Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

METODE QIRA’AT DALAM PEMBELAJARAN


BAHASA ARAB

(Di ajukan sebagai persyaratan penuntasan tugas akhir semester)

Disusun oleh

1. Muhammad Naufal Abdur Ro'uf

MAN 1 TULUNGAGUNG

TAHUN AJARAN 2022/2023


1
LEMBAR PERSETUJUAN MAKALAH

“metode Qira’at dalam pembelajaran bahasa Arab”

Yang Dipersiapkan Dan Disusun Oleh;

Muhammad Naufal Abdur Ro’uf

Telah memenuhi persyaratan untuk Tugas akhir semester

Mengetahui, Tulungagung, 11 Mei

Guru pembimbing Ketua Kelompok

Nunung Shofa S.pd M. Naufal Abdur Ro'uf

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kepada Allah Yang Maha Esa atas berkat
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “METODE
QIRA’AT DALAM PEMBELAJARAN BAHASA ARAB” dengan baik dan tepat waktu.
Selain itu kami juga berharap semoga pembuatan makalah ini dapat memberikan manfaat
bagi para pembaca dan penulis untuk menambah wawasan dan pengetahuan .

Dalam pembuatan makalah ini tentunya tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, untuk
itu kami ucapkan terimakasih kepada orang tua, sekolah, wali kelas, dan guru pembimbing
kami Ibu Sofa, serta pihak pihak lain yang turut serta membantu memberikan refrensi untuk
penyelesaian makalah ini.

Makalah ini bukanlah karya yang sempurna karena masih memiliki banyak kekurangan
baik dalam hal isi maupun sistematika dan teknik penulisannya. Oleh sebab itu, kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini. Semoga
makalah ini bisa memberikan manfaat bagi penulis dan bagi pembaca untuk menambah
wawasan dan pengetahuan.

3
DAFTAR ISI

Halaman Judul…………………………………………………………………………… i

Halaman Pengesahan.........................................................................................................ii

Kata Pengantar…………………………………………………………………………... iii

Daftar Isi………………………………………………………………………………... iv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang………………………………………………………… 5

B. Rumusan Masalah …………………………………………………….. 6

C. Tujuan Penulisan……………………………………………………… 6

D. Manfaat Penulisan…………………………………………………….. 6

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Qira’at……………………………………………………… 8

B. Macam-macam metode Qira’at……………………………………………….. 9

C. Langkah penyajian metode qiraat……………………………………………… 11

D. Kelebihan dan Kelemahan metode qiraat…………………………………….. 12

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan…………………………………………………………… 13

B. Saran………………………………………………………………….. 13

Daftar Pustaka………………………………………………………………… 14

Profil penulis....................................................................................................... 15

4
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Bahasa adalah alat komunikasi dan alat untuk berfikir. Penggunaan bahasa sebagai alat
komunikasi akan sempurna bila seseorangmampu menerapkannya dalam bentuk lisan dan
tulisan. Dengan kemampuan menggunakan bahasa secara lisan dan tulisan seseorang akan
mampu beradaptasi dengan lingkungan sosialnya, mampu mengembangkan dirinya dan
masyarakat.
Bahasa Arab merupakan identitas terdekat dan sekaligus terjauh bagi umat Islam maupun
yang mempelajarinya. Dikatakan begitu dekat karena ia senantiasa hadir dalam keseharian
umat Islam, seperti bahasa shalat dan do‟a. dan begitu jauh karena ia terkadang
menampakkan wajah kesulitannya ketika dipelajari. “Namun demikian, bahasa Arab adalah
satu-satunya bahasa yang mengilhami pencarian seseorang atas ilmu yang tertinggi, yakni
Al-qur‟an dan Hadits”.
Pokok bahasan dalam penelitian ini adalah ditujukan pada pembelajaran bahasa Arab dengan
alasan bahwa bahasa Arab sebagai bahasa agama dikenal oleh seluruh umat Islam, dan
kedudukan agama ini menjamin keberadaannya (bahasa Arab) di tengah-tengah masyarakat.
Bahasa Arab dalam fase perkembangannya telah dijadikan sebagai
bahasa resmi dunia internasional, dan ini sangat menggembirakan bagi kita semua. Maka
tidak berlebihan jika pengajaran bahasa Arab perlu mendapatkan penekanan dan perhatian
seksama, mulai dari tingkat SD (sekolah dasar) sampai lembaga pendidikan tinggi, baik
negeri maupun swasta, umum maupun agama, untuk digalakkan dan diajarkan, di lembaga-
lembaga pendidikan umum sekarang ini, terutama pada tingkat SLTP (sekolah lanjut tingkat
pertama) dan SLTA (sekolah lanjut tingkat atas) bahasa Arab telah menjadi komponen
pilihan pokok pengajaran bahasa Asing, di samping bahasa Inggris.
Metodologi dalam mempelajari bahasa Arab yang diterapkan Indonesia yaitu metode
Qira‟ah. Metode Qira‟ah dinilai sesuai dengan kemampuan orang Indonesia dalam
mempelajari bahasa Arab sebagai bahasa kedua atau bahasa asing. “Metode Qira‟ah adalah
penguasaan bahasa asing dengan mengawalinya dari penguasaan unsur bahasa yang terkecil,
yaitu kosakata, yang didahului oleh latihan pengucapan yang benar, lalu pemahaman”.
Metode Qira‟ah ini menunjukkan fokus utamanya adalah keterampilan membaca.
berdasarkan berbagai penjelasan yang telah penulis sampaikan, penulis ingin membahas
makalah dengan judul " metode Qira’at dalam pembelajaran bahasa Arab di sekolah
menengah atas"

5
B RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka terdapat beberapa rumusan masalah sebagai
berikut:
1. Apa Yang di maksud metode qiraah?
2. Apa Macam macam metode qiraah yang di pelajari di sekolah menengah atas?
3. Bagaimana langkah penyajian metode qira’at?
4. Apa kelebihan dan kelemahan metode qira’at?.

C. TUJUAN PENULISAN
1.Mengetahui Penerapan Metode Qira‟ah dalam Pembelajaran Bahasa Arab Siswa sekolah
menengah atas
2.Mengetahui Faktor Penghambat Penerapan Metode Qira‟ah dalam Pembelajaran bahasa Arab
pada siswa Sekolah menengah atas

D. MANFAAT PENULISAN
a. Bagi Siswa
Siswa mampu memahami materi yang disampaikan guru serta lebih mudah dalam memotivasi
kegiatan belajar materi bahasa Arab khususnya dalam hal berbicara menggunakan bahasa
Arab.
b. Bagi Guru
Guru mampu meningkatkan daya kreasi dalam menyampaikan materi secara praktis, efektif dan
efisien dalam mencapai hasil pembelajaran yang maksimal, serta untuk menambah wawasan
tentang penggunaan metode pembelajaran dalam proses pembelajaran.
c.Bagi Sekolah
Penelitian ini dapat memberikan inspirasi dan masukan untuk peningkatan dan pengembangan
pembelajaran bahasa Arab di sekolah

6
BAB II
PEMBAHASAN

A PENGERTIAN QIRAAT
Qiraat adalah bentuk jamak dari kata qiraah yang secara lughawi bermakna bacaan. Dari sudut
istilah Al-Zarqani dalam kitabnya mengemukakan sebagai berikut :
‫وفي االصطالح مذهب يذهب إليه إمام من أئمة القراء مخالفا به غيره في النطق بالقرآن الكريم مع اتفاق الروايات والطرق عنه‬
3‫سواء أكانت هذه المخالفة في نطق الحروف أم في نطق هيئا ا‬
Artinya :
Suatu mazhab yang dipakai oleh seorang imam qira’at yang berbeda dengan imam qira’at lainnya
dalam hal pelafalan (pengucapan) al-Quran al-Karim disertai adanya kesepakatan riwayat-riwayat
dan jalur sanad daripadanya, baik perbedaan ini dalam bentuk pelafalan (pengucapan) huruf-huruf
ataupun dalam bentuk pelafalan (pengucapan) keadaan-keadaannya.
Defenisi diatas setidaknya mengandung tiga unsur utama. Pertama, qiraat dimaksudkan
menyangkut pembacaan ayat-ayat Alquran. Cara pembacaan al-Qur’an tersebut berbeda antara satu
imam dengan imam qira’at lainnya. Kedua, cara bacaan yang dianut dalam suatu mazhab qira’at
didasarkan atas riwayat dan bukan atas qiyas atau ijtihad. Ketiga, perbedaan antara qira’at-qira’at
diniscayakan bisa terjadi dalam pengucapan huruf-huruf dan pengucapannya dalam berbagai
keadaan.
Disamping itu, Al-Zarqani juga mengutip dari kitab Munjid al-Muqri’in karya Ibn al-Jazariy mengenai
defenisi qira’at sebagai brikut :
4.‫القراءة علم بكيفيات اداء كلمات القران واختالفها بعزوالناقلة‬
Artinya :
Qira’at adalah ilmu tentang cara-cara melafalkan kalimat-kalimat al-Qur’an dan perbedaanya dengan
membangsakannya kepada penukilnya.
Al-Jazariy dalam penjelasan berikutnya mengatakan bahwa al-Muqri adalah orang yang paham
qira’at-qira’at dan meriwayatkannya kepada orang lain dengan cara lisan. Seandainya seseorang
telah menghapal kitab qiraat seperti kitab Al-Taisir, karya al-Daniy, misalnya ia menurutnya belum
dianggap dapat meriwayatkan isinya selama yang menerima dari gurunya secara lisan tidak
menyampaikannya secara lisan pula dengan cara musalsal (bersambung-sambung). Sebab lanjutnya,
dalam masalah qiraat banyak hal yang tidak dapat ditetapkan kecuali melalui pendengaran dan
penyampaian secara lisan.5
Sementara itu Imam al-Zarkasyi mengemukakan defenisinya dengan :
6.‫القراءة اختالف الفاظ الوحي وكيفيتها من تخفيف وتشديد ونحوها‬
Artinya :

7
Qira’at yaitu perbedaan lafaz-lafaz al-Qur’an, baik menyangkut huruf-hurufnya maupun pengucapan
huruf-huruf tersebut seperti takhfif, tasydid dan lain-lain.
Nampaknya pengertian qira’at yang dikemukakan oleh al-Zarkasyi ini hanya terbatas pada lafal-lafal
al-Qur’an yang memiliki perbedaan qira’at saja. Padahal menurut Hasanuddin AF sebagian ulama
mendefenisikannya dalam lingkup yang lebih luas, yaitu mencakup pula lafal-lafal al-Qur’an yang
tidak memiliki perbedaan qira’at.7
Paparan-paparan di atas setidaknya memperlihatkan bahwa (1) qira’at adalah cara mengucapkan
lafaz-lafaz al-Qur’an; (2) pengucapan itu dicontohkan oleh Nabi berdasarkan riwayat yang valid; dan
(3) qira’at tersebut ada yang memiliki satu versi saja dan terkadang ada yang memiliki beberapa
versi qira’at.

8
MACAM MACAM METODE QIRA’AT
Ditilik dari sudut sejarah, para sahabat sebetulnya tidak semua sama dalam mengambil cara
membaca al-Quran dari Rasulullah. Sebagian mengambil satu cara bacanya dari Rasul, sebagian
mengambil dua dan yang lainnya mengambil lebih, sesuai dengan kemampuan dan kesempatan
masing-masing. Tetapi di tingkat sahabat misalnya tercatat beberapa orang sahabat yang diakui
reputasinya dalam bidang ini, seperti Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Ubay bin Ka’ab, Ibn
Mas’ud, Zaid bin Tsabit, Abu Darda’ dan Abu Musa al-Asy’ariy.
Meluasnya wilayah Islam dan menyebarnya para sahabat dan tabi'in yang mengajarkan al-Quran di
berbagai kota mempunyai andil tersendiri dalam melahirkan berbagai macam qira’at. Terjadilah
perbedaan cara bacaan al-Quran dari satu kota ke kota yang lain. Dengan demikian timbullah
berbagai qira’at yang kesemuanya berdasarkan riwayat. Hanya saja, sebagian menjadi populer dan
sebagian yang lain tidak. Riwayatnya juga sebagian mutawatir dan selainnya tidak.
Untuk menghindari penyelewengan qira’at yang sudah muncul, maka para ulama membuat
semacam parameter berupa persyaratan-persyaratan bagi qira’at yang dapat diterima setelah
melalui penelitian yang mendalam. Abd al-Hadi al-Fadhli misalnya telah melakukan penelitian
terhadap masalah ini dan mengemukakan berbagai persyaratan yang dikemukakan oleh para ahli
qira’at. Walaupun menurutnya terdapat sedikit perbedaan dalam menetapkan persyaratan bagi
qira’at yang tergolong sahih (al-qira’ah al-shahihah), namun pada prinsipnya sama. Persyaratan-
persyaratan tersebut dapat dilihat sebagai berikut 8:

1.bn Khalawayh (w. 370 H.) menetapkan persyaratannya dengan (1) ‫ مطابقة القراءة للرسم‬artinya
qira’at itu haruslah sepadan atau sesuai dengan rasm al-mushaf; (2) ‫ موافقة القراءة العربیة‬artinya qira’at
itu harus sesuai dengan kaidah bahasa Arab; dan (3) ‫ توارث نقل القراءة‬artinya qira’at tersebut haruslah
bersambung periwayatannya.
2.Makkiy ibn Abi Thalib (w.437 H.) menentukan persyaratannya dengan (1) ‫قوة وجھ القراءة فى العربیة‬
artinya qira’at tersebut mesti bersesuaian dengan kaidah bahasa Arab baku; (2) ‫مطابقة القراءة للرسم‬
artinya qira’at itu haruslah sepadan atau sesuai dengan rasm al-mushaf; dan (3) ‫اجتماع العامة علیھا‬
artinya qira’at itu telah disepakati oleh para ahli qira’at pada umumnya.
3.Al-Kawasyi’ (w. 680 H.) merumuskan persyaratan itu dengan (1) ‫ صحة السند‬artinya qira’at tersebut
memiliki sanad yang shahih; (2) ‫ موافقة العربیة‬artinya qira’at itu sesuai dengan kaidah bahasa Arab;
dan (3) ‫ مطابقة الرسم‬artinya qira’at itu harus sepadan dan sesuai dengan rasm al-mushaf.
4.bn al-Jazariy (w. 833 H.) menetapkan persyaratannya dengan (1) ‫ وافقت العربیة ولو بوجھ‬artinya qira’at
itu sesuai dengan ketentuan bahasa Arab meski dalam satu segi; (2) ‫وافقت احد المصاحف العثمانیة ولو‬
‫ احتماال‬artinya qira’at itu cocok dengan salah satu Mushaf Utsmani meskipun secara perkiraan; dan (3)
‫ صح سندھا‬artinya qira’at itu sahih sanadnya.
Persyaratan-persyaratan yang dikemukakan oleh masing-masing ahli qira’at di atas memperlihatkan
bahwa dua diantara tiga syarat tersebut mereka sepakati yaitu adanya kesesuaian dengan kaidah
bahasa Arab dan sesuai pula dengan rasm al-mushaf. Satu lagi berbeda diantara mereka. Al-Kawasyi
dan Ibn al-Jazariy menyebutnya dengan sahih sanadnya sedang al-Khalawayh dengan bersambung
penukilannya (periwayatannya). Sementara Makki ibn Abi Thalib menetapkan adanya kesepakatan
diantara para ahli qira’at. Meskipun demikian, persyaratan terakhir ini menurut Hasanuddin AF
sebetulnya sama dengan apa yang dikemukakan oleh al-Kawasyi dan Ibn al-Jazariy, sebab keduanya
bertumpu pada aspek periwayatan.9

9
engan demikian secara sederhana dapat dikemukakan bahwa qira’at yang sahih apabila memenuhi
tiga persyaratan yaitu (1) sanadnya sahih; (2) sesuai dengan rasm al-mushaf; dan (3) sesuai dengan
kaidah bahasa Arab.
Berdasarkan ketiga persyaratan ini dan ditambah dengan dasar keterlibatan jumlah sanad dalam
periwayatan qira’at yang bersambung sampai kepada Nabi saw, maka para ulama kemudian
mengklasifikasikan qira’at al-Qur’an tersebut kepada beberapa macam, yaitu :10
1.Mutawatir, yaitu qira’at yang diriwayatkan oleh periwayat yang banyak dari periwayat yang
banyak pula dan mereka tidak mungkin sepakat untuk berdusta. Sanad seperti itu terus mengalami
persambungan sampai kepada Rasulullah. Dalam penilaian jumhur ulama, qira’at yang tujuh masuk
dalam kelompok ini. Qira’at seperti ini oleh para ulama al-Qur’an dan Ahli Hukum Islam telah
disepakati bahwa qira’at ini dapat dijadikan pegangan dan hujjah dalam menetapkan hukum.
2. Masyhur, yaitu qira’at yang diriwayatkan oleh orang banyak tetapi tidak mencapai tingkat
mutawatir. Qira’at ini sesuai dengan kaidah bahasa Arab dan rasm Utsmani. Qira’at ini populer di
kalangan ahli qira’at dan mereka tidak memandangnya sebagai qira’at yang salah atau aneh. Karena
itu baik al-Zarqaniy maupun Subhi alShalih misalnya menyatakan bahwa qira’at yang masyhur sah
bacaannya dan wajib menyakininya dan tidak boleh sama sekali mengingkari sedikitpun dari
padanya.
3. Ahad, yaitu qira’at yang sah sanadnya tetapi menyalahi rasm Utsmani dan ketentuan kaidah
bahasa Arab serta tidak mencapai derajat masyhur. Qira’at ini tidak sah untuk dibaca sebagai
Alquran dan tidak wajib meyakininya. Misalnya bacaan rafārafin untuk konteks bacaan semestinya
rafrafin dalam QS. al-Rahman (55) : 79
4. Syadz, yaitu qiraah yang tidak sah sanadnya. Qiraah ini pun tidak sah untuk dibaca karena
bukan termasuk al-Qur’an.
5. Maudhu', yaitu qiraah yang sama sekali tidak bersumber dari Nabi saw. Qira’at ini biasanya
dibangsakan kepada seseorang tanpa dasar. Seperti qira’at yang dihimpun oleh Muhammad ibn
Ja’far al-Khuza’iy (w.408 H.) yang menurutnya dibangsakan kepada Abu Hanifah.
6. Mudraj, yaitu qira’at yang didalamnya terdapat kata atau kalimat tambahan yang biasanya
dijadikan sebagai bentuk penafsiran bagi ayat al-Qur’an. Sebagai contoh dapat dikemukakan qira’at
Ibn Abbas untuk QS. al-Baqarah (2) : 198 :

LANGKAH PENYAJIAN METODE QIRA’AT

10
Langkah-langkah penyajian metode Qira‟ah dalam pembelajaran bahasa Arab, diantaranya sebagai
berikut :
a.Pelajaran dimulai dengan pemberi kosakata dan istilah yang dianggap sulit dan penjelasan
maknanya dengan defenisi dan contoh dalam kalimat.
b.Siswa membaca teks acaan secara diam selama kurang lebih 25 menit. Diskusi mengenai isi bacaan
yang dapat berupa tanya-jawab dengan menggunakan bahasa ibu pelajar.
c.Pembicaraan mengenai tata bahasa secara singkat kalau dianggap perlu.
d.Mengerjakan tugas-tugas yang ada dalam buku suplemen, yaitu menjawab pertanyaan tentang isi
bacaan, latihan menulis, dsb.
e.Bahan bacaan perluasan dipelajari di rumah dan dilaporkan hasilnya pada pertemuan berikutnya.

Langkah penyajian yang mungkin dilakukan oleh guru dalam menggunakan metode Qira‟ah. Tetapi
pada umumnya adalah sebagai berikut :
a.Pendahuluan, berkaitan dengan berbagai hal tentang materi yang akan disajikan baik berupa
apresiasi, atau tes awal tentang materi, atau yang lainnya.
b.Pemberian kosakata dan istilah yang dianggap sukar. Ini diberikan dengan defenisi-defenisi dan
contoh-contoh dalam kalimat.
c.Penyajian teks bacaan tertentu. Teks ini dibaca secara lisan Selama kuang lebih 10-15 menit atau
disesuaikan dengan alokasi waktu yang tersedia. Biasa juga guru menugaskan para siswa untuk
membaca teks ini di rumah masing-masing siswa sebelum pertemuan ini. Cara ini lebih menghemat
waktu sehingga guru dapat lebih leluasa mengembangkan bacaan di kelas.
d.Diskusi mengenai isi bacaan. Langkah ini dapat berupa dialog dengan bahasa siswa.
e.Pembicaraan atau penjelasan tentang tata bahasa secara singkat jika diperlukan untuk membantu
pemahaman pelajar tentang isi bacaan.
f. Jika guru diawal belum memberikan penjelasan kosakata yang dianggap sukar dan relevan dengan
materi pelajaran, maka pada langkah ini, bisa dilakukan.
g. Diakhir pertemuan guru memberikan tugas kepada para siswa tentang isi bacaan, misalnya:
membuat rangkuman dengan bahasa siswa, atau membuat komentar tentang isi bacaan, atau
membuat diagram, atau yang lainnya. Jika dipandang perlu, guru dapat memberikan tugas di rumah
untuk membaca teks yang akan diberikan pada pertemuan selanjutnya

KELEBIHAN DAN KELEMAHAN METODE QIRA’AT


11
Kelebihan metode Qira‟ah sebagai berikut :
a. Siswa dapat dengan lancar membaca dan memahami bacaanbacaan berbahasa Arab dengan fasih
dan benar
b.Siswa dapat menggunakan intonasi bacaan bahasa Arab sesuai dengan kaidah membaca yang
benar.
c.Dengan pelajaran membaca tersebut siswa diharapkan mampu pula menerjemahkan kata-kata
atau memahami kalimat-kalimat bahasa Arab yang dianjurkan.
d.Metode ini memungkinkan para pelajar dapat membaca bahasa baru dengan kecepatan yang
wajar bersamaan dengan penguasaan isi bahan bacaan tanpa harus dibebani dengan analisis
gramatikal mendalam dan tanpa penerjemahan.
e.Pelajar menguasai banyak kosa kata pasif dengan baik
f.Pelajar bisa memahami aturan tata bahasa secara fungsional.

Metode Qira‟ah dalam pembelajaran bahasa Arab juga terdapat kelemahan, antara lain:
a.Pelajar lemah dalam keterampilan membaca nyaring (pelafalan, intonasi dsb).
b. Pellajar tidak terampil dalam menyimak dan berbicara, karena yang menjadi perhatan utama
adalah keterampilan membaca.
c. Pelajar kurang termpil dalam mengarang bebas.
d. Karena kosakata yang dikenalkan hanya yang berkaitan dengan bacaan, maka pelajar lemah dalam
memahami teks yang bereda.

Segi kelemahan metode Qira‟ah yang lain diantaranya :


a. Pada metode ini, untuk tingkat pemula terasa agak sukar diterapkan. Karena siswa masih sangat
asing untuk membiasakan. Sehingga, kadang-kadang harus terpaksa berkali-kali menuntun dan
mengulang.
b. Dilihat dari segi penguasaan bahasa, metode Qira‟ah lebih menitikberatkan pada kemampuan
siswa untuk mengucapkan atau kata-kata dalam kalimat bahasa Arab yang benar dan lancar
c. Pengajaran sering terasa membosankan, terutama bila guru yang mengajar tidak simpatik/metode
diterapkan tidak menarik bagi siswa.

BAB III

12
PENUTUP

KESIMPULAN
Qiroah merupakan suatu metode pembelajaran bahasa Arab, yang sering di terapkan pada
pembelajaran di sekolah. Metodologi dalam mempelajari bahasa Arab yang diterapkan
Indonesia yaitu metode Qira‟ah. Metode Qira‟ah dinilai sesuai dengan kemampuan orang
Indonesia dalam mempelajari bahasa Arab sebagai bahasa kedua atau bahasa asing. “Metode
Qira‟ah adalah penguasaan bahasa asing dengan mengawalinya dari penguasaan unsur
bahasa yang terkecil, yaitu kosakata, yang didahului oleh latihan pengucapan yang benar, lalu
pemahaman”. Metode Qira‟ah ini menunjukkan fokus utamanya adalah keterampilan
membaca. Metode qira'at ini dibagi menjadi 6 macam, yakni mutawatir, masyhur, ahad,
syadz, maudhu', dan mudraj

SARAN
Untuk mempelajari metode qira’at ini, sebaliknya memperhatikan macam-macam
bacaannya dan juga langkah-langkah nya

13
DAFTAR PUSTAKA

https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://
digilibadmin.unismuh.ac.id/upload/404-Full_Text.pdf&ved=2ahUKEwjR2LT1uez-
AhUC9DgGHbQ_DMwQFnoECDcQAQ&usg=AOvVaw208vvV8pBZPefhQvVUVYXw

https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://media.neliti.com/
media/publications/40465-ID-strategi-pembelajaran-bahasa-arab-aktif-kemahiran-
qiraah-dan-kitabah.pdf&ved=2ahUKEwiG4qmxuuz-
AhUcoGMGHeMmBhIQFnoECBAQAQ&usg=AOvVaw35c3ZSUUNCuZFMnwlpJc-R

https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://jurnal.ar-
raniry.ac.id/index.php/Pionir/article/download/3337/2330&ved=2ahUKEwisrr3cuuz-
AhVW4jgGHQxABy4QFnoECAgQAQ&usg=AOvVaw2-6siirXjmEefRRL6mJXeV

14
PROFIL PENULIS

NAMA: MUHAMMAD NAUFAL ABDUR RO'UF


KELAS: X-H (SEPULUH H)
TTL: TULUNGAGUNG 02 JANUARI 2007
HOBI: MENDENGARKAN MUSIK
BAKAT: MENULIS, PIDATO BAHASA INDONESIA

15
TERIMA
KASIH

16

Anda mungkin juga menyukai