Anda di halaman 1dari 15

MATA KULIAH

HADITS
(Dr.Sulidar.,M.Ag)

KITAB SAHIH MUSLIM

Oleh :
ZIAUL KHAIRI
NIM : 3003204022

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM (PEDI)


SEMESTER II NON REGULER

PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
MEDAN

i
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Assalaamu’alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, atas rahmat, hidayah dan ridho-nya,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Dalam proses pengumpulan materi
dan juga proses pembuatan makalah ini, tidak terlepas dari kerja keras kami. Makalah
yang kami buat ini membahas tentang Kitab Sahih Muslim.
Selain daripada itu, kami juga menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini
masih terdapat banyak kekurangan baik dari segi susunan, kalimat maupun tata bahasa
atau bahkan sumber yang kami masukkan kurang akurat. Oleh karena itu dengan tangan
dan hati terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki makalah ini.
Akhir kata, semoga dengan makalah yang kami buat ini dapat menambah
pengetahuan dan pemahaman kita mengenai materi yang telah di paparkan di dalam
makalah ini.

Medan, 22 Oktober 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

A. Latar Belakang ...................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................. 2

C. TujuanPenulisan ................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................ 3

A. Sekilas Biografi Imam Muslim ............................................................ 3

B. Latar Belakang Penulisan Kitab Sohih Muslim ................................. 3

C. Metode Penyusunan Kitab Sohih Muslim .......................................... 4

D. Sistematika Penulisan Kitab Sohih Muslim ....................................... 5

E. Pendapat Para Tokoh Tentang Kitab Sohih Muslim ........................ 7

BAB III PENUTUP................................................................................................ 9

A. Kesimpulan ............................................................................................... 9
B. Saran ....................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 12

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Umat Islam meyakini ada dua rujukan pokok untuk istinbat al hukmi (pengambilan
hukum) dalam menentukan keabsahan ‘amaliyah yang biasa mereka kerjakan. Sumber
pertama adalah al Qur’an, karena ia adalah wahyu Allah, maka sepantasnya al Qur’an
menjadi rujukan pertama dalam hierarki istinbat al hukmi. Kemudian ada sunnah nabi,
sunnah nabi menempati posisi kedua melihat kapasitasnya yang “bukan wahyu Allah”,
melainkan cerminan dari tingkah-laku utusan Allah (nabi/rasul). Walaupun begitu,
segala macam perbuatan yang dilakukan nabi/rasul diyakini merupakan “dalil” lain yang
dapat dijadikan sebagai pijakan hukum, hal ini dinisbatkan pada posisi nabi/rasul yang
“tidak mungkin” melakukan kesalahan karena senantiasa selalu diarahkan langsung oleh
Allah SWT ketika melakukan kesalahan.
Sebagian besar sunnah nabi dipercaya termanifestasikan dalam hadis atau dalam kata
lain, teks hadis adalah kendaraan dari sunnah nabi. Urgensi dari autentifikasi hadis pun
menjadi semakin ditekankan ketika ia dihadapkan dalam ‘memahami’ wahyu Allah[1].
Melihat begitu kompleks dan panjangnya perjalanan sunah nabi yang ‘terbukukan’
menjadi hadis, para ulama ahli hadis memiliki cara tersendiri dalam mengklasifikasikan
autentifikasi hadis yang kemudian tertuang dalam kitab-kitab hadis karya mereka[2].
Sebut saja beberapa kitab kanonik (kutub at sittah) yang menjadi rujukan umat muslim
berkenaan dengan hadis, dari sekitar enam kitab kanon hadis ada dua diantaranya yang
diyakini memuat hadis-hadis autentik didalamnya, pertama, kitab hadis yang diyakini
memiliki autentifikasi mendekati sempurna adalah kitab hadis karya Muhammad bin
Ismail bin Ibrahim bin Mughirah bin Bardabaza Al Bukhari (Jami’ Sohih Bukhari), hal
ini dinisbatkan pada kitab hadis karya Imam Bukhari salah satunya alasannya adalah
karena dalam perjalanan sejarah pengkodifikasian hadis, beliau dikenal menjadi orang
pertama yang menerapkan kritik sanad dan matan hadis sebagai syarat mutlak sebuah
teks hadis dapat dinilai keabsahannya dan bersumber dari Rasulallah Saw[3]. Kitab hadis
kedua yang diyakini memuat hadis-hadis autentik didalamnya adalah karya Abul Husain
Muslim bin al-Hajjaj bin Muslim an-Naisaburi atau biasa dikenal dengan Imam
Muslim(Sohih Muslim). Dalam makalah kali ini penulis akan coba ‘mengupas’ kitab
hadis karya Imam Muslim tentunya dari berbagai sudut pandang yang penulis ketahui
berkenaan dengan kitab hadis yang satu ini, baik dari biografi, kemudian latar belakang

1
penulisan, metode penyusunan yang digunakan oleh imam Muslim dalam menuliskan
kitabnya, sistematika penulisan hingga komentar para tokoh tentangnya.

B. Rumusan Masalah
1. Sekilas Biografi Imam Muslim
2. Latar Belakang Penulisan Kitab Sohih Muslim
3. Metode Penyusunan Kitab Sohih Muslim
4. Sistematika Penulisan Kitab Sohih Muslim
5. Pendapat Para Tokoh Tentang Kitab Sohih Muslim

C. Tujuan Penulisan
Setidaknya ada beberapa poin yang menjadi konsentrasi dari tujuan penulisan
makalah ini, pertama, minimal dapat mendeskripsikan biografi dari tokoh pengarang
kitab Sohih Muslim. kedua, dapat mengetahui latar belakang dari penulisan kitab Sohih
Muslim. ketiga, mengetahui metode penulisan dari kitab Sohih Muslim. keempat,
mengetahui sistematika penulisan kitab Sohih Muslim. Terakhir, kelima, dapat
mengetahui sebagian pendapat atau kometar para ulama berkenaan dengan kitab Sohih
Muslim.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sekilas Biografi Imam Muslim


Imam Abul Husain Muslim bin al-Hajjaj bin Muslim bin bin Wardi bin Kausyaz al
Qusyairi an-Naisaburi adalah nama lengkap dari Imam Muslim, beliau dinisbatkan
dengan kota Naisabur dimana beliau dilahirkan disana, sebuah kota kecil di sebelah
timur laut Negara Iran (sekarang). Terdapat perbedaan pendapat berkenaan dengan tahun
kelahiran beliau, namun menurut pendapat yang kuat, Imam Muslim dilahirkan pada
tahun 204 H/802 M.
Pengembaraan Imam Muslim dalam menimba ilmu dimulai sejak usianya menginjak
15 tahun, dalam perrjalanan ke beberapa tempat beliau berguru pada tokoh-tokoh besar
kala itu, sebut saja Ahmad bin Hambal dan Abdullah bin Maslamah (Irak), Ahmad Bin
Yunus (Kuffah), Yahya bin Yahya dan Ishak bin Rahawaih (Khurasan), Muhammad bin
Mahran dan Abu ‘Ansan (Ray), ‘Amr bin Sawad dan Harmalah bin Yahya (Mesir), Sa’id
bin Mansur dan Abu Mas’Abuzar (Hijaz), Usman dan Abu Bakar, keduanya putra Abu
Syaibah, Syaiban bin Farwakh, Abu Kamil al-Juri, Zuhair bin Harb, Amr an-Naqid,
Muhammad bin al-Musanna, Muhammad bin Yassar, Harun bin Sa’id al-Ajli, Qutaibah
bin Sa’id dan beberapa ulama dan muhadditsin lain.
Selain dikenal banyak mempunyai guru dari beberapa Negara dalam rihlah
ilmiyahnya, imam Muslim pun dikenal banyak mempunyai murid dalam hal
meriwayatkan hadits darinya, sebut saja Abu Hatim ar-Razi, Musa bin Harun, Ahmad bin
Salamah, Abu Bakar bin Khuzaimah, Yahya bin Said, Abu Awanah al-Isfarayini, Abi isa
at-Tirmidzi, Abu Amar Ahmad bin al-Mubarak al-Mustamli, Abul Abbas Muhammad bin
Ishaq bin as-Sarraj, Ibrahim bin Muhammad bin Sufyan al-Faqih az-Zahid dan masih
banyak lagi murid-muridnya yang lain
Dari kejeniusan dan tangan dingin imam Muslim telah terlahir banyak karya-karya
dalam bentuk tulisan, selain kitab Sohih Muslim yang monumental, beberapa karya imam
Muslim diantaranya adalah: Al-Musnad al-Kabir ‘ala al Rijal, Al-Asma wa al-Kuna, Al-
‘Ilal, Awham al-Muhadditsin, At-Tamyin, Man Laisa Lahu illa Rawin Wahid, Al-
Thabaqat al-Tabi’in, Al-Muhadramain, Awlad al-Sahabah, Intifa bi Uhud (julud) al-
Siba’, Al-Aqran, Su’alatihi Ahmad bin Hanbal, Al-Afrad wa al Wihdan, Masyaikh al-
Sauri, Masyaikh Syu’bah, Masyaikh Malik, Al-Thabaqat, Afrad al-Syamiyin, Al-
Wuhdan, Al-Sahih al-Musnad, Hadis ‘Amr bin Syuaib, Rijal ‘Urwah, Al-Tarikh dan
lain-lain.
Dari perjalanan panjang hidupnya, rihlah ilmiyah, perjuangannya dalam ‘mencari’
hadis, memberikan kontribusi besar bagi ummat Islam lewat sekian banyak karya,
akhirnya pada usia 57 tahun Imam Muslim (rahimahullahu ta’ala) menutup usia,
tepatnya pada hari minggu 4 rajab tahun 261 H / 859 M, beliau dikebumikan pada hari
senin tanggal 5 rajab tahun 261 H di kota kelahirannya; Naisabur.1

B. Latar Belakang Penulisan Kitab Sohih Muslim


Tidak ada kekosongan yang bisa menjadikan berwujudnya sesuatu, begitupun juga
dengan kitab hadis Sohih Muslim. Perseteruan ahl al Ra’y serta ahl al Hadits
dipercaya menjadi salah satu embrio terciptanya kitab hadis. Perseteruan yang dimulai
pada abad kedua ini kemudian semakin memuncak pada awal abad ketiga hijriyah. Para
pemimpin kurun pertama daulah Abasiyah[9] yang berideologi rasionalis banyak

1
Zainul Arifin, Studi Kitab Hadis, (Surabaya: Al Muna, 2010), hlm 107

3
memberikan kontribusi terhadap berkembangnya paham ini, terbukti saat mereka
berkuasa terbangunlah sebuah lembaga Bait al Hikmah yang berkonsentrasi pada
penerjemahan karya-karya filusuf Yunani kedalam bahasa Arab. Setelah tampuk
kekuasaan Daulah Abasiyah berada di tangan Khalifah Mutawakkil (232 H), para
penggiat hadis (termasuk didalamnya Imam Muslim) serasa mendapatkan ‘angin segar’
karena konfrontasi dengan penguasa sudah tidak lagi menjadi hal yang menghambat
berkembangnya kreatifitas yang berhubungan dengan hadis.
Hal lain yang memicu terbukukannya kitab hadis Sohih Muslim adalah ketika
kemajuan dibidang ilmu pengetahuan yang dicapai pada dinasti Abasiyah dibarengi
dengan memanasnya konflik yang bernuansa politis oleh beberapa kelompok, dimana tak
jarang demi terwujudnya kepentingan, mereka menciptakan hadis palsu sebagai
legitimasi dari ‘hajat busuk’ mereka. Tentu saja hal ini menjadi keresahan tersendiri bagi
sebagian besar masyarakat pada saat itu.
Dengan kata lain, secara garis besar kitab hadis Imam Muslim lahir atas ‘desakan’
kebutuhan masyarakat akan pentingnya otentifikasi hadis dikarenakan banyak bertebaran
hadis palsu yang digunakan oleh sebagian kalangan untuk mendukung hasrat
‘politis’nya. Dari satu sisi kehadiran kitab hadis ini menjadi ‘penawar’ akan merebaknya
‘racun’ yang banyak berkembang pada masyarakat kala itu, namun disisi yang lain kitab
hadis ini pun dianggap sebagai wujud ‘perlawanan’ para muhadditsin (baca: pemegang
hadis) untuk meng-counter hegemoni kaum rasionalis.2

C. Metode Penyusunan Kitab Sohih Muslim


Secara eksplisit dalam kitab Sohih Muslim, penulis belum menemukan metodologi
yang digunakan oleh imam Muslim dalam menyusun kitab hadisnya. Namun dari
beberapa pemaparan ulama ahli hadis, dapat disimpulkan bahwa ada beberapa syarat
yang digunakan oleh imam Muslim dalam ‘menyaring’ hadis yang kemudian dituliskan
dalam kitab hadis karyanya, diantara syarat yang digunakan imam Muslim hasil
penelitian para ulama adalah:
(1) hanya meriwayatkan Hadis dari para periwayat yang adil, dhabit (kuat dalam hal
hafalan) dan dapat dipertanggungjawabkan kejujurannya, serta amanah.
(2) hanya meriwayatkan hadis-hadis yang lengkap sanadnya, muttasil (bersambung
sanadnya), dan marfu’ (disandarkan pada Nabi saw.).

Metode penulisan kitab Sohih Muslim tergolong rapih. Hal ini dapat dilihat, dari
ketelitian dan ‘kreatifitas’ yang beliau tuangkan dalam penyajian kritab hadis ini,
misalnya:
1. Menyebutkan rawi-rawi dari beberapa hadis yang mempunyai tema yang sama
dengan tanpa memotong satu jalur periwayatan dengan redaksi hadisnya, hanya
dipisahkan dengan huruf khâ (‫ )ح‬yang dicetak tebal sebagai tanda batas satu riwayat
disambung dengan jalur riwayat yang lain.
2. Setelah selesai menyebutkan beberapa jalur sanad yang berbeda dari satu tema hadis
yang sama, kemudian barulah disebutkan redaksi hadis terkait, atau menyebutkan
terlebih dahulu redaksi hadis, baru kemudian disampaikan beberapa jalur
periwayatan yang berbeda dari hadis terkait. Hal ini mengakibatkan minimnya

2
Dosen Tafsir Hadis Fakultas Ushuluddin IAIN Yogyakarta, Studi Kitab Hadis, (Yogyakarta: Teras, 2003) hlm
60.

4
pengulangan hadis dalam penyebutannya, kecuali jika dibutuhkan untuk mengulang
karena keadaan yang ‘memaksa’ untuk dilakukannya pengulangan.
3. Digunakannya ‘cetak tebal’ pada beberapa cara transmisi hadis, misalnya
lafad haddatsana (‫)حدثنا‬, Akhbarâna (‫)اخبرنا‬ dan haddatsani (‫)حدثنى‬ hal ini
mengindikasikan adanya ‘perbedaan situasi’ yang perawi alami ketika menerima
hadis.3

D. Sistematika Penulisan Kitab Sohih Muslim


Kitab hadis karya Imam Muslim diberi nama al-Musnad al-Shahih al-Mukhtasar min
al-Sunnah bi al-Naql al-Adal ‘an al’Adl ‘an Rasulullah saw, namun lebih dikenal
dengan Jami al-Sahih atau Sahih Muslim. Sistematika yang digunakan Imam
Muslim tergolong sangat baik, ini dapat dilihat dari cara beliau mengklasifikasikan hadis-
hadis kedalam tema beasr dalam beberapa bagian yang secara khusus membincang
persoalan tertentu. Kitab hadis ini—menurut hemat penulis—sepintas memberikan
nuansa fiqh, diawali dengan muqaddimah, kemudian pada bagian pertama (Imam
Muslim menyebutnya ‘kitab’) beliau membincang persoalan tentang iman dengan 96 bab
dan kurang lebih 280 hadis, disusul dengan bagian kedua yang menerangkan tâharâh (34
bab dan 111 hadis), hâid, shalat dan lain sebagainya, untuk lebih lengkapnya berikut
tabel dari sistematika penulisan kitab Sohih Muslim.

No Nama Kitab Jumlah

Bab Hadis

. Muqaddimah 74 –

1 Iman 96 280

2 Taharah 34 111

3 Haid 33 126

4 Shalat 52 285

5 Masajid wa Mawadi’ al-Shalat 56 316

6 Shalat al-Musafirin wa al- 56 312


Qasriha

7 Al-Jum’ah 19 73

8 Al-Aidain 5 22

9 Al-istisqa’ 5 17

3
Imam Nawawi, Terjemah Sahih Muslim bi Syarhin-Nawawi (Jakarta, Mustaqiim 2002) hlm 53-54

5
10 Al-Kusufh 5 29

11 Al-Janaiz 37 108

12 Al-Zakat 56 177

13 As-Siyam 40 222

14 Al-I’tikaf 4 10

15 Al-Hajj 97 522

16 An-Nikah 24 110

17 Ar-Rada’ 19 32

18 At-Talaq 9 134

19 Al-Li’an 1 20

20 Al-Atq 7 26

21 Al-Buyu’ 21 123

22 Al-Masaqah 31 143

23 Al-Faraid 5 21

24 Al-Hibah 4 32

25 Al-Wasiyah 6 22

26 An-Nadzar 5 13

27 Al-Aiman 13 59

28 Al-Qasamah Wa al-Maharibin 11 29
Wa al-Qishas Wa al-Diyat

29 Al-Hudud 11 46

30 Al-Aqdiyat 11 21

31 Al-Luqathah 6 19

32 Al-Jihad 51 150

33 Al-Imarah 56 185

34 Asha’id wa al-Dzhabaih wa 12 60
ma yu’kilu hayawan

35 Al-Adaha 8 45

6
36 Al-Asyribah 35 188

37 Al-Libas 35 127

38 Al-Adab 10 45

39 As-Salam 41 155

40 Al-fadhz 5 21

41 Al-Syiir 2 10

42 Ar-Ruyah 5 23

43 Al-Fadail 36 174

44 Fadail as-Sahabah 60 232

45 Al-Birr wa al-Shilah wa al- 51 166


Adab

46 Al-Qadar 8 34

47 Al-Ilmu 6 16

48 Ad-dzkr wa Du’a wa taubah 27 101


wa Istigfar

49 At-Taubah 11 60

50 Shifat al-Munafiqin 1 83

51 Al-Jannah wa Shifat Nafsiha 40 84


wa Ahliha

52 Al-Fitan wa syarait as Sa’ah 28 143

53 Al-Zuhud wa ar Rafaiq 20 75

54 At-Tafsir 8 344

E. Pendapat Para Tokoh Tentang Kitab Sohih Muslim


Menurut beberapa tokoh ahli hadis, menyatakan bahwa kitab Sohih Muslim ini
memiliki berbagai macam keunggulan, sedikitnya ada enam poin yang bisa dijadikan
argumentasi: (1) dari segi susunan isinya tergolong tertib dan sangat sistematis, (2)
pemilihan redaksi matan hadisnya sangat teliti dan cermat, (3) proses seleksi dan
akumulasi matannya sangat teliti, sehingga tidak terjadi tercampurnya satu matan hadis

4
Imam Nawawi, Terjemah Sahih Muslim bi Syarhin-Nawawi (Jakarta, Mustaqiim 2002) hlm 56-57

7
dengan matan hadis yang lain, (4) penempatan dan pengelompokan hadis-hadis ke dalam
tema atau tempat tertentu, sehingga sedikit sekali terjadi pengulangan atau penyebutan
Hadis, (5) kitab Sahih Muslim sangat membantu untuk mencari Hadis dan
mengistimbatkan suatu hukum, sebab Imam Muslim meletakkan hadis-hadis sesuai
dengan suatu masalah, (6) kitab ini menyampaikan hadis-hadis tertentu dalam satu tema
bab, sehingga memudahkan para pencari ‘dalil-hadis’ dengan kasuistik yang ada.
Namun dari kelebihan yang dimiliki, kitab hadis ini pun tidak sepi dari kritik yang
membangun. Sebutsaja kritik yang dilontarkan oleh sebagian besar ulama ahli hadis yang
menempatkan kitab hadis Imam Muslim pada urutan kedua setelah kitab hadis
karya Imam Bukhari, hal ini terjadi dikarenakan terlalu longgarnya syarat yang
diterapkan oleh imam Muslim dalam menentukan hadis sohih. Dalam kasus penentuan
kesahihan hadis, imam Bukhori mensyaratkan harus bertemu (liqâ) antara murid dan
guru, sedangkan imam Muslim cenderung ‘mengabaikan’ liqâ sebagai standarisasi hadis
sohihnya, tetapi dicukupkan dengan sezaman (mu’asyârah) antara murid dan gurunya.
Syaikh Ibnu Shalah mengatakan, dalam kitab Sahih Muslim pada babu shifati
Rasulillah Saw, Imam Muslim mengatakan: “tidak setiap hadis yang menurutku
berkualitas sahih aku letakkan dalam kitab ini, karena hadis yang aku letakkan dalam
kitab ini hanya hadis-hadis yang kesahihannya telah disepakati”. Hal ini menurut Syaikh
Ibnu Shalah membuat orang lain kebingungan, karena pada kenyataannya terdapat hadis
yang kesahihannya diperseisihkan dalam kitab hadis Imam Muslim.5

5
Dosen Tafsir Hadis Fakultas Ushuluddin IAIN Yogyakarta, Studi Kitab Hadis, (Yogyakarta: Teras, 2003) hlm
63-64

8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari sekian banyak kitab kanon hadis, para ulama ahli hadis memberikan
penilaian bahwa kitab karya Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Mughirah bin
Bardabaza Al Bukhari atau yang lebih dikenal dengan Imam Bukhari, menempati
urutan pertama dalam validitas dan otentifikasi hadis yang termuat didalamnya. Hal
ini terjadi lebih dikarenakan ‘filterisasi’ Imam Bukhari terhadap hadis-hadis yang
dimasukkan kedalam kitab Sahih-nya harus melewati serangkaian seleksi yang sangat
ketat baik dari segi matan dan juga sanadnya. Sedangkan kitab hadis karya Imam Abul
Husain Muslim bin al-Hajjaj bin Muslim bin bin Wardi bin Kausyaz al Qusyairi an-
Naisaburi: Imam Muslim menempati urutan kedua setelah kitab hadis Imam Bukhari.
Imam Abul Husain Muslim bin al-Hajjaj bin Muslim bin bin Wardi bin
Kausyaz al Qusyairi an-Naisaburi memulai ‘rihlah ilmiyah-nya’ pada usia 15 tahun,
beliau singgah dari kota ke kota dan beberapa Negara untuk ‘menggali’ ilmu
pengetahuan, diantara kota dan negara yang pernah disinggahinya untuk mencari ilmu
adalah, Mesir, Irak, Khurasan, Kuffah, Ra’y dan lain-lain. Dari sekian banyak guru
yang beliau serap ilmunya, beliau memutuskan untuk membuat sebuah kumpulan
hadis sohih yang kemudian dibukukan.
Kitab yang bernama al-Musnad al-Shahih al-Mukhtasar min al-Sunnah bi al-
Naql al-Adal ‘an al’Adl ‘an Rasulullah saw atau yang biasa dikenal dengan Sohih
Muslim lahir pada kurun Khalifah Mutawakkil berkuasa, Khalifah ke empat dinasti
Abasiyah, ditengah kondisi masyarakat ‘terbius’ budaya rasionalis yang dibangun
oleh kepemimpinan tiga Khalifah sebelum Mutawakkil. Masyarakat dibawah
kepemimpinan dinasti Abasiyah pada awal abad ke tiga ‘hampir lupa’ dengan hadis,
ini terjadi karena hegemoni kaum rasionalis serta banyak beredarnya hadis palsu yang
dipakai oleh beberapa kelompok untuk memuluskan kepentingan kelompok mereka.
Selain menorehkan ‘tinta emas’ lewat kitab Sohih Muslim, Imam Muslim juga
mengarang beberapa kitab lain, sebut saja Awlad al-Sahabah, Intifa bi Uhud (julud)
al-Siba’, Al-Aqran, Su’alatihi Ahmad bin Hanbal, Al-Afrad wa al Wihdan, Masyaikh
al-Sauri, Masyaikh Syu’bah, Masyaikh Malik, Al-Thabaqat, Afrad al-Syamiyin, Al-
Wuhdan, Al-Sahih al-Musnad, Hadis ‘Amr bin Syuaib, Rijal ‘Urwah, Al-Tarikh dan
lain-lain.

9
Metodologi yang dipakai Imam Muslim dalam sohih Muslim nya
terringkaskan dalam dua poin berikut (1) hanya meriwayatkan Hadis dari para
periwayat yang adil, dhabit (kuat dalam hal hafalan) dan dapat
dipertanggungjawabkan kejujurannya, serta amanah. (2) hanya meriwayatkan hadis-
hadis yang lengkap sanadnya, muttasil (bersambung sanadnya),
dan marfu’ (disandarkan pada Nabi saw.). selain itu metode penulisan kitab ini pun
tergolong rapih, hal ini bisa dilihat dari penyampaian Imam Muslim dalam
menyampaikan beberapa hadis yang mempunyai tema yang sama dari beberapa
redaksi dan sanad dengan cara menggabungkannya menjadi satu (satu redaksi hadis
dari beberapa sanad). Penggunaan ‘cetak tebal’ pada cara periwayatan hadis
semisal haddatsana (‫)حدثنا‬, Akhbarâna (‫)اخبرنا‬ dan haddatsani (‫)حدثنى‬, hal ini
mengindikasikan bahwa adanya ‘perbedaan situasi’ yang dihadapi oleh perawi ketika
mendapatkan hadis.
Sistematika yang digunakan dalam penulisan kitab ini pun tergolong sangat
rapih. Imam Muslim membuat tema besar dari berbagai macam bagian yang
didalamnya memuat beberapa bab, hal ini memungkinkan para pencari hadis akan
dengan mudah mendapatkan hadis yang dicari. Diawali dengan muqaddimah,
kemudian pada bagian pertama (Imam Muslim menyebutnya ‘kitab’) beliau
membincang persoalan tentang iman dengan 96 bab dan kurang lebih 280 hadis,
disusul dengan bagian kedua yang menerangkan tâharâh (34 bab dan 111 hadis), hâid,
shalat dan seterusnya.
Berkenaan dengan pendapat para ulama tentang kitab hadis karya Imam
Muslim, mayoritas ulama ‘menganggap’ kitab ini mempunyai beberapa kelebihan,
misalnya dari segi susunan isinya tergolong tertib dan sangat sistematis, kemudian
pemilihan redaksi matan hadisnya sangat teliti dan cermat, proses seleksi dan
akumulasi matannya sangat teliti, sehingga tidak terjadi tercampurnya satu matan
hadis dengan matan hadis yang lain, penempatan dan pengelompokan hadis-hadis ke
dalam tema atau tempat tertentu, sehingga sedikit sekali terjadi pengulangan atau
penyebutan Hadis, kitab Sahih Muslim sangat membantu untuk mencari Hadis dan
mengistimbatkan suatu hukum, sebab Imam Muslim meletakkan hadis-hadis sesuai
dengan suatu masalah, kitab ini menyampaikan hadis-hadis tertentu dalam satu tema
bab, sehingga memudahkan para pencari ‘dalil-hadis’ dengan kasuistik yang ada.
Disamping pujian atas karya Imam Muslim ada pula yang mengkritisi karya beliau,
seperti yang diungkapkan oleh sebagian besar ulama dan muhadditsin yang
10
mengkritisi ‘standarisasi’ terhadap hadis sohih yang dilakukan oleh Imam Muslim
tergolong ‘longgar’ dibandingkan dengan Imam Bukhari. Kritik diatas seakan
‘dipertegas’ oleh Ibnu as Sholah, beliau mengatakan bahwa dalam kitab Sahih
Muslim pada babu shifati Rasulillah Saw, Imam Muslim mengatakan: “tidak setiap
hadis yang menurutku berkualitas sahih aku letakkan dalam kitab ini, karena hadis
yang aku letakkan dalam kitab ini hanya hadis-hadis yang kesahihannya telah
disepakati”. Hal ini menurut Ibnu as Shalah membuat orang lain kebingungan, karena
pada kenyataannya terdapat hadis yang kesahihannya diperseisihkan dalam kitab
hadis Imam Muslim, disamping banyak ‘kritik’ lain yang disampaikan oleh para
ulama dan muhadditsin. Setidaknya hal diatas yang mengakibatkan kitab hadis karya
Imam Muslim menjadi ter-‘nomor dua’-kan sebagai kitab hadis rujukan setelah al
Qur’an. Walaupun sebagian besar ulama dan muhadditsin menempatkan kitab Sohih
Muslim pada urutan kedua dari segi ‘kesahihan’ hadisnya dibandingkan dengan kitab
hadis Imam Bukhari, namun ‘Abu ‘Ali al Hasan bin ‘Ali an Naisaburi al Hafidz
Syaikhul Hakim Abi ‘Abdillah bin ar Rabi’ dan beberapa ulama Maroko sepakat
bahwa kitab hadis Imam Muslim tetap berada pada urutan pertama diatas kitab
hadis Imam Bukhari. Hal ini setidaknya ditandaskan kepada ‘kejeniusan’ Imam
Muslim dalam men-sistematis-kan hadis-hadis dalam kitab karangannya sehingga
dapat dengan mudah diakses oleh para ‘pencari hadis’ disamping jarangnya
pengulangan penyebutan hadis seperti yang banyak ditemukan pada kitab hadis Sohih
Bukhari.
Terlepas dari sanjungan dan kritikan yang disampaikan para muhadditsin dan
ulama, dalam pandangan pemakalah, kitab Sahih Muslim adalah salah satu karya
agung yang patut diapresiasi se tinggi-tingginya. Bagaimana tidak, dizaman yang
belum mengenal komputer, transportasi yang sederhana, alat baca-tulis yang belum
secanggih saat ini, Imam Muslim mampu menghadirkan sebuah kitab hadis yang
setidaknya terskema dengan baik, banyak mengandung sejarah, keilmuan, dan akidah
umat muslim berkenaan ‘berita’ dari nabi Muhammad Saw.

B. Saran
Demikianlah makalah ini kami buat, semoga apa yang telah disajikan akan
memberikan ilmu dan informasi. Selanjutnya demi kesempurnaan makalah ini kami
memohon saran dan kritik guna memperbaiki dikemudian hari.

11
DAFTAR PUSTAKA

Zainul Arifin, Studi Kitab Hadis, (Surabaya: Al Muna, 2010), hlm 107

Dosen Tafsir Hadis Fakultas Ushuluddin IAIN Yogyakarta, Studi Kitab Hadis,
(Yogyakarta: Teras, 2003) hlm 60.

Imam Nawawi, Terjemah Sahih Muslim bi Syarhin-Nawawi (Jakarta, Mustaqiim 2002)


hlm 53-54

Imam Nawawi, Terjemah Sahih Muslim bi Syarhin-Nawawi (Jakarta, Mustaqiim 2002)


hlm 56-57

Dosen Tafsir Hadis Fakultas Ushuluddin IAIN Yogyakarta, Studi Kitab Hadis,
(Yogyakarta: Teras, 2003) hlm 63-64

12

Anda mungkin juga menyukai