Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

“Pola Kalimat dalam Bahasa Arab”

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Tarjamah
Dosen Pembimbing:
Syahabuddin Nur, M.Pd.I

Oleh :
Atikah (21.88204.01993)
Nadia (21.88204.02039)
Rahmaniah (21.88204.02062)

SEKOLAH TINGGI ILMU ALQURAN (STIQ) AMUNTAI


PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN BAHASA ARAB
TAHUN 2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah swt, shalawat dan salam semoga selalu
tercurah keharibaan junjungan Nabi besar Muhammad saw. Beserta seluruh
keluarganya, sahabat dan para pengikutnya sampai akhir zaman.
Alhamdulillah, dengan segala rahmat dan inayah-Nya makalah yang
berjudul “Pola Kalimat dalam Bahasa Arab” sebagai salah satu tugas pada mata
kuliah Tarjamah program studi Pendidikan Bahasa Arab Sekolah Tinggi Ilmu Al-
Quran (STIQ) Amuntai dapat diselesaikan.
Penulis sangat menyadari, dalam penulisan makalah ini banyak sekali
menerima bantuan, baik tenaga maupun pikiran. Oleh karena itu, penulis
menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang setinggi-tingginya
kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan tersebut, terutama kepada
Muallim Syahabuddin Nur, M.Pd.I yang telah banyak memberikan bimbingan dan
petunjuk serta koreksi dalam penulisan makalah ini serta semua pihak yang telah
memberi bantuan, fasilitas, informasi, meminjamkan buku-buku dan literatur-
literatur yang penulis perlukan, sehingga makalah ini bisa diselasaikan.
Atas bantuan dan dukungan yang tak ternilai harganya tersebut penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya dan penghargaan yang setinggi-
tingginya teriring do’a yang tulus semoga Allah swt membari ganjaran yang
berlipat ganda. Amin.
Akhirnya penulis berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua dan
mendapat taufik serta inayah dari Allah swt.

Amuntai, 11 April 2023

Kelompok 6

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ii

DAFTAR ISI.........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

A. Latar Belakang..............................................................................................1

B. Rumusan Masalah.........................................................................................2

C. Tujuan...........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3

A. Pengertian kalimat atau jumlah dalam Bahasa Arab....................................3

B. Pola kalimat dalam Bahasa Arab..................................................................5

BAB III PENUTUP..............................................................................................11

A. Kesimpulan.................................................................................................11

B. Saran............................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................12

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu unsur terpenting dalam pembelajaran bahasa yaitu tata


kalimat/sintaksis atau disebut ilmu nahwu, atau qawa’id, atau tarakib dalam
bahasa Arab. Pembelajaran tarkib bagi pelajar bahasa Arab merupakan hal yang
sangat penting.Tarkib merupakan aturan atau kaidah yang mengatur penggunaan
bahasa Arab yang digunakan sebagai alat untuk memahami suatu kalimat. 1
Penguasaan tarkib (nahwu dan shorof) merupakan salah satu keterampilan
berbahasa yang dianggap sebagai bagian dari pembentuk kemampuan berbahasa
Arab. Ilmu tersebut merupakan pondasi dasar bagi para pelajar bahasa Arab agar
bisa membaca dan menerjemahkan kitab-kitab berbahasa Arab. Dengan kata
lain, pembelajaran tarkib tidak bisa dipisahkan dalam pembelajaran bahasa Arab.
Struktur atau tarâkîb bukanlah tujuan pengajaran bahasa, melainkan sarana
untuk mencapai tujuan. Karena itu, penting untuk diperhatikan bahwa
pengajaran struktur kalimat dalam bahasa Arab dilakukan secara implisit saja
karena tujuannya adalah untuk mendukung kemahiran berbahasa. Dengan
demikian, dalam pengajaran struktur Bahasa Arab seperti pola kalimat ismiyyah
(pola kalimat yang diawali isim) maupun pola kalimat Fi’liyah (pola kalimat
yang diawali fiil) perlu diatur permulaannya, batasannya, dan capaiannya,
sehingga dapat diketahui kemampuan struktur pola apa saja yang ingin
dibelajarkan dan perlu dicapai dalam suatu rangkaian pembelajaran.2 Dalam
makalah ini, penulis ingin menyampaikan tentang Pola Kalimat dalam Bahasa
Arab.

1
Hasna Qonita Khansa, “Strategi Pembelajaran Bahasa Arab Prosiding Konferensi
Nasional Bahasa Arab 2 (2016),” Prosiding Konferensi Nasional Bahasa Arab, 2016.
2
Aziz Fahrurrozi, “Pembelajaran bahasa arab : problematika dan solusinya,” Journal State
Islamic University Vol. 1, No. 2 (2016).

1
B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian kalimat atau Jumlah dalam bahasa Arab?


2. Apa saja pola kalimat dalam bahasa Arab

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian kalimat atau Jumlah dalam bahasa Arab?


2. Untuk mengetahui apa saja pola kalimat dalam bahasa Arab?

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian kalimat atau jumlah dalam Bahasa Arab

Sebelum membicarakan tentang pola-pola jumlah bahasa Arab, terlebih


dahulu dikemukakan tentang pengertian kalimat dalam bahasa Indonesia dan
pengertian ‫الجملة‬ dalam bahasa Arab.

Dalam buku "Lingusitik Umum" karya Ribut Wahyu Eriyanti, dkk,


dijelaskan bahwa kalimat adalah unsur terbesar dalam sintaksis yang terdiri dari
kumpulan kata, frasa, dan klausa. Kumpulan tersebut menjadi bagian utuh dan
dapat dipahami maknanya.3
Kalimat dapat dibentuk oleh kata, frasa, dan klausa sehingga ada yang
dikatakan kalimat berklausa dan tidak berklausa. Pemahaman seluk beluk kalimat
dapat memberikan wawasan yang lebih luas tentang pengertian kalimat, jenis-
jenis kalimat, dan kaidah yang mengatur pembentukan kalimat.

Kalimat biasanya didefinisikan sebagai susunan kata-kata yang memiliki


pengertian yang lengkap. Artinya, di dalam kalimat itu ada unsur subjek (S),
yakni unsur yang dibicarakan. Ada unsur predikat (P), yakni unsur yang
menyatakan apa yang dilakukan oleh unsur S atau apa yang dialami oleh unsur S
itu. Mungkin ada unsur objek (O), yakni unsur sasaran dari tindakan yang
dilakukan oleh unsur S. Lalu mungkin juga ada unsur keterangan (K), yakni unsur
yang menerangkan tentang waktu, tempat, cara, dan sebagainya. (Chaer, 2010: 36)
Dalam bukunya yang lain Chaer (2008: 5) menambahkan bahwa kalimat adalah
satuan sintaksis yang dibangun oleh konstituen dasar (biasanya berupa klausa),
dilengkapi dengan konjungsi (bila diperlukan), disertai dengan intonasi final
(deklaratif, interogatif, imperatif, atau interjektif). Sedangkan pengertian “jumlah”
(‫ )الجملة‬adalah sebagai berikut:

‫الي‬ ‫المسند‬ .‫اليه‬ ‫ومسند‬ ‫مسند‬ ‫من‬ ‫ماتألف‬ )‫ايضا‬ ‫األسنادى‬ ‫المركب‬ ‫(وتسمى‬ ‫الجملة‬
‫شيء‬ ‫على‬ ‫به‬ ‫ماحكمت‬ :‫والمسند‬ ،‫بشيئ‬ ‫ماحكمت عليه‬ : ‫ه‬
3
Ribut Wahyu Eriyanti, Kasem Datoh, dan dkk, Linguistik Umum (Ponorogo: Uwais
Inspirasi Indonesia, 2019).

3
“Jumlah (disebut juga dengan ‫نادى‬nn‫األس‬ ‫ركب‬nn‫ )الم‬adalah sesuatu yang tersusun
dari ‫مسند‬ (Predikat) dan ‫اليه‬ ‫المسند‬ (Subyek). ‫اليه‬ ‫المسند‬ (S) adalah unsur jumlah yang
menjadi pokok pembicaraan, atau unsur yang diberi penjelasan oleh
unsur ‫ند‬nn‫مس‬ (P). Sedangkan musnad (P) adalah unsur jumlah yang menyatakan
sesuatu tentang musnad ilaih (S), atau unsur yang memberi penjelasan
kepada musnad ilaih.

Contoh:
Bahasa Indonesia ‫العربية‬
Kejujuran adalah amanat ‫امانة‬ ‫الصدق‬

Orang yang tekun akan ‫المجتهد‬ ‫يفلح‬


bahagia

Pada contoh (1) kata ‫الصدق‬ adalah musnad ilaih (S) yang merupakan unsur


jumlah yang menjadi pokok pembicaraan, sedangkan kata ‫امانة‬ adalah musnadnya
(P). Pada contoh (2) kata ‫يفلح‬ adalah musnad (P), sedangkan kata ‫المجتهد‬ berfungsi
sebagai musnad ilaih(S).
Dari penjelasan tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa rangkaian kata
dalam bahasa Arab bisa disebut jumlah kalau setidak-tidaknya terdiri dari dua kata
yang masing-masing menduduki posisi musnad (P) dan musnad ilaih (S). Dengan
demikian, pengertian kalimat dalam bahasa Indonesia adalah identik dengan
pengertian jumlah dalam bahasa Arab.

B. Pola kalimat dalam Bahasa Arab

Jumlah fi’liyah Jumlah ismiyah

4
‫قَام عثمان‬ ‫المدرسة جميلة‬
‫ كل‬n‫يصلى المسلم فى المسجد‬
‫الطالب يقومون امام المدرسة‬
‫يوم‬

Dalam bahasa Arab, sebuah pernyataan atau ucapan (kalam) didefinisikan


sebagai lafadz yang memiliki manfaat. Pengertian manfaat memeberikan batasan
bahwa sebuah ucapan tesebut dapat dipahami oleh audiens atau lawan bicara.
Maka, sebuah kalimat tidak dapat disebut sebagai ucapan (kalam) jika tidak dapat
dipahami maksudnya : tidak semua pernyataan yang tesusun dari kalimat atau kata
dapat dipahami maksudnya. Pernyataan ” ْ‫ ”!اِجْ لِس‬yang berarti “duduklah!”
misalnya, ia masuk dalam kategori pernyataan yang sempurna, meskipun
pernyataan tesebut dalam bahasaArab tediri dari satu kata.

Secara gramatikal, struktur bahasa Arab dikelompokkan menjadi 2


macam, yaitu jumlah ismiyah dan jumlah fi’liyah. Jumlah ismiyah adalah struktur
bahasa Arab yang dimulai dengan kata benda (isim). Sementara jumlah fi’liyah
merupakan struktur bahasa Arab yang dimulai dengan kata kerja (fi’il). Coba
perhatikan contoh tesebut:

Dalam bahasa Arab dua model struktur tersebut berlaku dan dibenarkan
menurut kaidah bahasa. Keduanya dapat kita temukan dalam setiap tulisan
berbahsa Arab, kapanpun dan dimanapun, secara bersama-sama tanpa
diunggulkan antar satu dengan yang lainnya. Namun demikian, jika kita
mencermati kedua model struktur itu, maka hanya struktur ismiyah yang sesuai
dengan struktur bahasa Indonesia. Dengan kata lain, bahasa Indonesia tidak
mengenal struktur fi’liyah.

Jika kita menerjemahkan kedua contoh yang terdapat dalam struktur


ismiyah, maka kita akan dapat menerjemahkan sebagai berikut : “sekolah itu
indah” dan “ murid- murid berdiri didepan sekolah” kata “sekolah” itu

5
diterangkan oleh kata “indah”, sedangkan kata “murid-murid” diterangkan oleh
kata “berdiri”, sementara kata “didepan sekolah” merupakan keterangan. Susunan
“sekolah itu” menjadai subjek, kata “indah” menjadi predikat. Kata “murid-
murid” menjadi subjek, kara “berdiri” menjadi predikat, dan “didepan sekolah”
menjadi keterangan.

Sekolah itu indah

S P

Murid – murid bediri didepan kelas

S P K

Struktur bahasa indonesia mengikuti pola DM (Diterangkan-


Menerangkan) kadang berbentuk SP (Subjek-Predikat), SPO (Subjek-Predikat-
Objek), dan SPOK (Subjek-Predikat-Objek-Keterangan). Pola seperti ini – sekali
lagi – di dalam bahasa Arab hanya dapat ditemukan padanannya pada pola
struktur ismiyah.

Tetapi tidak demikian dengan pola struktur fi’liyah. Model struktur ini
tidak dapat ditemukan padanannya pada atau bahkan berbeda dengan bahasa
indonesia. Jika kedua contoh yang terdapat pada lajur struktur fi’liyah tersebut
diatas diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia secara literal (apa adanya), maka
akan didapat “Berdiri Usman” dan “ menjalankan sholat orang muslim dimasjid
setiap hari”. Terjemahan ini jelas tidak lazim (tidak sesuai) dengan kaidah bahasa
Indonesia. Yang lazim mestinya diterjemahkan menjadi :

Usman berdiri

S P

Seorang muslim itu sholat dimasjid setiap hari

S P K1 K2

Dengan demikian bahasa Arab jika dibandingkan dengan bahasa Indonesia


memiliki dua pola struktur dasar yaitu ismiyah (diterangkan-menerangkan) dan

6
fi’liyah (menerangkan-diterangkan). Bahasa Indonesia hanya menganut pola DM.
Oleh karena itu, jika kita menemukan pola struktur fi’liyah dalam bahasa Arab
dan hendak menerjemahkannya kedalam bahasa Indonesia, maka harus mengikuti
asas pola DM sebagaimana yang berlaku dalam kaidah bahasa Indonesia itu
sendiri. Ini merupakan pola dasar struktur bahasa yang harus diketahui oleh semua
penerjemah.

1. Jumlah Isimiyyah
Menurut Fu’ad Ni’mah bahwa:4

‫ و‬.‫ و أفاد معنى تا ّما‬،‫الجملة المفيدة هي كل ما تركب من كلمتين أو أكثر‬


‫ جملة إسمية و جملة فعلية‬: ‫تنقسم إلى قسمين‬.
‫ نحن‬- ‫ العلم نور‬: ‫فالجملة اإلسميه هي التي تبدأ باسم أو بضمير مثل‬
‫مجاهدون‬
- ‫ حضر الرجل‬: ‫والجملة الفعلية هي التي تبدأ بفعل مثل‬
‫إدرس‬ - ‫الطالب‬ ‫يكتب‬

Artinya: Jumlah mufidah adalah seluruh struktur bahasa yang terdiri dari
dua kata atau lebih, dan struktur bahasa tersebut memiliki arti yang
lengkap. Jumlah mufidah terbagi atas dua baagian yaitu jumlah ismiyah
dan jumlah fi’iliyah. Jumlah ismiyah adalah struktur kalimat yang diawali
dengan isim atau dhamir contoh: ‘Ilmu itu adalah cahaya’-‘Kami adalah
para pejuang’, sedangkan jumlah fi’iliyah adalah struktur kalimat yang
diawali dengan fi’il (kata kerja), contoh: ‘Laki-laki itu telah
datang’-‘Mahasiswa itu sedang menulis’-‘Belajarlah !’

Contoh jumlah Ismiyyah dalam kalimat Bahasa Arab:


a. Isim ‘Alam ( ‫) اسم العلم‬
contoh-contoh kalimatnya adalah sebagai berikut :

4
Fu’ad Ni’mah, Mulakhkhas Qawa’id al-Lughah al-Arabiyah (Beirut: Dar als saqafah al
islamiyyah, t.t.).

7
Ahmad adalah seorang yang cerdas ‫ َذ ِك ٌّي‬+ ‫أحمد‬

Ali berada di muka kelas ‫ َأ َما َم ْالفَصْ ِل‬+ ‫َعلِ ٌّي‬


Prancis adalah terletak di Eropa ‫ تَق ُع في َأرُوبَا‬+ ‫فَ َر ْنس‬
Amerika adalah sebuah negara yang ‫كبيرة‬ ‫بَ ْلدَة‬ + ‫َأ ْمريكا‬
besar
Jepan adalah sebuah negara maju ٌ‫ بَ ْل َدةٌ ُمتَقَ ِّد َمة‬+ ‫ان‬
ُ َ‫يَاب‬

b. Isim Dhamir ( ‫) اسم ضمير‬


Adapun pola dan contoh kalimatnya adalah sebagai berikut :

Dia seorang Guru ‫ ُمدَرِّس‬+ ‫هُ َو‬


Mereka pegawai di Universitas ‫ ُم َوظَّفَا ِن فِي ْال َجا ِم َع ِة‬+ ‫هُ َما‬
Mereka kontraktor َ‫قاولُون‬
ِ ‫ ُم‬+ ‫هُ ْم‬
Dia pramugawati ٌ‫ض ْيفَة‬
ِ ‫ ُم‬+ ‫هي‬
Mereka perawat ‫َان‬ َ ‫ ُممر‬+ ‫هُ َما‬
ِ ‫ّضت‬
Mereka penyanyi ٌ َ‫ ُم َغنِّي‬ + ‫هُ َّن‬
‫ات‬

c. Isim Maushul (‫)اسم الموصول‬


pola dan contoh-contoh kalimatnya berikut ini :

Ini sebuah kemeja ‫ قَ ِميْص‬+ ‫هَ َذا‬


Ini dua buah kemeja ‫ان‬
ِ ‫ص‬ ِ ‫هَ َذ‬
َ ‫ قَ ِم ْي‬+ ‫ان‬
Ini adalah kemeja-kemeja ُ ‫ص‬
‫ان‬ َ ‫ قُ ْم‬+ ‫هَ ِذ ِه‬
Mereka ini para dosen َ‫ ُم َد ِّرسُوْ ن‬ + ‫هَُؤاَل ِء‬

8
2. Jumlah Fi’liyah
Menurut istilah ulama ahli nahwu, fi'il adalah kata yang
menunjukkan kepada suatu perbuatan atau kegiatan dan terikat dengan
zaman atau waktu, dalam bahasa Indonesia dikenal dengan kata kerja.

Contohnya seperti kalimat ‫وة‬nn‫اربا القه‬nn‫بيت ش‬nn‫ام ال‬nn‫د يجلس أم‬nn‫( زي‬Zaid
sedang duduk di depan rumahnya sambil minum kopi). Kata pada kalimat
barusan menunjukkan kepada perbuatan duduk yang dilakukan oleh Zaid.
Adapun keterangan waktunya tersirat di dalam fi'il yang
bersangkutan, yaitu "sedang".

‫ أو من فعل ونائب وهي‬،‫الجملة الفعلية هي ما تركبت من فعل وفاعل‬


‫موضوعة إلفادة التجدد والحدوث في زمن معين مع اإلختصار وذلك أن‬
‫ بخالف‬،‫الفعل دال بصيغته على أحد األزمنة الثالثة بدون احتياج لقرينة‬
‫غدا‬ ‫أو‬ ‫أمس‬ ‫ اآلن أو‬: ‫ فإنه يدل على الزمن بقرينة ذكر لفظه‬،‫اإلسم‬
Jumlah Fi‟liyah ialah kalimat yang terdiri dari fi‟il dan fâ‟il atau fi‟il dan
naib fâ‟il. Jumlah Fi‟liyah mengandung makna pembatasan waktu, yaitu
waktu lampau, sedang dan akan (setiap fi‟il hanya diikuti oleh salah satu
waktu saja).5

Ciri-Ciri Jumlah Fi’liyah


Berikut adalah ciri – ciri Jumlah Fi’liyah dalam Bahasa Arab.
a. Berawalan kata kerja ( ‫) فعل‬, baik fi’il madhi (kata kerja lampau), fi’il
mudhori (kata kerja sekarang atau yang akan datang), dan fi’il amr (kata
perintah).
b. Mengandung makna perbuatan, pekerjaan, atau apa yang dilakukan.
c. Mengandung keterangan waktu seperti yang dijelaskan pada poin a baik masa
lampau, sekarang ataupun yang akan dating

5
Musthafa Ghilani, Jami’ ad durus Al ’arabiyah (Beirut: Resalah Publisher, 2010).

9
d. Terdiri atas susunan ‫( فعل‬kata kerja), ‫( فاعل‬pelaku/yang mengerjakan) ataupun
‫( مفعل به‬akibat dari yang dikerjakan).

Contoh Jumlah Fi’liyah

Muhammad memakan roti َ‫َأ َك َل ُم َح َّم ُد ْال ُخبْز‬

Pesawat terbang di langit ‫ت الطَّاِئ َرةُ فِي ال َّس َما ِء‬


ِ ‫طَا َر‬

Muhammad sholat di masjid ِ ‫صلَّى ُم َح َّم ٌد فِي ْال َمس‬


‫ْج ِد‬ َ

Muhammd membeli baju َ ْ‫ْشتَ َرى ُم َح َّم ُد الثَّو‬


‫ب‬

Aku membaca majalah diruang tamu ِ ْ‫ت ْال َم َجلَةَ فِ ْي ُغرْ فَ ِة ْال ُجلُو‬
‫س‬ ُ ‫قَ َرَأ‬

Aku lebih memilih kopi dari pada teh ‫ض ُل ْالقَ ْه َوةَ ِمنَ ال َّشاي‬
ِّ َ‫ف‬

Muhammad bersa’i di antara Shofa ‫صفَى َو ْال َمرْ َو ِة‬


َّ ‫َس َعى ُم َح َّم ٌد بَ ْينَ ال‬
dan Marwa

Muhammad thowaf sekitar Ka’bah ‫طَافَ ُم َح َّمد َحوْ َل ْال َك ْعبَ ِة‬

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

kalimat adalah unsur terbesar dalam sintaksis yang terdiri dari kumpulan
kata, frasa, dan klausa. Kumpulan tersebut menjadi bagian utuh dan dapat
dipahami maknanya. Kalimat dapat dibentuk oleh kata, frasa, dan klausa sehingga
ada yang dikatakan kalimat berklausa dan tidak berklausa. Pemahaman seluk
beluk kalimat dapat memberikan wawasan yang lebih luas tentang pengertian
kalimat, jenis-jenis kalimat, dan kaidah yang mengatur pembentukan kalimat.
Kalimat biasanya didefinisikan sebagai susunan kata-kata yang memiliki
pengertian yang lengkap.

Jumlah (disebut juga dengan ‫األسنادى‬ ‫ )المركب‬adalah sesuatu yang tersusun


dari ‫مسند‬ (Predikat) dan ‫اليه‬ ‫المسند‬  (Subyek) ‫اليه‬ ‫المسند‬  (S) adalah unsur jumlah yang
menjadi pokok pembicaraan, atau unsur yang diberi penjelasan oleh
unsur ‫ند‬nn‫مس‬ (P). Sedangkan musnad (P) adalah unsur jumlah yang menyatakan
sesuatu tentang musnad ilaih (S), atau unsur yang member penjelasan
kepada musnad ilaih.

Secara gramatikal, struktur bahasa Arab dikelompokkan menjadi 2


macam,yaitu jumlah ismiyah dan jumlah fi’liyah. Jumlah ismiyah adalah struktur
bahasa Arab yang dimulai dengan kata benda (isim). Sementara jumlah fi’liyah
merupakan struktur bahasa Arab yang dimulai dengan kata kerja (fi’il).

B. Saran

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kami sebagai penulis sangat mengharapkan saran atau
masukan yang sifatnya membangun demi perbaikan serta kesempurnaan makalah
kami selanjutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat serta dapat menambah
wawasan kita terkait tentang materi yang kami angkat sekarang yaitu tentang Pola
Kalimat dalam Bahasa Arab.

11
DAFTAR PUSTAKA

Eriyanti, Ribut Wahyu, Kasem Datoh, dan dkk. Linguistik Umum. Ponorogo:
Uwais Inspirasi Indonesia, 2019.
Fahrurrozi, Aziz. “Pembelajaran bahasa arab : problematika dan solusinya.”
Journal State Islamic University Vol. 1, No. 2 (2016).
Ghilani, Musthafa. Jami’ ad durus Al ’arabiyah. Beirut: Resalah Publisher, 2010.
Khansa, Hasna Qonita. “Strategi Pembelajaran Bahasa Arab Prosiding Konferensi
Nasional Bahasa Arab 2 (2016).” Prosiding Konferensi Nasional Bahasa
Arab, 2016.
Ni’mah, Fu’ad. Mulakhkhas Qawa’id al-Lughah al-Arabiyah. Beirut: Dar als
saqafah al islamiyyah, t.t.

12

Anda mungkin juga menyukai