Anda di halaman 1dari 16

METODE PENYAJIAN DAN CORAK TAFSIR

DOSEN PENGAMPU : HIDAYATULLAH, MA.

DISUSUN OLEH :

MUH.RICKY RAFIUDDIN

RAGHIB AT-TANZIL

INSTITUT PERGURUAN TINGGI ILMU QUR’AN JAKARTA

TAHUN AJARAN 2020-2021


KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada Allah , karena dengan rahmat, dan karunianya kami dapat
menyelesaikan makalah ini, meskipun terdapat banyak kekurangan didalamnya dan juga kami
berterima kasih kepada Bapak Hidayatullah, MA . selaku dosen Ilmu Tafsir dalam yang telah
memberi tugas ini kepada kami.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai ilmu tafsir. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa didalam makalah
ini terdapat banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya
kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat demi perbaikan makalah yang
telah kami buat di masa yang akan dating, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran
yang membangun.

Semoga makalah yang sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenang, kami
mohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan makalah ini di masa yang akan datang

JAKARTA ,28 September 2020

PENYUSUN

1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................................................. 1

DAFTAR ISI......................................................................................................................................... 2

BAB I

PENDAHULUAN ................................................................................................................................. 3

A. Latar Belakang ....................................................................................................................... 3

B. Maksud dan Tujuan ............................................................................................................... 3

C. Rumusan Masalah.................................................................................................................. 3

BAB II

PEMBAHASAN ................................................................................................................................... 4

Metode Penyajian dan Corak Tafsir ................................................................................................... 4

A. Definisi Metode ..................................................................................................................... 4

B. Macam-macam Metode Tafsir ............................................................................................... 4

1. Metode Tafsir Tahlili .......................................................................................................... 4

2. Metode Tafsir Ijmali ........................................................................................................... 5

3. Metode Tafsir Muqaran ......................................................................................................... 6

4. Metode Tafsir Maudu’i (tematik) ........................................................................................... 6

Corak Tafsir ....................................................................................................................................... 6

A. Pengertian Corak Tafsir .......................................................................................................... 6

B. Corak-corak Tafsir .................................................................................................................. 7

 Tafsir Lughowi .................................................................................................................... 7

 Tafsir Fiqhi ......................................................................................................................... 8

 Tafsir Shufi ......................................................................................................................... 9

 Tafsir Ilmi ......................................................................................................................... 11

 Tafsir Ijtima’i .................................................................................................................... 12

BAB III

PENUTUP......................................................................................................................................... 13

A. Kesimpulan .......................................................................................................................... 14

B. Saran ................................................................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................................ 14

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Al-Qur’an merupakan kitab petunjuk bagi umat manusia, dengan kata lain, siapa saja
yang ingin hidupnya benar dan sesuai keinginan Tuhan (Allah), maka harus menerapkan
ajaran-ajaran yang ada di dalam al-Qur’an. Namun, menerapkan semua ajaran al-Qur’an
dalam kehidupan kita sehari-hari tidaklah mudah, kita harus melalui beberapa proses untuk
menuju ke sana, di antaranya yang pertama dan yang paling utama adalah memahami
kandungan al-Qur’an. Dalam rangka memahami kandungan al-Qur’an ini, banyak
cendekiawan muslim yang menawarkan metode-metode tafsir, demi memudahkan kita untuk
mendapatkan pemahaman kandungan alQur’an, dengan pemahaman yang paling mendekati
kebenaran.

B. Maksud dan Tujuan

1. Untuk memenuhi tugas makalah


2. Mahasiswa dapat memahami definisi tafsir
3. Mahasiswa dapat memahami metode-metode tafsir

C. Rumusan Masalah

1. Definisi metode penyajian


2. Istilah corak tafsir
3. Ragam-ragam corak tafsir

3
BAB II

PEMBAHASAN

Metode Penyajian dan Corak Tafsir


A. Definisi Metode
Kata ‚metode “berasal dari bahasa Yunani‚ methodos” yang berarti cara atau jalan.
1
Dalam bahasa Inggris, disebut ‚method‛, sementara dalam bahasa Arab disebut dengan
thariqah dan manhaj, yang artinya, metode, prosedur, cara, dan pendekatan. Sedangkan
dalam bahasa Indonesia, kata metode mengandung arti: Cara yang teratur dan berpikir baik-
baik untuk mencapai maksud [dalam ilmu pengetahuan dan sebagainya], cara kerja yang
bersistem untuk memudahkan pelaksanaan sesuatu kegiatan guna mencapai suatu tujuan yang
ditentukan.

Kesimpulan dari pengertian di atas, metode merupakan salah satu sarana untuk
mencapai suatu tujuan yang telah direncanakan. Pengertian tafsir secara bahasa mengikuti
wazan taf’il, berasal dari akar kata al-fasr (fa, sin dan ra) yang berarti menjelaskan,
menyingkap dan menampakkan atau menerangkan makna yang abstrak. Kata kerjanya
mengikuti wazan daraba – yadribu dan nasara – yansuru. Dikatakan fasara (al-shai’a) yafsiru
dan yafsuru, fasran,

B. Macam-macam Metode Tafsir


Abdul Hay al-Farmawi dalam kitabnya al-Bidayah fi al-Tafsir al-Maudu’i menyebut
jumlah metode tafsir ada empat, yaitu: metode tafsir tahlili (analitik), metode tafsir ijmali
(global), metode tafsir muqaran (perbandingan), dan metode tafsir maudu’i (tematik). Berikut
pengertian masing-masing metode tersebut:

1. Metode Tafsir Tahlili


(Analitik) Metode tafsir tahlili, yang oleh Baqir Sadr disebut dengan metode
tajzi’i adalah suatu metode yang berupaya menjelaskan kandungan ayat-ayat
al-Qur'an dari berbagai seginya dengan memperhatikan runtutan ayat-ayat al-
1
Qur'an sebagaimana yang tercantum dalam mushaf. Menurut Abdul Hay al-
Farmawi, tafsir tahlili adalah tafsir yang menjelaskan semua ayat al-Qur’an

1
Muhammad Bagir al-Sadr, al-Tafsir al-Maudu'i, wa al-Tafsir al-Tajzi'i fi al-Qur'an al-Karim, (Bairut:
Dar al-Ta’aruf li al-Mat}bu'ah, 1980), Hal. 10

4
dengan cara memuat semua hal yang terkait di dalamnya, dan membeberkan
semua tujuan dari semua ayat tersebut. Hal itu dilakukan oleh mufassir dengan
menjelaskan ayat per-ayat dan surat per-surat sesuai yang ada dalam mushaf
Usmani, disertai penjelasan makna perkata dan makna global, serta tujuan dari
susunan per-ayat dan per-kalimat tersebut yang diikuti dengan penjelasan
munasabat antar ayat. Di samping itu, mufassir juga melengkapi penafsirannya
dengan beberapa perangkat pendukung seperti menyebutkan asbab al-nuzul-
nya, keterangan dari Nabi saw., para sahabat, dan para tabi’in mengenai hal
itu, yang kadang terkontaminasi dengan kondisi, tradisi dan bahasa yang
berlaku ketika itu2.

2. Metode Tafsir Ijmali


Kata ijmal menurut bahasa mengandung arti secara umum atau secara global. 3
Secara definitif tafsir ijmali berarti penjelasan ayat al-Qur’an secara global,
dengan cara mufassir menafsirkan ayat sesuai dengan susunan mushaf Usmani
(sebagaimana tafsir tahlili) dan menjelaskannya secara global, yang dilengkapi
dengan keterangan tentang tujuan dan makna ayat. Tafsir dengan metode ini
mudah dipahami, bahkan oleh mereka yang memiliki pengetahuan terbatas,
dan karena runutan penafsirannya sama dengan runutan mushaf al-Qur’an,
maka makna yang ada menjadi tersambung antara satu sama lain, sehingga
orang yang mendengar tafsir dengan metode seperti ini merasa tidak terlalu
jauh dari redaksi al-Qur’an itu sendiri. 4 Sementara menurut Nashruddin
Baidan, tafsir ijmali adalah, ‛Metode Ijmali (global) menjelaskan ayat-ayat
Qur’an secara ringkas tapi mencakup maknanya dengan bahasa yang populer,
mudah dimengerti, dan enak dibaca. Sistematika penulisannya mengikuti
susunan ayat-ayat di dalam mushaf. Penyajiannya, tidak terlalu jauh dari gaya
bahasa al-Qur’an .

2
Abdul Hay al-Farmawi, al-Bidayah fi al-Tafsir al-Maudu’i, (Kairo: Dar Matabi’ wa al-Nashr al-
Islamiyah, 2005), Cet. 7, Hal. 19
3
Atabik Ali dan Ahmad Zuhdi Muhdar, Kamus Kontemporer Arab Indonesia, (Yogyakarta: Multi Karya
Grafika, tt.), Hal. 31
4
Abdul Hay al-Farmawi, al-Bidayah fi al-Tafsir al-Maudu’i, (Kairo: Dar Matabi’ wa al-Nashr al-
Islamiyah, 2005), Cet. 7, Hal. 34.

5
3. Metode Tafsir Muqaran
Secara bahasa, tafsir muqaran berarti tafsir perbandingan. Sedangkan secara
istilah, tafsir muqaran adalah metode penafsiran yang membandingkan ayat
Al-Qur'an yang satu dengan ayat AlQur'an yang lain yang sama redaksinya,
tetapi berbeda masalahnya, atau membandingkan ayat Al-Qur'an dengan
hadis-hadis Nabi Muhammad saw, yang tampaknya bertentangan dengan ayat-
ayat tersebut, atau membandingkan pendapat ulama tafsir yang lain tentang
penafsiran ayat yang sama.5 Sementara menurut al-Farmawi, tafsir muqaran
adalah tafsir yang menjelaskan tentang ayat-ayat al-Qur’an sesuai dengan
yang ditulis oleh para mufassir, yang hal itu dilakukan dengan cara
mengumpulkan beberapa ayat al-Qur’an dalam satu bingkai pembahasan,
kemudian mencari pendapat-pendapat para mufassir mengenai ayat-ayat
tersebut, berikut tafsirnya, baik dari para mufassir klasik maupun modern, baik
tafsir mereka berupa tafsir bi al-ma’sur atau bi al-ra’yi, setelah itu
dibandingkan antar metode, sumber dan pendapat yang berbeda-beda, yang
ditempuh oleh para.

4. Metode Tafsir Maudu’i (tematik)


Sebelum membahas tentang definisi tafsir maudu’i, terlebih dahulu harus tahu
pembagiannya, sebab dengan mengetahui pembagian tafsir maudu’i akan tahu
mana tafsir maudu’i yang sesuai dengan tema pembahasan kita, dan tafsir
maudu’i jenis lain yang juga termasuk dalam kategori tafsir maudu’i, tapi
berbeda dengan yang kita bahas.

Corak Tafsir
A. Pengertian Corak Tafsir

Dalam Bahasa arab corak berasal dari kata alwan yang merupakan bentuk plural dari
kata launun yang berarti warna, dalam lisan Bahasa arab, Ibnu Manzur menyebutkan :

‫غيره وبين بينه َْ ل َْ فَص ما شيء كل ن ْ ولَو‬

5
Quraish Shihab, Membumikan al-Qur’an, (Bandung: Mizan, 1999), Cet. 20, Hal. 118.

6
Warna setiap sesuatu merupakan pembeda antara sesuatu dengan yang lain. Jadi
menurut Ibnu Manzur warna adalah sama dengaan jenis dan jika dinisbatkan kepada orang
seperti Fulan(lak-laki tersebut) memiliki karakter yang berubah-ubah6.

Wilson Munawwir menyebutkan kata laun dalam al-munawwir Arab Indonesia sebgai
singular dari prular alwan yang berarti warna, kata laun juga bisa berarti an-nau’ wa al-sinfu
yang berarti macam dan jenis 7.

Sementara pengertian tafsir secara etimologi di atas maka tafsir memiliki makna
membuka tabir, sedangkan at-tafsir,artinya menyibak makna dari kata-kata yang tidak
dimengerti.

B. Corak-corak Tafsir

 Tafsir Lughowi
Tafsir lughawi terdiri dari dua kata yaitu tafsir dan lughawi. Tafsir yang akar katanya
berasal dari ‫ فسر‬bermakna keterangan dan penjelasan. 8

Kemudian lafal tersebut diikutkan wazan ‫ فعل‬yang berarti menjelaskan atau


menampakkan sesuatu. Dengan demikian, tafsir2adalah membuka dan menjelaskan
pemahaman kata-kata dalam al- Qur’an. Sedangkan lughawi berasal dari asal kata ‫ لغى‬yang
berarti gemar atau menetapi sesuatu9 .

Manusia yang gemar dan menetapi atau menekuti kata-kata yang digunakannya,
maka katakata tersebut disebut lughah. Dengan demikian, yang dimaksud dengan lughawi
adalah kata- kata yang digunakan, baik secara lisan maupun tulisan.

Dari penjelasan diatas, dapat ditarik sebuah pemahaman bahwa yang dimaksud
dengan tafsir lughawi adalah tafsir yang mencoba menjelaskan makna-makna al-Qur’an
dengan menggunakan kaidah- kaidah kebahasaan atau lebih simpelnya tafsir lughawi adalah
menjelaskan al-Qur’an al-Karim melaluiinterpretasi semiotik dan semantikyang meliputi
etimologis, morfologis, leksikal, gramatikal, dan retorikal
6
Muhammad bin Makram bin Manzur al-Ifriki al-Masri, Lisan al-‘Arab, Vol. 13, (Bairut: Dar Sadir, Cet.
Ke- I, t.t), 393.
7
Ahmad Warson Munawwir, al-Munawwir; Kamus Arab Indonesia, (Surabaya: Pustaka Progressif,
Cet. Ke-14,1997), 1299.
8
bu al-Husain Ahmad bin Faris, Maqayis al-Lughah, ( Beirut : Dar al-Fikr ) jld 4, h. 504
9
Abu al-Husain Ahmad bin Faris, Maqayis…jld. 5 , h. 255

7
Sedangkan Quraish Shihab dalam bukunya membumikan alQur’an mendefenisikan
tafsir lughawidengan pernyataan sebagai berikut;Penafsiran lughawiyah adalah penafsiran
yang mendekatkan kepada aspek kebahasaan yang mencakup disana uslub-uslub dan kaedah
bahasa arab

Kitab- Kitab Tafsir Yang Bercorak Lughawi

a. Kitab At-Tibyan fi I’rab al- Qur’an karya Abdullah bin Husain al- Akbary
(w.616 H)
b. Kitab al Kassyafkarangan Imam al-Zamakhsyary
c. Kitab Tafsir al-Bayan al- Qur’an karangan Aisyah Abd Rahman bint al-
Syathi’
d. Dll

Contoh Penafsiran Lughowi :

Contoh penafsiran lughawi ini adalah penafsiran dikemukakan oleh al- Zamakhsari
dalam surat al- An’am :137 :

َ‫علَيهم َول َيلبسوا ليردوهم ش َر َكآؤهم أَو َٰلَدهم قَت َل ٱلمشركينَ منَ ل َكثير زَ يَّنَ َك َٰذَلك‬
َ ‫َشا ٓ َء َولَو ْ دينَهم‬
َّ ‫ْفَذَرهم َو َما َيفتَرونَ فَ َعلوه َما‬
‫ٱّلل‬

“Dan Demikianlah pemimpin-pemimpin mereka Telah menjadikan


kebanyakan dari orang-orang musyrik itu memandang baik membunuh anak-
anak mereka untuk membinasakan mereka dan untuk mengaburkan bagi
mereka agama-Nya. dan kalau Allah menghendaki, niscaya mereka tidak
mengerjakannya, Maka tinggallah mereka dan apa yang mereka ada-adakan.”

Ayat ini ditafsirkan menurut Qira’at Hafs, kata kerja fi’ilnya di baca dalam
bentuk aktif atau Mabni li al-Ma’lum dan pelakunya atau Failnya Syuraka’uhum10

 Tafsir Fiqhi
Pengertian Tafsir Fiqhiy Fiqhiy berasal dari kata ‫ فقه‬secara bahasa, fikih berarti
paham, dalam pengertian pemahaman yang mendalam yang menghendaki pengerahan potensi

10
Muhammad Husein al-Dzahabiy, al-Ittijah al-Munharifah if Tafsir alQur’an al-Karim Dawa’if’uha wa
Da’fuha ( Kairo : Dar al-I’tisham, 1978) , h. 41

8
akal. Para ulama usul fiqh mendefenisikan fiqihsebagai cara mengetahui hukum-hukum Islam
(syara’) yang bersifat amali (amalan) melalui dalilnya terperinci. Sedangkan ulama-ulama
fiqih mendefenisikan sekumpulan hukum amaliyah (yang sifatnya diamalkan) yang
disyari’atkan dalam Islam. Pengertian fiqih secara bahasa yang berarti paham, antara lain
dapat dilihat dalam surat Hud ayat: 91

‫يرا نَفقَه َما َٰيَشعَيب قَالوا‬ َ ْ ‫ْ َل َر َجم َٰنَكَ َرهطكَ َو َلو َل‬
ً ‫ضعي ًفا فينَا لَن ََر َٰىكَ َوإنَّا تَقول م َّما َكث‬
ٓ ‫علَينَا أَنتَ َو َما‬
َ ‫بعَزيز‬

“Mereka berkata: "Hai Syu'aib, kami tidak banyak mengerti tentang apa yang
kamu katakan itu dan Sesungguhnya kami benar-benar melihat kamu seorang
yang lemah di antara Kami; kalau tidaklah Karena keluargamu tentulah kami
Telah merajam kamu, sedang kamupun bukanlah seorang yang berwibawa di
sisi kami.”

Dari defenisi ulama ushul fiqih terlihat bahwa fiqih itu sendiri melakukan Ijtihat
karena hukum-hukumnya tersebut diistinbatkan dari dalil-dalilnya yang terperinci dan
khusus, baik melalui nash maupun melalui dalalah (indikasi) nash. Semua itu tidak dapat
dilakukan kecuali melalui Ijtihat. Sedangkan defenisi dari para ulama fiqih terlihat bahwa
fiqih merupakan syara’ itu sendiri. Baik hukum itu qath’i (jelas, pasti) atau zhanni (masih
bersifat dugaan, belum pasti), dam memelihara hukum furu’ (hukum kewajiban agama yang
tidak pokok) itu sendiri secara keseluruhan atau sebahagian

Kitab Tafsir Yang Bercorak FIqh

a. Al- Jami’ li Ahkamil Qur’an karya Imam Qurthubiy

b. Tafsir Ayatul Ahkam karya Muhammad Ali as- Shabuni

c. Tafsir Ayatul Ahkam karya al- Jashas

d. Dll

 Tafsir Shufi
Sebelum membahas mengenai tafsir sufi, sebaiknya terlebih dahulu membahas
tentang kata sufi, menurut Ibnu Khaldun, kata tasawuf memiliki beberapa versi pengertian,
salah satunya ialah mushtaq dari kata suf, karena para sufi memakai pakaian yang berbeda

9
dengan masyarakat umum yang memakai pakaian mewah, mereka menggunakan kain suf
(tenunan dari bulu domba atau yang disebut dengan wol), sebagai praktek gaya hidup
sederhana dan kezuhudan. Ada pula yang mengatakan, kata sufi diambil dari kata safa’, yang
berarti suci, hal ini karena kesucian hati para sufi, dan kesucian kondisi batin dan lahir
mereka dari menentang Allah. Ada juga yang mengatakan diambil dari suffah yang
dinisbatkan pada sahabat-sahabat Nabi dari golongan yang tidak mampu yang kemudian
mereka dikenal dengan ahli suffah. Pendapat yang lain menyebutkan bahwa kata ini bukan
mushtaq tapi merupakan laqab (sebutan) bagi mereka11 .

Tafsir sufi dibagi menjadi dua, tafsir sufi nazari dan tafsir sufi ishari. Tafsir sufi
nazari adalah tafsir sufi yang berlandaskan pada teori-teori dan ilmu-ilmu filsafat12 .
Sedangkan tafsir sufi ishari adalah menafsirkan ayatayat al-Qur’an tidak sama dengan makna
lahir dari ayat-ayat tersebut, karena disesuaikan dengan isyarat-isyarat tersembunyi yang
nampak pada para pelaku ritual sufistik, dan bisa jadi penafsiran mereka sesuai dengan
makna lahir sebagaimana yang dimaksud dalam tiap-tiap ayat tersebut.

Contoh dari tafsir sufi nazari adalah penafsiran Ibnu ‘Arabi terhadap ayat 115 dari
Surah al-Baqarah:

َ ‫ٱّلل َٰ َوس ٌع‬


‫علي ٌم‬ َّ ‫َو َّّلل ٱل َمشرق َوٱل َمغرب ۚ فَأَينَ َما ت َولُّوا فَث َ َّم َوجه‬
َ َّ ‫ٱّلل ۚ إ َّن‬

Maka kemanapun kamu menghadap di situlah wajah (kiblat) Allah. Ibnu ‘Arabi
menafsirkan ayat di atas dengan mengatakan, ini merupakan hakikat, wajhullah ada di setiap
arah dimanapun setiap orang menghadapnya, meski demikian jika ada orang salat menghadap
pada selain Kakbah sedangkan dia tahu arah kiblat, maka salatnya batal, sebab ibadah yang
khusus ini tidak disyariatkan kecuali dengan menghadap pada kiblat yang juga khusus seperti
ini, apabila dia dalam ibadah yang tidak membutuhkan penentuan seperti ini, maka Allah
menerima cara menghadap orang tersebut.

Contoh lain dari penafsir yang sama adalah ketika menafsirkan ayat 57 dari Surah
Maryam. ‘Ibnu Arabi menafsirkan ayat di atas dengan menyebut dunia planet dan pada
kesimpulan dari penafsirannya ia menjelaskan bahwa kita (umat Muhammad) akan berada di
planet yang paling tinggi.

11
Ibnu Khaldun, Muqaddimah Ibnu Khaldun, (Kairo: Maktabah at-Taufiqiyah, t.th.), 522.
12
Al-Dhahabi, al-Tafsir wa al-Mufassirun, (Kairo: Da>r al-Hadith, 2005), 297.

10
Sementara contoh dari tafsir sufi ishari adalah penafsiran al-Tustari terhadap Surah
asy-Shu’ara’ ayat 78-81:

٧٨:‫ين ﴿الشعراء‬ َْ َ َُ ِ ََ َ َّ
ِ ‫ال ِذى خلق ِن فهو يه ِد‬

ِ ‫َو َّال ِذى ُه َو ُي ْط ِع ُم ِ ِن َو َي ْس ِق‬


٧٩:‫ي ﴿الشعراء‬ِ

ِ ‫َوإ َذا َمر ْض ُت َف ُه َو َي ْش ِف‬


٨۰:‫ي ﴿الشعراء‬ِ ِ ِ

ِ ‫َو َّال ِذى ُي ِم ُيت ِ ِن ُث َّم ُي ْحي‬


٨١:‫ي ﴿الشعراء‬ِ ِ

Beliau menafsirkan ayat di tersebut dengan mengatakan, Dzat yang menciptakanku


untuk menyembah-Nya memberiku petunjuk untuk mendekat kepada-Nya. Dzat yang
memberiku makan berupa kenikmatan iman dan memberiku minum minuman berupa
tawakkal dan kecukupan. Ketika aku bergerak dengan yang lain dan untuk yang lain Dia
melindungiku, dan ketika aku condong pada syahwat duniawi Dia mencegahnya dariku. Dzat
yang mematikanku kemudian menghidupkanku dengan dziki

Kitab Tafsir Yang Bercorak Sufi


a. Lathaif Al-Isyarat karya Imam-Al Qusyairi'

 Tafsir Ilmi
Pengertian Tafsir Ilmiy Ajakan al- Qur’an adalah ajakan ilmiah, yang berdiri diatas
prinsip pembebasan akal dari tahayul dan kemerdekaan berfikir. AlQur’an menyuruh kita
untuk memperhatikan wahyuNya yang tertulis, sekaligus menganjurkan kita agar
memperhatikan wahyuNya yang tampak, yaitu alam. Karena inilah, kita menemukan banyak
ayat al- Qur’an yang diakhiri dengan kalimat, seperti di dalam firman Allah ta’ala ‫قد فصلنااليات‬
)‫ )لقوم يفقهون) ( لقموم يعلمون‬dan( ‫ )لقوم يتفكرون‬meskipun ayat-ayat kawniyah itu secara tegas dan
khusus tidak ditujukan kepada para ilmuan, namun pada hakikatnya mereka itulah yang
diharapkan untuk meneliti dan memahami ayat-ayat kauniyyah tersebut13 .

Ilmi berasa dari bahasa Arab ‘Ilm yang berarti pengetahuan, merupakan lawan kata
dari jahl yang berarti kebodohan. Kata ilmu bisa disepadankan dengan kata Arab lainnya,

13
Abd al-Hayy al-Farmawi, Metode Tafsir Maughu’iy,…h. 22

11
yaitu ma’rifah (pengetahuan), fiqih (pemahaman), hikmah (kebijaksanaan) dan Sy’ur
(perasaan). Ma’rifah adalah padanan kata yang sering digunakan.

Kitab-Kitab Tafsir Ilmi

a. al-Jawahir fi Tafsir al- Qur’anal- Qur’an al-Karim karya Tantawi Jauhari


b. Mafatih al-Ghaib karya al-Razi.
c. Khalq al-Insan Bayna ath-Tibb waal- Qur’an, karya Muhammad Ali Bar.
d. Tafsir al-‘llmiy lil Ayatil Qur’aniyyah fil Qur’an. Cetakan Darul Ma’rifah
Mesir.

Contoh Tafsir Ilmi dalam Ayat Al-Qur’an QS.Fushilat

َ ‫سنريهم َءا َٰيَتنَا فى ٱل َءا َفاق َوف ٓى أَنفسهم َحت َّ َٰى يَتَبَيَّنَ لَهم أَنَّه ٱل َح ُّق ۗ أ َ َو َلم يَكف ب َربكَ أَنَّهۥ‬
ٌ ‫علَ َٰى كل شَىء شَهيد‬ َ

Akan Kami tunjukkan kepada mereka bukti-bukti kebenaran Kami di segenap ufuk
(penjuru) dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelas kepada mereka bahwa al-Qur’an itu
benar.

Dalam kitab tafsir al-Qur’an al-‘Azim, al-Imam Ibnu Katsir menyebutkan : Allah
akan tunjukkan bukti-bukti serta dalil-dalil di alam ini yang menunjukkan bahwa al-Qur’an
ini adalah benar-benar datang dari Allah, ia diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw. bukti-
bukti tersebut berasal dari luar diri manusia berupa alam semesta, penaklukan-penaklukan
Islam atas berbagai wilayah dan beberapa agama, atau bahkan bisa juga berarti kemukjizatan
tentang manusia itu sendiri, dari apa ia terbuat, bagaimana struktur tubuhnya, bagaimana bisa
berbentuk sangat menakjubkan seperti ini, dan bagaimana bisa berbeda antara satu sama lain
dari segi akhlak, ada yang baik dan ada yang tidak baik. 14

 Tafsir Ijtima’i
Pada masa kini, muncul corak penafsiran baru, yaitu tafsir adabi ijtima’i yang fokus
bahasannya adalah mengemukakan ungkapan-ungkapan al-Qur'an secara teliti, selanjutnya
menjelaskan makna-makna yang dimaksud oleh al-Qur'an tersebut dengan gaya bahasa yang
indah dan menarik, kemudian berusaha menghubungkan nas-nas al-Qur'an yang tengah dikaji
dengan kenyataan sosial dan sistem budaya yang ada. 15

14
Kitab Tafsir al-Qur’an al-‘Azim Karya Ibnu Katsir
15
Al-Dhahabi, al-Tafsir wa al-Mufassirun, (Kairo: Dar al-Hadith, 2005), 478.

12
Dari pengertian seperti ini, maka ilmuan yang mengartikan tafsir adabi ijtima’i
dengan tafsir sosio-kultural penulis anggap kurang lengkap, karena tafsir adabi ijtima’I juga
mencakup sisi balaghah dan kemukjizatan al-Qur’an, sebagaimana diungkap oleh al-Dhahabi,
tafsir adabi ijtima’i mengungkap sisi balaghah dan kemukjizatan al-Qur’an, mengungkap
makna dan tujuan al-Qur’an, menyingkap hukum-hukum alam raya dan norma- norma sosial
masyarakat, memuat solusi bagi kehidupan masyarakat muslim secara khusus dan masyarakat
luas secara umum.16

Contoh Tafsir Ijtima’I dalam surah al-hajj ayat 52-55 :

٢١:‫يد ﴿الحج‬ َ ْ ُ ٰ َّ ُ َ َ
ٍ ‫ولهم مق ِمع ِمن ح ِد‬

٢٢:‫يق ﴿الحج‬ َ ْ َ َ َ ۟ ُ ُ َ َ ۟ ُ ُ ٍّ َ ْ َ ْ ۟ ُ ُ ْ َ َ ۟ ٓ ُ َ َ َ َّ ُ
ِ ‫كلمآ أرادوا أن يخرجوا ِمنها ِمن غم أ ِعيدوا ِفيها وذوقوا عذاب الح ِر‬
ُ ‫اْل ْن ٰه ُر ُي َح َّل ْو َن ف َيها م ْن َأ َساو َر من َذ َهب َو ُل ْؤ ُل ًؤا ۖ َول َب‬
‫اس ُه ْم ِف َيها‬
َْ َ ْ َ َ ّٰ
‫الص ِل ٰح ِت َجن ٍت ت ْج ِرى ِمن تح ِتها‬
۟ ُ َ َ ۟ ُ َ َ َ َّ ُ ْ ُ َ َّ
ّٰ ‫وا‬ ‫ِإن هللا يد ِخل ال ِذين ءامنوا وع ِمل‬
ِ ٍ ِ ِ ِ ِ
٢٣:‫َح ِر ٌير ﴿الحج‬
َ ْ َ ۟ٓ ُ ُ َ ْ َْ َ َّ َ ۟ ٓ ُ ُ َ
٢٤:‫يد ﴿الحج‬ ٰ ِ ‫وهدوا ِإَل الط ِّي ِب ِمن القو ِل وهدوا ِإ َٰل‬
ِ ‫ِص ِط الح ِم‬
ْ ُ ْ ْ ُ َ َ َْ َ ُ ْٰ ً َ َ َّ ُ ٰ ْ َ َ َّ َ َ ْ ْ َ ْ َ ِ ‫ون َعن َسبيل‬
َ ُّ ُ َ َ ۟ ُ َ َ َ َّ َّ
‫يه ِب ِإل َح ٍاد ِبظل ٍم‬
ِ ‫يه والب ِاد ۚ ومن ي ِرد ِف‬
ِ ‫اس سوآء الع ِكف ِف‬
ِ ‫هللا والمس ِج ِد الحر ِام ال ِذى جعلنه ِللن‬ ِ ِ ‫ِإن ال ِذين كفروا َويصد‬
َ َ ْ ُ ْ ُّ
٢٥:‫اب أ ِل ٍيم ﴿الحج‬
ٍ ‫ن ِذقه ِمن عذ‬

Ketika menafsirkan ayat di atas, Muhammad Abduh menolak kisah algharanik dan
mengkritisinya dengan berlandaskan pada kemaksuman Nabi Saw. dan pada janji Allah untuk
selalu menjaga kemurnian wahyu

Kitab-Kitab Tafsir Ijtima’I :


a. Tafsir Al-Manar Karya Muhammad Abduh
b. Kitab Tafsir Al-Adabi Al-Ijtima’i

BAB III
PENUTUP

16
Ibid. 480

13
A. Kesimpulan

Al-Qur’an kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad sebagai penerang atau
petunjuk bagi manusia, untuk memahami kandungan yang terdapat dalam kalam Allah,
membutuh kan penafsiran sebagai penjelas, karena tanpa penafsiran tentulah banyak
kandungan al- Qur’an yang tidak akan bisa di fahami apalagi di amalkan. Oleh Karena
kebutuhan tersebut muncullah kitab tafsir dengan berbagai corak penafsiran dari
pengarangnya. Di antara corak yang di dalami oleh ulama seperti corak lughawinya. Dengan
memahami kandungan makna al- Qur’an dengan merujuk kembali kepada bahasa al- Qur’an
tersebut diturunkan yaitu dengan bahasa Arab, dengan cara menggunakan kaidah-kaidah
bahasa Arab tersebut, seperti Qawaid, balaghah, juga satranya. Namun ada juga di antara
mufassir yang mendalami al- Qur’an dari hukum Fiqhinya, dengan maksud mengeluarkan
hukum syar’i yang terkandung dalam ayat-ayat al- Qur’an. Namun juga ada corak tafsir dari
segi ke ilmiahan yang terkadung dalam al- Qur’an. Dengan menggali al- Qur’an dengan
menggunakan teori-teori ilmiah yang berhubungan dengan ayat-ayat kauniyyah. Semua ini
tentu boleh saja, selagi tidak menyalahi subtansi dari al- Qur’an sebagai petunjuk bagi
manusia, dalam arti kata penafsiran itu tidak memiliki kandungan yang bertolak belakang
dengan al- Qur’an itu sendiri.

B. Saran

Penulis berpesan jika terdapat beberapa hal yang salah dalam penulisan ataupun materi,
diharapkan untuk memberikan beberapa saran kepada penulis, agar kedepannya bisa menjadi
lebih baik lagi dalam menulis, dan juga penulis berpesan kepada mahasiswa Indonesia
khususnya mahasiswa Institut Perguruan Tinggi Ilmu Al-Qur’an Jakarta, kita tekunkan
budaya menulis, membaca, dan memahami, supaya kita menjadi orang-orang yang berguna
bagi bangsa dan agama di masa yang akan datang.

DAFTAR PUSTAKA

Muhammad Bagir al-Sadr, al-Tafsir al-Maudu'i, wa al-Tafsir al-Tajzi'i fi al-Qur'an al-Karim,


(Bairut: Dar al-Ta’aruf li al-Mat}bu'ah, 1980)

14
Abdul Hay al-Farmawi, al-Bidayah fi al-Tafsir al-Maudu’i, (Kairo: Dar Matabi’ wa al-Nashr al-
Islamiyah, 2005

Atabik Ali dan Ahmad Zuhdi Muhdar, Kamus Kontemporer Arab Indonesia, (Yogyakarta:
Multi Karya Grafika, tt.),

Abdul Hay al-Farmawi, al-Bidayah fi al-Tafsir al-Maudu’i, (Kairo: Dar Matabi’ wa al-Nashr al-
Islamiyah, 2005),

Quraish Shihab, Membumikan al-Qur’an, (Bandung: Mizan, 1999),.

Muhammad bin Makram bin Manzur al-Ifriki al-Masri, Lisan al-‘Arab, Vol. 13,

Ahmad Warson Munawwir, al-Munawwir; Kamus Arab Indonesia, (Surabaya: Pustaka


Progressif, Cet. Ke-14,1997),.

Abu al-Husain Ahmad bin Faris, Maqayis al-Lughah, ( Beirut : Dar al-Fikr

Abu al-Husain Ahmad bin Faris, Maqayis…

Muhammad Husein al-Dzahabiy, al-Ittijah al-Munharifah if Tafsir alQur’an al-Karim


Dawa’if’uha wa Da’fuha ( Kairo : Dar al-I’tisham, 1978) ,

Ibnu Khaldun, Muqaddimah Ibnu Khaldun, (Kairo: Maktabah at-Taufiqiyah, t.th.),

Al-Dhahabi, al-Tafsir wa al-Mufassirun, (Kairo: Da>r al-Hadith, 2005)

Abd al-Hayy al-Farmawi, Metode Tafsir Maughu’iy

Kitab Tafsir al-Qur’an al-‘Azim Karya Ibnu Katsir

Al-Dhahabi, al-Tafsir wa al-Mufassirun, (Kairo: Da>r al-Hadith, 2005),

15

Anda mungkin juga menyukai