Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

DESAIN DAN PENGEMBANGAN MATERI AJAR BAHASA ARAB


PADA BALAI PENGAJIAN

Disusun
Oleh:

CUT NUR BUKHARAH


21050105
Dosen Pengampu : Dr. Dhiauddin, M.pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM ALMUSLIM ACEH
KABUPATEN BIREUEN
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
Rahmat, Inayah, Taufik dan Hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana.
Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk
maupun pedoman bagi pembaca.
Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun
isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
saya miliki sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca
untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini.

Bireuen, November 2023

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................... i
DAFTAR ISI...................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang........................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................... 1
1.3 Tujuan Penulisan ...................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN................................................................................... 2
2.1 Definisi Pengembangan materi ajar bahasa arab....................................... 2
2.2 Pengajaran bahasa arab di balai pengajian................................................ 3
2.3 Desain dan pengembangan materi ajar bahasa arab pada balai pengajian 9
BAB III PENUTUP........................................................................................... 13
3.1 Kesimpulan................................................................................................ 13
3.2 Saran.......................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 14

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembelajaran bahasa asing terutamanya bahasa Arab adalah untuk
pengembangan kemampuan pelajar dalam menggunakan bahasa itu baik lisan
mahupun menulis. Kemampuan menggunakan bahasa dalam dunia pengajaran
bahasa disebut kemahiran berbahasa (maharat al-lughah). Kemahiran tersebut
terbahagi kepada empat kemahiran iaitu mendengar (maharat al-istima’ / listening
skill), bertutur (maharat almuhadathah/speaking skill), membaca (maharat al-
qiraah/reading skill) dan menulis (maharat al-kitabah/writting skill). Kemahiran
mendengar dan membaca dikategorikan ke dalam kemahiran reseptif (al-maharat
al-istiqbaliyyah/receptive skills) sementara kemahiran bertutur dan menulis
dikategorikan ke dalam kemahiran produktif (al-maharat alintajiyyah/productive
skills)
Balai pengajian, selain dikenal sebagai tempat mempelajari agama dan
pembentukan akhlak, dikenal juga sebagai tempat untuk membentuk lingkungan
berbahasa. Keterampilan berbahasa sering jadi identitas bagi sebuah Balai
pengajian. Balai pengajian tradisional lebih mengutamakan kemampuan bahasa
Arab secara pasif sementara Balai pengajian modern lebih cenderung ke arah
keterampilan berbahasa yang aktif.
Balai pengajian sepertinya sangat nyaman dengan penguasaan bahasa
secara pasif. Santri cukup dibekali pengetahuan ilmu alat (tata bahasa Arab)
supaya bisa membaca dan menerjemahkan kitab. Sementara Balai pengajian
modern mencoba untuk mengembangkan keempat keterampilan berbahasa baik
pasif maupun aktif kepada para santri.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa Definisi Pengembangan Materi ajar Bahasa Arab ?
2. Bagaimana Pengajaran Bahasa Arab di Balai Pengajian ?
3. Bagaimana Desain dan Pengembangan Materi Ajar Bahasa Arab pada
Balai Pengajian ?

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Pengembangan Materi ajar Bahasa Arab


Kemp (1977: 44) menjelaskan bahwa materi ajar berisi gabungan
antara pengetahuan dalam bentuk fakta dan informasi terperinci, kumpulan
keterampilan yang berisi langkah-langkah, prosedur serta faktor sikap yang
dapat memberi keterangan yang komplit terhadap apa saja yang dibutuhkan
oleh siswa. Di satu sisi, Merril (1977: 37) menuturkan bahwa terdapat perbedaan
isi materi pelajaran yang berisi empat hal di antaranya: fakta, konsep, prosedur,
dan prinsip. Materi ajar bahasa Arab adalah materi pelajaran bahasa Arab
yang merupakan gabungan antara pengetahuan, ketrampilan, dan faktor sikap,
yang disusun secara sistematis sehingga dapat digunakan guru dan siswa dalam
proses pembelajaran bahasa Arab. Dengan demikian tidak semua buku yang
dapat ditemukan dalam berbagai literatur disebut materi ajar.
Materi ajar menurut Pannen (1995) merupakan seperangkat bahan-bahan
yang disiapkan dan disusun secara obyektif dan sistematis yang dipergunakan
baik oleh guru maupun siswa dalam upaya untuk menjalankan proses
pembelajaran yang efektif. Sementara itu, Sadjati (2003: 3) mengatakan
bahwa materi ajar bersifat unik dan spesifik yang hanya dipergunakan untuk
pembelajar di dalam kelas maupun di luar kelas yang bertujuan untuk
mencapai tujuan pembelajarannya. Di satu sisi, spesifik bermaksud bahwa
penyusunan materi ajar harus detail dan rinci yang relevan untuk keperluan
ketercapaian tujuan tersebut.
Pembelajaran Bahasa arab harus dilakukan dengan cara yang berpariatif
namun juga harus efektif agar pembelajaran bahasa arab dapat dicerna dan
diterima oleh anak didik dengan mudah salah satunya dengan menggunakan
metode ghina atau menyanyi. Metode bernyanyi merupakan metode pembelajaran
yang menggunakan syair-syair yang dilagukan. Biasanya syair-syair tersebut
disesuaikan dengan materi-materi yang akan diajarkan oleh pendidik.

5
2.2 Pengajaran Bahasa Arab di Balai Pengajian
Dalam konteks pendidikan di balai pengajian, menurut Nurcholish Madjid,
istilah kurikulum tidak dikenal di dunia balai pengajian. Kebanyakan balai
pengajian tidak merumuskan dasar dan tujuan balai pengajian secara eksplisit
dalam bentukkurikulum. Tujuan pendidikan pesantren ditentukan oleh kebijakan
Kiai, sesuai dengan perkembangan pesantren tersebut termasuk di dalamnya
adalah pembelajaran bahasa Arab1.
Pada pondok balai pengajian, pembelajaran bahasa ini lebih diutamakan
pada penguasaan tata bahasa. Tata bahasa ini dipelajari dalam dua pembahasan
utama yang dikenal dengan ilmu nahwu dan sharaf. Kedua ilmu ini merupakan hal
urgen yang harus dikuasai untuk bisa mengetahui struktur dari bahasa yang
menjadi bahasa persatuan umat Islam ini. Dalam Bahasa Inggris, nahwu dan
sharaf biasa disebut dengan grammar atau structure, yaitu yang membahas seputar
bentuk dan perubahan kata serta penggunaannya dalam suatu kalimat. Di
pesantren tradisional, pembelajarann nahwu-sharaf ini bertingkat dengan
berpedoman kitab salaf atau klasik dalam ilmu nahwu sharaf. Semisal kitab
Jurumiyah, 'Imrithi, Alfiyah, Amtsilatut Tashrifiyah, Maqsud, dan sebagainya.
Selain dalam model pembelajarannya, dalam pembelajaran sehari-hari
juga dengan Bahasa Arab, yaitu ketika mempelajari semua mata pelajaran atau
dalam mengkaji suatu ilmu, kitab yang dipakai atau dikaji dalam pelajaran
tersebut merupakan kitab berbahasa Arab atau lebih dikenal dengan kitab kuning
yang kemudian diartikan per kata. Sehingga langsung tahu bentuk- bentuk dari
bahasa ini dan mengerti arti per kata yang disajikan dalam kitab mata pelajaran
tersebut.
Selain itu, terkait dengan output dari model pembelajaran di balai
pengajian tradisional ini, para santri lulusan ini memiliki kualitas pemahaman
dalam hal memahami struktur kalimat dan pemaknaan per kata. Akan tetapi, pada
balai pengajian modern, para santri kurang memiliki wawasan dalam hal qoidah
atau struktur kalimat. Sehingga dalam praktinya, istilah grammar kurang

1
Nurcholish Madjid,1997. Bilik-Bilik Pesantren Sebuah Potret Perjalanan (Jakarta:
Paramadina), hal. 59

6
diperhatikan. Dan biasanya, tidak ada kitab rujukan khusus sebagaimana yang
dilakukan di balai pengajian tradisional.
1) Kurikulum
Kurikulum merupakan salah satu instrumen dari suatu lembaga
pendidikan, termasuk pendidikan balai pengajian. Untuk mendapatkan gambaran
tentang pengertian kurikulum, akan disinggung terlebih dahulu definisi tentang
kurikulum. Menurut Iskandar Wiryokusumo, kurikulum adalah "Program
pendidikan yang disediakan sekolah untuk siswa".2
Sementara itu, menurut S. Nasution, kurikulum adalah "Suatu rencana
yang disusun untuk melancarkan proses belajar-mengajar di bawah bimbingan
dan tanggung-jawab sekolah atau lembaga pendidikan beserta staf
pengajarnya".Dari definisi di atas dapat dipahami bahwa kurikulum pada dasarnya
merupakan seperangkat perencanaan dan media untuk mengantarkan lembaga
pendidikan untuk mewujudkan lembaga pendidikan yang diidamkan.
Balai pengajian dalam kelembagaannya, mulai mengembangkan diri
dengan jenis dan corak pendidikannya yang bermacam-macam. Kurikulum balai
pengajian" salaf' yang statusnya sebagai lembaga pendidikan non-formal hanya
mempelajari kitab-kitab klasik yang meliputi: Tauhid, Tafsir, Hadits, Fiqh, Ushul
Fiqh, Tasawwuf, Bahasa Arab (Nahwu, Sharaf, Balaghah danTajwid), Mantiq dan
Akhlak. Pelaksanaan kurikulum pendidikan pesantren ini berdasarkan kemudahan
dan kompleksitas ilmu atau masalah yang dibahas dalam kitab. Jadi, ada tingkat
awal, menengah dan tingkat lanjutan.
Kurikulum Bahasa Arab Model salaf (Tradisional) Tidak berlebihan jika
pesantren salaf merupakan genue bagi berkembangnya pesantren di Indonesia.
Hal ini dikarenakan pesantren salaf merupakan manifestasi dunia pesantren yang
berusaha untuk tetap berada dalam rel tujuan awal pendirianya, yakni sebagai
lembaga syi'ar (dakwah) dan pendidikan agama Islam. Sebagai sebuah lembaga
pendidikan Islam, pesantren salaf di awal perkembangannya hanya mengajarkan
agama dengan sumber mata pelajaran berupa kitab-kitab berbahasa Arab yang
masuk dalam kategori mu'tabarah. Pelajaran yang biasanya dikaji meliputi: Al
2
Iskandar Wiryokusumo dan Usman Mulyadi, 1998. Dasar-dasar Pengembangan
Kurikulum (Jakarta:Bina Aksara,), hal. 6.

7
Qur'an dengan tajwid dan tafsirnya; hadits dengan musthalahnya, bahasa Arab
dengan nahwu, sharf, balaghah, arudl, dan mantiqnya; fiqih dengan hukum-
hukum dan ushul fiqihnya; serta akhlaq dengan warna tasawufnya. Kitab-kitab
yang dipakai, pada umumnya juga terbatas pad hasil karya ulama abad
pertengahan (antra abad 12 - 15) yang kemudian lebih dikenal dengan istilah kitab
kuning.
Selain ilmu agama, bahasa Arab merupakan pelajaran pokok yang harus
diikuti dan dikuasai oleh para santri. Sebab, tingkat penguasaan terhadap tata
bahasa Arab seringkali dijadikan tolok ukur kualitas seorang santri untuk
mendapatkan predikat Kiai. Maka, tidak heran jika kitab-kitab nahwu,
(Jurumiyah, Mutamimah, Imrithi, serta Al fiyah), kitab-kitab sharah (al Amstilah
at Tashrifiyah, Qawa'id al I'lal, Kaelani), serta kitab-kitab ilmu bahasa lainnya
menjadi santapan keseharian di pesantren salaf. Selain sebagai standar kualitas
determinasi tinggi dalam mempelajari ilmu bahasa (nahwu dan sharaf) di kaangan
santri salaf juga disebabkan oleh berkembangnya jargon "As Sharfu Umm al
Ulum wa al nahwu abuuhu" (sharaf adalah ibunya ilmu dan nahwu adalah
bapaknya)3. Dalam tradisi salaf, penguasaan bahasa Arab tidak diikutinya
kesungguhan dalam mempelajari ilmu tata bahasa Arab dengan usaha aplikatif
untuk mempraktekkan bahasa Arab dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini berakibat
pada minimnya tingkat penguasaan santri terhadap mufradat bahasa Arab,
sehingga tingkat keilmuan bahasanya adalah penguasaan bahasa pasif, bukan
bahasa aktif. Maksudnya adalah bahwa pesantren salaf lebih mengutamakan
penguasaan teks daripada penguasaan praktek. Singkatnya, ciri-ciri kurikulum
bahasa Arab tradisional dapat ditabulasi sebagai berikut:
a) Lebih memfokuskan pada penguasaan gramatika bahasa (nahwu dan
sharf) yang diimplemetasikan ke dalam bentuk pemahaman teks kitab-
kitab kuning.

3
Maskur, A., & Anto, P. (2018). Metode Pembelajaran Bahasa Asing Arab di Pondok
Pesantren Modern. El-Banar: Jurnal Pendidikan dan Pengajaran, 7(1), 63-68.
https://doi.org/10.54125/elbanar.v1i1.10

8
b) Tidak mementingkan perkembangan perubahan kosakata baru (al
mufrodaat al muta'akhirah) Tidak adanya praktek berbahasa (al
muhadatsah) dalam percapakan sehari-hari.
c) Mengandalkan kosakata dari perbendaharaan kitab-kitab klasik.
Memfokuskan pada kedisiplinan makna teks, ketimbang pemahaman
komunikasi (percakapan).
Dari penjabaran ciri-ciri tersebut, diketahui mengapa metode salaf
mempunyai penguasaan pasif. Namun kelebihan ciri metode ini adalah pada
kemampuan penerjemahan teks-teks Arab. Pemahaman keagamaan yang lebih
mendalam dari hasil karena proses analisis kebahasaan yang komprehensif. Ini
berbeda sama sekali dengan kurikulum Bahasa Arab Model Pesantren modern
muncul sebagai usaha dunia pesantren untuk mengakomodasi perubahan zaman
dan arus modernisasi.
Kurikulum bahasa Arab tradisonal mempunyai kelebihan memahami teks
dan penguasaan penerjemahan. Hal ini dipengaruhi oleh kedisiplinan untuk
memegang gramatika (nahwu dan sharf) yang diimplementasi ke dalam
penerjemahan kitab-kitab klasik. Bahasa Arab dalam metode tradisional
mempunyai kelemahan pada sisi praktek kebahasaan (komunikasi), atau dengan
kata lain model ini membentuk pola kebahasaan pasif.4
2) Tujuan
Di antara Tujuan pembelajaran bahasa Arab di pesantren tradisional
adalah:
a. Menghafal kosa kata dan memahami arti bahasa sumber/asing lewat
terjemahan, setelah terlebih dahulu menghafalkan kaidah-kaidah
bahasanya.
b. Peserta didik harus tahu pentingnya bahasa sumber/asing,
membandingkannya dengan bahasabahasa lain, misalkan bahasa asal
(bahasa ibu), dengan demikian maka pengajar akan lebih leluasa
meluangkan waktunya mengajarkan tentang bahasa.
4
Rozak, A. (2018). Modernisme Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Pesantren Di
Rangkasbitung Banten. Arabi: Journal of Arabic Studies, 3(2), 167-180.
https://doi.org/10.24865/ajas.v3i2.110

9
c. Memfokuskan pada keakuratan bahasa (Language Accuracy) dalam
memahami kaidah-kaidah bahasa, ketika melakukan imla (dikte),
menerjemahkan dan meminimalisir keahlian dalam berbahasa (Language
Proficiency).
d. Mementingkan materi yang terdapat dalam buku ajar dan menelaah
kaidah-kaidah yang terdapat di dalamnya, teks-teks, dan latihan-latihan.
e. Mementingkan aspek bacaan dan aspek bacaan tersebut diambil dari
latihan menerjemahkan dari bahasa asal/ibu ke bahasa sumber/asing dan
juga sebaliknya.
f. Banyak latihan menerjemahkan kalimat-kalimat dari bahasa asal/ibu ke
bahasa sumber/asing dan sebaliknya, serta merangkai kalimat-kalimat
yang terputus-putus.5
3) Bahan Ajar
Bahasa Arab merupakan pelajaran pokok yang harus diikuti dan dikuasai
oleh para santri. Sebab, tingkat penguasaan terhadap tata bahasa Arab seringkali
dijadikan tolok ukur kualitas seorang santri untuk mendapatkan predikat Kiai.
Maka, tidak heran jika kitab-kitab nahwu, (Jurumiyah, Mutamimah, Imrithi, serta
Al fiyah), kitab-kitab sharah (al Amstilah at Tashrifiyah, Qawa'id al I'lal,
Kaelani), serta kitab-kitab ilmu bahasa lainnya menjadi santapan keseharian di
pesantren salaf.
Selain sebagai standar kualitas determinasi tinggi dalam mempelajari ilmu
bahasa (nahwu dan sharaf) di kaangan santri salaf juga disebabkan oleh
berkembangnya jargon "As Sharfu Umm al Ulum wa al nahwu abuuhu" (sharaf
adalah ibunya ilmu dan nahwu adalah bapaknya). Dalam tradisi salaf, penguasaan
bahasa Arab tidak diikutinya kesungguhan dalam mempelajari ilmu tata bahasa
Arab dengan usaha aplikatif untuk mempraktekkan bahasa Arab dalam kehidupan
sehari-hari. Hal ini berakibat pada minimnya tingkat penguasaan santri terhadap
mufradat bahasa Arab, sehingga tingkat keilmuan bahasanya adalah penguasaan
bahasa pasif, bukan bahasa aktif. Maksudnya adalah bahwa pesantren salaf lebih
mengutamakan penguasaan teks daripada penguasaan praktek
5
Ahmad fuad Effendy, 2005. Metodologi Pengajaran Bahasa Arab (Malang: Misykat),
hal. 32

10
4) Metode
Metode berasal dari kata methodosdari bahasa latin, sedangkan
methodositu sendiri berasal dari akar kata metadan hodos. Metaberarti menuju,
melalui, mengikuti, sesudah, sedangkan hodosberarti jalan, cara, arah. Dalam
pengertian yang lebih luas, metode dianggap sebagai cara-cara, strategi untuk
memahami realitas, langkah-langkah sistematis untuk memecahkan rangkaian
sebab akibat berikutnya.
Sebagai alat, metode berfungsi untuk menyederhanakan masalah sehingga
lebih mudah dipecahkan dan dipahami. Metode adalah upaya
mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar
tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal. Metode adalah a way in
achieving something.
Metode merupakan instrumen dan dipergunakan untuk mencapai tujuan
pendidikan atau alat yang mempunyai fungsi ganda, yaitu yang bersifat
polipragmatis dan monopragmatis. Oleh karena itu, secara umum metode
diartikan sebagai cara mengerjakan sesuatu, cara itu mungkin baik mungkin tidak
baik. Metode juga dapat diartikan sebagai cara untuk mempermudah pemberian
pemahaman kepada anak didik mengenai bahan atau materi yang diajarkan.
Secara umum, metode mengajar terbagi dua; tradisional dan modern. Dalam
istilah lain, para ahli menyebut klasifikasi metode ini adalah konvensional dan
inkonvensional .
Metode mengajar konvensional (tradisional) adalah metode mengajar y
ang lazim dipakai oleh guru. Metode inkonvensional atau modern adalah suatu
teknik meng ajar yang baru berkembang dan belum lazim digunakan secara
umum. Metode ini masih merupakan metode yang baru dikembangkan dan
diterapkan di beberapa sekolah tertentu, yang mempu nyai peralatan dan media
yang lengkap serta guru-guru yang ahli menanganinya.6
Azhar Arsyad mengungkapkan bahwa metode pengajaran bahasa asing
untuk pengajaran bahasa Arab merupakan ilmu yang baru berkembang kemudian,

6
Hermawan, A. (2018). Pembelajaran Keterampilan Berbahasa Arab dengan
Pendekatan Komunikatif — Intraktf. Alfabeta.

11
jauh di belakang perkembangan metode pengajaran bahasa Inggris. Meskipun
demikian, bukan berarti metode pengajaran bahasa Arab selama ini yang masih
bersifat 'tradisional' itu tidak berhasil, bahkan dianggap cukup banyak membawa
keberhasilan.
Beberapa metode pembelajaran bahasa Arab, diantaranya adalah: Metode
Grammar dan Terjemah/Grammar and Translation Method7.
a) Metode Grammar dan Terjemah merupakan metode paling tua dari semua
metode pembelajaran bahasa Arab. Metode ini dikenal di Amerika Serikat
di akhir abad ke-19, dengan nama bermacam-macam di antaranya dengan
nama metode Prusia. Pada tahun 1930-an terkenal dengan metode
Grammar dan Terjemah karena hanya memfokuskan pada kajian grammar
atau tata bahasa dengan pola pengajaran teori bahasa secara langsung yaitu
menerjemahkan kaidah-kaidah tata bahasa, kalimatkalimat, dan susunan
kalimat dari bahasa sumber/asing ke bahasa asal/ibu.
b) Pembelajaran metode Qawaiddan Terjemah ini dapat dilakukan dengan
cara, yaitu pengajar mengambil salah satu kitab nahwu yang di dalamnya
terdapat beberapa kaidah bahasa dengan beberapa penjelasannya disertai
dengan kamus 2 bahasa (bahasa kitab/asing dan bahasa pengajar).

2.3 Desain dan Pengembangan Materi Ajar Bahasa Arab pada Balai
Pengajian
Pengajian merupakan salah satu sarana pembelajaran bahasa Arab yang
banyak diminati oleh masyarakat Muslim di Indonesia. Pengajian biasanya
diselenggarakan oleh lembaga pendidikan Islam, seperti pesantren, madrasah, atau
lembaga pendidikan nonformal lainnya.
Pengembangan materi ajar bahasa Arab pada pengajian merupakan suatu
hal yang penting untuk dilakukan. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran bahasa Arab di pengajian. Materi ajar bahasa Arab yang

7
Hasan, A. A. (2020). Arabic Language Learning Curriculum Islamic Boarding School
System. Ta'lim al-'Arabiyyah: Jurnal Pendidikan Bahasa Arab &
Kebahasaaraban,4(2), 138—152. https://doi.org/10.15575/jpba.v4i2.9985

12
dikembangkan haruslah sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik peserta didik
pengajian8.
Tujuan dari pengembangan materi ajar bahasa Arab pada pengajian adalah
untuk:
 Meningkatkan kualitas pembelajaran bahasa Arab di pengajian
 Menyajikan materi bahasa Arab yang sesuai dengan kebutuhan dan
karakteristik peserta didik pengajian
 Menciptakan pembelajaran bahasa Arab yang lebih menarik dan bermakna
Metode yang digunakan dalam pengembangan materi ajar bahasa Arab
pada pengajian adalah model Research and Development (R&D) Borg and Gall.
Model ini terdiri dari 10 langkah, yaitu:9
1) Analisis kebutuhan
Langkah ini bertujuan untuk mengetahui kebutuhan dan karakteristik
peserta didik pengajian. Analisis kebutuhan dapat dilakukan dengan berbagai
cara, seperti wawancara, observasi, dan penyebaran angket.
2) Desain produk
Langkah ini bertujuan untuk merancang produk materi ajar bahasa
Arab. Rancangan produk harus disesuaikan dengan hasil analisis kebutuhan.
3) Pengembangan produk awal
Langkah ini bertujuan untuk membuat produk materi ajar bahasa Arab
secara lengkap. Produk materi ajar yang dikembangkan harus memenuhi
kriteria validitas, praktis, dan efektif.
4) Uji coba produk awal
Langkah ini bertujuan untuk menguji coba produk materi ajar bahasa
Arab secara terbatas. Uji coba produk awal dilakukan terhadap ahli materi,
ahli desain, dan peserta didik pengajian.
5) Revisi produk

8
Ahmad fuad Effendy, (2005) Metodologi Pengajaran Bahasa Arab, (Malang:
Misykat)
9
Iskandar Wiryokusumo dan Usman Mulyadi, (2017). Dasar-dasar
Pengembangan Kurikulum, (Jakarta: Bina Aksara)

13
Langkah ini bertujuan untuk merevisi produk materi ajar bahasa Arab
berdasarkan hasil uji coba awal.
6) Uji coba produk revisi
Langkah ini bertujuan untuk menguji coba produk materi ajar bahasa
Arab secara luas. Uji coba produk revisi dilakukan terhadap peserta didik
pengajian.
7) Revisi produk final
Langkah ini bertujuan untuk merevisi produk materi ajar bahasa Arab
berdasarkan hasil uji coba produk revisi.
8) Validasi produk final
Langkah ini bertujuan untuk memvalidasi produk materi ajar bahasa
Arab secara final. Validasi produk final dilakukan oleh ahli materi, ahli
desain, dan peserta didik pengajian.
9) Penerapan produk
Langkah ini bertujuan untuk menerapkan produk materi ajar bahasa
Arab secara luas.
10) Evaluasi produk
Langkah ini bertujuan untuk mengevaluasi produk materi ajar bahasa Arab
secara berkelanjutan. Pengembangan materi ajar bahasa Arab pada pengajian
harus memperhatikan beberapa prinsip, yaitu:
 Prinsip relevansi, materi ajar bahasa arab harus relevan dengan kebutuhan
dan karakteristik peserta didik pengajian.
 Prinsip kesesuaian, materi ajar bahasa arab harus sesuai dengan kurikulum
yang berlaku.
 Prinsip kejelasan, materi ajar bahasa arab harus jelas dan mudah dipahami
oleh peserta didik pengajian.
 Prinsip kemenarikan, materi ajar bahasa arab harus menarik dan
memotivasi peserta didik pengajian untuk belajar.
Karakteristik materi ajar bahasa arab pada pengajian harus memiliki
karakteristik sebagai berikut:

14
 Komprehensif, materi ajar harus mencakup semua aspek bahasa arab, yaitu
kosakata, tata bahasa, dan keterampilan berbahasa.
 Sistematis, materi ajar harus disajikan secara sistematis dan logis.
 Aktif, materi ajar harus memotivasi peserta didik untuk aktif belajar.
 Adaptif, materi ajar harus dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan
karakteristik peserta didik pengajian.

15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pembelajaran bahasa Arab di pesantren tradisional memiliki model yang
berbeda dengan pembelajaran bahasa arab di pesantren modern maupun di
sekolah atau perguruan tinggi. Dari sisi kurikulum, materi, tujuan, metode dan
banyak hal lainya.
Pengembangan materi ajar bahasa Arab pada pengajian merupakan suatu
hal yang penting untuk dilakukan. Pengembangan materi ajar yang sesuai dengan
kebutuhan dan karakteristik peserta didik pengajian dapat meningkatkan kualitas
pembelajaran bahasa Arab di pengajian.

3.2 Saran
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca,khususnya bagi
pemakalah. Dan dalam penulisan dan penyusanan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Maka dari itu pemakalah mengharapkan kritikan dan saran yang
bersifat membangun agar dalam pembuatan makalah yang berikutnya dapat
menjadi lebih baik.

16
DAFTAR PUSTAKA

Nurcholish Madjid,(1997). Bilik-Bilik Pesantren Sebuah Potret Perjalanan (Jakarta:


Paramadina), hal. 59

Maskur, A., & Anto, P. (2018). Metode Pembelajaran Bahasa Asing Arab di Pondok
Pesantren Modern. El-Banar: Jurnal Pendidikan dan Pengajaran, 7(1), 63-68.
https://doi.org/10.54125/elbanar.v1i1.10

Iskandar Wiryokusumo dan Usman Mulyadi, (1998). Dasar-dasar Pengembangan


Kurikulum (Jakarta:Bina Aksara,), hal. 6.

Rozak, A. (2018). Modernisme Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Pesantren Di


Rangkasbitung Banten. Arabi: Journal of Arabic Studies, 3(2), 167-180.
https://doi.org/10.24865/ajas.v3i2.110

Ahmad fuad Effendy, (2005). Metodologi Pengajaran Bahasa Arab (Malang: Misykat),
hal. 32

Hermawan, A. (2018). Pembelajaran Keterampilan Berbahasa Arab dengan Pendekatan


Komunikatif — Intraktf. Alfabeta.

Hasan, A. A. (2020). Arabic Language Learning Curriculum Islamic Boarding School


System. Ta'lim al-'Arabiyyah: Jurnal Pendidikan Bahasa Arab &
Kebahasaaraban,4(2), 138—152. https://doi.org/10.15575/jpba.v4i2.9985

Ahmad fuad Effendy, (2005). Metodologi Pengajaran Bahasa Arab, (Malang: Misykat)

Iskandar Wiryokusumo dan Usman Mulyadi, (2017). Dasar-dasar Pengembangan


Kurikulum, (Jakarta: Bina Aksara)

17

Anda mungkin juga menyukai