Anda di halaman 1dari 15

ILMU Al Quran

Jadal Al Quran

DI SUSUN OLEH :
FIRHAN ALIM M (60100118050)

YUSRIL HUSNI (60100118035)

FAKULTAS SAINS & TEKNOLOGI


PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN


MAKASSAR
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah Yang MahaPengasih dan Maha
Penyayang yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga terwujud
makalah ULUMUL QUR’AN kami yang bertemakan “Jaddalul Qur’an”. Terimah
kasih kepada Dosen Pengampu Bpk Mahbub Junaidi, M.Th.I. Yang telah membimbing
kami dalam proses pemahaman mata kuliah ini.
Makalah ini kami susun berdasarkan untuk memenuhi tugas perkuliahan
Ulumul Quran . Semoga Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang selalu
memberikan petunjuk kepada kita dalam pembuatan generasi yang berakhlakul
karimah, cinta bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Aamiin

Makassar, 24 Desember 2018

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kitab suci Al-qur'an merupakan kitab Suci yang berisi kebenaran yang jelas
dan terperinci yang menjangkau segala aspek kahidupan, hal ini terlihat dengan
jelas ketika masa kejayaan Islam yang dibangun berlandaskan Al- qur'an. Namun
banyak manusia yang mengingkari keabsahannya sehingga hatinya dipenuhi
kesombongan dan menyatakan diri tidak mengimaninya. Al-Qur'an tidak berisi
kalimat-kalimat verbal yang sunyi arti, tapi lebih merupakan untaian kalimat
petunjuk dan hidayah untuk seluruh ummat manusia dan terbukti telah
menyatukan berbagai macam keragaman, oleh sebab itu, masuk akal jika terdapat
banyak sekali proses-proses para penafsir al- Qur'an dari zarnan ke zaman dalam
upaya mengungkap ma'na-ma.na dan system yang terkandung dalam al-qur'an
yang merupakan Mujizat terbesar Akhir zaman.
Selain itu hakikat-hakikat yang sudah jelas nampak dan nyata telah dapat
disentuh manusia, dibeberkan oleh bukti-bukti alam dan tidak memerlukan lagi
argumentasi lain untuk menetapkannya dalil atas kebenarannya. Namun demikian,
kesombongan seringkali mendorong seseorang untuk membangkitkan keraguan
dan mengacaukan hakikat-hakikat tersebut dengan berbagai kerancuan yang
dibungkus baju kebenaran serta dihiasinya dalam cerminan akal. 1[1] Usaha yang
demikian, perlu dihadapi dengan hujjah agar hakikat-hakikat tersebut mendapat
pengakuan yang semestinya, dipercayai atau malah diingkari.
B. Rumusan Masalah
a. Apa pengertian dari jadal Qur’an itu sendiri?
b. Apakah Tujuan dari Jadal Qur’an itu?
c. Metode Apakah yang di Gunakan seperti dalam jadal Qur’an?
d. Bagaimana al-Qur’an dalam Berdebat?
C. Tujuan
a. Untuk mengetahui pengertian dari jadal Quran.
b. Agar Manusia Mengetahui Tujuan dari jadal Qur’an
c. Agar umat manusia dapat mengetahui dan memahami kebenaran yang
dituangkan dalam al-Quran dengan metode-metode yang sudah ada.
d. Untuk diketahui dan dipahami oleh umat manusia mengenai gambaran-
gambaran dalam al-Qur’an.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Defenisi Jadal Al qur’an


1. Jadal

Kata “jadal” atau “jidal” menunjuk pada pengertian perdebatan atau diskusi,
sehingga jadal berarti saling tukar pikiran atau pendapat dengan jalan masing-
masing berusaha berargumen dalam rangka untuk memenangkan pikiran atau
pendapatnya dalam suatu perebatan yang sengit. Asal kata jadal ini adalah
“jadaltu al habla” artinya aku mengokohkan pintalannya, seakan-akan kedua
belah pihak yang berdebat itu mengadakan permintalan otaknya.2[2]

Jaddal berasal dari bahasa arab. Dalam pemakaian Bahasa Indonesia sering
diartikan dengan ‘debat’. Dalam hal ini semua pengertiannya dengan “jidal”
juga dari bahasa arab. Dari pengertian lughawi ini para ulama mengambil
pengertian istilah sesuai dengan bidang masing-masing. Kaum teolog, misalnya
mendefinisikan dengan; “Argumentasi yang dikemukakan oleh seorang teolog
untuk memperkuat pendapatnya dengan hujjah yang mematahkan pendapat
yang menantangnya sesuai dengan cara yang berlaku dikalangan ahli kalam.

Jika diamati dengan seksama, kita dapat berkata bahwa yang dimaksud
dengan jaddal quran adalah: pola atau cara yang digunakan Al-Quran dalam
ayat-ayatnya untuk membuktikan kebenarannya dan sekaligus memtahkan
pendapat yang menantangnya dengan maksud menyerunya kejalan yang
benar.3[3]

Allah menyataakan dalam al-Qur’an bahwa Jadal atau berdebat merupakan


salah satu tabiat manusia,seperti dalam S.al-Kahfi:54 yang artinya
sebagaiberikut:

“Dan manusia adalah makhluk yang paling banyak berdebatnya”(S. al-


Kahfi; 54)

Dengan arti bahwa sesungguhnya manusia adalah makhluk yang suka


bersaing, berdebat dan selalu mempertahankan pendapat dan fikirannya
masing-masing. Rasulallah juga sebagai pengenban amanat ilahi diperintahkan
agar berdebat dengan kaum musyrik dengan cara yang baik yang dapat
meredakan keberingasan mereka. Firman-Nya:

“Serulah manusia kepada jalan tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang
baik dan debatlah mereka dengan cara yang paling baik”(al-Nahl; 125)

Dalam ayat lain Allah memerintahkan agar Rasulnya tidak menuruti


perdebatan mereka, malah beliau mestilah menutup pintu perdebatan itu dengan
cara yang paling ringkas dengan mengatakan: Allah amat mengetahui apa yang
kamu lakukan.4[4]Firman Allah:

“Dan jika mereka membantah (mendebat) kamu, maka katakanlah Allah


lebih mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (al-Hajj: 22: 68 )
Disamping itu Allah juga memperbolehkan ber-munazarah (berdiskusi)
dengan ahli kitab dengan cara yang baik.5[5]Firmannya:

“Dan janganlah kamu berdebat dengan ahli kitab, melainkan dengan cara
yang paling baik” (al-Ankabut; 46)

Sebagai suatu istilah, Jadal adalah saling bertukar pikiran atau pendapat
dengan jalan masing-masing berusaha berargumen dalam rangka untuk
memenangkan pikiran atau pendapatnya dalam suatu perdebaan yang sengit.6[6]
Berbagai batasan pengertian tentang Jadal dirumuskan para ulama namun pada
dasarnya mengacu pada perdebatan serta usaha menunjukkan kebenaran atau
membela kebenaran yang ditujunya dengan berbagai macam argumentasi. Dari
definisi-definisi yang ada bila hendak dibuatkan rambu-rambu, maka itu antara
lain adalah (1) Hendaknya dengan jalan yang dapat diterima atau terpuji, (2)
Diniati untuk mendapat dalil argumen yang lebih kuat, (3) Untuk menunjukkan
aliranan/ mazhab serta kebenarannya.

2. Al qur’an
Alqur’an adalah kalam Allah SWT yang merupakan mukjizat yang
diturunkan kepada nabi muhammad SAW dan diriwayatkan secara mutawattir
serta merupakan ibadah membacanya.
Dengan demikian jadal alqur’an adalah pembuktian-pembuktian serta
pengungkapan dalil-dalil yang terkandung di dalamnya, untuk dihadapkan pada
orang kafir dan mematahkan argumentasi para penentang dengan seluruh tujuan
dan maksud mereka, sehingga kebenaran ajaran-Nya dapat diterima dan
melekat di hati manusia.
B. Tujuan Jadal Qur’an

Jadal al-Qur'an memiliki berbagai tujuan, yang dapat ditangkap dari ayat-
ayat al-Qur'anyang mengandung atau yang bemuansa Jadal, di antararrya
adalah :

a. Sebagai jawaban atau untuk mengungkapkan kehendak Allah dalam


rangka penetapan dan pembenaran aqidah dan qaidah syari'ah dari
persoalan-persoalan yang dibawa dan dihadapi para Rasul, Nabi dan orang-
orang shaleh. Sekaligus sebagai bukti-bukti dan dalil-dalil yang dapat
mematahkan dakwaan dan pertanyaan-pertanyaan yang muncul di
kalangan umat manusi4 sehingga menjadi jelas jalan dan petunjuk ke arah
yang benar. Jadal dengan tujuan seperti ini dapat dicermati contohnya
mengenai dialog Nabi Musa a.s. dengan Fir'aun (Q.,s. al- Syu'ara'/26: 10-
51).
b. Sebagai layanan dialog bagi kalangan yang memang benar-benar ingin
tahu, ingin mengkaji sesuatu persoalan secara nalar yang rasional , atau
melalui ibarat maupun melalui do'a. Dari dialog-dialog tersebut, kemudian
hasilnya dapat dijadikan pegangan, nasehat dan semacamnya. Untuk tujuan
seperti ini dapat dijadikan contohnya adalah penjelasan Allah SWT. atas
persoalan kegelisahan Nabin Ibrahim a.s. yang ingin menambah
keyakinannya dan ketenangannya dengan mengetahui bagaimana Allah
menghidupkan makhluk-Nya yang telah mati (Q.,S. al Baqarah/2 :260, juga
dapat dilihat pada ayat 30 surat yang sama sebagai contoh lainnya.
c. Untuk menangkis dan melemahkan argumentasi-argumentasi orang kafir
yang sering mengajukan pertanyaan atau permasalahan dengan jalan
menyembunyikan kebenaran yang memang disinyalir dalam al-Qur'an
Wajaadiluu bi al Baathil liyudhiduu bihi al haq (Q.,S al Mukmin/40 : 5).
Sebagai contoh Jadal dengan tujuan seperti ini bisa dilihat dalam Q.,s. al
Mukminun/23 : 81-83 dan Q.,s. Qaafl50 : 12-15 serta Q.,s. Yaasiin/36 : 78-
79.7[7]
C. Metode al qur’an dalam berdebat
Sebelum menjelaskan metode al qur’an dalam berdebat, akan dijelaskan
terlebih dahulu cara yang disuruh oleh Rasulullah dalam berdebat Dengan
demikian jelaslah bahwa Allah membolehkan (menyuruh) mendebat orang
musyrik dan ahli kitab dengan cara yang baik, yang dapat melemahkan pikiran
dan sikap mereka yang kasar itu. Sedangkan metode-metode al qur’an dalam
berdebat adalah:8[8]
a. Al ta’rifat
Allah SWT secara langsung memperkenalkan diri-Nya dan ciptaan-Nya
sebagai pembuktian akan wujud dan kemahakuasaan-Nya. Karena Allah
tidak terjangkau oleh indera manusia, maka dengan mengungkapkan hal-hal
yang bisa ditangkap indera manusia, manusia akan mampu memahami
wujud dan kekuasaan Allah.
b. Al istifham al taqriri
Dalam bentuk ini Allah mengajukan pertanyaan langsung dengan penetapan
jawaban atasnya. Pertanyaan tentang hal yang sudah nyata diangkat lagi lalu
disertai dengan jawaban yang merupakan penetapan atas kebenaran yang
sudah pasti.
Prosedur ini dipandang oleh para ahli ulum al qur’an sebagai cara yang
ampuh sekali. Sebab dapat membatalkan argumen atau jidal para pembantah.
c. Al tajzi’at
Dengan prosedur ini Allah mengungkapkan bagian-bagian dari suatu
totalitas secara kronlogis yang sekaligus menjadi argumentasi dialektis untuk
melemahkan lawan danmenetapkan suatu kebenaran. Masing-masing dapat
berdiri sendiri untuk sebagai bukti untuk membuktikan kebenaran yang
dimaksudkan. Prosedur jadal seperti ini nampak dalam perkataan Allah:
d. Qiyas al khalaf
Dalam bahasa indonesia ini disebut dengan analogi terbalik. Dengan prosedur
ini kebenaran ditetapkan dengan membatalkan pendapat lawan yang
berkebalikan atau berlawanan.
e. Al tamsil
Allah mengungkapakan perumpamaan bagi suatu hal. Dengan perumpamaan
itu dimaksudkan agar suatu kebenaran dapat dipahami secara lebih tepat dan
lebih mudah, lalu lebih melekat di sanubari lawan.
Seperti firman Allah dalm surat Al-baqarah ayat 259.
f. Al muqabalat
Al muqabalat adalah mempertentangkan dua hal yang salah satunya memiliki
efek yang jauh lebih besar dibanding dengan yang lainnya. Seperti
mempertentangkan antara Allah SWT dengan berhala yang disembah oleh
orang-orang kafir.
Mana’ul Quthan dalam bukunya mabaahist fi ulum al qur’an menjelaskan
bahwa metode atau cara-cara yang digunakan al qur’an dalam berdebat
adalah:
a) Allah menyebutkan ayat-ayat kauniyah agar dijadikan dalil bagi sendi-
sendi akidah. Seperti firman Allah dalam surat Al-baqarah:21-22
b) Menantang para penentang dengan cara:
1) Menetapkan pembicaraan dengan jalan istifham
2) Mengemukakan dalil-dalil bahwa Allah adalah tempat kembali
3) Membatalkan tuduhan lawan dalam bersengketa dan tetap
melawannya.
4) Sabru dan taqsim, yaitu mempersempit sifat-sifat, membatalkan, dan
menjadikan yang satu sebab bagi yang lain. Sepaerti firman Allah
dalam surat Al-an’am:143-144
5) Mengalahkan lawan dengan cara menjelaskan bahwa tuduhan yang
diajukannya itu tidak seorangpun yang mengetahuinya.
Sedangkan menurut imam As-Suyuthi, metode al quran dalam
mendebat adalah mengikuti kebiasaan orang Arab, bukan mengikuti
ahli filsafat.9[9]
D. Cara Al-Qur’an dalam Berdebat

Al-Quran sebagaimana diketahui bukan buku logika atau mantiq yang


menguraikan cara-cara berdebat; dan bukan pula buku ilmiyah yang memuat buku
teori ilmu pengetahuan. Al-Quran ialah kitab hidayah yang penuh oleh petunjuk
langsung dari pencipta manusia dan alam semesta, yakni Allah SWT. Petunjuk
atau tuntunan yang di berikan Al-Quran itu bersifat abadi dan universal. Artinya,
petunjuk tersebut berlaku sepanjang masa bagi semua umat manusia, generasi
demi generasi secara berkesinambungan sejak mula diturunkan Allah sampai hari
kiamat. Jadi, dimanapun mereka berada, baik di barat, maupun di timur, di utara,
ataupun di selatan, semuanya berhak menjadikan Al-Quran sebagai pedoman
hidup mereka.10[10] Berdasarkan kenyataan itu, maka tak ada yang berhak
mengklaim secara individual, maupun berkelompok bahwa dia atau golongannya
saja yang boleh mengambil petunjuk dari Al-Quran sementara yang lain tidak
boleh.

Mengingat kondisi yang demikian, maka dalam mengajak umat kepada


kebenaran, Al-Quran menggunakan berbagai pola kalimat dan susunan redaksi
yang bervariasi seperti majas, kinayat, tasybih, matsal, dan lain-lain. Kemudian
untuk membuktikan kebenarannya serta mematahkan argument orang yang
menantangnya, Al-Quran menggunakan apa yang disebut jadal seperti telah
dikemukakan di atas. Namun cara Al-Quran dalam menerapkan jadal tersebut
berbeda sama sekali dari yang dilakukan oleh kaum teolog. Kalau mereka ini
dalam berdebat memakai premis-premis (mayor dan minor), misalnya, kemudian
di ambil kesimpulan, maka dalam Al-Quran cara serupa itu tak dijumpai.

Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh berikut yang ada dalam S: Al-Isra’:
12.

“(Dan kami jadikan malam dan siang sebagai dua bukti (kekasaan dan
Kebesaran Allah) lalu kami hapuskan tanda malam dan kami jadikan tanda siang
itu terang agar kamu gunakan untuk mencari karunia dari Tuhan-Mu, dan supaya
kamu mengetahui bilangan tahun-tahun perhitungan)”

Tanpa berfikir panjang tampak dengan jelas bahwa makna ayat diatas
memberikan argument yang tegas kepada umat manusia tentang eksistensi Allah,
keesaan dan kemahakuasaan-Nya sekaligus dengan mengemukakan bukti yang
konkret berupa penciptaan alam semesta seperti langit dan bumi, penurunan air
dari langit, pergantian siang dan malam dsb. Semua itu merupakan bukti yang tak
terbantah ataskeberadaan Allah, keesaan dan kekuasaan-Nya. 11[11]
Dari gaya berdebat yang diterapakan oleh Al-Quran, kita memperoleh
gambaran bahwa dalam mengemukakan suatu pernyataan, Al-Quran selalu
mengemukakan bukti yang kuat sehingga sulit sekali untuk dibantah oleh siapa
pun, dan dapat dipahami oleh semua lapisan masyarakat dari generasi ke generasi
berikutnya.

Jelasalah bahwa cara yang ditempuh Al-Quran dalam berdebat sangat simple,
praktis, mudah di pahami oleh semua lapisan masyarakat dan didukung oleh bukti-
bukti yang representative serta dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiyah. Dan
ketahuilah, bahwa terkadang Nampak dari ayat-ayat Quran melalui kelembutan
pemikiran, penggalian dan penggunaan bukti-bukti rasional menurut metode ilmu
kalam Diantaranya ialah pembuktian tentang pencipta alam ini hanya satu,
berdasarkan induksi yang diisyaratkan dalam firman-Nya.

“Sekiranya ada di langit dan di bumi tuhan-tuhan selain Allah, tentulah


keduanya itu telah hancur binasa”. 12[12]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dapat di ambil kesimpulan dari beberapa poin diatas diantaranya sebagai berikut:
Kita dapat berkata bahwa yang dimaksud dengan jaddal quran adalah: bertukar pikiran
dengan cara bersaing dan berlomaba-lomaba untuk mengalahkan lawan. Mengingat
kedua belah pihak yang berdebat itu mengokohkan pendapatnya masing-masing dan
berusaha menjatuhkan lawan dari pendirian yang dipegangnya. Allah telah menyatakan
dalam Al-Quran bahwa jadal atau berdebat merupakan salah satu tabiat manusia,
Tujuan dari Jadal al-Qur'an antara lain untuk menetapkan aqidah tentang wujud
dan wahdaniyah Allah serta petunjuk dan syari'ah bagi yang membutuhkan.
Menjelaskan permasalahan secara argumantatif bagi kalangan yang memang sungguh-
sungguh ingin mendapat kejelasan. serta untuk mematahkan pembangkangan para
penentang dengan pembuktian yang lebih kuat dan akurat, dengan berbagai tehnis
pendekatan seperti : al Ta’rifat, al Istifham al Taqriri, al Tajzi'at, Qiyas al Khatf, at
tamsil dan al Muqabalat.
Metode-metode al qur’an dalam berdebat yang disuruh oleh Rasulullah adalah:
Al ta’rifat
Al istifham al taqriri
Al tajzi’at
Qiyas al khalaf
Al tamsil
Al muqabalat
Mana’ul Quthan dalam bukunya mabaahist fi ulum al qur’an menjelaskan bahwa
metode atau cara-cara yang digunakan al qur’an dalam berdebat adalah:
a. Allah menyebutkan ayat-ayat kauniyah agar dijadikan dalil bagi sendi-sendi
akidah. Seperti firman Allah dalam surat Al-baqarah:21-22
b. Menantang para penentang
Sedangkan menurut imam As-Suyuthi, metode al quran dalam mendebat adalah
mengikuti kebiasaan orang Arab, bukan mengikuti ahli filsafat
Al-Quran sebagaimana diketahui bukan buku logika atau mantiq yang
menguraikan cara-cara berdebat; melainkan menggunakan apa yang disebut dengan
jadal yang gunanya untuk membuktikan kebenarannya serta mematahkan argument
orang-orang yang menantangnya. Dengan demikian, maka kita menemukan bahwa
cara yang digunakan oleh Al-Quran dalam jadal senantiasa sejalan dengan fitrah
manusia sehingga pembicaraannya selalu cocok dengan kondisi mereka.

Anda mungkin juga menyukai