Anda di halaman 1dari 33

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN

TINGGI
UNIVERSITAS JAMBI
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

- FELTA SULINIA (N1A117065)


- MITHA SAPUTRI (N1A117070)
Nama Mahasiswa - NURUL FADILA (N1A117075)
- RISA ISMAYA (N1A117078)

Nama Mata Kuliah / Kelas Dasar Kependudukan/ 2B

Nama Dosen WILLIA NOVITA EKA RINI,S.KG.,M.Kes

Tanggal
Sabtu, 18-02-2018
PengumpulanTerakhir

Jumlah Kata
5014

Saya menyatakan bahwatugas yang saya susun adalah hasil kerja sendiri. Materi yang
digunakan untuk pembuatan tugas ini dirangkum dari berbagai sumber dan telah
dicantumkan sumber bacaannya.

___________________________________ Tanggal ___/___/2018


(Tandatangan Ketua Kelompok)
PedomanPenilaian
Mata Kuliah : Dasar Kependudukan
SKS/Semester : 2 sks / III (TIGA)
Judul Penugasan : Presentasi Tugas
Nama Mahasiswa/Kelompok : 1. FELTA SULINIA (N1A117065)
2. MITHA SAPUTRI (N1A117070)
3. NURUL FADILA (N1A117075)
4. RISA ISMAYA (N1A117078)
Dosen : WILLIA NOVITA EKA
RINI,S.KG.,M.Kes
Penilaian :
No Kriteri NilaiMaksimum Nilai yang
diberikan
1 Komunikasi Efektif 20
1. Body Language
2. Perilaku dalam berbicara
(volume suara, jelas)
3. Percaya diri
4. Komunikasi non-verbal
2 Tampilan Presentasi/Slide/Poster 30
1. Disain
2. Layout – jelas dan mudah
dibaca
3. Penomoran
4. Teks – jumlah, ukuran, font
5. Manajemen Waktu
3 Isi 30
1) Deskripsi jelas
2) Tinjauan kepustakaan
3) Kesesuaiandengan
teori/konsep
4 SesiDiskusi 20
3. Respon ke pertanyaan

Total 100

Komentar:
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah swt, sebab karena rahmat
dan nikmat-Nyalah saya dapat menyelesaikan sebuah tugas makalah
Pembimbing Dasar Promosi Kesehatan ini, yang diberikan oleh ibu willia Novita
Eka Rini, S.KG., M.Kes selaku dosen Pembimbing Dasar Kependudukan.
Pembuatan makalah ini bertujuan untuk menyelesaikan tugas semester genap
dari dosen yang bersangkutan agar memenuhi tugas yang telah ditetapkan, dan
juga agar setiap mahasiswa dapat terlatih dalam pembuatan makalah. Makalah
ini berjudul “komposisi, persebaran, dan piramida kependudukan”.
Adapun sumber-sumber dalam pembuatan makalah ini, didapatkan dari
beberapa buku yang membahas tentang materi yang berkaitan dan juga melalui
media internet. Kami sebagai penyusun makalah ini, sangat berterima kasih
kepada penyedia sumber walau tidak dapat secara langsung untuk
mengucapkannya.
Kami menyadari bahwa setiap manusia memiliki keterbatasan, begitu
pun dengan kami yang masih seorang mahasiswa. Dalam pembuatan makalah
ini mungkin masih banyak sekali kekurangan-kekurang yang ditemukan, oleh
karena itu saya mengucapkan mohon maaf yang sebesar-besarnya. Saya
mangharapkan ada kritik dan saran dari para pembaca sekalian dan semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembacanya.

17 Februari 2018

Penulis/Pengarang
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................. ii


DAFTAR ISI ............................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................... 1
1.3 Tujuan Penulisan ............................................................................. 2
1.4 Manfaat penulisan...............................................................................2
BAB II PEMBAHASAN

3.1 KOMPOSISI PENDUDUK ................................................................. 3


3.2 DEFINISI DAN UKURAN................................................................. 10

2.3 PERSEBARAN PENDUDUK ........................................................... 14

2.4 PIRAMIDA PENDUDUK .................................................................. 22

BAB III PENUTUP


3.1. Kesimpulan .................................................................................... 28
3.2. Saran ........................................................................................... 28
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ iv
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Negara Indonesia termasuk salah satu Negara yang memiliki kepadatan
penduduk yang tinggi.Setiap wilayah memiliki tingkat kepadatan penduduk yang
berbeda-beda.Di Indonesia daerah yang jumlah penduduknya paling padat adalah pulau
Jawa.Telah banyak usaha yang dilakukan oleh pemerintah untuk meratakan jumlah
penduduk diIndonesia,dengan cara transmigrasi..Struktur penduduk disuatu wilayah
meliputi jumlah,persebaran dan komposisi penduduk.Struktur penduduk di suatu
wilayah tersebut selalu mengalami perubahan dari waktu kewaktu dikarenakan proses
demografi yaitu kelahiran,kematian dan migrasi.Oleh karena itu struktur penduduk yang
dinamis atau senantiasa mengalami perubahan dari waktu kewaktu maka perlu sekali
untuk mengetahui komposisi penduduk disuatu wilayah.Hal ini dikarenakan komposisi
penduduk dapat memberikan gambaran mengenai pengelompokan penduduk
berdasarkan pegelompokkan kriteria tertentu.
Melalui komposisi penduduk akan diperoleh berbagai data mengenai penduduk
menurut jenis kelamin dan pengelompokkan umur.Demikian nantinya akan dapat
diketahui kelompok umur produktif dan tidak produktif.Hal ini akan memudahkan
pemerintah disuatu Negara untuk meramalkan kebijakan apa yang akan diambil ketika
melakukan pembangunan.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa pengertian komposisi penduduk?
2. Bagaimana klasifikasi komposisi penduduk?
3. Bagaimana definisi dan ukuran persebaran komposisi penduduk?
4. Apa yang dimaksud dengan persebaran penduduk
5. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi persebaran penduduk?
6. Apa spengertian piramida penduduk?
7. Apa saja macam-macam piramida penduduk?
1.3 TUJUAN PENULISAN
1.Untuk mengetahuipengertian komposisi penduduk
2.Untuk mengetahui klasifikasi komposisi penduduk
3.Untuk mengetahui bagaimana klasifikasi komposisi penduduk
4.Untuk mengetahui definisi dan ukuran persebaran komposisi penduduk
5.Untuk mengetahui yang dimaksud dengan persebaran penduduk
6.Untuk mengetahui Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi persebaran
penduduk
7.Untuk mengetahui pengertian piramida penduduk
8.Untuk mengetahui macam-macam piramida penduduk

1.4 MANFAAT PENULISAN


Untuk menambah wawasan dan pengetahuan seputar masalah struktur
kependudukan (komposisi,persebaran,priramida penduduk)
BAB II
PEMBAHASAN

2.1.KOMPOSISI PENDUDUK

Komposisi penduduk adalah pengelompokan penduduk atas variable-variabel


tertentu. Komposisi penduduk menggambarkan susunan penduduk yang dibuat
berdasarkan pengelompokan penduduk menurut karakteristik-karakteristik yang sama
(Said Rusli dalam Bagoes, Mantra, 2000: 23). Pengelompokkan penduduk atau
komposisi penduduk dapat digunakan untuk dasar dalam pengambilan kebijakan dan
pembuatan program dalam mengatasi masalah-masalah di bidang kependudukan.
Komposisi penduduk juga dapat diartikan sebagai sebuah mata statistik dari statistik
kependudukan yang membagi dan membahas masalah kependudukan dari segi umur
dan jenis kelamin. Komposisi menurut umur dan jenis kelamin ini sangat penting bagi
pemerintah sebuah negara untuk menentukan kebijakan kependudukan mereka untuk
beberapa tahun ke depan. Komposisi menurut umur biasanya dijabarkan dalam
kelompok-kelompok umur 5 tahun, sedangkan menurut jenis kelamin adalah laki-laki
dan perempuan (a BebasKomposisi penduduk dapat disebut sebagai mata statistik
karena di dalamnya ada penyederhanaan data ke dalam bentuk yang mudah dibaca dan
diiterprestasi atau menganalisa data (Bagoes, Mantra, 2000:23).
Membagi penduduk atas kelompok-kelompok tertentu atau dapat pula dikatakan
atas komposisi penduduk tertentu, merupakan salah satu dari bentuk analisis penduduk.
Komposisi penduduk menggambarkan susunan penduduk yang dibuat berdasarkan
pengelompokkan penduduk menurut karakteristik-karakteristik yang sama
Bermacam-macam komposisi penduduk dapat dibuat berdasarkan:
1. umur
2. jenis kelamin
3. status perkawinan
4. tingkat pendidikan
5. pekerjaan
6. bahasa
7. agama
8. pendapatan
9. etnis
10. tempat tinggal
11. kewarganegaraan

Pengelompokkan komposisi penduduk berdasarkan ciri-ciri tertentu dapat


diklasifikasikan sebagai berikut :
1. BIOLOGIS
Meliputi umur dan jenis kelamin.Dalam analisis, umur dapat dikelompokkan
menurut umur tunggal (single age group) atau umur lima tahunan (five years age group)
(Tabel). Pengelompokkan ini tergantung dari kebutuhan analisis. Jenis kelamin: laki dan
perempuan.
Pengelompokkan umur untuk analisis pendidikan
o 7-12 tahun : usia SD
o 13-15 tahun : usia SLTP,
o 16-18 tahun : usia SLTA, dan
o 19-24 dan 25+ :usiaperguruantinggi
2. SOSIAL
Mencakup tingkat pendidikan, status perkawinan, dan faktor sosial lainnya.

a. Untuk tingkat pendidikan, hal-hal yang diperhatikan adalah: penduduk menurut


kepandaian membaca dan menulis, penduduk menurut jenjang pendidikan
formal yang ditamatkan, dan penduduk menurut status sekolah
a. Pengelompokan menurut status sekolah:
b. tidak/belum pernah sekolah,
c. masih sekolah, dan
d. tidak sekolah lagi.
b. Masih bersekolah adalah mereka yang masih berstatus sedang mengikuti
pendidikan dasar, menengah, atau pendidikan tinggi. Tidak bersekolah lagi,
adalah status pendidikan dari mereka yang pernah mengikuti pendidikan dasar,
menengah atau tinggi, tetapi pada saat pencacahan tidak sekolah lagi.
c. Sementara itu, penduduk berdasarkan status perkawinan umumnya
dikelompokkan menjadi : belum kawin, kawin, cerai hidup, dan cerai mati
3. EKONOMI.
Komposisi penduduk menurut karakteristik ekonomi termasuk di dalamnya adalah
menurut:
 lapangan usaha,
 jenis pekerjaan, dan
 status pekerjaan.

4. GEOGRAFIS
Berdasarkan tempat tinggal, daerah perkotaan, pedesaan, propinsi, kabupaten, dan
sebagainya.
a) Menurut Karakteristik geografis Rumah tangga
Umumnya yang tercakup dalam karakteristik rumah tangga dan keluarga tersebut
adalah jenis rumah tangga, ukuran anggota rumah tangga, karakteristik kepala rumah
tangga, hubungan anggota dengan kepala rumah tangga.

Perbedaan antara rumah tangga (household) dan keluarga (family). Keluarga lebih
didasarkan atas adanya ikatan perkawinan atau ikatan darah, sementara hal ini tidak
terlalu diperhatikan dalam konsep rumah tangga.
Sebuah rumah tangga dapat terdiri dapat terdiri atas satu orang anggota atau
sekelompok orang yang tinggal bersama tetapi tidak memiliki hubungan persaudaraan
atau ikatan perkawinan

b) Menurut Karakteristik Geogragrafis Budaya


Pengelompokan penduduk menurut karakteristik budaya: kesukubangsaan
(etnisitas) dan bahasa. SP 2000: ada informasi mengenai suku bangsa Sensus seblumnya
informasi tentang etnis diproksi melalui pemakaian bahasa.

Pengertian etnis sebenarnya mengacu pada keturunan yang sama (comon


ancestry), entah kenyataan atau pun hayalan. Identitas etnis juga mengacu pada
dimilikinya unsur-unsur budaya yang sama seperti: bahasa, tradisi dan pola-pola
kebiasaan Suryadinata (2003: 9) menyebutkan adanya 101 kelompok sukubangsa dan
sub sukubangsa yang teridentifikasi dalam sensus 2000. Ada 15 kelompok sukubangsa
terbesar yang diacu oleh lebih dari 1 juta orang.
1. Komposisi Penduduk menurut Umur dan Jenis Kelamin
Komposisi penduduk yang sering digunakan untuk analisis perencanaan
pembangunan adalah komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin.yang
merupakan karakteristik penduduk yang pokok. Kantor Menteri Negara Kependudukan/
Kepada BKKBN dalam mempersiapkan alat-alat kontrasepsi membutuhkan data
pasangan usia subur. Kantor Menteri Tenaga Kerja dalam usaha pengadaan pasaran
kerja membutuhkan data jumlah angkatan kerja yang sedang mencari pekerjaan. Kantor
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan membutuhkan data penduduk usia sekolah dalam
merencanakan wajib belajar.
Biasanya jumlah penduduk menurut umur dan jenis kelamin dijadikan satu tabel.
Umur biasanya dikelompokkan dengan jenjang lima tahunan, misalnya kelompok umur
0-4, 5-9, 10-14, …, 60-64, 65+ atau bisa juga satu tahunan misalnya kelompok umur
0,1,2,…dst. Penduduk yang termasuk kelompok umur 5-9 tahun misalnya adalah
semua penduduk yang telah merayakan ulang tahunnya kelima, tetapi belum merayakan
ulang tahunnya yang kesepuluh. Struktur umur penduduk antara negara satu dengan
yang lain tidak sama. Begitu pula keadaannya bila dibandingkan antara struktur umur
penduduk negara-negara maju, antara daerah pedesaan dan perkotaan.
Struktur umur penduduk dipengaruhi oleh tiga variabel demografi, yaitu
kelahiran, kematian, dan migrasi. Ketiga variabel ini sering saling berpengaruh satu
dengan yang lain. Kalau salah satu variabel berubah, kedua variabel yang lain juga
berubah. Faktor sosial ekonomi di suatu negara akan mempengaruhi struktur umur
penduduk melalui ketiga variabel demografi di atas.
Suatu negara dikatakan berstruktur umur muda, apabila kelompok penduduk
yang berumur di bawah lima belas tahun jumlahnya besar (lebih dari 40%), sedang
besarnya kelompok penduduk usia 65 tahun ke atas kurang dari 10 %. Umumnya
negara yang sedang berkembang seperti Burma, India, dan Indonesia, struktur
penduduknya muda.
Sebaliknya suatu negara dikatakan berstruktur umur tua apabila kelompok
penduduk yang berumur 15 tahun ke bawah jumlahnya kecil (kurang dari 40% dari
seluruh penduduk) dan persentase penduduk di atas 65 tahun sekitar 10 %. Negara-
negara maju seperti Jepang, Jerman, Amerika Serikat mempunyai struktur penduduk
umur tua.
Dari uraian di atas dapat dimengerti bahwa betapa pentingnya pengetahuan
tentang komposisi penduduk menurut kelompok umur di suatu negara atau wilayah.
Perbedaan struktur umur akan menimbulkan pula perbedaan dalam aspek sosial
ekonomi seperti masalah angkatan kerja, pertumbuhan penduduk, dan masalah
pendidikan.

2. Komposisi Penduduk berdasarkan Ciri Sosial


Meliputi antara lain tingkat pendidikan penduduk, status perkawinan, dan
sebagainya.
a. Komposisi penduduk menurut tingkat pendidikan, tercermin pada :
4) Kepandaian membaca dan menulis (Literacy)
Penduduk dikatakan dapat membaca dan menulis jika mereka dapat
membaca dan menulis surat/ kalimat sederhana; membaca dan menulis huruf Braile;
orang cacat yang pernah bisa membaca dan menulis.
Sedangkan mereka tergolong Buta Huruf jika mereka tak bisa membaca dan
menulis atau bisa membaca tetapi tidak bisa menulis.
Angka Buta Huruf (Illiteracy Rate)
Angka yang menunjukkan banyaknya penduduk usia 10 tahun ke atas yang buta
huruf perseribu penduduk berumur 10 tahun ke atas

5) Tingkat pendidikan yang ditamatkan


Yang dimaksud dengan ”tamat” adalah mereka yang meninggalkan sekolah
setelah mengikuti pelajaran pada kelas tertinggi sampai akhir dengan mendapat
tanda tamat/ ijazah, baik dari sekolah negeri maupun sekolah swasta.
Dari data sensus penduduk 1971, diketahui bahwa persentase penduduk berumur
10 tahun ke atas berdasarkan tingkat pendidikan yang ditamatkan adalah sebagai
berikut :
Tidak sekolah 40,4%
Belum tamat SD 33,3%
Tamat SD 19,6%
Tamat SLP 4,4%
Tamat SLA 2,6%
Tamat Akad./PT 0,4%

Tabel 2.1
Komposisi penduduk indonesia usia 10 tahun ke atas
Yang buta huruf menurut jenis kelamin di daerah kota dan pedesaan pada tahun 1971
Jenis Kelamin Kota Pedesaan Kota + Pedesaan
Laki-laki 11,7 31,5 27,9
Perempuan 30,0 53,9 49,7
Laki-laki + Perempuan 20,9 43,0 39,1
Sumber : Sensus Penduduk Indonesia 1971, Seri D.

b. Komposisi Penduduk menurut Status Perkawinan


Berdasarkan status perkawinannya, penduduk berumur 10 tahun ke atas
dapat dikelompokkan sebagai berikut :
1. Belum kawin
2. Kawin
3. Cerai
4. Duda atau Janda
Tabel 2.2
KOMPOSISI PENDUDUK INDONESIA BERUMUR 10 TAHUN KE ATAS
MENURUT JENIS KELAMIN, STATUS PERKAWINAN,
DAN TEMPAT TINGGAL TAHUN 1971
Jenis Kelamin/
Belum Kawin Kawin Cerai Duda/Janda
Tempat tinggal
Laki-laki
Kota 48,6 48,7 0,8 1,9
Pedesaan 39,0 56,8 1,4 2,8
Indonesia 40,8 55,3 1,3 2,6
Perempuan
Kota 36,3 49,6 2,9 11,1
Pedesaan 26,3 49,6 2,9 13,7
Indonesia 28,1 55,2 3,7 13,2
Laki-laki + Perempuan
Kota 42,4 49,2 1,9 6,6
Pedesaan 32,5 56,5 2,7 8,4
Indonesia 34,3 55,2 2,5 8,1
Sumber : Sensus Penduduk Indonesia 1971

Dari Tabel 2.2, terlihat perbedaan pola status perkawinan antara penduduk di daerah
kota dan pedesaan. Disamping itu terlihat pula proporsi penduduk yang berstatus cerai,
janda, atau duda di daerah pedesaan baik laki-laki maupun perempuan, lebih tinggi
dibandingkan dengan di daerah kota.

2. Komposisi Penduduk Berdasarkan Ciri –ciri Ekonomi


Ciri-ciri yang meliputi lapangan pekerjaan, jenis pekerjaan, status pekerjaan, dan
sebagainy. Sebagai contoh berdasarkan jenis kegiatannya, penduduk Indonesia berumur
10 tahun ke atas pada tahun1971 dapat dikelompokkan sebagai berikut ;
Tabel 2.3.
PENDUDUK BERUMUR 10 TAHUN KE ATAS MENURUT JENIS KEGIATAN DI
INDONESIA TAHUN 1971
(persentase)
Laki-laki +
Jenis Kegiatan Laki-laki Perempuan
Perempuan
Angkatan kerja 70,3 33,1 57,3
Sekolah 16,4 11,6 13,8
Mengurus rumah tangga 3,2 44,8 24,5
Menerima pendapatan 1,1 0,9 1,0
Lain-lain 8,1 1,3 1,1
T.T. 0,9 1,3 1,1
Sumber : Sensus Penduduk Indonesia 1971, Seri D

1. Komposisi Penduduk Indonesia Berdasarkan tempat tinggalnya


Misalnya dari data Sensus 1971 diketahui sebagai berikut :
a. Penduduk yang tinggal di daerah kota 17,4 %
b. Penduduk yang tinggal di daerah pedesaan 72,6 %

2.2. DEFINISI DAN UKURAN DALAM KOMPOSISI PENDUDUK

Indikator data kependudukan


 Umur Median (Median Age)

 Rasio Ketergantungan (Dependency Ratio)

 Rasio Jenis Kelamin (Sex Ratio)

 Angka Partisipasi Sekolah

 Angka Melek Huruf

1) Umur median
 Umur Median adalah umur yang membagi penduduk menjadi dua bagian
dengan jumlah yang sama.bagian yang pertama lebih muda dan bagain yang
kedua lebih tua daripada “median age”
 Bagian pertama lebih muda dan bagian kedua lebih tua dari umur median.
 Umur median ini ditentukan berdasarkan umur dari sebagain penduduk yang
lebih tua dan umur sebagian penduduk yang lebih muda..
 Digunakan untuk mengukur tingkat pemusatan penduduk pada kelompok umur
tertentu
N 
 2  fx 
Umur Median  lMd   i
 f Md 
 

 lMdBatas bawah kelompok umur N/2


 N  Jumlah penduduk total
 fx Jumlah penduduk kumulatif sampai dengan kelompok umur N/2
 fMd Jumlah penduduk pada kelompok N/2
 i Kelas interval umur

2) Rasio Ketergantungan (Dependency Ratio)


Angka yang menyatakan perbandingan antara banyaknya penduduk usia
nonproduktif (penduduk usia dibawah 15 tahun dan penduduk usia 65 tahun atau
lebih) dengan banyaknya penduduk usia produktif (penduduk usia 15-64 tahun)

3) Rasio Ketergantungan Atau Rasio Beban Tanggungan, yang dibicarakan dalam


study demografi sering disebut AGE DEPENDENCY RATIO.

Meskipun tidak akurat secara ekonomi, rasio ketergantungan dapat


menggambarkan banyaknya penduduk yang harus ditanggung penduduk usia kerja.

Dengan memperhatikan kedua rasio ketergantungan tersebut, untuk usia muda


dan usia lanjut, kita dapat mengetahui kelompok umur mana yang berkontribusi
paling besar atau sedikit dlm rasio ketergantungan total
Total Dependency = Youth Dep. + Aged Dep.
P   P 
  0 14  100   65  100
 P15 64   P15 64 
P P
 0 14 65  100
P15 64

4) Rasio Jenis Kelamin (Sex Ratio)


Perbandingan antara banyaknya jumlah penduduk laki-laki dan banyaknya
jumlah penduduk perempuan pada suatu daerah dan waktu tertentu, biasanya
dinyatakan dalam banyaknya penduduk laki-laki per 100 perempuan.

Jumlah penduduk pria


Sex Ratio  k
Jumlah penduduk wanita

Faktor yang memperngaruhi Sex Ratio


 Rasio jenis kelamin waktu lahir (sex ratio at birth)  umumnya 103 bayi
laki-laki per 100 bayi wanita
 Pola mortalitas antara penduduk laki-laki dan perempuan
 Pola migrasi antara penduduk laki-laki & perempuan

Sex Ratio Bangkalan 2010

0-4 5-9 10 - 14 15 - 19
20 - 24 25 - 29 30 - 34 35 - 39
40 - 44 45 - 49 50 - 54 55 - 59
60 - 64 65 - 69 70 - 74 75
TT Total

5) Angka Melek Huruf (Literacy Rate)


Ukuran ini menunjukkan banyaknya penduduk usia 10 tahun keatas yang melek
huruf per seribu penduduk berumur 10 tahun keatas.

Elemen – elemen komposisi penduduk

1.KELAHIRAN(NATALITAS)
Kelahiran merupakan salah satu faktor kependudukan yang bersifat menambah
jumlah penduduk.

Faktor-faktor Pendukung/Pronatalitas
1.Nikah usia muda.
Apabila seorang perempuan nikah usia muda maka masa reproduksi perempuan
tersebut menjadi lebih lama.Artinya,kesempatan bagi perempuan itu untuk mempunyai
anak akan lebih besar dibandingkan perempuan yang nikah pada usia dewasa.
2.Tingkat kesehatan.
Banyaknya bayi yang meninggal menyebabkan orag tua cendrung memilih
mempunyai banyak anak. Hal ini bertujuan apabila ada satu anak yang meninggal masih
ada anak yang lain.
3.Tanggapan banyak anak banyak rezeki.
Pada kehidupan masyarakat agraris kuno,semboyan banyak anak banyak rezeki
memang beralasan kuat.Karena masyarakat agraris kuno,bekerja dengan lebih banyak
mengandalkan tenaga manusia dan hewan.

Faktor-faktor Penghambat/Antinatalitas
1.Pembatasan usia menikah
DiIndonesia,batas usia menikah bagi perempuan minimal 16 tahun sedangkan
bagi laki-laki minimal 19.

2.Program keluarga berencana(kb)


Pemerintah membatasi jumlah kelahiran dengan memasyarakatkan program
keluarga berencana dan menyediakan berbagai peralatan kontrasepsi.

3.Pembatasan tunjangan anak.


Pada pegawai negri dan karyawan perusahaan tertentu,diberlakukan pembatasan
tunjangan anak. Pembatasan tunjangan ini akan mendorong para pegawai untuk
memiliki jumlah anak sesuai syarat untuk mendapatka tunjangan.

4.Anak merupakan beban.


Pada kehidupan masyarakat modern,muncul anggapan sebagian orang tua bahwa
anak merupakan beban bagi orang tua.Orang tua harus menyiapkan berbagai
fasilitas seperti kesehatan,social.pendidikan bagi anak-anak.

2.KEMATIAN(MORTALITAS)
Kematian merupakan salah satu faktor kependudukan yang bersifat mengurangi
jumlah penduduk.
.
Faktor-faktor Promortalitas
1.Kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan.
2.Kurangnya fasilitas yang memadai.
3.Sering terjadi kecelakaan lalu lintas.
4.Terjadi bencana alam.
5.Terjadi peperangan.

Faktor-faktor Antimortalitas
1.Fasilitas kesehatan yang memadai.
2.Lingkungan yang bersih dan teratur.
3.Ajaran agama yang melarang bunuh diri.
4.Tingkat kesehatan yang tinggi

2.3.DEFINISI PERSEBARAN PENDUDUK


A. Definisi Persebaran Penduduk

Persebaran penduduk secara umum adalah Persebaran atau distribusi penduduk adalah

bentuk penyebaran penduduk di suatu wilayah atau Negara.

Persebaran penduduk dapat dibagi menjadi dua:


1. Persebaran penduduk berdasarkan geografis

Persebaran penduduk secara geografis adalah karakteristik penduduk menurut batas-

batas alam seperti pantai, sungai, danau dan sebagainya.

2. Persebaran penduduk berdasarkan administrasi pemerintahan

Persebaran penduduk secara administrasi adalah karakteristik penduduk menurut batas-

batas wilayah administrasi yang ditetapkan oleh suatu negara, misalnya jumlah

penduduk di desa A atau di kecamatan B.

B. Persebaran Penduduk di Indonesia

Persebaran penduduk erat kaitannya dengan tingkat hunian atau kepadatan

penduduk Indonesia yang tidak merata. Sekitar 60% penduduknya tinggal di Pulau Jawa

yang hanya memiliki luas ± 6,9% dari luas wilayah daratan Indonesia. Secara umum,

tingkat kepadatan penduduk atau population density dapat diartikan sebagai

perbandingan banyaknya jumlah penduduk dengan luas daerah atau wilayah yang

ditempati berdasarkan satuan luas tertentu. Kepadatan penduduk dapat dibedakan

menjadi tiga macam, berikut ini :

1. Kepadatan Penduduk Berdasarkan Lahan Pertanian. Kepadatan penduduk

berdasarkan lahan pertanian dapat dibedakan atas kepadatan penduduk agraris dan

kepadatan penduduk fisiologis.

a. Kepadatan penduduk agraris adalah perbandingan antara jumlah penduduk yang

bekerja di sektor pertanian dengan luas lahan pertanian.

b. Kepadatan penduduk fisiologis adalah perbandingan antara jumlah penduduk total

(baik yang bermata pencaharian sebagai petani ataupun tidak) dengan luas lahan

pertanian.
2. Kepadatan Penduduk Umum (Aritmatik) Kepadatan aritmatik merupakan

perbandingan antara jumlah penduduk total (tanpa memandang mata pencaharian)

dengan luas wilayah (baik lahan pertanian ataupun tidak). Untuk perhitungan

kependudukan di Indonesia, kita menggunakan perhitungan kepadatan penduduk umum

(aritmatik).

3. Kepadatan Penduduk Ekonomi Kepadatan penduduk ekonomi adalah besarnya

jumlah penduduk pada suatu wilayah didasarkan atas kemampuan wilayah yang

bersangkutan.

Kepadatan penduduk di tiaptiap wilayah Indonesia tidaklah sama, hal ini tentu

saja menimbulkan permasalahan kependudukan. Permasalahan ini terkait dengan

penyediaan sarana dan prasarana sosial, kesempatan kerja, stabilitas keamanan, serta

pemerataan pembangunan. Kepadatan penduduk berdasarkan provinsi dan pulau dapat

dilihat pada tabel di bawah ini

Informasi kepadatan penduduk tiap daerah perlu diketahui untuk mengetahui ada

tidaknya gejala kelebihan penduduk (overpopulation), untuk mengetahui pusat-pusat

aglomerasi penduduk, serta untuk mengetahui penyebaran dan pusat-pusat kegiatan

ekonomi maupun budaya. Informasi-informasi tersebut pada akhirnya akan digunakan

sebagai dasar perencanaan pembangunan di tiap-tiap daerah.

Akibat dari tidak meratanya penduduk yaitu luas lahan pertanian di Jawa semakin

sempit. Lahan bagi petani sebagian dijadikan permukiman dan industri. Sebaliknya

banyak lahan di luar Jawa belum dimanfaatkan secara optimal karena kurangnya

sumber daya manusia. Sebagian besar tanah di luar Jawa dibiarkan begitu saja tanpa ada

kegiatan pertanian. Keadaan demikian tentunya sangat tidak menguntungkan dalam


melaksanakan pembangunan wilayah dan bagi peningkatan pertahanan keamanan

negara.

Faktor-faktor yang menyebabkan tingginya tingkat migrasi ke pulau Jawa,

antara lain karena pulau Jawa:

a. Sebagai pusat pemerintahan.

b. Sebagian besar tanahnya merupakan tanah vulkanis yang subur.

c. Merupakan pusat kegiatan ekonomi dan industri sehingga banyak tersedia lapangan

kerja.

d. Tersedia berbagai jenjang dan jenis pendidikan.

e. Memiliki sarana komunikasi yang baik dan lancar

C.Faktor Penyebab Persebaran Penduduk

Persebaran atau distribusi penduduk adalah bentuk penyebaran penduduk di

suatuwilayah atau negara, apakah penduduk tersebut tersebar merata atau tidak.

Kepadatan penduduk adalah angka yang menunjukkan jumlah rata-ratap penduduk pada

setiap Km2 pada suatu wilayah negara. Faktor-faktor yang memppengaruhi penyebaran

dan kepadatan penduduk tiap-tiap daerah atau negara sebagai berikut:

1. Faktor Fisiografis

2. Faktor Biologis

3. Faktor Kebudayaan dan Teknologi

Kepadatan penduduk dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu:

a. Kepadatan penduduk aritmatik sangat mudah dalam perhitungannya. Datakepadatan

penduduk aritmatik sangat bermanfaat. Contohnya adalah dengandiketahui tingkat

kepadatan penduduk di suatu wilayah, maka dapat digunakanuntuk perencanaan


penyediaan fasilitas sosial. Jika pada suatu daerah memilikikepadatan penduduk

aritmatik yang rendah, maka penyediaan fasilitas kesehatan,seperti puskesmas dapat

digabung dengan daerah yang berdekatan.

b. Kepadatan penduduk Indonesia antara pulau yang satu dan pulau yang lain

tidakseimbang. Selain itu, kepadatan penduduk antara provinsi yang satu

denganprovinsi yang lain juga tidak seimbang. Hal ini disebabkan karena

persebaranpenduduk tidak merata. Sebagian besar penduduk Indonesia terkonsentrasi di

pulau Jawa dan Madura. Padahal, luas wilayah pulau Jawa dan Madura hanya

sebagiankecil dari luas wilayah negara Indonesia.

Kegunaan mengetahui kepadatan penduduk suatu wilayah adalah :

a. Untuk mengetahui persebaran penduduk suatau wilayah

b. Untuk mengetahui telah terjadi peledakan penduduk disuatu wilayah atau belum

yang bersifat menonitor.

c. Untuk mengetahui penyebab perbedaan kepadatan penduduk dengan daerah lain

disekitarnya.

d. Untuk mengetahui pusat-pusat kebudayaan , dimana budaya timbul pada penduduk

yang padat dan penduduk makin padat budaya makin tinggi .

Persebaran yang tidak merata berpengaruh terhadap lingkungan hidup. Daerah-

daerah yang padat penduduknya terjadi exploitasi sumber alam secara berlebihan

sehingga terganggulah keseimbangan alam. Sebagai contoh adalah hutan yang terus

menyusut karena ditebang untuk dijadikan lahan pertanian maupun pemukiman.

Dampak buruk dari berkurangnya luas hutan adalah:

- terjadi banjir karena peresapan air hujan oleh hutan berkurang

- terjadi kekeringan
- tanah sekitar hutan menjadi tandus karena erosi

Daya dukung lingkungan dari berbagaidaerah di Indonesia tidak sama. Daya

dukung lingkungan pulau Jawa lebih tinggidibandingkan dengan pulau-pulau lain,

sehingga setiap satuan luas di Pulau Jawadapat mendukung kehidupan yang lebih tinggi

dibandingkan dengan, misalnya diKalimantan, Papua, Sulawesi, dan Sumatra.Kemampuan

suatu wilayah dalam mendukung kehidupan itu ada batasnya. Apabilakemampuan

wilayah dalam mendukung lingkungan terlampau, dapat berakibatpada terjadinya

tekanan-tekanan penduduk. Jadi, meskipun di Jawa daya dukunglingkungannya tinggi,

namun juga perlu diingat batas kemampuan wilayah ter sebutdalam mendukung

kehidupan.

1) Kesuburan tanah, daerah atau wilayah yang ditempati banyak penduduk, karena

dapat dijadikan sebagai lahan bercocok tanam dan sebaliknya.

2) Iklim, wilayah yang beriklim terlalu panas, terlalu dingin, dan terlalu basah

biasanya tidak disenangi sebagai tempat tinggal

3) Topografi atau bentuk permukaan tanah pada umumnya masyarakat banyak

bertempat tinggal di daerah datar

4) Sumber air

5) Perhubangan atau transportasi

D. Upaya mengatasi Persebaran peduduk yang tidak merata

Persebaran penduduk antara kota dan desa juga mengalami ketidakseimbangan.

Perpindahan penduduk dari desa ke kota di Indonesia terus mengalami peningkatan dari

waktu ke waktu. Urbanisasi yang terus terjadi menyebabkan terjadinya pemusatan

penduduk di kota yang luas wilayahnya terbatas. Pemusatan penduduk di kota-kota


besar seperti Jakarta, Surabaya, Medan dan kota-kota besar lainnya dapat menimbulkan

dampak buruk terhadap lingkungan hidup seperti:

1. Munculnya permukiman liar.

2. Sungai-sungai tercemar karena dijadikan tempat pembuangan sampah baik oleh

masyarakat maupun dari pabrik-pabrik industri.

3. Terjadinya pencemaran udara dari asap kendaraan dan industri.

4. Timbulnya berbagai masalah sosial seperti perampokan, pelacuran dan lain-lain.

Oleh karena dampak yang dirasakan cukup besar maka perlu ada upaya untuk

meratakan penyebaran penduduk di tiap-tiap daerah.

Upaya-upaya tersebut adalah:

1. Pemerataan pembangunan.

2. Penciptaan lapangan kerja di daerah-daerah yang jarang penduduknya dan daerah

pedesaan.

3. Pemberian penyuluhan terhadap masyarakat tentang pengelolaan lingkungan

alamnya.

Selain di Jawa ketimpangan persebaran penduduk terjadi di Irian Jaya dan

Kalimantan. Luas wilayah Irian Jaya 21,99% dari luas Indonesia, tetapi jumlah

penduduknya hanya 0,92% dari seluruh penduduk Indonesia. Pulau Kalimantan luasnya

28,11% dari luas Indonesia, tetapi jumlah penduduknya hanya 5% dari jumlah

penduduk Indonesia. Untuk mengatasi persebaran penduduk yang tidak merata

dilaksanakan program transmigarasi.

Tujuan pelaksanaan transmigrasi yaitu:

a. Meratakan persebaran penduduk di Indonesia.

b. Peningkatan taraf hidup transmigran.


c. Pengolahan sumber daya alam.

d. Pemerataan pembangunan di seluruh wilayah Indonesia.

e. Menyediakan lapangan kerja bagi transmigran.

f. Meningkatkan persatuan dan kesatuan bangsa.

g. Meningkatkan pertahanan dan kemananan wilayah Indonesia.

Untuk mengatasi kepadatan penduduk, pemerintah menggalakkan program

transmigrasi. Adapun jenis-jenis transmigrasi yang ada adalah :

1. Transmigrasi umum, yaitu transmigrasi yang biayanya ditanggung pemerintah

ditujukan untuk penduduk yang memenuhi syarat.

2. Transmigrasi spontan/swakarsa, yaitu transmigrasi yang seluruh pembiayaannya

ditanggung sendiri. Pemerintah hanya menyediakan lahan pertanian dan rumah.

3. Transmigrasi lokal, yaitu transmigrasi yang dilakukan dalam satu wilayah provinsi.

4. Transmigrasi khusus/sektoral, yaitu transmigrasi yang dilakukan karena penduduk

terkena bencana alam.

5. Transmigrasi bedol desa, yaitu transmigrasi yang dilakukan oleh seluruh penduduk

desa berikut pejabat-pejabat pemerintahan desa.

Untuk mengatur kelahiran penduduk, pemerintah menggalakkan program

Keluarga Berencana dalam rangka mencapai Norma Keluarga Kecil Bahagia dan

Sejahtera (NKKBS). Program KB juga mengarah pada catur warga, yaitu keluarga yang

terdiri dari ayah, ibu, dan dua orang anak. Ternyata program KB di Indonesia berhasil

sangat baik dan bahkan dijadikan contoh oleh banyak negara untuk m
3.4.PIRAMIDA PENDUDUK
A. definisi
Adalah grafik berbentuk piramida yang merupakan gambaran secara visual dari
komposisi penduduk menurut jenis kelamin. Penggunaan piramida akan membantu
memudahkan mengenal dan memahami karakteristik penduduk suatu wilayah menurut
jenis kelamin. Penggambaran piramida penduduk
dimulai dengan menggambarkan dua garis yang saling tegak lurus. Garis yang vertikal
menggambarkan umur penduduk mulai dari nol lalu naik. Kenaikan ini dapat tahunan,
dapat pula dengan jenjang lima tahunan. Garis horizontal menggambarkan besarnya
jumlah penduduk baik ditampilkan pada skala jumlah yang sebenarnya maupun
dalambentuk persentase.
Komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin dapat digambarkan pada
sebuah grafik yang disebut PIRAMIDA PENDUDUK. Penggambaran suatu piramida
penduduk dimulai dengan menggambarkan dua garis yang saling tegak lurus. Garis
yang vertikal menggambarkan umur penduduk mulai dari nol lalu naik. Kenaikan ini
dapat tahunan, dapat pula dengan jenjang lima tahunan. Sumbu horisontal
menggambarkan jumlah penduduk tertentu baik secara absolut maupun relatif (dalam
persen). Pemilihan skala perbandingan pada sumbu horisontal ini sangat tergantung dari
jumlah penduduk dalam persentase tertentu dari jumlah penduduk yang terdapat pada
tiap golongan umur di sumbu vertikal.
Pada bagian kiri sumbu vertikal dapat digambarkan jumlah penduduk laki-laki,
dan di bagian kanan digambarkan jumlah penduduk perempuan.
Sering pada tabel komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin terdapat
kelompok penduduk yang tidak diketahui umurnya, kelompok ini sering disebut dengan
kelompok “not stated”(NS). Penduduk NS ini tidak dapat digambarkan dalam piramida
penduduk. Jika jumlah penduduk yang tergolong kategori ini sedikit dibandingkan
dengan jumlah penduduk seluruhnya, maka kelompok penduduk ini dapat disebarkan ke
kelompok-kelompok umur yang lain dengan menggunakan teknik pro-rating.
Pro-rating dikerjakan dengan dua cara :
1. Mengalikan masing-masing kelompok penduduk menurut umur dengan
faktor pengali k yang dapat dicari dengan rumus :
jumlah seluruh penduduk
k
jumlah seluruh penduduk  NS
2. Jumlah penduduk kelompok umur tertentu ditambah dengan hasil perkalian
proporsi penduduk kelompok umur di atas dengan jumlah seluruh penduduk
dengan jumlah penduduk NS. Untuk lebih jelasnya lihat contoh Tabel 2.4.

Tabel 2.4
PENDUDUK MENURUT KELOMPOK UMUR DAN JENIS KELAMIN
DI WILAYAH TERTENTU, DAN PADA TAHUN TERTENTU SEBELUM DAN
SESUDAH DILAKSANAKAN PRO-RATING (X 1000)

Umur Sebelum Sesudah Pro-rating


0-4 8.462 8.473
5-9 7.684 7.694
10-14 4.319 4.324
15-19 3.834 3.456
25-34 7.334 7.343
35-44 5.720 5.727
45-54 3.559 3.563
55-64 1.898 1.900
65-74 796 797
75+ 376 378
Tak terjawab (Not Stated) 60 -

Catatan: Sebagai ilustrasi diambil kelompok penduduk umur 10-14 tahun,

B. Macam-macam Piramida Penduduk:


1) Ekspansif;
 Jika sebagian besar penduduk berada dalam kelompok umur muda.
 Tipe ini umumnya terdapat di negara-negara yang mempunyai angka
kelahiran dan angka kematian tinggi.
 Tipe ini terdapat pada negara-negara dengan tingkat pertumbuhan penduduk
yang cepat akibat dari masih tingginya angka kelahiran dan sudah mulai
menurunnya angka kematian.
 Negara-negara yang termasuk tipe ini : Indonesia, Malaysia, Philipina, India,
Costa Rica, dan Nigeria.

2) Konstruktif;
 Jika penduduk yang berada dalam kelompok termuda jumlahnya sedikit.
 Tipe ini terdapat di negara-negara dimana angka kelahiran turun dengan
cepat, dan angka kematiannya rendah.
 Contoh : Jepang, dan negara-negara di Eropa Barat, misal Swedia, dan
Spanyol.

3) Stasioner;
 Jika banyaknya penduduk dalam tiap kelompok umur hampir sama, kecuali
pada kelompok umur tertentu.
 Tipe ini terdapat pada negara-negara yang mempunyai tingkat kelahiran dan
tingkat kematian rendah.
 Contoh : terdapat pada negara-negara Eropa, misalnya Jerman, dan negara
Amerika Serikat

Hasil Sensus Penduduk Indonesia 1961, 1971, 1980, dan 1990. Bentuk Piramida
penduduk tersebut dipengaruhi oleh keadaan sosial-ekonomi, dan politik yang berlaku
di Indonesia antara tahun 1961 hingga tahun 1990. Namun demikian seperti disebutkan
di muka, keadaan di atas tidak langsung berpengaruh pada struktur penduduk menurut
umur tetapi melalui variabel antara seperti kelahiran, kematian, dan migrasi penduduk.
Turunnya angka kematian, terutama pada umur-umur muda, dan keadaan
fertilitas yang tetap tinggi, menyebabkan strutktur umur penduduk negara tersebut
muda. Hal ini terlihat dari lebarnya dasar piramida penduduk negara tersebut. Negara-
negara yang terlibat dalam peperangan seperti Jepang, Jerman, Italia pada Perang Dunia
II, mortalitasnya tinggi pada kelompok penduduk usia dewasa, dan hal ini jelas terlihat
menciutnya piramida penduduk negara bersangkutan pada kelompok umur dewasa,
terutama pada jenis kelamin laki-laki.
Turunnya angka fertilitas di suatu negara pengaruhnya lebih besar pada bentuk
dasar piramida penduduk negara tersebut. Misalnya, Indonesia pada periode 1971-1980
terjadi penurunan angka fertilitas penduduk yang antara lain karena keberhasilan
program Keluarga Berencana yang dicanangkan oleh pemerintah sejak PELITA I. Hal
ini jelas terlihat pada dasar piramida penduduk di mana kelompok umur 0-4 tahun lebih
kecil dari kelompok umur 5-9 tahun. Pada bagian tengah piramida tersebut masih
menggelembung karena pertumbuhan penduduk yang lahir sebelum terjadinya
penurunan fertilitas tersebut.
Migrasi penduduk akan mempengaruhi piramida penduduk pada kelompok
umur dewasa. Namun demikian banyak dari negara-negara di mana pertumbuhan
penduduknya tidak dipengaruhi oleh faktor migrasi. Sebagai contoh, negara Indonesia
pertumbuhan penduduknya (secara nasional) hanya dipengaruhi oleh faktor kelahiran
dan faktor kematian. Faktor migrasi pengaruhnya kecil sekali karena tidak banyak
warga negara Indonesia yang bertempat tinggal di luar negeri, begitu pula warga negara
asing yang berdomisili di Indonesia. Pengaruh komponen migrasi di Indonesia terjadi
pada propinsi-propinsi Sumatera Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, banyak dari
penduduknya yang bermigrasi ke luar propinsi bersangkutan, sedangkan propinsi
Lampung, DKI Jaya, Kalimantan Timur, banyak terdapat migran yang masuk. Bagi
daerah pemukiman yang baru dibuka, piramida penduduknya berbentuk istimewa, yaitu
dasarnya sempit, bagian puncak kosong dan jumlah penduduk perempuan sedikit.

C. Kegunaan Piramida
Dengan melihat proporsi penduduk laki-laki dan perempuan dalam tiap kelompok
umur pada piramida tersebut, dapat diperoleh gambaran mengenai sejarah
perkembangan penduduk masa lalu dan mengenai perkembangan penduduk masa yang
akan datang. Struktur umur penduduk saat ini merupakan hasil kelahiran, kematian dan
migrasi masa lalu. Sebaliknya, struktur umur penduduk saat ini akan menentukan
perkembangan penduduk di masa yang akan datang. Indonesia telah mengalami
perubahan bentuk piramida yang disebabkan oleh penurunan kelahiran dan penurunan
kematian bayi beberapa dekade yang lalu. Dalam hal ini dapat diidentifikasi 3 macam
bentuk piramida penduduk secara umum, yaitu:
1. Piramida penduduk yang mempunyai dasar lebar menunjukkan terjadinya
kelahiran yang tinggi diwaktu-waktu yang lalu.
2. Piramida penduduk yang berbentuk kerucut menunjukkan kelahiran besar di
waktu yang lalu tetapi kematian bayi yang tinggi menyebabkan proporsi
penduduk yang dapat hidup terus keusia dewasa dan menjadi tua lebih sedkit.
3. Piramida penduduk dengan badan gemuk dan dasar yang sama atau lebih
kecil dan dengan ujung atas yang membesar menunjukkan bahwa beberapa waktu
yang lalu telah terjadi jumlah kelahiran yang cukup besar, tetapi tingkat kematian
bayi menurun sehingga jumlah bayi yang lahir dan tetap hidup mencapai usia
dewasa lebih banyak dari jumlah sebelumnya.
Dengan melihat gambar piramida penduduk, secara sekilas kita mengetahui
struktur umur penduduk dan implikasinya terhadap tuntutan pelayanan kebutuhan dasar
penduduk (baik balita, remaja, dewasa, laki-laki dan perempuan, dan lansia) sekaligus
melihat potensi tenaga kerja serta membayangkan kebutuhan akan tambahan
kesempatan kerja yang harus diciptakan.
Gambar Piramida Penduduk
Indonesia, 1971
Kelompok Umur
75+
70-74
65-69
60-64
55-59
50-54
45-49
40-44
35-39
30-34
25-29
20-24
15-19
10-14
5-9
0-4
10 8 6 4 2 0 2 4 6 8 10
Jutaan Jutaan

Laki-laki Perempuan

Gambar Piramida Penduduk


Indonesia 1980
Kelompok Umur
75+
70-74
65-69
60-64
55-59
50-54
45-49
40-44
35-39
30-34
25-29
20-24
15-19
10-14
5-9
0-4
12 10 8 6 4 2 0 2 4 6 8 10 12
Jutaan Jutaan

Laki-laki Perempuan
BAB III
PENUTUP

3.1. KESIMPULAN
Komposisi penduduk menggambarkan pengelompokan penduduk atas dasar
kriteria tertentu.Ada bermacam-macam komposisi penduduk di lihat dari berbagai aspek
antara lain:aspek biologis,aspek social,ekonomi,aspek georafis.Pengelompokkan
penduduk atau komposisi penduduk dapat di gunakan untuk dasar pengambilan
kebijakan dan pembuatan program dalam mengatasi masalah-masalah di bidang
kepandudukan.
Piramida penduduk adalah cara penyajian lain dari struktur umur penduduk. Dasar
piramida penduduk menunjukkan jumlah penduduk, dan badan piramida penduduk
bagian kiri dan kanan menunjukkan banyaknya penduduk laki-laki dan penduduk
perempuan menurut umur.
Persebaran penduduk secara umum adalah Persebaran atau distribusi penduduk
adalah bentuk penyebaran penduduk di suatu wilayah atau Negara. Persebaran
penduduk dapat dibagi menjadi dua yaitu Persebaran penduduk berdasarkan geografis
dan Persebaran penduduk berdasarkan administrasi pemerintahan.
3.2. SARAN
Dalam penulisan makalah ini kai menyadari masih jauh dari kesempurnaan,.masih
banyak terdapat kesalahan-kesalahan, baik dalam bahasanya, materi dan
penyusunannya. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik, saran dan masukan
yang dapat membangun penulisan makalah ini. kedepannya kami akan lebih fokus dan
detail dalam menjelaskan tentang makalah diatas dengan sumber-sumber yang lebih
banyak lagi yang tentunya bisa dipertanggung jawabkan.
DAFTAR PUSTAKA

Artikel dari buku

Dewi, Nurmala.2009.Geografi 2: untuk SMA dan MA kelas XI. Bandung CV. Eplison
Grup.

Lembaga demografi Fakultas ekonomi UI. 1980. Buku Pegangan bidang


kependudukan. Jakarta: Universitas Indonesia.

Artikel dari jurnal


https://e-jurnal.unair,ac,id
http://sertifikasi.fkip.uns.ac.id/file_public/2017/MODUL%202017/Geografi/BAB-VII-
Kependudukan.pdf
Prahasta, E, 2002. Konsep-konsep dasar sistem informasi geografi, Informatika,
Bandung.
Prahasta, E, 2002.sistem informasi geografis: tutorial acview, informatika, bandung.

Anda mungkin juga menyukai