Anda di halaman 1dari 20

JADAL DALAM AL-QUR`N

DAN PENGARUHNYA TERHADAP PENDIDIKAN


Oleh H. Muhammad Taufik1

Abstrak
Tulisan ini, melihat persoalan di sekitar jadal al-Qur`n. Jadal al-Qur`n ialah
pengungkapan dalil untuk mengalahkan orang kafir dan para penantangnya
melalui pembuktian atas kebenaran yang dapat diterima nurani manusia. Tujuan
Jadal al-Qur`n diantaranya menjelaskan permasalahan secara argumantatif bagi
kalangan yang memang sungguh-sungguh ingin mendapat kejelasan. Adapun
signifikansi jJadal al-Qur`n dapat membantu menghampiri kebenaran
kandungan, khususnya ayat-ayat yang bermuatan jadal, yang pernah terjadi di
antara berbagai kalangan yang terekam di dalam al-Qur`n. Akan lebih
memudahkan dalam menafsirkan ayat-ayat al-Qur`n. Bagi pendidikan, jadal
memiliki pengaruh kuat. Sebab, di samping manusia sebagai makhluk yang
thabiiyah, juga rational dan emossional sekaligus. Sehingga dengan Jadal
manusia akan lebih mudah dapat memahami dan kemudian diarahkan untuk
mencapai tujuan Pendidikan, mengembangkan manusia menjadi cerdas secara
rasio-emosi-spiritual, dan anggun dalam iman, ilmu dan perilaku.
Kata Kunci: Jadal, al-Qur`n, metode, penafsiran, pendidikan
I. Pendahuluan
Al-Qur`n adalah petunjuk bagi manusia, yang sekaligus dengannya manusia dapat
membedakan antara yang haq dengan yang bathil, yang salah dan yang benar. Ia juga
dapat sebagai obat dan rahmat bagi manusia pada umumnya dan khususnya yang
beriman.2 Dalam waktu yang sama, al-Qur`n adalah merupakan Mujizat terbesar dan
abadi bagi Rasulullah Muhammad Saw. Ia merupakan mukjizat ruhiyah yang bersifat
rasional dan spiritual sekaligus, sehingga menarik umtuk di diperhatikan oleh orang yang
mempunyai hati dan pikiran.3
1 Dosen Tetap IAIN Mataram.
2Lihat Q.S.,al-Baqarah [2]: 2, 185; Q.S.,al-Isr` [17]: 82. Seluruh terjemahan ayat dalam tulisan ini merujuk
pada Al-Qur`n dan Terjemahnya, Mujamma Khadim al-Haramain asy-Syarifain Medinah al Munawarah ,
1412 H.
3Lihat, Ali al-Shabuny, Al-Tibyn fi Ulum al-Qur`n, terj. H. Moh. Chudlari Umar, Moh. Matsna H.S. ,
Pengantar Study al-Qur`n, (Bandung : al Maarif, 1987) 99.

Al-Qur`n kata Syekh Muhammad Abduh mengandung berita bangsa-bangsa silam


yang dapat dijadikan contoh perbandingan bagi umat sekarang dan yang akan datang, ia
memuat berita pilihan yang dipastikan kebenarannya. al-Qur`n menceritakan hikayat para
Nabi dan peristiwa-peristiwa yang terjadi antara mereka dengan umatnya. Ia juga
mensyariatkan kepada manusia hukum-hukum yang sangat cocok dengan kemaslahatan
kehidupan mereka.4
Sejalan dengan keyakinan Abduh itu, Nashr menegaskan pula bahwa :
Al-Qur`n berisi petunjuk bagi manusia agar ia mampu memenuhi janjinya 5
kepada Tuhan. Karenanya al-Qur`n menjadi pusat kehidupan Islam. Al-Qur`n
adalah dunia di mana seorang muslim hidup. Ketika ia dilahirkan, di telinganya
dibisikkan syahadat yang terdapat dalam al-Qur`n. Ia mempelajari al-Qur`n sejak
ia mulai bisa berbicara. Ia mengulangnya setiap hari dalam shalat. Ia dinikahkan
melalui pembacaan al-Qur`n. Dan ketika ia mati dibacakan al-Qur`n kepadanya.
Al-Qur`n adalah serat yang membentuk tenunan kehidupannya, ayat-ayat alQur`n adalah benang yang menjadi rajutan jiwanya.6
Dalam membicarakan al-Qur`n sebagai petunjuk, Nasr memahami kandungannya
dalam tiga klasifikasi : Pertama : doktrin yang memberi pengetahuan terhadap struktur
kenyataan dan posisi manusia di dalamnya. Doktrin itu berisi petunjuk moral dan hukum
yang menjadi dasar syariat yang mengatur kehidupan manusia sehari-hari. Doktrin itu
juga mengandung metapisika tentang Tuhan, kosmologi atau alam semesta serta
kedudukan berbagai makhluk dan benda di dalamnya, dan pembahasan kehidupan di
akhirat. Kedua : al-Qur`n berisi petunjuk yang menyerupai ringkasan sejarah manusia,
rakyat biasa, raja-raja, orang-orang suci, dan para Nabi sepanjang zaman dan segala
cobaan yang menimpa mereka. Meskipun petunjuk ini berupa sejarah, sebenarnya ia
4Lihat, Syekh Muhammad Abduh, Risalatut Tauhid, terj. H. Firdaus A.N., Risalah Tauhid, Cet. VI
(Jakarta: Bulan Bintang, 1976), 185.
5Q.S. al-Arf [7]: 172 terjemahnya Bukankah Aku ini Tuhanmu? mereka manusia menjawab Betul
(Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi .
6 SH.Nasr, Ideals and Realita of Islam, 21.
2

ditujukan pada jiwa manusia di sini dan sekarang, meskipun ia mengambil tempat dan
waktu yang telah lalu. Ketiga : al-Qur`n berisi sesuatu yang sulit untuk dijelaskan dalam
bahasa modern. Sesuatu itu dapat disebut magi yang agung, bukan dalam arti harfiah,
melainkan dalam arti metafisis. Ayat al-Qur`n, karena diturunkan oleh Tuhan,
mengandung kekuatan yang berbeda dari apa yang kita pelajari dalam al-Qur`n secara
rasional. Ayat-ayat itu menyerupai azimat yang melindungi manusia. Itulah sebabnya
mengapa kehadiran fisis dari al-Qur`n sendiri membawa berkah bagi manusia. Apabila
seorang muslim menghadapi kesulitan ia membaca ayat-ayat al-Qur`n tertentu yang
menenangkan dan menghibur hatinya.7
Baik dalam posisinya sebagai yang mengandung petunjuk yang bersifat doktrinal, historis
dan sublim8 di satu sisi, maupun sebagai mukjizat abadi yang bersifat ruhiyah, rasional
dan spiritual sekaligus di sisi lainnya, al-Qur`n memerlukan prosedur, mekanisme dan
kiat tertentu untuk dapat memahami atau mendekati pemahaman terhadapnya.
Dalam kerangka itu, telah berbilang jumlah dan berbagai ragam tafsir dan Ulum alQur`n yang dihasilkan para ulama dan cendekiawan sampai saat ini . Namun, kandungan
al-Qur`n masih tetap bagai tak terusik, sebab memang kandungannya itu jauh melampaui
kemampuan manusia untuk menyelaminya.9 Di samping manusia yang selalu berupaya
menghampiri pemahaman terhadap al-Qur`n itu sejak awal turunnya, tidak sedikit juga

7Lihat, SH.Nasr, Ideals and Realita of Islam, 27-28.


8Sublim adalah menampakkan dalam bentuknya yang tertinggi; teramat indah; teramat mulia; teramat
utama. Lihat, Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi kedua, Cet. III, (Jakarta: Balai Pustaka,
1994), 967. Hudan al-Qur`n, juga mengandung nilai yang sulit dijelaskan dengan wacana bahasa
modern, tapi bisa dijangkau oleh dan dalam kapasita tertentu, di situlah antara lain terdapatnya apa yang
secara tradisional dikenal dengan barakah.
9Q.S., Lukmn [31]: 27 terjemahnya Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut
(menjadi tinta), ditambahkan kepada tujuh laut (lagi) sesudah (kering)nya, niscaya tidak akan habis-habisnya
(dituliskan) kalimat Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana, Juga bisa dilihat Q.S..
al-Kahfi [18]: 109
3

yang sebaliknya, yang berupaya menjauhi bahkan membantah apa yang dikandung alQur`n. Seperti dijelaskan sendiri dalam Q.,s. al Kahfi/18: 54 yamg terjemahnya Dan
manusia adalah makhluk yang paling banyak membantah.
Mengapa manusia bisa dan suka/banyak membantah? Menurut analisis Fazlur Rahman
dalam Major Themes of the Quran bahwa :
Karena setiap sesuatu di alam semesta ini bertingkah laku sesuai dengan hukumhukum yang telah ditentukan kepadanya secara otomatis mentaati perintah Allah
maka keseluruhan alam semesta ini adalah muslim atau tunduk kepada kehendak
Allah. Manusia adalah satu-satunya ciptaan Allah yang memiliki kebebasan untuk
mentaati atau mengingkari (membantah perintah-Nya). (Q.,s.al Syams/91: 7-10).10
Berbagai upaya dalam membantah kebenaran al-Qur`n, dilakukan manusia sejak masa
turunnya, namun selalu kandas. Sebab bantahan al-Qur`n selalu lebih kuat. Kekuatan
bantahan al-Qur`n ini, antara lain adalah dalam kedudukan uslub bahasa nya yang juga
bermuatan mujizat. Menurut al Zarqani bahwa di antara kemukjizatan al-Qur`n terdapat
pada kefasihan lafadznya serta keindahan uslubnya yang tidak bisa ditandingi. 11
Pembicaraan di sekitar bantah membantah dalam al-Qur`n itulah yang kemudian dalam
disiplin Ulum al-Qur`n dikenal dengan istilah Jadal al-Qur`n.
Tulisan ini, akan mencoba melihat permasalahan di sekitar Jadal al-Qur`n tersebut,
meliputi: pengertian Jadal, macam dan topiknya, tujuan dan metodenya, perannya dalam
penafsiran al-Qur`n serta pengaruhnya terhadap pendidikan.

10Fazlur Rahman, Major Themes of the Quran, terj. Anas Mahyuddin, Tema Pokok al-Qur`n, Cet. I
(Bandung: Pustaa, 1983), 36. Terjemah Q.S.,al-Syams [91]: 7 Demi jiwa dan penyempurnaan
(penciptaannya), maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketaqwaannya.
Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang
mengotorinya.
11Lihat, Muhammad Abdul Azhim al-Zarqani, Manhil al-Irfn fi Ulum al-Qur`n, Jilid I (Beirut: Dr al
Fikr, t.th), 309
4

II. Pengertian Jadal Al-Qur`n


Al-Qur`n menyebut kata Jadal dalam berbagai bentuknya sebanyak 29 kali.
Lokus pemuatannya tersebar pada 16 Surat dalam 27 ayat yakni pada surah: al-Nisaa/4:
109 dan Huud/11: 32 masing-masing dua kali; al-Baqarah/2: 197; kemuadian pada alNisaa/4: 107; al-Anaam/6: 121, 125; al-Araf/7: 71; al-Anfaal/8: 6; Huud/11: 74; alRad/13: 13; al-Nahl/16: 111, 125; al-Kahfi/18: 54, 56; al-Hajj/22: 3, 8, 68; al-Anka
buut/29: 46; Luqmaan/31: 20; Ghaafir/40: 5, 4, 25, 56, 69; al-Syuura/42: 35; alZukhruf/43: 58; al-Mujaadalah/58: 1 masing-masing satu kali.12 Dalam bahasa Indonesia,
Jadal dapat dipadankan dengan debat. Debat adalah pembahasan dan pertukaran pendapat
mengenai suatu hal dengan saling memberi alasan untuk mempertahankan pendapat
masing-masing.13

Jadal atau Jidal

dalam bahasa Arab dapat dipahami sebagai

perbantahan dalam suatu permusuhan yang sengit dan berusaha memenangkannya.14


Sebagai suatu istilah, Jadal adalah saling bertukar pikiran atau pendapat dengan jalan
masing-masing berusaha berargumen dalam rangka untuk memenangkan pikiran atau
pendapatnya dalam suatu perdebatan yang sengit.15 Berbagai batasan pengertian tentang
Jadal dirumuskan para ulama, namun pada dasarnya mengacu pada perdebatan serta usaha
menunjukkan kebenaran atau membela kebenaran yang ditujunya dengan berbagai macam
argumentasi. Dari definisi-definisi yang ada bila hendak dibuatkan rambu-rambu, maka
itu antara lain adalah (1) Hendaknya dengan jalan yang dapat diterima atau terpuji, (2)

12Lihat, Muhammad Fud Abd. Al Bqy, Al-Mujam al-Mufahrs Li al-Fz al-Qur`n al-Karm, (t.tp.:
Angkasa, t.th.), 165
13Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi kedua, Cet. III, 214
14Lihat, Al-Raghib al-Isfahani, Mujam Mufradt al-Fz al-Qur`n, (Beirut: Dr al-Fikr, t.th.), 87; Juga
Ibnu Manzhur, Lisn al-Arab, Jilid XI dari XV Jilid (Beirut: Dr Shdir, t.th.), 105.
15 Lihat, Zahir Awad al-Almiy, Manhij al-Jadl fi al-Qur`n al-Karm,, (t.tp.,t.th.), 20; Juga Manna
Khalil al-Qaththn, Mabhits f Ulum al-Qur`n (Beirut: Mansyurat al-Ashr, 1977), 29.
5

Diniati untuk mendapat dalil/argumen yang lebih kuat, (3) Untuk menunjukkan
aliran/mazhab serta kebenarannya.
Dengan rambu yang demikian itu, para pihak yang terlibat dalam jadal memang
tidak harus saling membenci, walaupun pada dasarnya sulit menghidari suasana saling
bermusuhan. Sebab, sebagian dari watak dasar manusia adalah memang suka membantah
atau berbantah-bantahan, bahkan Tuhannya pun dibantah. (Q.,s. al Kahfi/18 : 54). Kenapa
demikian? Sebab manusia memang memiliki potensi/kebebasan untuk itu, yang tidak
dimiliki oleh makhluk yang lainnya (lihat catatan nomor 10). Untungnya kita punya
pedoman yaitu al-Qur`n yang menganjurkan jika hendak berbantahan, maka
berbantahanlah dengan cara yang terbaik.16
Istilah yang dapat dipandang sebagai padanan daripada istilah Jadal adalah al
Munazharah, al Muhawarah, al Munaqasyah dan al Mubahatsah. Istilah-istilah tersebut
dapat dipandang sepadan, sebab pada dasarnya mengacu pada tujuan yang sama yakni
untuk menjelaskan dan kejelasan sesuatu permasalahan. Hanya saja Jadal lebih
menekankan kemenangan, dan pada saat yang sama kekalahan bagi pihak lawan debat.
Munazharah merupakan kegiatan dimana dua orang saling mengemukakan pemikiran,
masing-masing bertujuan membenarkan pemikirannya serta menyalahkan pemikiran
lawan (debat)nya dengan jalan saling mencoba menguji pembuktian dalam upaya
mencari/menampakkan kebenaran. Adapun muhawarah mengacu pada pembicaraan
dimana di dalamnya ada dialog/tanya jawab dengan sopan yang bertujuan hampir sama
saja dengan Jadal. Tentang munaqasyah dan mubahatsah hampir sama saja. Khususnya

16Q.S.,al-Nahl [16]: 125 terjemahnya Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan mu dengan hikmah dan
pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik.
6

tentang Jadal dan muhawarah, di dalam al-Qur`n terdapat ayat yang di dalamnya
digunakan kedua istilah tersebut, yaitu pada surah Q.,s. al Mujadalah ayat pertama.17
Adapun al-Qur`n secara etimologis berarti bacaan, dan secara terminologis adalah
Kalam Allah SWT. Yang merupakan mujizat yang diturunkan (diwahyukan) kepada Nabi
Muhamad SAW. dan diriwayatkan secara mutawatir serta membacanya adalah ibadah. 18
Sedangkan yang dimaksud Jadal al-Qur`n adalah pembuktian-pembuktian serta
pengungkapan dalil-dalil yang terkandung di dalamnya, untuk dihadapkan pada orangorang kafir dan mematahkan argumentasi para penentang dengan seluruh tujuan dan
maksud mereka, sehingga kebenaran ajaran-Nya dapat diterima dan melekat di hati
manusia.19

III. Macam dan Topik Jadal al-Qur`n


Secara umum, Jadal al-Qur`n dapat dikelompokkan ke dalam dua kategori. Pertama :
Jadal yang terpuji (al Jadal al Mamduh) adalah suatu debat yang dilandasi niat yang
ikhlash dan murni dengan cara-cara yang damai untuk mencari dan menemukan kebaikan
dan kebenaran. Ulama membolehkan debat dengan maksud untuk menjelaskan syariat
dan membuktikan kesahalan lawan dengan alasan-alasan dan pembuktian yang benar,
tentunya dengan cara yang baik. Hal tersebut dapat didasarkan pada firman Allah yang
terjemahnya sebagai berikut :
17Lihat, al-Almiy, Manhij al-Jadl fi al-Qur`n al-Karm, h. 25. Terjemahan Q.S. al Mujadalah [58] : 1.
Dan sesungguhnya Allah telah mendengar perkataan wanita yang menujukan gugatan kepada kamu
(tujaadiluka) tentang suaminya, dan mengajukan halnya kepada Allah. Dan Allah mendengar soal jawab
antara kamu berdua (tahaawurakuma). Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat. Secara
tehnis ada yang memandang bahwa dalam Jadal selalu ada rasa saling bermusuhan di antara yang terlibat,
sedangkan dalam munazharah tidak.
18Lihat, bagian Pendahuluan Al Quran dan Terjemahnaya, Departemen Agama, 16.
19Lihat, al-Almiy, Manhij al-Jadl fi al-Qur`n al-Karm, 21
7

(1)
(2)

Serulah (manusia) kejalan Tuhan mu dengan hikmah dan pelajaran


yang baik dan bantahlah mereka (wajaadilhum) dengan cara yang
lebih baik (Q.,s. al Nahl/16 : 125).
Dan jangan kamu berdebat (walaa tujaadil) dengan Ahli Kitab,
melainkan dengan cara yang paling baik, kecuali dengan orangorang zalim di antara mereka (Q.,s. al Ankabuut/29 : 46).
Sebagai contoh dari Jadal jenis ini dapat dilihat pada ayat yang terjemahnya

sebagai berikut :
Maka tatkala datang kepada mereka kebenaran dari sisi Kami, mereka berkata
mengapakah tidak diberikan kepadanya (Muhammad) seperti yang telah diberikan
kepada Musa dahulu? dan bukanlah mereka itu telah ingkar (juga) kepada apa
yang diberikan kepada Musa dahulu? Mereka dahulu telah berkata : Musa dan
Harun adalah dua orang ahli sihir yang bantu-membantu. Dan mereka (juga)
berkata : Sesungguhnya kami tidak mempercayai masing-masing mereka itu.
Katakanlah : Datangkanlah olehmu sebuah kitab dari sisi Allah yang kitab itu
lebih (dapat) memberi petunjuk daripada keduanya (Taurat dan al-Qur`n) niscaya
aku mengikutinya, jika kamu sungguh orang-orang yang benar. Maka jika mereka
tidak menjawab (tantanganmu), ketahuilah sesungguhnya mereka hanyalah
mengikuti hawa nafsu mereka (belaka). Dan siapakah yang lebih sesat daripada
orang yang mengikuti hawa nafsunya dengan tidak mendapat petunjuk dari Allah
sedikitpun. (Q.,s. al Qashash/28 : 48-50).
Kedua: Jadal yang tercela (al Jadal al Mazdmum), adalah setiap debat yang menonjolkan
kebathilan atau dukungan atas kebathilan itu. Tentang tercelanya debat yang bathil ini
banyak dasarnya dari Al Kitab maupun al Sunnah dan pendapat kaum Salaf. Di antara
dasarnya dari al Kitab adalah ayat yang terjemahnya sebagai berikut:
(1)

(2)

Dan tidaklah Kami mengutus rosul-rosul melainkan sebagai


pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan; tetapi
orang-orang yang kafir membantah dengan yang bathil agar dengan
demikian mereka dapat melenyapkan yang hak dan mereka
menganggap ayat-ayat Kami dan peringatan-peringatan terhadap
mereka sebagai olok-olok (Q.,s. al Kahfi/18 : 56).
Sebenarnya Kami melontarkan yang hak kepada yang batil lalu
yang hak itu menghancurkannya, maka dengan serta merta yang
batil itu lenyap (Q.,s. al Anbiya/21 : 18).

Jadal al Mazdmum itu ada yang dilakukan dalam bentuk debat tanpa landasan keilmuan
seperti disinyalir dalam Q.,s. al Hajj/22: 3,

yang terjemahnya di antara manusia ada

orang yang membantah tentang Allah tanpa ilmu pengetahuan dan mengikuti setiap
syaithan yang sangat jahat, dan ayat 8 yang tertejamhnya Dan diatnara manusia ada
orang-orang yang membantah tentang Allah tanpa ilmu pengetahuan, tanpa petunjuk dan
tanpa kitab (wahyu) yang bercahaya. Juga dapat dilhat contoh Jadal model tersebut pada
Q.s., al Muminun: 71 dan Q., s. Lukman: 20. Ada pula Jadal al Mazdmum dalam bentuk
dukungan atas kebathilan setelah tampak kebenaran seperti dalam Q.,s. al Mukmin/40: 5
yang terjemahnya dan mereka membantah dengan (alasan) yang batil untuk melenyapkan
kebenaran dengan yang batil itu.20
Adapun mengenai terma (maudlu) dalam Jadal al-Qur`n, cukup banyak tersebar dalam
berbagai surah dan ayah al-Qur`n. Al Almaaiy mengkategorikannya ke dalam enam
kelompok terma (nama dan nomor surat dan ayat di dalam kurung adalah di antara contoh
jadal dalam terma bersangkutan), yakni : (1) Jadal dalam penetapan wujud Allah (Q.,s. al
Jaatsiyah/45 : 24-28), (2) Jadal tentang penetapan Keesaan Allah (Q.,s. al Anbiya/21 :
22), (3) Jadal tentang Penetapan Risalah (Q.,s. Nuh/71 : 1-3), (4) Jadal tentang
Kebangkitan dan Pembalasan (Q.,s. al Muminun/23 : 81-83 dan Q.,s. Qaaf/50 : 12-15),
(5) Jadal tentang Tasyriat (Q.,s. al Nahl/16 : 36 & Q.,s. al Anbiya/21 : 25), (6) Jadal
tentang aneka tema lainnya, seperti: (a) Jadal Bani Adam (Q.,s. al Maidah/5 : 27-31), (b)
Jadal Ibrahim a.s. tentang kaum Luth (Q.,s. Hud/11 : 74-76), Jadal antara Musa dan
Hidlir a.s (Q.,s. alKahfi/18 : 60-72), (d) Jadal antar orang shabar yang miskin dan orang
kafir yang kaya (Q.,s. al Kahfi/18 : 32-43), (e) Jadal Keluarga Firaun yang beiman
20Untuk memahami rincian tentang ragam Jadal al-Qur`n dapat dilihat pada al-Almiy, Manhij alJadl fi al-Qur`n al-Karm, 44-60.
9

dengan kaumnya (Q.,s. al Muminun/23 : 27-40), (f) Jadal Yahudi dan Nasrani tentang
Ibrahim a.s. (Q.,s. Ali Imran/3 : 65-68), (g) Jadal Munfiqin dengan Muminin (Q.,s. al
Baqarah/2 : 11-14). Di antara sekian maudlu Jadal dalam al-Qur`n menurut analisis Al
Almaaiy terma yang pertama dan kedua yakni tentang Wujud dan Keesaan Allah yang
paling banyak mendapat sorotan.21
Dengan menggunakan kerangka jenis/macam Jadal yang dikemukakan ter dahulu, bila
dicermati secara baik, tentunya dapat diduga dari contoh-contoh tersebut di atas, mana
yang tergolong Jadal yang mamduh dan mana yang mazdmum.

IV. Tujuan dan Metode Jadal


Jadal al-Qur`n memiliki berbagai tujuan, yang dapat ditangkap dari ayat-ayat alQur`n yang mengandung atau yang bernuansa Jadal, di antaranya adalah :
(1)

Sebagai jawaban atau untuk mengungkapkan kehendak Allah dalam rangka


penetapan dan pembenaran aqidah dan qaidah syariah dari persoalan-persoalan
yang dibawa dan dihadapi para Rasul, Nabi dan orang-orang shaleh. Sekaligus
sebagai bukti-bukti dan dalil-dalil yang dapat mematahkan dakwaan dan
pertanyaan-pertanyaan yang muncul di kalangan umat manusia, sehingga menjadi
jelas jalan dan petunjuk ke arah yang benar. Jadal dengan tujuan seperti ini dapat
21Lihat, al-Almiy, Manhij al-Jadl fi al-Qur`n al-Karm, 125, 461-2. Tentang hal ini, dalam kaitannya
dengan kondisi para penentang kebenaran, hingga masa modern ini, mungkin dapat direnungkan apa yang
diungkapkan Hasan Askari mengenai apa yang dianggapnya sebagai model Jadal di masa modern. Katanya,
Ketika Muhammad (SAW -pen) memulai dakwahnya di Mekkah, penduduak Mekkah sungguh terkejut
bahwa ternyata ia lebih menekankan masalah eskatologi dan kebangkitan daripada Keesaan Tuhan. Tentu
saja penduduk Mekkah bagaimanapun primitif dan bodohnya mereka, tetap memberikan argumentasi, dan al
Quran mendokumentasikannya sebagaimana dilakukan oleh orang-orang humanis maupun materialis
modern. Hal itu hampir merupakan situasi yang asli, bahawa argumentasi yang menolak kebangkitan selalu
di ulang sepanjang sejarah, berbagai daerah dan, di masa kita sekarang, terbungkus dalam format yang
canggih. Dan bagaimana contoh-contoh argumentasi orang-orang Humanis sekarang yang menolak
kebangkitan , dapat dilihat pada Jon Avery dan Hasan Askari, Towards a Spiritual Humanism: A MuslimHumanis Dialogue, (Leeds: Seven Mirrors, 1991), terj. Arif Hutoro, Menuju Humanisme Spiritual:
Kontribusi Perspektif Muslim-Humanis, Cet. I; (Surabaya: Risalah Gusti, 1995) 43, 41-48
10

dicermati contohnya mengenai dialog Nabi Musa a.s. dengan Firaun (Q.,s. alSyuaraa/26: 10-51).
(2)

Sebagai layanan dialog bagi kalangan yang memang benar-benar ingin tahu, ingin
mengkaji sesuatu persoalan secara nalar yang rasional , atau melalui ibarat
maupun melalui doa. Dari dialog-dialog tersebut, kemudian hasilnya dapat
dijadikan pegangan, nasehat dan semacamnya. Untuk tujuan seperti ini dapat
dijadikan contohnya adalah penjelasan Allah SWT. atas persoalan kegelisahan
Naabin Ibrahim a.s. yang ingin menambah keyakinannya dan ketenangannya
dengan mengetahui bagaimana Allah menghidupkan makhluk-Nya yang telah
mati (Q.,s. al Baqarah/2 : 260, juga dapat dilihat pada ayat 30 surat yang sama
sebagai contoh lainnya.

(3)

Untuk menangkis dan melemahkan argumentasi-argumentasi orang kafir yang


sering mengajukan pertanyaan atau permasalahan dengan jalan menyembunyikan
kebenaran yang memang disinyalir dalam al-Qur`n Wajaadiluu bi al Baathil
liyudhiduu bihi al haq (Q.,h. al Mukmin/40 : 5). Sebagai contoh Jadal dengan
tujuan seperti ini bisa dilihat dalam Q.,s. al Mukminun/23 : 81-83 dan Q.,s.
Qaaf/50 : 12-15 serta Q.,s. Yaasiin/36 : 78-79.22
Adapun mengenai metode yang ditempuh Jadal al-Qur`n, para ulama pada dasarnya
sama saja, walaupun secara tehnis ada perbedaan dalam mengelompokkan apakah suatu
jadal dalam al-Qur`n termasuk metode atau macam/jenis dari jadal tersebut. Yang
dimasukkan ke dalam macam-macam Jadal al-Qur`n oleh Abu Zahrah dan Al Qaththan
umpamanya, oleh Al Almaaiy sebagiannya dimasukkan ke dalam metode Jadal al22Lihat, al-Almiy, Manhij al-Jadl fi al-Qur`n al-Karm, 69-85.
11

Qur`n. Dalam tulisan ini, kedua kecenderungannya tersebut digabung dalam pembahasan
tentang prosedur yang ditempuh dalam Jadal al-Qur`n, yakni:23
(1)

Al Tarifat.
Bahwa Allah SWT secara langsung memperkenalkan diri-Nya dan ciptaan-Nya sebagai
pembuktian akan wujud dan ke Maha Kuasaan-Nya. Karena Allah tidak terjangkau oleh
indera manusia, maka dengan mengungkapkan hal-hal yang bisa ditangkap indera
manusia, manusia akan mampu memahami akan wujud dan kekuasaan Sang Maha Kuasa.
Hal inilah yang antara lain dapat dipahami dari firman Allah seperti tertera pada Q.,s. al
Anam/6: 95-100, tentunya banyak contoh yang lainnya tentang hal ini.

(2)

Al Istifham al-Taqriri
Dalam bentuk ini Allah mengajukan pertanyaan langsung dengan penetapan
jawaban atasnya. Pertanyaan tentang hal yang memang sudah nyata, diangkat lagi lalu
disertai dengan jawaban yang merupakan penetapan atas kebenaran yang sudah pasti.
Prosedur ini dipandang oleh para ahli Ulum al-Qur`n sebagai yang ampuh sekali sebab
dapat langsung membatalkan jidal atau argumen para pembantah. Sebagai contohnya
dapat disebut antara lain firman-Nya dalam Q.,S. Yaasiin/ 36 : 81-82.

(3)

Al Tajziat
Dengan prosedur ini Allah mengungkapkan bagian-bagian dari suatu totalitas,
secara khirarchis atau kronologis, yang sekaligus menjadi sebagai argumentasi dialektis
untuk melemahkan lawan dan menetapkan suatu kebenaran. Masing-masing dapat berdiri

23 Lihat, Abu Zahrah, Al-Mujizat al Kubra, (Beirut: Dr al Fikr, 1970), 371-87; dan Al al-Almiy,
Manhij al-Jadl fi al-Qur`n al-Karm, 63-75; juga Al-Qaththn, Mabhits fi Ulum al-Qur`n, (Beirut:
Mansyurat al Ashri, 1977), 299-300.
12

sendiri sebagai bukti/untuk membuktikan kebenaran yang dimaksudkan. Prosedur jadal


seperti ini nampak antara lain dalam Q.,S. Al Naml/27 : 54-64.
(4)

Qiyas al Khalf
Dalam bahasa Indonesia disebut analogi berbalik. Dengan prosedur ini,
kebenaran ditetapkan dengan membatalkan pendapat lawan yang berbalikan/ berlawanan.
Sebab dalam realitas kehidupan tidak dapat berkumpul dua hal yang berlawanan. Tentang
metode Jadal seperti ini dapat disebut firman Allah dalam Q.,s. al Anbiya/21 : 21-22.

(5)

Al Tamtsil
Allah mengungkapkan perumpamaan bagi suatu hal. Dengan perumpamaan
dimaksudkan agar suatu kebenaran dapat dipahami secara lebih cepat dan lebih mudah,
lalu lebih melekat di sanubari lawan. Untuk ini antara lain dapat disebut sebagai contoh
adalah firman-Nya pada Q.,s. al Baqarah/2 : 259.

(6)

Al Muqabalat
Al Muqabalat adalah mempertentangkan dua hal yang salah satunya memiliki efek
yang jauh lebih besar dibanding dengan yang lainnya. Seperti halnya mempertentangkan
antara Allah SWT dengan berhala yang disembah orang-orang musyrik. Contoh Jadal alQur`n dalam prosedur seperti ini dapat dilihat antara lain pada Q.s. al Waqiah/56: 57-59.
Demikian itulah antara lain prosedur dan metode yang ditempuh al-Qur`n dalam Jadal
atau Metode Jadal al-Qur`n.

V. Peranan Jadal dalam Penafsiran al-Qur`n dan Pengaruhnya terhadap Pendidikan


Al-Qur`n seperti pengibaratan pada kata hikmah spiritual Al Rumi bagaikan
wajah pengantin wanita yang memakai cadar. Rahasia keindahannya tersembunyi di balik

13

cadarnya. Yang berkehendak menangkap keindahan itu, hendaknya tahu dan mengerti
caranya. Al-Qur`n adalah kitab petunjuk untuk keselamatan. Petunjuk Al Quran
bermuatan lengkap, namun dalam beraneka nuansa, yang tidak semua orang dapat
menyentuh semuanya, bahkan mungkin tidak banyak, kalau bukan malah tidak ada yang
dapat mejangkau semuanya.24 Seperti juga dipaparkan dalam pendahuluan, bahwa alQur`n, memuat di dalamnya petunjuk yang bernuansa doktrinal, historis dan sublim. Di
samping semuanya itu, Al-Qur`n adalah mukjizat al Kubra yang abadi bagi Rasul Saw,
yang bersifat ruhiyah, rasional, dan spiritual sekaligus. Untuk dapat masuk ke dalam
nuansa al-Qur`n dalam kerangka pemahaman atas kandungannya, tentunya bukanlah
hal yang mudah. Harus tahu caranya. Di antara yang dapat dipandang sebagai cara
masuk itu, adalah memahami celah dari sisi kemukjizatannya, yaitu keindahan dan
ketinggian gaya bahasa (uslubnya). Di sinilah (boleh jadi) letak signifikansi pemahaman
tentang Jadal al-Qur`n, dimana Jadal merupakan satu dari tanda ketinggian uslub alQur`n.
Memahami Jadal al-Qur`n, dapat berarti mempermudah jalan dalam menghampiri dan
menangkap pemahaman yang benar atas dialog (jadal, munazharah, muhawarah) yang
pernah terjadi dan tertera dalam Al-Qur`n, baik di antara Allah dengan Malaikat atau
dengan Nabi, atau di kalangan para Nabi dengan kaumnya, di kalangan orang-orang shalih
yang mulia, atau antar perorangan di kalangan Bani Adam dalam berbagai suasana dan
kondisi. Bila demikian, maka dapat berarti Jadal al-Qur`n

berperan kuat dalam

penafsiran al-Qur`n.
24Hal tersebut diisyaratkan dalam Q.S.,Luqmn [31]: 27 yang terjemahannya Dan seandainya pohonpohon dibumi menjadi pena dan laut (menjadi tinta) ditambahkan kepadanya tujuh laut (lagi) sesudah
(kering)nya, niscaya tidak akan habis-ahabisnya kalimat Allah. Sesungguhnya Allah Maha perkasa lagi
Maha Bijaksana. Juga pada Q.s., al-Kahfi [18]: 109
14

Dengan memahami Jadal al-Qur`n, dapat juga dipahami bahwa al-Qur`n


sungguh-sungguh tidak menghendaki adanya debat kusir, debat yang kosong dari nilai
manfaat dan kebenaran. Al-Qur`n hanya menghendaki Jadal yang mamduh
(wajaadilhum bi allati hiya ahsan dan atau wa laa tujadiluu bi al bathil)). Dengan
memahami Jadal al-Qur`n dengan lebih mudah pula dapat dipahami hakekat kebenaran
yang lebih haqiqi dari hal atau hal-hal yang menjadi objek jadal dalam al-Qur`n. Lagi
pula Jadal al-Qur`n tidak sama dengan manthiq Yunani (Logica Hellenica).25
Adapun konteks kependidikan, pengaruh Jadal dapat dipahami dalam kerangka
pendidikan sebagai proses pemanusian manusia. Atau dalam kerangka membuat manusia
menjadi makhluk yang memiliki budaya yang tinggi, yang selaras dengan citra
penciptaannya yang paling bagus (fi ahsani takwim Q.,s. al Tin/95 : 4), dan dalam
kapasitas yang multi dimensi, yakni secara thabiiyah merupakan psycho and physical
entity, yang punya nurani, ratio, raga dan rasa secara bersamaan, pendidikan,
memerlukan berbagai macam kiat dan metode untuk dapat mencapai tujuannya.
Fungsi dan tujuan Pendidikan Nasional di Indonesia dirumuskan sebagai berikut:
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdasakan
kehidupan bangsa bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Masa Esa,
berkahlak mulia, sehat, berilmu, cakap kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara
yang demokratis serta bertanggung jawab.26
Dalam pendidikan Islam, pendidikan akhlak merupakan Ruh pendidikan secara
keseluruhan. Mencapai akhlak yang mulia adalah obsesi haqiqiyah dari pada tujuan
pendidikan Islam. Untuk maksud itu, upaya/proses pembinaan akhlak dan pendidikan
25 Lihat, al-Almiy, Manhij al-Jadl fi al-Qur`n al-Karm, 415-22.
26Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Semarang: Aneka Ilmu,
2003), 7
15

kejiwaan adalah dasar yang paling asasi daripada tujuan yang harus dicapai dalam
Pendidikan Islam.27 Untuk dapat mencapai tujuan seperti itu, tentunya tidak mudah.
Diperlukan berbagai sarana, fasilitas, dukungan kebijakan politik dan dana yang tidak
kecil, waktu yang tidak pendek, dan kualitas SDM yang baik serta metode yang handal.
Dari sekian banyak metode yang dikenal selama ini, khususnya dalam melayani sisi
manusia yang rational dan emossional, kiat diskusi, tanya jawab, bantah membantah,
dialog, seminar, polemik dan semacamnya, yang dalam kerangka al-Qur`n dapat
dipahami sebagai Jadal, masih menempati posisi strategis, dan karenanya masih tetap
relevan dan efektif, khususnya Jadal yang mamduh.
Jadal dalam al-Qur`n, seperti yang terjadi antara Ibrahim dengan Allah (Q.,s. al
Baqarah/2: 560 atau antara Ibrahim dengan kaumnya seperti dalam Q.,s. al Anbiya/21 :
51-71; Q.,s. al Syuara/26: 69-82, adalah merupakan contoh yang baik sekali dalam
peristiwa dialogis yang dimaksudkan sebagai metode mencari dan membawa peserta didik
kepada pencapaian kebenaran. Bahkan secara lebih rinci dapat dipahami bahwa dialogdialog (jadal) dalam al-Qur`n banyak sekali di antaranya yang bersifat dan mengarah
pada model dialog deduktif, di mana deduksi merupakan suatu metoda pemikiran logis
yang amat bermanfaat dalam dunia pendidikan. Demikian pula halnya dengan tamsil dan
ibarat yang banyak digunakan dalam Jadal al-Qur`n, memberi peluang bagi pendidik
untuk dapat menjelaskan konsep-konsep abstrak dengan makna-makna kongkrit, yang
dapat ditangkap oleh persepsi manusia, yang pada gilirannya membawanya pada
pemahaman tentang sesuatu secara benar dan tentang kebenaran itu sendiri.28
27Lihat, Muhammad Athiyah al-Abrsyi, Al-Tarbiyah al-Islmiyah wa Falsifatuha, Cet. II (Beirut : D al
Fikr, t.th.) 22.
28Lihat, Abdurrahman Shaleh Abdullah, Educational Theory a Quranic Outlook, terj. H.M. Arifin MEd.
& Zainuddin, Teori-teori Pendidikan Berdasarkan al-Qur`n, (Jakarta : Rineka Cipta, 1990), 212-219
16

Jadal, munadharah ataupun muhawarah dapat berfungsi sebagai arena pengujian


kemampuan dalam skalanya yang lebih tehnis. Di sini keilmiahan dan keilmuan peserta
yang terlibat akan bisa terlihat dan bisa dibandingkan dengan yang lainnya. Seseorang
akan diakui sebagai ilmuwan yang terdidik bila ia mampu melakukan dialog atau debat
(yang mamduh pen) dalam bidangnya dengan ilmuwan terdidik yang lainnya.29
Ibnu Khaldun memandang munadharah sesuai kutipan Al Abrosyi sebagai sesuatu
yang sangat membantu dalam hal pengajaran dan pendidikan, terutama untuk dapat
memahami aspek ilmiah dari tamsil dan ibarat. Sementara Al Abrosyi juga memandang
munadharah, muhawarah dan sejenisnya dalam mendekati setiap permasalahan, akan
dapat mempengaruhi jiwa pihak si terdidik untuk menjadi lebih matang, dan sangat
berpengaruh dalam membina kebebasan dan kekuatan berfikir.30
Hal mana pada gilirannya, secara akumulatif, akan dapat membawa dan mengantarkan
manusia untuk selalu mampu berproses ke arah peningkatan diri menjadi manusiamanusia yang cerdas, beriman dan bertaqwa serta berakhlaq dengan akhlaq yang mulia.
Insya Allah.

VI. Kesimpulan
1.

Jadal adalah debat, dialog antar dua pihak dengan kehendak untuk menang
melalui alasan dan argumentasi. Jadal al-Qur`n ialah pengungkapan bukti-bukti
dan dalil-dalil dengan tujuan untuk mengalahkan orang kafir dan para penantang

29Lihat, Hasan Asari, Yang Hilang dari Pendidikan Islam; Seni Munadharah, dalam Jurnal Ulum al
Quran, No: I Vol. V, 1994, Jakarta
30Lihat, al Abrsyi, Al Tarbiyah al-Islmiyah wa Falsifatuha, 209-210.
17

sekaligus untuk menegakkan aqidah dan syariah, melalui pembuktian atas


kebenaran yang dapat diterima oleh nurani manusia.
2. Jadal, ada yang mamduh dan ada pula yang mazdmum, dengan landasan dan contohnya
masing-masing di dalam al-Qur`n. Jadal dalam al-Qur`n, dilihat dari pelaku dan
hal yang dipersoalkan, menyangkut space and time yang sangat luas. Pernah terjadi
antara Allah dengan Malaikat, dengan para Nabi, Nabi dengan kaumnya atau
penentangnya, orang perorang di kalangan Bani Adam, dari dulu sampai dengan masa
al-Qur`n diturunkan. Bahkan model-model jadal yang tergambar dalam al-Qur`n, di
antaranya masih belangsung sampai sekarang. Demikian pula hal yang dipersoalkan
dalam Jadal hampir menyangkut keseluruhan dimensi kehidupan manusia, bahkan
setelah kehidupan yang sekarang.
3.

Tujuan dari Jadal al-Qur`n antara lain untuk menetapkan aqidah tentang wujud dan
wahdaniyah Allah serta petunjuk dan syariah bagi yang membutuhkan. Menjelaskan
permasalahan secara argumantatif bagi kalangan yang memang sungguh-sungguh
ingin mendapat kejelasan. Serta untuk mematahkan pembangkangan para penentang
dengan pembuktian yang lebih kuat dan akurat, dengan berbagai tehnis pendekatan
seperti : al Tarifat, al Istifham al Taqriri, al Tajziat, Qiyas al Khalf, al Tamsil dan al
Muqabalat.

1.

Jadal al-Qur`n, dengan memahaminya dapat membantu menghampiri kebenaran


kandungan, khususnya ayat-ayat yang bermuatan Jadal, yang pernah terjadi di antara
berbagai kalangan yang terekam di dalam al-Qur`n. Dengan memahami Jadal alQur`n, akan lebih memudahkan dalam menafsirkan ayat-ayat al-Qur`n. Bagi
pendidikan, jelas Jadal memiliki pengaruh kuat. Sebab, di samping manusia sebagai

18

makhluk yang thabiiyah, juga rational dan emossional sekaligus. Sehingga dengan
Jadal manusia akan lebih mudah dapat diarahkan untuk mencapai tujuan Pendidikan;
mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya, membina
manusia yang beriman dan bertaqwa serta berakhlak mulia.

Daftar Pustaka

Al-Qur`n dan Terjemahnya, Mujamma al Khadim al Haramain asy Syarifain al Malik Fahd li
Thibaat al Mushhaf asy Syarif, Medinah al Munawwarah, 1412
Al-Almiy, Zahir Iwad, Manahij al Jadal fi Al-Qur`n al Karim, t.tp.: tp., t.th.
Al-Abrasyi, Muhammad Athiyah, Al-Tarbiyah al-Islmiyah wa Falsifatuha, Thab. Tsaniyah,
t.tp.: Daar al Fikr, t.th.
Abdullah, Abdurrahman Shaleh, Cet. I; Educational Theory : a Quranic Outlook, terjemahan H.
M. Arifin dan Zainuddin dengan judul Teori Pendidikan Menurut al Quran, Jakarta :
Rineka Cipta, 1990.
Abduh, Syekh Muhammad, Risalatut Tauhid, terjemahan H. Firdaus A. N. dengan judul Risalah
Tauhid, Cet. VI; Jakarta : Bulan Bintang, 1976.
Asari, Hasan, Yang Hilang dari Pendidikan Islam; Seni Munadharah, Jurnal Ulumul Quran,
Nomor 1 Vol. V Jakarta, 1994.
Avery, Jon dan Hasan Askari, Towards a Spiritual Humanism, terjemahan Arif Hutono dengan
judul Menuju Humanisme Spiritual, Cet. I; Surabaya : Risalah Gusti, 1995.
Al-Bqy, Muhammad Fuad, Abd. Al-Mujam al Mufahras Li Alfz al-Qur`n al Karim, t.tp.
Angkasa, t.th.
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1994.
Dirjen Binbaga Islam, Himpunan Peraturan Perundangan tentang Pendidikan Tinggi, 1991.
Ibnu Manzur, Lisn al Arab, Jilid ii, Beirut : Daar al Ilmiah/Daar Shaadir, t.th.
Al-Isfahany, Al Raghib, Mujam Mufradt al Fz al-Qur`n, Beirut: Daa al Fikr, t.tt.
Nasr, S.H., Ideals and Realita of Islam, terjemahan Abdurrahman Wahid dan Hasyim Wahid
dengan judul Islam Dalam Cita dan Fakta, Cet. I; Jakarta: LEPPENAS, 1981.
Al-Qaththan, Manna Khalil, Mabhits fi Ulum al-Qur`n, Beirut : Mansyurat al Ashri, 1977.
Rahman, Fazlur, Major Themes of the Quran, terjemahan Anas Mahyuddin dengan judul Tema
Pokok al Quran, Cet. I; Bandung: Pustaka, 1983.
Al-Shabuny, Muhammad Aly, Al Tibyn Fi Ulum al-Qur`n, terjamahan H. Moh. Chudlori
Umar dan Moh. Matsna dengan judul Pengantar Study Al Quran, Bandung : Al Maarif,
1987.
19

Al-Zarqany, Muhammad Abdul Azim, Manhil al Irfan fi Ulum al-Qur`n, Jilid I; Beirut : Dr al
Fikr, t.th.

20

Anda mungkin juga menyukai