Anda di halaman 1dari 15

KLASIFIKASI TAFSIR BERDASARKAN METODE TAHLILI

Disusun Oleh :

Kelompok 7

Anjeli ( 2019.01.015 )

Julina ( 2019.01.017 )

Dosen Pengampu :

Agus Rifki Ridwan, M.Ag

FAKULTAS TARBIYAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM AL-ITTIFAQIAH INDRAlAYA

TAHUN AJARAN 2022-2023


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT karena berkat rahmat

dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul

Klasifikasi Tafsir Berdasarkan Metode Tahlili. Adapun tujuan penulisan

makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari Ustadz Agus Rifki Ridwan Mata

kuliah Tafsir.

Makalah ini telah kami susun semaksimal mungkin dan mendapatkan

bantuan dengan berbagai pihak sehingga dapat memperlancarkan pembuatan

makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terimakasih kepada semua

pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada

kekurangan baik segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu

dengan senang hati kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar

kami dapat meperbaiki makalah ini. Kami berharap semoga makalah ini dapat

bermanfaat bagi penulis serta pembaca.

Indralaya, 03 November 2022

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................ii

DAFTAR ISI.................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1

a. Latar Belakang ..................................................................................1

b. Rumusan Masalah..............................................................................1

a. Tujuan Penulisan...............................................................................1

BAB II PEMBAHASAN................................................................................3

b.Definisi Tahlili......................................................................................3

c.Bentuk-bentuk Metode Tafsir Tahlili...................................................5

d.Penafsiran Tahlili................................................................................11

BAB III PENUTUP...............................................................................17

a.Kesimpulan.........................................................................................17

b.Saran...................................................................................................18

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembahasan tafsir merupakan hal yang penting pada setiap waktu dan

tempat, Hal itu dikarenakan kebutuhan umat islam kebutuhan umat islam

dibutuhkan akan petunjuk yang terkandung di dalam Al-Qur’an al karim untuk

menjalani kehidupan di dunia ini. Adapun kebutuhan petunjuk manusia sangat

beragam satu sama lainnya dalam satu daerah, atau masa dahulu dengan masa

kontemporer. Oleh karena itu tafsir Al-Qur’an membutuhkan aktualisasi agar

dapat mudah dipahami oleh masyarakat muslim dengan realita mereka yang

berbeda-beda adat kebiasaannya.

Para ahli tafsir pun berusaha untuk menafsirkan al Qur‟an

dengan pendekatan dan metode yang berbeda-beda antara satu ahli

tafsir dengan lainnya.Mengenai pendekatan tafsir yang melihat pada

sumber penafsiran, ahli tafsir mengkategorikan tafsir al-Qur‟an menjadi

4 kategori; pertama tafsir bil ma‟tsur (riwayah).Kedua, tafsir bil ra‟yi

(dirayah).Ketiga, tafsir bil-lughah (bahasa).Keempat, tafsir isyari

Adapun metode tafsir yang digunakan oleh para ahli tafsir

dalam penafsiran al Qur‟an dapat dikategorikan menjadi empat metode;

Pertama, Metode tafsir Ijmali.Kedua, metode tafsir tahlili.Ketiga,

iv
metode tafsir maudhu‟i.Keempat, metode tafsir muqoron.Pembagian

kategori ini merupakan pengkategorian baru, karena kategori ini

muncul setelah penelitian pada buku-buku tafsiryang beragam,

sehingga para ahli ilmu membagi metode tafsir yang digunakan oleh

para ahli tafsir menjadi 4 macam

Metode tahlili merupakan metode penafsiran yang digunakan

oleh para ulama dahulu dan paling luas cakupan bahasannya. Hal itu

dikarenakan mufasir membagi beberapa jumlah ayat pada satu surat

dan menjelaskannya kata perkata secara rinci dan komprehensif.

Pada kesempatan ini, penulis berusaha untuk membahas metode

tafsir tahlili.Dari empat metode penafsiran yang dijelaskan di paragraph

sebelumnya, makalah ini membatasi pembahasannya pada metode

penafsiran tahlili.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas, maka penulis dapat menarik kesimpulan

sebagai berikut:

1. Apakah Pengertian Tafsir Tahlili?

2. Apa Bentuk-bentuk Metode Tafsir Tahlili?

3. Bagaimanakah Penafsiran Tahlili?

v
C. Tujuan Penulisan

1. Untuk Mengetahui Apa Pengertian Tafsir Tahlili

2. Untuk Mengetahui Bentuk-bentuk Metode Tafsir Tahlili

3. Untuk Mengetahui Penafsiran Tahlili

vi
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Metode Tafsir Tahlili

Kata metode berasal dari bahasa Latin yaitu berasal dari kata methodos.

Kata methodos itu sendiri berasal dari akar kata metadan hodos. Meta berarti

„menuju, melalui, mengikuti, sesudah‟, sedangkan hodos berarti „jalan, cara, dan

arah‟.Sedangkan kata metode atau dalam bahasa inggris „methode‟ berarti

prosedur atau proses untuk mencapai apa yang diinginkan.1 Dalam kamus besar

bahasa Indonesia, kata metode berarti cara teratur yang digunakan untuk

melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang dikehendaki; cara

kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna

mencapai tujuan yang ditentukan.2

Kata tafsir berarti al Tawdih „penjelasan‟ dan al-bayan „penegasan‟ serta

menyikap sesuatu yang tertutup3.Ini seperti kata „tafsir‟ yang disebutkan dalam

firman Allah swtsurat al Furqan ayat ke 33 yang bermakna penjelasan. Adapun

kata tafsir secara istilah kelimuan adalah ilmu yang membahas tentang al Qur‟an

al Karim dari segi dilalah (petunjuk)nya yang diinginkan oleh Allah sesuai

1
Definition Of Method, Accessed Oktober 2017.
https://www.merriamwebster.com/dictionary/method
2
Definisi kata metode, diakses oktober 2017, https://kbbi.kemdikbud.go.id/ entri/metode
3
Ibnu Faris, Maqa>yis al-Lugah hal 355.

vii
kemampuan manusia.4 Imam al-Zarkasyi mengatakan bahwa ilmu untuk

memahami kitabullah yang diturunkan kepada Nabi kita Muhammad saw, untuk

menjelaskan makna-maknanya, untuk mengeluarkan hukum dan hikmah di

dalamnya. Hal itu akan membutuhkan ilmu bahasa, nahwu (grammer), sharaf,

ushul fiqih, qiraat dan lainnya. Dan membutuhkan juga pengetahuan asbab nuzul,

nasikh dan mansukh.5 Imam Abu Hayyan rhm juga menjelaskan bahwa tafsir

adalah ilmu yang membahas tentang bagaimana mengucapkan lafadz al-Qur‟an,

membahas petunjuk-petunjuknya, hukum-hukumnya, dan membahas makna-

makna yang terkandung dalam susunan ayat alQur‟an.6

Sedangkan kata tahlili bentuk kata arab „‫‟ حم‬contoh „‫دة حم‬LL‫ ‟انعق‬yang

bermakna membuka ikatanmenjadi terurai7. Secara umum tahlili bermaksud

menjelaskan sesuatu pada unsur-unsurnya secara terperinci.

Adapun definisi tafsir tahlili secara istilah adalah metode yang digunakan

seorang mufasir dalam menyingkap ayat sampai pada kataperkatanya, dan mufasir

melihat petunjuk ayat dari berbagai segi serta menjelaskan keterkaitan kata

dengan kata lainnya dalam satu ayat atau beberapa ayat.Tidak ditemukan definisi

pada ulama terdahulu, dikarenakan metode ini dikenalkan setelahnya.

Menurut Musaid al Thayyar, tafsir tahlili adalah mufasir bertumpu

penafsiran ayat sesuai urutan dalam surat, kemudian menyebutkan kandungannya,

baik makna, pendapat ulama, I‟rab, balaghah, hukum, dan lainnya yang

4
Muhammad Abd al Adzim al-Zarqa>ni, Mana>hil al Urfa>n fi Ilm al Qur‟an (Beirut:
Dar al-Kitab al-Arabi, 1995) hal 2/6.
5
Muhammad Abdullah al-Zarkasyi, Al-Burhan fi „Ulum al-Qur‟an (Kairo: Dar l-Turats,
1984) juz 1/13.
6
Muhammad Yusuf, Abu Hayyan, Al-Bahru al-Muhith (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah,
1993) juz 1/121.
7
Muhammad al-Ra>zi, Mukhtar al Shihah, (Kairo: al-Saktah al-Jadid, 1329H) hal 411.

viii
diperhatikan oleh mufasir. Jadi tafsir tahlili dapat kita katakan; bahwa mufassir

meneliti ayat al Qur‟an sesuai dengan tartib dalam mushaf baik pengambilan pada

sejumlah ayat atau satu surat, atau satu mushaf semuanya, kemudian dijelaskan

penafsirannya yang berkaitan dengan makna kata dalam ayat, balagahnya,

I‟rabnya, sebab turun ayat, dan hal yang berkaitan dengan hukum atau

hikmahnya.8

B. Bentuk-bentuk Metode Tafsir Tahlili

Para mufassir dalam mengkaji Al-Quran menggunakan berbagai bentuk

metode Penafsiran. Diantaranya dengan mengambil bentuk metode tafsir tahlili

ini. Penafsiran Al- Qur’an dengan metode tahlili dapat mengambil beberapa

bentuk (corak) penafsiran diantaranya:

Pertama, tafsir bil ma’tsur yaitu penafsiran ayat al-Qur’an dengan ayat;

penafsiran ayat dengan Hadith Nabi saw. untuk ayat yang dirasa sulit dipahami

oleh para sahabat; atau penafsiran ayat dengan hasil ijtihad para sahabat; atau

penafsiran ayat dengan hasil ijtihad para tabi’in. Adapun pengertian yang lainnya

adalah tafsir yang berdasarkan pada kutipan-kutipan yang shahih yaitu

menafsirkan al-Qur’an dengan al-Qur’an, al- Qur’an dengan sunnah karena ia

berfungsi sebagai penjelas Kitabullah, dengan perkataan sahabat karena

merekalah yang dianggap paling mengetahui kitabullah, atau dengan perkataan

tokoh-tokoh besar tabi’in karena mereka pada umumnya menerimanya dari para

sahabat.9

8
Musa‟id al-Tayyar, su‟al an al-tafsir al-tahlili, http://www.attyyar.net/ container.php?
fun=artview&id=335
9
La Ode Ismail Ahmad, Konsep Metode Tahlili Dalam Penafsiran Al-Qur’an Jurnal.

ix
Tafsir bi al ma’tsur juga dikenal dengan tafsir bi al riwayah, artinya

penafsiran akan berjalan terus selama riwayat masih ada, jika riwayat habis, maka

penafsiran berhenti pula.10 Di antara kitab tafsir yang menggunakan metode bi al

ma’tsur adalah Jami’ al-Bayan fi Tafsir al-Qur’an karya Imam Ibn Jarir al-Tabari.

Tafsir al-Qur’an al-’Adim karya Ibn Kathir.

Kedua, tafsir bi al ra’yi, yaitu penafsiran al-Qur’an dengan ijtihad dan

penalaran2111, terutama setelah seorang mufassir betul-betul mengetahui perihal

bahasa Arab, asbab al nuzul, nasikh-mansukh dan beberapa hal yang diperlukan

oleh lazimnya seorang penafsir. Tafsir bi al ra’yi (rasional) juga dikenal dengan

tafsir bi al dirayah, artinya penafsiran akan berjalan terus ada atau tidak adanya

riwayat.12 Dalam menyikapi tafsir bi al ra’yi, para ulama ada yang menerima dan

ada yang menolak. Apabila ia memenuhi persyaratan yang dikemukakan para

ulama tafsir, maka penafsiran itu bisa diterima. Sebaliknya, jika tidak memenuhi

persayaratan, maka penafsirannya ditolak.

Munculnya corak tafsir ini seiring dengan perkembangan ilmu-ilmu

keislaman yang diwarnai dengan munculnya berbagai disiplin ilmu, aneka warna

metode penafsiran, serta lahirnya para pakar di berbagai bidang keilmuan. Dengan

bantuan ilmu-ilmu bahasa Arab, ilmu qiraah, ilmu-ilmu alQur’an, hadits dan ilmu

hadits, ushul fikih dan ilmu-ilmu lain, seorang mufassir menggunakan segenap

kemampuan ijtihadnya untuk menerangkan maksud ayat-ayat Al-Quran di antara

kitab tafsir yang menggunakan metode bi al ra’yi adalah: Madarik al-Tanzil wa

10
Nashruddin Baidan, Metodologi Penafsiran…. h. 132
11
Muhammad Husein al-Zahabi dalam Abd.Muin Salim, Metodologi Ilmu Tafsir,
( Yogyakarta:Teras), 2005. h. 43.
12
Nashruddin Baidan, Metodologi Penafsiran .... h. 46.

x
Haqa’iq al-Ta’wil, karangan Mahmud al-Nasafi, dan Lubab al-Ta’wil fi Ma’ani

al-Tanzil karya Al-Khazin.

Ketiga, tafsir sufi, yaitu penafsiran yang dilakukan para sufi yang pada

umumnya dikuasai oleh ungkapan mistik. Ungkapan tersebut tidak dapat

dipahami kecuali oleh orang-orang sufi dan yang melatih diri untuk menghayati

ajaran tasawuf. Tafsir shufi disebut juga dengan tafsir Isyari yaitu penafsiran

orang-orang sufi terhadap al-Qur’an yang bermula dari anggapan bahwa riyadhah

(latihan) rohani yang dilakukan seorang sufi bagi dirinya akan menyampaikan ke

suatu tingkatan di mana ia dapat menyingkapkan isyaratisyarat kudus yang

terdapat di balik ungkapan-ungkapan al-Qur’an dan akan tercurah pula ke dalam

hatinya dari limpahan ghaib.13 Di antara kitab tafsir sufi adalah kitab: Tafsir al-

Qur’an al-’Adim, karya Imam al-Tusturi.

Keempat, tafsir fiqhi, yaitu penafsiran al-Qur’an yang berorientasi pada

persoalan-persoalan hukum Islam. Corak Tafsir Fikih adalah tafsir yang lebih

cendrung pada tinjauan hukum dari ayat yang di tafsirkan. Tafsir ini banyak di

temukan dalam kitab-kitab fikih yang dikarang oleh imam-imam dari berbagai

mazhab yang berbeda. Tafsir ini muncul seiring dengan kemunculan tafsir bil

ma’tsur. Hal tersebut karena dalam pembinaan masyarakat Islam di Madinah nabi

banyak sekali mendapat pertanyaan dari para sahabat terkait dengan pertanyaan

hukum14. Tafsir fiqhi banyak terdapat dalam sejarah islam terutama setelah

mazhab fiqih berkembang pesat. Di antara kitab tafsir dengan menggunakan

13
Manna Khalil al-Qattan, Mabahis fi Ulum al-Qur’an, terj., Madzakir AS, (Lentera
Antar Nusa; Jakarta, 2004), h. 465
14
Rosalinda, Tafsir Tahlili: sebuah …, h. 21

xi
metode fikih adalah Tafsir Ahkam al-Qur’an, karya AlJassah, dan al-Jami’ li

Ahkam al-Qur’an karya Imam Al-Qurtubi.

Kelima, tafsir falsafi, yaitu penafsiran ayat-ayat al-Qur’an berdasarkan

pendekatan logika atau pemikiran filsafat yang bersifat liberal dan radikal. 15

Pendekat filsafat yang digunakan adalah pendekatan yang berusaha melakukan

sintesis dan siskretisasi antara teori-teori filsafat dengan ayat-ayat Al-Qur’an,

selain itu juga menggunakan pendekatan yang berusaha menolak teori-teori

filsafat yang dianggap bertentangan dengan ayat-ayat Al-Qur’an.16 Contoh kitab

tafsir falsafi adalah kitab Mafatih al-Ghayb karya Fakhr al-Din al-Razi.

Keenam, tafsir ‘ilmi, Tafsir ini mulai muncul akibat dari perkembangan

ilmu pengetahuan, sehingga tafsir ini dalam menafsirkan Al-Qur’an dengan

menggunakan pendekatan alamiah atau dengan menggunakan teori-teori ilmu

pengetahuan. yaitu penafsiran ayat-ayat kauniyah yang terdapat dalam al-Qur’an,

dengan cara mengaitkannya dengan ilmu-ilmu pengetahuan modern.17 Kajian

tafsir ini adalah untuk memperkuat teori-teori ilmiah dan bukan sebaliknya. Di

antara kitab tafsir ‘ilmi adalah kitab al-Islam Yata’adda, karya Wahid al-Din

Khan.

Ketujuh, tafsir adabi ijtima’i, yaitu corak penafsiran yang menjelaskan

ayatayat al-Quran berdasarkan ketelitian ungkapan-ungkapan yang disusun

dengan bahasa yang lugas, dengan menekankan tujuan pokok diturunkannya al-

Quran, lalu mengaplikasikannya pada tatanan social, seperti pemecahan masalah-

15
Muhammad Amin Suma, Studi Ilmu-ilmu …. h. 134.
16
M. Quraish Shihab dkk, Sejarah dan ‘Ulum al-Qur’an, Jakarta: Pustaka Firdaus, 2008.
h. 183.
17
Rosalinda, Tafsir Tahlili: sebuah …, h. 4

xii
masalah umat islam dan bangsa pada umumnya. 18 Di antara kitab tafsir adabi

ijtima’i adalah Tafsir al-Mannar karya Muhammad ’Abduh dan Rasyid Ridha.

C.Penafsiran Tahlili

18
Muhammad Husain al-Dzahabi dalam Quraish Shihab et.al., Sejarah dan Ulum
alQuran, (Jakarta: Pustaka Firdaus 2001) h. 184.

xiii
xiv
xv

Anda mungkin juga menyukai