gorontalo adalah :

21
1. Bahwa dengan adanya pengembangan maharatul kalam melalui Bi’ah arabiyah

tersebut hendaknya dapat menjadi salah satu cara ya untuk melatih keterampilan

berbicara bagi para peserta didik.

2. Program hari berbahasa di Ma’had Al-Jamiah IAIN Sultan Amai Gorontalo

hendaknya lebih ditambah lagi hari dari kegiatan tersebut. Agar keterampilan

berbicara peserta didik dapat lebih terlatih dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

Bungin, Burhan “Penelitian Kualitatif (Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan


Ilmu Sosial lainnya”, Cet. 8, PT. Adhitya Andrebina Agung: Jakarta, 2015.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Jakarta: Balai Pustaka, 1996
Farkhana, Nirmala Fildza “Pembelajaran Maharah Kalam Siswa Kelas Unggulan di
Mtsn 2 Banjarnegara Tahun Pelajaran 2016/2017.
Hadi, Sumasno Pemeriksaan Keabsahan Data Penelitian Kualitatif Pada Skripsi,
ULM. Banjarmasin, Jurnal Ilmu Pendidikan, Jilid: 22, No. 1, 2016.

22
Hasan,Ramsul, Pengaruh Bi’ah Al-‘Arabiyah Terhadap keterampilan Berbicara
Bahasa Arab Santriwati Pesantren Al-Amanah Liabuku Kota Baubau, Jurnal
Diskursus Islam. Vol. 7. No. 2, Agustus 2019
Hamid Hamdani, Pengembangan Sistem Pendidikan di Indonesia, Bandung : Pustaka
Setia,2013
Heriyanto dan Aan Prabowo Analisis Pemanfaatan Buku Elektronik (E-Book) oleh
Pemustaka di Perpustakaan SMA Negeri 1 Semarang, Jurnal Ilmu
Perpustakaan, Vol. 2, No. 2, 2013.
Jannah, Roikhatul “Peran Kepala Madrasah sebagai Supervisor dalam
Meningkatkan Profesionalisme Guru di Madrasah Ibtidaiyah Nurul Huda
Babadan Ngajum Malang”,Skripsi, Jurusan PGMI, Universitas Islam Negeri
Maulana Malik Ibrahim, Malang, 2013.
Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2002.
Majid, Abdul Perencanaan Pembelajaran, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005.
Nadiyah dan M. Ilmi Problematika Guru pada Pembelajaran Bahasa Arab di Kelas
VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri 10 Banjar, Darris: Jurnal Pendidikan
Madrasah Ibtidaiyah, Vol. 2, No. 2, 2019.
Nuryani, Bi’ah Arabiyah dan Pengembangan Maharah Al-Kalam di Perguruan
Tinggi Islam.Jurnal Lingua Scientia, No. 1, Vo. 3. Juni 2011
Nur Khalimuddin ,Muhammad. Problematika Pembelajaran Kala>m dalam
Pembelajaran Bahasa Arab SMK Muhammadiyah di Yogyakarta,Tesis,
Program Studi PI, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta,
2016
Rahman, Fakhrur “Problematika Pembelajaran Bahasa Arab di Madrasah
Tsanawiyah di Kota Langsa”.
Syarifuddin dan Muthmainnah, Strategi Pembelajaran Maharah Al-Kalam di
Lembaga Pendidikan Bahasa Arab (LPBA) Ocean Pare Kediri, Studi Arab:
Jurnal Pendidikan Bahasa Arab, Vol. 5, No. 1, 2014.

23
Sayifuddin, “Pembelajaran Maha>rah al-Kala>m Berbasis Pengembangan
Penguasaan Mufradat Siswa Kelas X Putra MA Unggulan Al-Imdad Pandak
Bantul Tahun Ajaran 2013/2014”, Skripsi, Jurusan PBA, Universitas Islam
Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2013.
Suriyanti, Lenni “Pengaruh Kemampuan Membaca Al-Quran Siswa dan
Keterampilan Mengajar Guru terhadap Maharatul Qiraah Siswa Kelas VIII
Mtsn 4 Bulukumba”, Tesis, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar,
2018
Taubah,Miftchul Menciptakan Bi’ah ‘Arabiyah di Lingkungan Universitas yang
Multikultural. Jurnal Pendidikan Bahasa Arab. No. 2. Vol. 8,Desember 2017

24

Anda mungkin juga menyukai