Anda di halaman 1dari 9

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL

KATA PENGANTAR ................................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1

A. Latar Belakang ..................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................................ 1

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................. 2

A. Riwayat Hidup Imam Muslim .............................................................................. 2

B. Nama Kitab al-Jami’u al-Shahih Muslim ............................................................ 3

C. Sistematika al-Jami’u al-Shahih Muslim ............................................................ 4

D. Metode Penulisan al-Jami’u al-Shahih Muslim .................................................. 4

BAB III PENUTUP ..................................................................................................... 7

KESIMPULAN ........................................................................................................... 7

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 8

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kegiatan penghimpunan Hadis Nabi saw. yang dilakukan oleh para ulama Hadis
merupakan sebuah usaha yang tidak mudah dilakukan dan membutuhkan perjalanan
waktu yang panjang. Tidak mengherankan bila seorang ulama dapat menghabiskan
waktu belasan atau berpuluh tahun untuk menyusun sebuah kitab Hadis.

Dalam kegiatan penghimpunan Hadis tersebut, ulama Hadis mengadakan


perlawatan ke berbagai daerah untuk mengunjungi tempat tinggal para periwayat Hadis.

Pada akhir abad kedua sampai abad keempat Hijrah perubahan terjadi dengan
munculnya kitab-kitab Hadis yang hanya memuat Hadis Nabi dengan pengaturan
sistematika tertentu. Pada periode inilah munculnya kitab-kitab Hadis yang dikenal
dengan “Kutub al-Sittah”, yakni : Sahih al-Bukhari karya Imam al-Bukhari (w. 256 H /
870 M), Sahih Muslim karya Imam Muslim (w. 261 H / 875 M), Sunan Abu Dawud karya
Imam Ab Dawud (w. 275 H / 888 M), Sunan at-Tirmizi karya Imam at-Tirmizi (w. 279
H / 875 M), Sunan Ibn Majah karya Imam Ibn Majah (w. 283 H / 896 M) dan Sunan al-
Nasa’i karya Imam al-Nasa’i (w. 303 H / 915 M).

Kutub al-Sittah merupakan kitab Hadis yang pokok bagi umat Islam di seluruh
dunia. Di antara kitab-kitab Hadis tersebut adalah Sahih Muslim yang dipandang dan
diakui sebagai kitab yang memiliki sistematika penyusunan hadis secara teratur.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana riwayat hidup Imam Muslim?


2. Bagaimana penamaan Kitab al-Jami’ al-Shahih atau Shahih Muslim?
3. Bagaimana sistematika kitab al-Jami’ al-Shahih atau Shahih Muslim?
4. Bagaimana metode penulisan Kitab al-Jami’ al-Shahih atau Shahih Muslim?

1
BAB II
PEMBAHASAN

Imam Muslim
A. Riwayat Hidupnya

Nama lengkapnya ialah Abu Al-Husain Muslim bin Hajjaj bin Muslim Al-
Qusyairi Al-Naisaburi. Dia adalah salah seorang diantara panji-panji ahli hadits yang
berkedudukan sebagai imam, hafidz, dan kuat posisinya. Menurut Al-Hafidz Ibnu Al-Ba’I
di dalam kitabnya ‘Ulamau Al-Anshari’, bahwa Imam Muslim dilahirkan di Naisabur
pada tahun 206 H dan dibesarkan dalam lingkungan keluarga berpendidikan yang haus
akan ilmu hadits. Akibat karakternya yang terbentuk dalam lingkungan keluarga yang
demikian itu, telah mendorongnya menuntut ilmu kepada guru-guru yang memiliki nama
besar di Negara-negara islam. Di Khurasan (Iran), dia mendengar hadis dari Yahya dan
Ishak bin Rahuyah dan lain-lain. Di Rayyi, dia mengambil hadis dari Muhammad bin
Mihran, Abu Ghassan dan lain-lain. Di Irak, dia mengambil hadis dari Ahmad bin
Hanbal dan Abdullah bin Maslamah dan lain-lain. Dan di Hijaz, dia mengambil hadis
dari Amr bin Sawad dan Harmalah bin Yahya dan lain-lain.

Adapun orang-orang yang meriwayatkan hadis darinya ialah Abu Isa Al-
Turmudzi, Yahya bin Sha’id, Muhammad bin Mihlad, Ibrahim bin Muhammad bin
Sufyan (seorang perawi kitab Muslim), Muhammad bin Ishaq bin Huzaimah,
Muhammad bin Abduh Al-Wahab Al Barra’, Ali bin Husain, Makki bin Abdan, dan
masih banyak lagi yang lain. Mereka telah sepakat mengakui kebesaran Imam Muslim,
keimanan, ketinggian martabat, dan kecerdasannya dalam menyusun hadis, serta sebagai
orang yang pertama dan paling baik dalam membuat sistematika penyusunan hadis.1

Imam Muslim adalah sosok muhaddis, hafidz yang terpercaya. Beliau sering
mendapatkan pujian dan pengakuan dari ulama hadits maupun para fuqoha’ lainnya. Al-
Khatib al-Baghdadi meriwayatkan dengan sanad lengkap, dari Ahmad bin Salamah,
beliau berkata; ‘saya melihat Abu Zur’ah dan Abu Hatim senantiasa mengistimewakan
dan mendahulukan Imam Muslim bin al-hajjaj di bidang pengetahuan hadits shahih atas

1
Prof. Dr. Muhammad Alawi Al-Maliki, Ilmu Ushul Hadis (terjemahan dari kitab Al-Manhalu Al-Lathiifu fi
Ushuuli Al-Hadisi Al-Syarifi), (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, Cet.III, 2012), hal. 263
2
guru-guru mereka pada masanya.2 Beliau Imam Muslim juga terkenal sebagai saudagar
yang beruntung, dermawan, ramah dan memiliki reputasi tinggi. Al-Zahabi menjulukinya
sebagai Muhsin Naisabur.3 Beliau tidak fanatik dengan pendapatnya sendiri, murah
senyum, toleran dan tidak malu untuk menerima pendapat atau kebenaran dari orang lain.

Imam Muslim sepanjang hidupnya telah banyak menghasilkan karya-karya ilmu


pengetahuan yang hingga sekarang masih digunakan referensi dan rujukan bagi umat
Islam, diantara karangan kitab beliau adalah; al-Jami’ al- Shahih, al-Musnad al-kabir ala
al-Rijal, al-Jami’ al-Kabir, al-Asma’ wa al-Kuna, al-‘Illal, Awham al Muhaddisin, at
Tamyiz, Man Laisa lahu illa Rawin Wahid, al-Tabaqat al-tabi’in, al-Mukhadramin,
Awlad al-Sahabah, Intifa’ bi Uhud (julud) al-Siba’, al-Aqran, Su’alatihi Ahmad bin
Hambal, al-Afrad wa al-Wihdan, Masyayikh al-Sauri, Masyaikh Syu’bah, al-Shahih al-
Musnad, Hadits ‘Amr bin Syu’aib, Rujal ‘Urwah dan al-Tarikh.4

Pada hari Ahad sore tanggal 24 Rajab 261 H, Imam Muslim pulang ke
rahmatullah dalam usia 55 tahun dan dimakamkan esok harinya di pemakaman kampung
Nashar Abad, salah satu daerah di Naisabur.

B. Nama Kitab al-Jami’u al-Shahih Muslim

Kitab himpunan hadis shahih karya muslim ini judul aslinya ialah al-Musnad al-
Shahih al-Mukhtasar min al-Sunan bi al-Naql al-‘Adl ‘an Rasul Allah Saw., namun lebih
dikenal dengan nama al-Jami`al-Sahih atau Sahih Muslim.

Penyusunan kitab ini dilakukan selama rentang waktu 15 tahun. Imam Muslim
memulainya dengan proses menyeleksi ribuan hadits baik dari hafalannya maupun
catatannya.5 Dari informasi menyatakan bahwa kitab al-Jami` al-sahih atau sahih
Muslim ini merupakan hasil seleksi dari sejumlah 300.000 hadis. Kemudian pada tahap
selanjutnya Imam Muslim mulai menentukan dan mengklasifikasikan hadits sesuai
dengan sistematika dan tema hadits secara teratur. Mengenai jumlah hadits yang tertuang

2
Muhammad Abu Syuhbah, fi ribbah al-sunnah al-Kutub al-Shahih al-Sittah (Kairo: Majma’ al-Buhus al-
Islamiyyah,1389 H), hal. 83.
3
Al-Zahabi dalam al-‘Ibar, Juz II, hlm;231 sebagaimana dikutip oleh Muhammad Mustafa Azami, Studies in
Hadits Methodology and Literature (Indiana: Amirican Trust Publication, 1977), 94.
4
Al-Husaini Abd al-Majid Hasyim, Usul al-Hadits al-Nabawi; Ulumuh wa Maqayisuh (Kairo: Dar al-Syuruq,
1406 H/1986M), hal. 210.
5
Kitab shahih Muslim merupakan hasil seleksi dari sejumlah 300.000 hadits lihat dalam Abu Syuhbah, Fi
Rihab., 85.
3
dalam kitab Shahih Muslim terdapat banyak perbedaan, ada yang menyatakan sekitar
12.000 hadits.6 Sementara pendapat yang lain mengatakan sekitar 7.275 hadits,7 5.632
hadits,8 dan 3.033 hadits.9

C. Sistematika al-Jami’u al-Shahih Muslim

Kitab al-Jami’ al-Shahih atau Sahih Muslim ini disusun oleh Imam Muslim
dengan sangat sistematis. Kitab ini diawali dengan muqaddimah (pendahuluan) yang
sangat bernilai dan dapat dikatakan merupakan karya paling dini dalam bidang ilmu
Ushul al-Hadis.10

Setelah muqaddimah, beliau mengelompokkan hadis-hadis yang berkaitan dalam


suatu tema atau masalah pada suatu tempat. Namun perlu diketahui bahwa beliau tidak
membuat nama atau judul kitab (dalam arti bagian) dan bab bagi kitabnya secara
kongkret, sebagaimana kita dapati pada sebagian naskah Sahih Muslim yang sudah
dicetak. Judul-judul kitab dan bab sebenarnya tidak dibuat oleh Imam Muslim, tetapi
dibuat oleh para pengulas kitab ini pada masa-masa berikutnya. Di antara para pengulas
yang dinilai sangat baik dalam membuat kreasi judul-judul bab dan sistematika bab-
babnya adalah Imam Nawawi dalam kitab Syarah Sahih Muslim. Untuk mengetahui isi
dan sistematika Sahih Muslim secara rinci dikemukakan tabelnya di halaman akhir.

D. Metode Penulisan al-Jami’u al-Shahih Muslim

Dalam menyusun kitabnya, Imam Muslim menempuh metode yang sangat bagus
sekali. Beliau menghimpun matan-matan hadis yang senada atau satu tema lengkap
dengan sanad-sanadnya pada satu tempat, tidak memotong atau memisah-misahkannya

6
Jumlah ini berdasarkan pendapat Ahmad bin Salamah yang merupakan salah satu sahabat Imam Muslim
sekaligus sebagai penulis naskah kitab shahih Muslim, Ibid., 91.
7
Pendapat ini menurut Abu Syuhbah dalam fi Rihab hlm..92 adalah keliru, karena sesungguhnya jumlah
tersebut merupakan isi kitab shahih Bukhari bukan isi kitab shahih Muslim
8
Lihat dalam CD Room Muasu’ah al-Hadits al-Syarif, 1991, VCR: Syirkah al-Baramij al- Islamiyah ad-
Dauliyah.
9
Jumlah ini memurut penomeran yang disusun oleh Muhammad Fu’ad Abd al-Baqi. Lihat dalam M. ‘Ajjaj
al-Katib, Usul al-Hadits Ulumuhu wa Mustalatuhu (Bairut: Dar al-Fikr, 1409 H), 316.
10
Dalam muqoddimahnya Imam Muslim menguraikan tentang pembagian dan macam-macam hadis,
hadis-hadis yang dimuat dalam kitab sahihnya, keadaan para periwayatnya, penjelasan tentang larangan
berdusta atas nama Rasullullah Saw., anjuran agar berhati-hati dalam meriwayatkan hadis,
dan larangan meriwayatkan hadis dari periwayat yang lemah dan yang ditinggalkan hadisnya, dan
menerangkan bahwa sanad merupakan bagian dari agama. Beliau pun menguraikan secara panjang lebar
tentang berhujah dengan hadis mu`an`an. Lihat Abu Syuhbah
4
dalam beberapa bab yang berbeda, serta tidak mengulang-ulang penyebutan hadis kecuali
dalam jumlah sedikit karena adanya kepentingan yang mendesak yang menghendaki
adanya pengulangan, seperti untuk menambah manfaat pada sanad atau matan hadis.

Selain itu, Imam Muslim pun selalu menggunakan kata-kata atau lafal-lafal dalam
proses periwayatan hadis secara cermat. Apabila ada seorang periwayat berbeda dengan
periwayat lainnya dalam menggunakan redaksi yang berbeda padahal makna dan
tujuannya sama, maka beliau pun menjelaskannya. Demikian juga bila seorang periwayat
meriwayatkan hadis dengan kata ‫( حدثنا‬ia menceritakan kepada kami), dan para periwayat
lainnya dengan kata ‫( أخبرنا‬ia mengkhabarkan kepada kami), maka perbedaan lafal ini pun
dijelaskannya, begitu juga, bila sebuah hadis diriwayatkan oleh orang banyak dan dalam
periwayatannya terdapat perbedaan lafal, beliau pun menerangkannya bahwa lafal yang
disebutkannya dengan ‫( اللفظ لفالن‬redaksi ini adalah redaksi menurut Fulan).

Syarat yang digunakan oleh Imam Muslim ketika menyusun dan memasukan
hadis-hadis ke dalam kitab sahihnya. Pertama hanya meriwayatkan hadis dari para
periwayat yang `adil dan dabit (kuat hafalan dan daya ingatnya misalnya tidak pelupa),
dapat dipertanggungjawabkan kejujurannya, serta amanah. Kedua hanya meriwayatkan
hadis-hadis yang musnad (lengkap sanadnya), dan marfu (disandarkan kepada Nabi).
Beliau tidak meriwayatkan hadis yang mauquf dan mu`allaq.

Setelah beliau membukukan kitabnya, Imam Muslim memperlihatkan kitabnya


kepada para pakar hadis terkemuka yaitu seorang huffaz Makki bin Abdan dari Naisabur.
Ia berkata: “saya mendengar Muslim berkata: “Aku perlihatkan kitabku ini kepada Abu
Zur`ah al-Razi.”11 Semua hadis yang diisyaratkan al-Razi ada kelemahannya, aku
meninggalkannya. Dan semua hadis yang dikatakannya sahih, itulah yang
kuriwayatkan.” Ini menunjukkan ke-tawadu-an atau kerendahannya.

Imam Muslim pun sangat hati-hati dalam memilih atau menyeleksi hadis. Ia
senantiasa berdasar pada argumen yang jelas. Beliau pernah menurutkan: “aku tidak
mencantumkan satu hadis pun ke dalam kitabku ini melainkan ada alasannya, dan aku
tidak menggugurkan satu hadis pun melainkan karena alasannya.”

11
Ia adalah seorang ahli hadis kenamaan, yang hidup satu masa dengan Imam Muslim dan jarang
bandingannya dengan kekuatan hafalannya, kecerdasan, keberagamaan, keikhlasan, keilmuan, dan
amalannya. Ia wafat pada tahun 264 H.
5
Imam Muslim melakukan klasifikasi hadis-hadis sahih berdasarkan prinsip-
prinsip ilmu jarh wa ta'dil, yakni suatu ilmu untuk menilai cacat tidaknya suatu hadis. Di
samping juga menggunakan sighat al-tahammul (metode-metode penerimaan riwayat),
seperti haddatsaniy (menyampaikan kepada saya), haddatsana (menyampaikan kepada
kami), akhbaraniy (mengabarkan kepada saya), akhabarana (mengabarkan kepada
kami), dan qaala (ia berkata).

Menurut para ulama hadis, kitab koleksi hadis sahih Muslim ini memiliki banyak
kelebihan, yaitu:
a. Susunan isinya sangat tertib dan sistematis
b. Pemilihan redaksi (matan) hadisnya sangat teliti dan cermat
c. Seleksi dan akumulasi sanadnya sangat teliti, tidak tertukar-tukar, tidak lebih
dan tidak kurang
d. Penempatan dan pengelompokkan hadis-hadis kedalam tema atau tempat
tertentu, sehingga sedikit sekali terjadi pengulangan penyebutan hadis.12

12
Inilah faktor yang dijadikan argumentasi untuk menempatkan posisi sahih Muslim padaperingkat
tertinggi jika dibandingkan dengan kitab-kitab koleksi hadis lainnya. Namun demikian,jika dilihat dari
aspek kualitas atau otentitas dan kuantitas atau kekayaan hadisnya sahih muslimini peringkatnya berada
dibawah sahih Bukhari.
6
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN

Imam Muslim punadalah seorang saudagar yanng beruntung, ramah dan memiliki
reputasi tinggi. Al-Zahabi menjulukinya sebagai Muhsin Naisabur. Beliau tidak fanatik
dengan pendapatnya sendiri, murah senyum, toleran dan tidak gengsi untuk menerima
pendapat atau kebenaran dari orang lain.

Kitab himpunan hadis shahih karya muslim ini judul aslinya ialah al-Musnad al-
Sahih al-Mukhtasar min al-Sunan bi al-Naql al-‘Adl ‘an Rasul Allah Saw., namun lebih
dikenal dengan nama al-Jami`al-Sahih atau Sahih Muslim. Shahih Muslim merupakan
kitabnya yang popular di seluruh dunia dan namanya terkenal di mana-mana. Dalam
menyusun kitabnya itu, dia menghabiskan waktu selama 15 tahun. Dan di dalam kitabnya
itu, dia menghimpun sebanyak 12.000 hadis yang diseleksinya dari 300.000 hadis.

Kitab Shahih Muslim adalah kitab koleksi hadits Nabi Muhammad saw., yang
penyusunnya sangat dikenal sebagai orang yang terpercaya karena integritas kepribadian
dan kapasitas intelektualnya. Kitab ini sangat penting untuk diketahui, dikaji, dipahami
dan dijadikan sebagai acuan atau pedoman bagi semua umat Islam. Studi pada kajian ini
menunjukkan bahwa hadits-hadits yang terdapat dalam kitab ini umumnya sangat
berkualitas dan merupakan hasil seleksi yang sangat teliti, ketat dan cermat dari ratusan
ribu hadits. Kitab shahih Muslim ini disusun dalam rentang waktu yang cukup lama.

Dalam menyusun kitabnya, Imam Muslim menempuh metode yang sangat bagus
sekali. Beliau menghimpun matan-matan hadis yang senada atau satu tema lengkap
dengan sanad-sanadnya pada satu tempat, tidak memotong atau memisah-misahkannya
dalam beberapa bab yang berbeda, serta tidak mengulang-ulang penyebutan hadis kecuali
dalam jumlah sedikit karena adanya kepentingan yang mendesak yang menghendaki
adanya pengulangan, seperti untuk menambah manfaat pada sanad atau matan hadis.

7
DAFTAR PUSTAKA

Al-Maliki, Prof. Dr. Muhammad Alawi. Ilmu Ushul Hadis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2012.

Azami, Muhammad Musthafa. Studies in Hadits Methodology and Literature. Indiana:


Amirican Trust Publication,1977.

Husaini (al), Abd al-Majid Hasyim. Usul al-Hadits al-Nabawi: Ulumuh wa Maqasyisuh.
Kairo: Dar as-Syuruq, 1406 H/1986M.

Katib (al), Muhammad ‘Ajajj. Usul al-Hadits Ulumuhu wa Mustalatuhu. Bairut; Dar al-
Fikr, 1409 H.

Syuhbah, Muhammad Abu. Fi ribbah al-sunnah al-Kutub al-Shahih al-Sittah. Kairo;


Majma’ al-Buhus al-Islamiyyah,1389 H.

Anda mungkin juga menyukai