Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

WAZAN-WAZAN MASHDAR

Disusun Untuk Memenuhi


Tugas Mata Kuliah Bimbingan Membaca Kitab

Dosen Pembimbing:
Mentari Marwa, S.Kep., M.A

Oleh :
MOHAMAD HAPID MUZAKI
SYUKRON DAWAMI
MIFTAHUL KHOIROT
NANA MUAYYANAH

INSTITUT AGAMA ISLAM TRIBAKTI (IAIT) KEDIRI


FAKULTAS DAKWAH PROGRAM STUDI PSIKOLOGI ISLAM
2017
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat
rahmat dan hidayah-Nya, makalah ini dapat diselesaikan. Shalawat dan salam
tetap kita curahkan kepada Nabi Muhammad SAW, kepada keluarganya, kepada
sahabatnya, dan kepada kita selaku umatnya yang senantiasa menjalankan sunnah-
sunnah beliau.

Dalam penyusunan makalah ini, penyusun mempunyai tujuan untuk


memenuhi tugas perkuliahan. Tidak lupa penyusun ucapkan terima kasih kapada
teman-teman yang telah memberikan motifasi belajar dan memberikan ilmunya
kepada penyusun, sehingga makalah ini dapat penyusun selesaikan.

Penyusun mohon kepada teman-teman satu semester khususnya, dan


umumnya kepada para pembaca apabila menemukan kesalahan atau kekurangan
dalam makalah ini, baik dari segi bahasanya maupun isinya, penyusun
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun kepada semua pembaca
demi lebih baiknya makalah yang akan datang.

Wassalamualaikum Wr.Wb.

Kediri,15 Pebruari 2017


Penyusun

i
DAFTAR ISI

Kata pengantar ................................................................................................. i


Daftar Isi........................................................................................................... ii
BAB I: PENDAHULUAN .............................................................................. 3
A. Latar belakang ...................................................................................... 3
B. Rumusan masalah................................................................................. 4
C. Tujuan penulisan .................................................................................. 4
BAB II : PEMBAHASAN ............................................................................... 5
A. Nomenklatur dari Idiom Wazan dan Mashdar ..................................... 5
B. Bentuk Wazan Mashdar dalam Morfologi Bahasa Arab ..................... 8
1. Mashdar dari Kata Kerja Tiga Huruf ............................................ 9
2. Wazan Mashdar untuk Kata Kerja Lebih dari 3 Huruf ................. 11
C. Metode Amtsilati Terkait Mashdar dan Penerapannya dalam Membaca
Kitab ..................................................................................................... 12
BAB III :PENUTUP ........................................................................................ 14
A. Kesimpulan .......................................................................................... 14
B. Saran ..................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 15

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Bahasa merupakan alat komunikasi yang mampu memberikan
pengenalan pesan dalam sebuah interaksi antara satu dengan yang lainnya. Ia
menjadi jembatan penghubung agar tercipta sebuah relasi, namun tujuan utama
bahasa tak akan sampai bilamana ada perbedaan pemaknaan dalam pengenalan
simbol-simbol kode bahasa, apalagi membaca tulisan bahasa tersebutpun tak
kunjung sampai dilisan, tak terkecuali salah satu bahasa terumit dan istimewa
yaitu Bahasa Arab. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi orang yang
kebetulan tidak menggunakan bahasa arab dalam kesehariannya, sehingga ia
mengalami kesukaran dalam mengenali simbol-simbol koding arab yang
terangkai dalam kitab tanpa harakat atau biasa dikenal dengan sebutan kitab
gundul.
Kitab merupakan sumber rujukan dalam pemenuh khazanah ilmu
keislaman yang banyak digeluti oleh para penggiatnya. Walaupun, ketika
dikritisi, penggunaan kata “kitab” tak lain bermakna lurus dengan kata “buku”
dalam Bahasa Indonesia, tetapi ada ciri khusus ketika ada seseorang
mengatakan kata “kitab” yaitu identitasnya yang tertulis tulisan arab atau
abjadiah arab tanpa adanya alat bantu vokal atau harakat. Maka, menjadi
tantangan tersendiri ketika seseorang disuguhi kitab bertulisan arab gundul
untuk sekedar dibaca dan apalagi mampu memaknai serta memahami makna
yang tersurat maupun tersirat dari tulisan tersebut.
Bahasa dan Kitab seperti dua mata koin, tak terpisah. Mulai dari bahasa
kitab yang diidentifikasi kepada Bahasa Arab, dan Bahasa Arab sendiri yang
memperkenalkan dirinya sebagai bahasa istimewa dengan segala keunikan
bahkan kesukarannya. Tak ayal, untuk sekedar membacanya saja dibutuhkan
keahlian khusus apalagi sampai mampu memahami serta menghadirkan karya
tulis berbahasa Arab sehingga tulisan tersebut mendapat julukan sebagai
sebuah “Kitab”.

3
Dalam peroses belajar BMK (Bimbingan Membaca Kitab), orientasi
yang dihadirkan adalah peningkatan kemapuan membaca tulisan arab gundul,
disertai dengan metode pembelajaran cepat amstilati. Dari sekian metode yang
ada, amtsilati terpilih sebagai primadona metode cepat oleh sebagian pelajar
Indonesia, hal ini terbukti dengan banyaknya para pendidik yang
menerapkannya dalam kegiatan belajar mengajar di sebuah lembaga, termasuk
makalah yang sekarang sedang disususn ini juga membahas tentang bagaimana
metode amtsilati mengantantar para pelajar untuk mampu membaca rangkaian
kalimat tulisan arab tanpa harakat dengan cepat dan tepat.
Dengan serangkaian alasan yang melatarbelakangi di muka, penyusun
dengan penuh usaha menghadirkan tulisan makalah terkait materi itu dengan
judul ”MAKALAH WAZAN-WAZAN MASHDAR”. Penyusunan makalah ini
disusun untuk mengajak pembaca mampu membaca tak hanya tulisan latin
tetapi kemampuan pembaca dapat ditingkatkan kepada tulisan arab gundul tak
berharakat. Walaupun ini hanyalah setetes usaha dari samudera kesukaran
bahasa arab yang tak menutup kemungkian didapati kekurangan dan
kelemahan sebagai metode.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu nomenklatur dari idiom Wazan, Mashdar dalam lingkup linguistik?
2. Bagaimana cara mengetahui pembentukan kata dalam morfologi bahasa
arab?
3. Bagaimana praktek metode amtsilati dan penerapannya dalam membaca
kitab ketika dibenturkan dengan sekelumit permasalahan terkait Mashdar?
C. Tujuan Penulisan
1. Agar tergapainya ridho Allah Swt.dan cinta Rasulullah Saw.
2. Untuk mengetahui dan mengajarkan materi metode amsilati terkait wazan-
wazan mashdar.
3. Supaya dapat mempraktikan metode amsilati terkait wazan-wazan masdar
dalam tulisan arab tanpa harokat.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Nomenklatur dari Idiom Wazan dan Mashdar


Pembendaharaan kata yang dimiliki sebuah disiplin ilmu memaksakan
pemotongan terhadap makna intrinsic dan ekstrinsik dari kata tersebut yang
sebenarnya kata tersebut menyandang begitu ragam makna dan arti. Tak
terkecuali dengan ilmu tata bahasa, baik itu bahasa kita sendiri, yaitu
Indonesia ataupun bahasa Arab yang akan kita bahas dalam makalah ini.
Mewacanai nomenklatur gramatikal arab, didapati banyak termin yang
bermakna ragam.
Wacana istilah yang hadir pada pembahasan ini adalah wazan dan
mashdar disertai dengan berbagai macam entri yang menyertainya. Wazan
secara etimologi adalah menimbang dan atau menentukan timbangannya 1,
dan secara terminologi merupakan sesuatu yang menjadi patokan dalam
penyelarasan pembentukan kata dari sisi huruf yang berharokat, sukun dan
penempatan huruf-huruf tambahan.2 Jadi, ada sebuah aturan yang harus
ditaati dalam pembentukan kata bahasa Arab tetapi tak menutup
kemungkinan ada perbedaan bahkan menyalahi aturan yang sudah disepakati
oleh para pakar bahasa arab kontemporer ataupun oleh ahli bahasa masa lalu.
Dan adapun mashadar secara etimologi merupakan peranakan dari

kata ‫صدر‬ yang bermakna terjadi atau menghasilkan, dan mashdar sendiri
menyandang makna intrinsic referensi atau sumber pengambilan.3 Sedangkan
dalam kajian terminologi, Mashdar adalah kata nomina dari bentukan kata
kerja dengan diberikan konfiks (imbuhan awal dan akhir) pe-an/ ke-an dan
atau kata kerja yang diubah menjadi kata nomina.4

1
Ali Atabik & A. Zuhdi, Kamus Krapyak Al-Ashri Kontemporer Arab Indonesia
(Yogyakarta: Multi Karya Grafika, t.t.), h. 2015.
2
M. Sholehuddin Sofwan, At-Tashrifiyah Li At-tashrif Al-Lughowi wa Al-Istilahi
(Jombang: Maktabah Darul Hikmah, 2014), h. 2.
3
Atabik, Kamus Krapyak Al-Ashri, h. 1171.
4
Taufiqul Hakim, Amstilati Buku 2: Program Pemula Membaca Kitab Kuning (Jepara:
Al-Falah Offset, 2003), h. 38.

5
Ketika kata wazan dan mashdar menjadi sebuah frasa, maka
memberikan pemahaman bahwa wazan (timbangan penyelarasan)
memberikan sumbangsih peran sebagai patokan dalam membentuk mashdar.
Tapi harus diingat, bahwa mashdar sering dianggap ambigu oleh orang-orang
ketika ada penyebutan kata isim masdhar. Padahal dalam kenyataan, dua kata
tersebut memang saling berkelindan tapi memiliki perbedaan. Bila masdar
menjadi kata nomina dari kata kerja dengan huruf asli yang sesuai dengan
jumlah pada fi’ilnya, namun isim mashdar berbeda, ia terbentuk tidak sesuai
dengan jumlahnya.
Dalam proses pembentukan kata mashdar, orang-orang arab
menerapkan aturan kaidah dan juga menggunakan ungkapan percakapan
sehari-hari yang sering berlaku. Istilah linguistic arab untuk hal ini adalah ada
termin sima’i dan qiyasi. Adapun sima’i adalah aturan yang terdengar melalui
ungkapan orang-orang arab dalam bercakap-cakap yang bentuknya dinamis
dan tidak selalu bisa diukur atau diqias dengan kaidah-kaidah kesepeaktan
para ahli bahasa. Bahkan Imam Sibawaih yang mengatakan bentuk-bentuk
sima’i itu tak terhingga. Mashdar sima’i sendiri merupakan kata nomina yang
peroses pembentukannya tak mengikuti aturan kaidah tetapi menukil
langsung kepada perkataan orang-orang arab.5
Maksud dari Qiyasi dalam bab ini adalah lafadz yang datang sesaui
dengan timbangan atau aturan kaidah dalam tata bahasa arab, dan ketika
ditemukan sebuah lafadz yang masih belum diketahui asal muasalnya, maka
tentukanlah dengan mengqiyasikannya.6 Dan menurut Imam Kholil dan Imam
Akhfasy dalam Masdar Qiyasi ini, yaitu apabila kita menemukan suatu
lafadz, dan tidak diketahui bagaimana orang Arab mengucapkan mashdar
lafadz tersebut, maka kita boleh mengqiyaskan (menyamakan) dengan wazan-
wazannya masdar yang ada, bukannya kita mengqiyaskan suatu lafadz
dengan wazannya masdar padahal sudah ada bentuk masdar sima’inya.7

5
M. Aliysy, Syarh Nazh Al-Maqsud (Kediri: Maktabah Ma’na ‘ala Pesantren, t.t.), h. 18.
6
Madrasah Hidayatul Mubtadien, Taqrirot Nazhm Khulosah: Alfiyyah Ibnu Malik
(Kediri: Darul Mubtadien, t.t.), h. 114.
7
Khalid Al-Azhari, Syarh At-Tashrih ‘ala At-Taudih, Jilid 2 (Beirut: Dar Al-Kotob Al-
Ilmiyah, 2011), h.73.

6
Pengertian ini berbeda dengan Imam Farro’ yang mengatakan boleh
mengqiyaskan walaupun sudah ada bentuk sima’i.8
Untuk mengetahui peroses pembentukan wazan-wazan mashdar, kita
tidak bisa lepas dari morfologi bahasa arab (shorf) yang akan
memperkenalkan istilah termin baru dari dunia kata. Mungkin kalangan orang
umum tidak terlalu mengenalnya, berbeda dengan penggiat ilmu, mereka
sudah lumrah dengan istilah-istilah gramatik bahasa. Dan dalam hal ini, ada
istilah tashrif sebagai peroses dari wazan-wazan tersebut dimuka. Baik sima’i
ataupun qiyasi, ada perosesnya.
Tashrif dalam bahasa merupakan ibaroh dari “perubahan” dan dalam
istilah adalah ibaroh dari perpindahan kata asal satu ke beberapa macam kata
yang berbeda dengan tujuan makna yang dimaksud dan kata asal menurut
ulama Bashroh adalah masdhar, karena masdhar sendiri tersusun mandiri
tanpa terkait waktu sedangkan fi’il (kata kerja) harus menunjukan makna
hadas (pekerjaan) dan waktu. Tetapi menurut ulama Kuffah seyogyanya fi’il
yang harusnya menjadi kata asal karena dalam peng’ilalan (metode
membentuk kata) fiil menjadi penentu dalam peng’ilalan mashdar.9

Kata dalam padanan bahasa arab diartikan sebagai ‫ كلمة‬dan kalimat


diaritkan dengan ‫جملة‬. Tidak sedikti orang yang salah mengenal padanan
kata ini, mereka salah menyamakan kalimat dalam bahasa Indonesia dengan

‫ كلمة‬dalam bahasa Arab. Padahal dua kata ini berbeda makna. Jadi, jangan
sampai salah memahami ketika disebut ‫كلمة‬, jangan dipahami sebagai
kalimat dalam bahasa Indonesia karena kalimat dalam bahasa arab padanan

katanya adalah ‫جملة‬. Terlihatnya memang ini merupakan pembahasan sepele


tetapi dari hal kecil ini kita dapat memahami kesukaran-kesuakran yang
ditemukan ketika mempelajari lebih lanjut gramtikal dan morfologi bahasa
arab.

8
M. Sholehuddin Shofwan, Pengantar Al-Qowaid Ash-Shorfiyyah (Jombang: Darul
Hikmah, 2014), h. 60.
9
Shofwan, Ar-risalah At-tashrifiyyah, h. 2.

7
Sebagai gambaran umum, berikut ada beberapa contoh mashdar
sekaligus dengan peroses morfologinya agar lebih jelas:

‫ضرب يضرب ضربا‬


‫ومضربا‬
‫أجلس يجلس‬ ‫كلم يكلم تكليما‬
‫اجالسا‬
B. Bentuk Wazan Mashdar dalam Morfologi Bahasa Arab
Setelah mengetahui isim dhomir, isim isyaroh, isim maushul, maka
kata isim yang kita temui kita tentukan juga antara isim fa’il atau isim maf’ul.
Bila tidak cocok dengan semua yang disebut di muka, maka kita cocokkan
dengan mashdar. Masdar ada dua macam, yaitu mashdar tanpa diawali huruf
mim (mashdar ghoiru mimi) dan mashdar yang diawali dengan huruf mim
(mashdar mimi).10
Mashdar yang tidak diawali huruf mim itu ada yang diawali dengan
huruf hamzah, huruf ta’ dan yang selain diawali ta’ atau hamzah. Atau
mungkin memang asal katanya terbentuk dengan huruf awal mim, maka tidak
lantas dipadankan sebagai mashdar mimi, ini diawali dengan huruf mim
karena memang huruf awal asalnya adalah huruf mim itu sendiri. Dalam
tashrif isthilahi, mashdar terletak pada urutan ketiga setelah fi’il madhi dan
fi’il mudhori. Dan dalam kamus mashdar terbaca dengan harokat fathah atau
i’rob nashob.11
Sesungguhnya mashdar yang dari kata kerja tersusun tiga huruf itu
kebanyakan sima’i dan sedikit yang qiyasi, sehingga wazan bagi kata kerja
tiga huruf tidak menjadi bahasan pokok dalam buku amstilati karena bentuk-
bentuknya tercipta dari percakapan sehari-hari. Tetapi untuk menambah
pengetahuan, penyusun makalah menghadirkan pembahasan tersebut, bukan
maksud untuk menambah-nambahkan materi ataupun membuat sukar bagi
para pelajar pemula. Sekedar untuk menambah pengetahuan.

10
M. Aliysy, Syarh Nazh Al-Maqsud (Kediri: Maktabah Ma’na ‘ala Pesantren, t.t.), h. 17.
11
Taufiqul Hakim, Amstilati Buku 2: Program Pemula Membaca Kitab Kuning (Jepara:
Al-Falah Offset, 2003), h. 37.

8
1. Mashdar dari Kata Kerja Tiga Huruf
Ada begitu banyak bentuk kata nomina dari kata kerja tiga huruf
ini dan kebanyakan ada simai. Berikut tabelnya:

Tabel
NO WAZAN CONTOH HUKUM
2.1.
1 ‫فعل‬ ‫سير‬ Sima'i kecuali untuk kata kerja transitif
Waza
n Fi’il 2 ‫فعل‬ ‫علم‬ Sima'i

Tsula 3 ‫فعل‬ ‫شكر‬ Sima'i kecuali untuk kata mashdar marroh


12
si
4 ‫فعلة‬ ‫توبة‬ Sima'i kecuali untuk kata yang menunjukan
keadaan
5 ‫فعلة‬ ‫نعمة‬ Sima'i

6 ‫فعلة‬ ‫قدرة‬ Sima'i

7 ‫فعلى‬ ‫دعوى‬ Sima'i

8 ‫فعلى‬ ‫ذكرى‬ Sima'i

9 ‫فعلى‬ ‫رجعى‬ Sima'i

10 ‫فعالن‬ ‫شنأن‬ Sima'i

11 ‫فعالن‬ ‫نسيان‬ Sima'i

12 ‫فعالن‬ ‫غفران‬ Sima'i

13 ‫فعل‬ ‫طلب‬ Sima'i kecuali untuk kata kerja intransitive

14 ‫فعل‬ ‫رضا‬ Sima'i

12
Madrasah Hidayatul Mubtadiin, Taqrirot Al-Qowaid As-Shorfiyyah (Kediri: Darul
Mubtadien, t.t.), h. 9-10.

9
15 ‫فعل‬ ‫هدى‬ Sima'i

16 ‫فعال‬ ‫صالح‬ Sima'i

17 ‫فعل‬ ‫كذب‬ Sima'i

18 ‫فعلة‬ ‫سرقة‬ Sima'i

19 ‫فعالة‬ ‫زهادة‬ Sima'i

20 ‫فعلة‬ ‫غلبة‬ Sima'i

21 ‫فعالء‬ ‫هلكاء‬ Sima'i

22 ‫فعالة‬ ‫سراية‬ Sima'i kecuali untuk kata yang menunjukan


kekuasaan
23 ‫فعالة‬ ‫دعابة‬ Sima'i

24 ‫فعال‬ ‫صياح‬ Sima'i kecuali kata yang menunjukan


penolakan
25 ‫فعال‬ ‫سؤال‬ Sima'i kecuali kata untuk penyakit dan suara

26 ‫فعول‬ ‫صنوح‬ Sima'i

27 ‫فعيل‬ ‫أجيم‬ Sima'i

28 ‫فعولة‬ ‫ركونة‬ Sima'i kecuali kata yang menunjukan makna


perjalanan
29 ‫فعيلة‬ ‫نصيحة‬ Sima'i

30 ‫فعالن‬ ‫ذأفان‬ Sima'i kecuali untuk kata yang bermakna


membolak-balik
31 ‫فعلولة‬ ‫صيرورة‬ Sima'i

32 ‫فعل‬ ‫شغل‬ Sima'i

33 ‫فعلل‬ ‫سودد‬ Sima'i

34 ‫فعول‬ ‫قبول‬ Sima'i

35 ‫فعالية‬ ‫عالنية‬ Sima'i

36 ‫فعيلية‬ ‫وليدية‬ Sima'i

37 ‫فعلة‬ ‫غلبة‬ Sima'i

38 ‫فعلى‬ ‫جمزى‬ Sima'i

39 ‫فعلوت‬ ‫ملكوت‬ Sima'i

40 ‫فعلى‬ ‫غلبى‬ Sima'i

10
‫‪41‬‬ ‫فعلنية‬ ‫رفهنية‬ ‫‪Sima'i‬‬

‫‪42‬‬ ‫فعولية‬ ‫خصوصية‬ ‫‪Sima'i‬‬

‫‪43‬‬ ‫فعولية‬ ‫كروبية‬ ‫‪Sima'i‬‬

‫‪11‬‬
2. Wazan Mashdar untuk Kata Kerja Lebih dari Tiga Huruf
a. Wazan Mashdar ‫إفعال‬
Huruf yang tertulis ada lima, diawali dengan hamzah qotho
yang dibaca kasroh, huruf sebelum akhir alif, dan huruf yang sebelum
alif dibaca fathah. Hamzah qotho di awal maupun di tengah kalimat
tetap dibaca berbeda dengan hamzah washol, ia tidak dibaca ketika
bersambung dengan kata lain. Contoh:

Islam ‫ اإلسالم‬
Keimanan ‫ إيمان‬
Perbuatan baik ‫ إحسان‬
Merahasiakan ‫ إسرار‬
b. Wazan Mashdar ‫افتعال‬

Huruf yang tertulis ada enam, diawali hamzah washol yang


dibaca kasroh, huruf sebelum akhir berupa alif, huruf yang sebelum
alif dibaca fathah dan huruf yang ketiga berupa ta’ yang dibaca

kasroh. Contoh: ‫اعتراف‬ ,‫ اجتهاد‬,‫احتالم‬


c. Wazan Mashdar ‫انفعال‬

Huruf yang tertulis ada enam, diawali dengan hamzah washol


yang dibaca kasroh, huruf kedua berupa nun, huruf kelima berupa alif.

Contoh: ‫انقطاع‬ ,‫انكسار‬


d. Wazan Mashdar ‫إستفعال‬

Huruf yang tertulis ada tujuh, diawali dengan hamzah washol,


huruf yang kedua berupa sin. Huruf yang ketiga berupa ta’, dan huruf

yang kelima berupa alif. Contoh: ‫ استخراج‬,‫استغفار‬


e. Wazan Mashdar ‫تفعيل‬
Huruf yang tertulis ada lima, diawali dengan fathah dan huruf

sebelum akhir berupa ya’. Contoh: ‫تهليل‬ ,‫تسبيح‬


f. Wazan Mashdar ‫تفعل‬

12
Huruf yang tersusun ada empat, diawali dengan huruf ta’, dan

a’in fi’il dibaca dhommah dan diberi tasydid. Contoh: ‫ تقدم‬,‫تعلم‬

g. Wazan Mashdar ‫تفاعل‬

Huruf yang tertera ada lima, diawali oleh huruf ta’ dan huruf
yang ketiga berupa huruf alif serta hurut keempat dibaca dhommah.

Contoh:‫تمارض‬ ,‫تقاتل‬
h. Wazan Mashdar ‫مفاعلة‬

Huruf yang terbaca ada enam, diawali oleh huruf mim yang
dibaca dhommah, huruf ketiga berupa alif dan huruf yang keenam

berupa ta marbuthoh. Contoh:13 ‫ محاسبة‬,‫معاشرة‬


C. Metode Amtsilati Terkait Mashdar dan Penerapannya dalam Membaca
Kitab
Cara menerapkan metode amtsilati dalam membaca kitab memang tak
setiap orang tahu, apalagi bagi mereka yang belum pernah mengenyam
pendidikan amtsilati, namun insya Allah, di dalam makalah yang singkat ini
akan dibahas penerapannya pada kalimat-kalimat arab.
Sebenarnya tidak terlalu sulit, namun butuh ketelitian dan ketekunan
dalam berlatih. Jika ditarik ulur pada pembahsaan awal sampai pada
pembahasaan mashdar, maka didapati penggunaan metode amstilati
menggunakan rumus sebagai berikut :

1. Rumus utama: bedakan setiap kata antara isim, fi’il, dan huruf.
2. Bila mendapati sebuah kata yang memiliki tanda-tanda isim terapkan
rumus A1, bedakan isim antara ma’rifat atau nakirohnya, mabni atau
mu’robnya, mudzakkar atau muannastnya, mufrod atau mutsanna atau
jamaknya.
3. Bila sudah selesai tahap rumus A1, melangkah ke rumus berikutnya
yaitu rumus A2 untuk isim fa’il, isim maf’ul, dan mashdar.

13
Taufiqul Hakim, Amstilati Buku 2: Program Pemula Membaca Kitab Kuning (Jepara:
Al-Falah Offset, 2003), h. 38-45.

13
4. Yang ditentukan oleh kamus antara lain: mashdar dari kata kerja tiga
huruf, mashdar mim, jamak taksir dan jamid.14
Dalam penerapannya pada kalimat-kalimat arab adalah sebagai berikut:
Gambar 2.1

14
Taufiqul Hakim, Qoidati Rumus dan Qoidah: Program Pemula Membaca Kitab
Kuning (Jepara: Al-Falah Offset, 2003), h. 14.

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Wazan adalah timbangan yang menjadi patokan dalam membentuk kata
dalam bahasa arab dari sisi penempatan harokat, huruf tambahan dan tanda
baca. Sedangkan masdar adalah sumber pengambilan dalam bahasa arab
dan atau kata kerja yang dibendakan, kata nomina.
2. Wazan mashdar yang menjadi patokan dalam pembentukan kata dalam

bahasa arab adalah ‫إفعال‬ ‫مفاعلة تفاعل تفعل تفعيل إستفعال انفعال افتعال‬,
dan untuk selain patokan ini ada ketentuan yang hanya terdengar dari
percakapan orang arab atau simai dan kamus yang menjadi patokannya.
3. Secara singkat metode amstilati sampai bab wazan masdhar adalah sebagai
berikut:
a. Rumus utama: bedakan setiap kata antara isim, fi’il, dan huruf.
b. Bila mendapati sebuah kata yang memiliki tanda-tanda isim terapkan
rumus A1, bedakan isim antara ma’rifat atau nakirohnya, mabni atau
mu’robnya, mudzakkar atau muannastnya, mufrod atau mutsanna atau
jamaknya.
c. Bila sudah selesai tahap rumus A1, melangkah ke rumus berikutnya
yaitu rumus A2 untuk isim fa’il, isim maf’ul, dan mashdar.
d. Yang ditentukan oleh kamus antara lain: mashdar dari kata kerja tiga
huruf, mashdar mim, jamak taksir dan jamid..
B. Saran
Dalam pembelajaran bahasa arab, kita dituntut untuk teliti dan teguh
karena memang bahasa arab itu merupakan bahasa dengan sekelumit aturan
dan tata bahasa yang beragam banyak. Tapi tidak menutup kemungkinan kita
yang bukan bangsa arab sendiri bisa lebih memiliki sumbangsih terhadap
perkembangan keilmuan tata bahasa arab. Semoga sukses!!!

15
DAFTAR PUSTAKA

Al-Azhari, Khalid. Syarh At-Tashrih ‘ala At-Taudih, Jilid 2. Beirut: Dar Al-Kotob
Al-Ilmiyah, 2011.

Aliysy, M.. Syarh Nazh Al-Maqsud. Kediri: Maktabah Ma’na ‘ala Pesantren, t.t.

Atabik, Ali & A. Zuhdi. Kamus Krapyak Al-Ashri Kontemporer Arab Indonesia.
Yogyakarta: Multi Karya Grafika, t.t.

Hakim, Taufiqul. Amstilati Buku 2: Program Pemula Membaca Kitab Kuning.


Jepara: Al-Falah Offset, 2003.

-------------------. Qoidati Rumus dan Qoidah: Program Pemula Membaca Kitab


Kuning. Jepara: Al-Falah Offset, 2003.

Mubtadien, Madrasah Hidayatul. Taqrirot Al-Qowaid As-Shorfiyyah. Kediri:


Darul Mubtadien, t.t.

----------------------------------------. Taqrirot Nazhm Khulosah: Alfiyyah Ibnu


Malik. Kediri: Darul Mubtadien, t.t.

Shofwan, M. Sholehuddin. Pengantar Al-Qowaid Ash-Shorfiyyah. Jombang:


Darul Hikmah, 2014.

---------------------------------. At-Tashrifiyah Li At-tashrif Al-Lughowi wa Al-


Istilahi. Jombang: Maktabah Darul Hikmah, 2014.

16

Anda mungkin juga menyukai