Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH METODOLOGI TAFSIR

Diajukan pada diskusi kelas mata kuliah : Ulumul Qur’an


Dosen Pengampu : 1. Muhammad Fadhlan.Is.Lc.MA.

Disusun Oleh :
Kelompok 5
1. Riski Fadilah
2. Elvi Suraidah

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)

MANDAILING NATAL

T.A 2019/2020
KATA PENGANTAR

            Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan seru sekalian alam. Shalawat dan
salam semoga dilimpahkan-Nya kepada Nabi Muhammad SAW yang
diutus sebagai rahmat bagi sekalian alam, berserta keluarga dan para sahabatnya
serta para pengikutnya yang setia sampai hari kemudian.
            Makala ini kami buat dengan maksud untuk menunaikan tugas
kami mengenai Metodologi Tafsir. Hemat saya usaha penyusunan dalam makalah
ini akanmemberi banyak manfaat dan memperluas ilmu pengetahuan.
            Akhirnya, hanya kepada Allah SWT kami mohon, semoga usaha ini
merupakan usaha yang murni bagi-Nya dan berguna bagi kita sekalian sampai hari
kemudian.
            Dan tak lain yang kami harapkan adalah syafaat, berkah darimu ya
Muhammad. Semoga kita selalu dalam lindungan Illahi Rabbil Izzati, dan mampu
meneladani kemulia anakhlaqmu yang teruntai di dalam sunnah-nabawiyahmu.
Aamiin Ya Rabbal Aalamiin.

Panyabungan, 08 Juni 2020


Penyusun

Kelompok V

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................. i
DAFTAR ISI........................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................... 1
A. Latar Belakang............................................................................ 1
B. Rumusan Masalah....................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN........................................................................ 2
A. Pengertian metode tafsir.............................................................. 2
B. Macam-macam Tafsir Berdasarkan Sumbernya......................... 2
C. Macam-macam Tafsir Berdasarkan Metodenya.......................... 3
D. Ilmu-ilmu Yang Dibutuhkan Bagi Mufassir .............................. 6
BAB III PENUTUP................................................................................. 7
A. Kesimpulan.................................................................................. 7
B. Saran............................................................................................ 7
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar belakang Masalah


Al-Quran datang ke hadapan kaum Arab kala itu dengan format yang tidak
pernah mereka kenal sebelumnya serta keindahan gaya bahasa yang tak
tertandingi oleh para tokoh dan pakar bahasa waktu itu. Kitab suci ini telah
menantang para pujangga dan tokoh-tokoh penyair Arab untuk membuat
tandingan bagi Al-Quran, mulai dari terberat atau membuat satu saja:
َ ‫أَ ْم يَقُولُونَ ا ْفتَ َراهُ قُلْ فَأْتُوا بِس‬
َ ‫ُور ٍة ِم ْثلِ ِه َوا ْدعُوا َم ِن ا ْستَطَ ْعتُ ْم ِم ْن دُو ِن هَّللا ِ إِ ْن ُك ْنتُ ْم‬
)38(.  َ‫صا ِدقِين‬
Atau (patutkah) mereka mengatakan: "Muhammad membuat-buatnya."
Katakanlah: "(Kalau benar yang kamu katakan itu), maka cobalah datangkan
sebuah surat seumpamanya dan panggillah siapa-siapa yang dapat kamu panggil
(untuk membuatnya) selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar."(Q.S.
Yunus : 38),
Al-Quran adalah sumber ajaran Islam. Laksana samudera yang keajaiban dan
keunikannya tidak pernah sirna di telan masa, sehingga lahirlah bermacam-macam
tafisr dengan metode yang beraneka ragam. Para ulama telah menulis dan
mempersembahkan karya-karya mereka dibidang tafsir ini, dan menjelaskan
metode-metode yang digunakan oleh masing-masing tokoh penafsir, metode-
metode yang dimaksud adalah metode tahliliy, ijmali, muqaran, dan maudhu’i.

B.    Rumusan Masalah
Untuk memudahkan mencari materi yang akan dijelaskan dalam makalah ini,
kami membuat rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan metode tafsir?
2. Apa saja Macam-macam Tafsir Berdasarkan Sumbernya?
3. Apa saja Macam-macam Tafsir Berdasarkan Metodenya
4. Apa saja Ilmu-ilmu Yang Dibutuhkan Bagi Mufassir ?

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Metodologi Tafsir


Istilah metodologi tafsir terdiri atas dua terms, yaitu metodologi dan tafsir.
Kata metode berasal dari bahasa Yunani yaitu methodohos yang berarti cara atau
jalan. Dalam bahasa inggris disebut method, sedang bangsa Arab
menerjemahkannya dengan thariqat dan manhaj. Sedangkan kata logos berarti
ilmu pengetahuan. Sehingga pembentukan dari kata-kata tersebut berarti ilmu
tentang tata cara yang dipakai untuk mencapai tujuan (ilmu pengetahuan).
Adapun Term tafsir, mempunyai dua pengertian, yaitu:
1. Pertama, tafsir adalah pengetahuan atau ilmu yang berkenaan
(berhubungan)  dengan kandungan Al-Qur’an dan ilmu-ilmu yang
dipergunakan untuk memperolehnya.
2. Kedua, tafsir diartikan sebagai cara kerja ilmiah untuk mengeluarkan
pengertian-pengertian, hukum-hukum, dan hikmah-hikmah yang terkandung
dalam Al-Qur’an.
Maka isitilah metodologi tafsir berarti kerangka, kaidah, atau cara yang
dipakai oleh mufasir dalam menafsirkan kandungan al-Qur’an.

B. Macam-macam Tafsir Berdasarkan Sumbernya


Ada dua bentuk penafsiran yang dikenal sampai dengan saat ini yaitu al-
ma’tsur (riwayat) dan al-ra’y (pemikiran).
1. Al-ma’tsur (riwayat) yaitu proses penafsiran yang menekankan pada data
riwayat dari Nabi SAW. dan atau sahabat, sebagai variabel penting dalam
proses penafsiran Al-Qur’an.
2. Al-ra’y (pemikiran), yaitu proses penafsiran yang menekankan pada hasil
pemikiran atau ijtihad.

2
C. Macam-macam Tafsir Berdasarkan Metodenya
1. Metode Ijmali (Global)
Penafsiran Al-Qur’an suatu metoda tafsir yang menafsirkan ayat-ayat Al-
Qur’an dengan cara mengemukakan makna global. Pengertian tersebut
menjelaskan ayat-ayat Al-Qur’an secara ringkas tapi mencakup dengan
bahasa yang populer, mudah dimengerti dan enak dibaca. Sistematika
penulisannya menurut susunan ayat-ayat di dalam mushhaf. Di samping itu
penyajiannya tidak terlalu jauh dari gaya bahasa AL-Qur’an sehingga
pendengar dan pembacanya seakan-akan masih tetap mendengar Al-Qur’an
padahal yang didengarnya itu tafsirnya. Dalam metode ijmali seorang mufasir
langsung menafsirkan Al-Qur’an dari awal sampai akhir tanpa perbandingan
dan penetapan judul.
Kelebihannya
a. Praktis mudah dipahami
b. Bebas dari penafsiran Isra'iliyat.
c. Tafsir Al Qur’an dengan metode ini sangat membantu bagi mereka yang
termasuk pada permulaan dalam mempelajari tafsir
Kelemahan
a. Tidak ada ruang untuk lebih mengkaji lebih dalam
b. Menjadikan petunjuk al-Qur’an tidak parsial (berhubungan)

2. Metode tahlili (Analisis)


Secara terminologi metode Tahlily adalah menafsirkan ayat-ayat Al
Qur’an dengan memaparkan segala aspek yang terkandung di dalam ayat-ayat
yang ditafsirkan dengan menerangkan makna-makna yang tercakup di
dalamnya sesuai dengan keahlian dan kecenderungan mufassir yang
menafsirkan ayat-ayat terebut; ia menjelaskan dengan pengertian dan
kandungan lafadz-lafadznya, hubungan ayat-ayatnya, hubungan surat-
suratnya, asbabun nuzulnya hadis-hadis yang berhubungan dan pendapat para
mufasir terdahulu yang diwarnai oleh latar belakang  pendidikan dan
keahliannya.

3
3. Metode muqarin (komparatif)
Secara etimologis kata maqarin adalah merupakan bentuk isim al-fa’il
dari kata qarana, maknannya adalah membandingkan antara dua hal. Jadi
dapa dikatakan tafsir maqarin adalah tafsir perbandingan. Secara terminologis
adalah menafsirkan sekelompok ayat Al Qur’an atau suatu surat tertentu
dengan cara membandingkan antara ayat dengan ayat, atau atara ayat dengan
hadis, atau antara pendapat ulama tafsir dengan menonjolkan aspek-aspek
perbedaan tertentu dari obyek yang dibandingkan
Dilihat dari aspek sasaran (objek) bahasa terdapat tiga aspek yang dikaji
dalam perbandingan, yaitu :
1. Perbandingan ayat dengan ayat
2. Perbandingan ayat dengan hadis
3. Perbandingan para pendapat mufasir
Adapun kelebihan metode maqarin adalah sebagai berikut :
a. Memberikan wawasan yang luas
b. Membuka diri untuk selalu bersikap toleran
c. Dapat mengetahui berbagai penafsiran
d. Membuat mufasir lebih berhati-hati
Adapun kekurangan dari metode maqarin adalah sebagai berikut :
a. Tidak cocok untuk pemula
b. Kurang tepat untuk memecahkan masalah kontemporer
c. Menimbulkan kesan pengulangan pendapat para mufasir

4. Metode Mawdhu’iy (Tematik)


Kata maudhu’iy ini dinisbahkan kepada kata al-mawdhu’i, artinya adalah
topik atau materi suatu pembicaraan atau pembahasan secara semantik. Jadi
tafsir mawdhu’i adalah tafsir ayat Al Qur’an berdasarkan tema atau topik
tertentu. Jadi para mufasir mencari tema-tema atau topik-topik yang berada di
tengah-tengah masyarakat atau berasal dari Al Qur’an itu sendiri atau dari 
yang lain-lain. Tafsir ayat Al Qur’an dengan metode ini memiliki dua
bentuk :

4
a. Menafsirkan satu surat dalam Al Qur’an secara menyeluruh dan utuh
dengan menjelaskan tujuannya yang bersifat umum dan khusus, serta
menjelaskan korelasi antara persoalan-persoalan yang beragam dalam
surat terebut, sehingga satu surat tersebut dengan berbagai masalahnya
merupakan satu kesatuan yang utuh.
b. Menfasirkan dengan cara menghimpun ayat-ayat Al Qur’an yang
membahas satu masalah tertentu dari berbagai ayat dan surat Al Qur’an
yang diurut sesuai dengan urutan turunnya, kemudian menjelaskan
pengertian secara menyeluruh dari ayat-ayat tersebut untuk menarik
petunjuk AL Qur’an secara utuh tentang masalah yang akan dibahas.
Dalam menafsirkan ayat Al Qur’an dengan metode Maudhu’i ada beberapa
langkah yang harus dilewati oleh para mufasir, antara lain :
a. Menghimpun ayat-ayat yang berkenaan dengan judul yang sesuai dengan
kronologi urutan turunnya ayat tersebut. Langkah ini diperlukan guna
mengetahui kemungkinan adanya ayat Al Qur’an yang mansukh.
b. Menulusuri latar belakang turunnya ayat-ayat Al Qur’an yang telah
dihimpun
c. Meneliti dengan cermat semua kata atau kalimat yang dipakai dalam ayat
tersebut, terutama adalah kosa kata yang menjadi pokok permasalahan
pada ayat tersebut. Setelah itu ayat tersebut dikaji dari berbagai aspek
yang masih berkaitan dengannya seperti bahasa, budaya, sejarah dan
munasabat.
d. Mengkaji pemahaman ayat-ayat dari pemahaman berbagai aliran dan
pendapat para mufasir, baik yang klasik maupun yang kontemporer.
e. Mengkaji semua ayat secara tuntas dan seksama dengan menggunakan
penalaran yang objektif melalui kaidah-kaidah tafsir yang mu’tabar serta
didukung oleh fakta-fakta sejarah yang ditemukan.
Metode ini pun tak luput dari adanya kelebihan dan kekurangan. Adapun
kelebihannya adalah sebagai berikut :
a. Dapat menjawab semua persoalan masyarakat sesuai dengan kondisinya
b. Lebih praktis dan sistematis

5
c. Sangat dinamis
d. Menafsirkannya lebih utuh
Adapun kekurangannya adalah sebagai berikut :
a. Memenggal ayat Al Qur’an
b. Membatasi pemahaman ayat

D. Ilmu-ilmu Yang Dibutuhkan Bagi Mufassir


Seorang mufassir kitab Allah memerlukan beberapa macam ilmu
pengetahuan yang harus dipenuhi sehingga is benar-benar ahli dalam bidang
mufassir.
Para ulama telah menyebutkan tentang macam-macam ilmu yang harus
dipenuhi oleh seorang mufassir. Menurut As-Suyuthi sebagai berikut:
1. Mengetahui bahasa arab dan ketentuan-ketentuannya (ilmu nahwu, sharaf,
etimologi). Hal ini sangat penting bagi seorang mufassir, sebab bagaimana
mungkin memahami ayat, tanpa mengetahui perbedaan kata dan susunan
kalimat.
2. Mengetahui ilmu balaghoh sangat penting dan diperlukan bagi orang yang
hendak menafsirkan Al-qur’an karena ia harus menjaga atau memelihara
bentuk kemu’jizatan.
3. Mengetahui ushul fiqih juga diperlukan oleh seorang mufassir dalam
memahami Al-qur’an supaya tidak kelirumemahaminya, serta tidak terpeleset
oleh kebodohan karena tidak tahu tentang ilmu-ilmu yang penting itu.
4. Mengetahui asbabun nuzul.
5. Mengetahui tentang nasikh dan mansukh.
6. Mengetahui ilmu qiraat
7. Ilmu mauhibah, yaitu ilmu yang diberi oleh langsung dari Allah. Ilmu
yang diwariskan ole Allah kepada seseorang yang mengamalkan sesuai
dengan ilmunya, serta Allah membukakan hati orang tersebut untuk
memahami rahasia-rahasianya.

6
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Istilah metodologi tafsir terdiri atas dua terms, yaitu metodologi dan tafsir.
Kata metode berasal dari bahasa Yunani yaitu methodohos yang berarti cara atau
jalan. Dalam bahasa inggris disebut method, sedang bangsa Arab
menerjemahkannya dengan thariqat dan manhaj. Sedangkan kata logos berarti
ilmu pengetahuan.
macam-macam tafsir berdasarkan metodenya :
Metode Ijmali (Global)
Penafsiran Al-Qur’an suatu metoda tafsir yang menafsirkan ayat-ayat Al-
Qur’an dengan cara mengemukakan makna global. Pengertian tersebut
menjelaskan ayat-ayat Al-Qur’an secara ringkas tapi mencakup dengan bahasa
yang populer, mudah dimengerti dan enak dibaca.
Metode tahlili (Analisis)
Secara terminologi metode Tahlily adalah menafsirkan ayat-ayat Al Qur’an
dengan memaparkan segala aspek yang terkandung di dalam ayat-ayat yang
ditafsirkan dengan menerangkan makna-makna yang tercakup di dalamnya sesuai
dengan keahlian.
Metode muqarin (komparatif)
Secara etimologis kata maqarin adalah merupakan bentuk isim al-fa’il dari
kata qarana, maknannya adalah membandingkan antara dua hal. Jadi dapa
dikatakan tafsir maqarin adalah tafsir perbandingan.
Metode Mawdhu’iy (Tematik)
Kata maudhu’iy ini dinisbahkan kepada kata al-mawdhu’i, artinya adalah
topik atau materi suatu pembicaraan atau pembahasan secara semantik.
B. Saran
Hendaklah apabila kita ingin melakukan tafsir kita menggunakan empat
metode ini. Karena metode ini lebih umum dan lebih banyak digunakan ulama’
dalam melakukan Tafsir.

7
Daftar Pustka

Sihab, M. Quraish. 2013. Kaidah Tafsir.Yogyakarta: Lentera Hati


Baidan, Nasrudin. 1998. Metodologi Penafsiran Al-Quran. Tangerang : PT.
Pustaka Pelajar outside
Nurhadi, Amari Ma’ruf. 2012. Tafsir untuk kelas XII MA. Kartosuro : PT.
Wangsajatra Lestari

Anda mungkin juga menyukai