DOSEN PENGAMPU
Dibuat Oleh
Andrea Puspita A (202170031)
UNIVERSITAS SILIWANGI
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. atas limpahan rahmat taufiq dan
hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta salam
semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW.
Dengan penuh rasa hormat atas bantuan dan bimbingan serta dorongan dari semua
pihak, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
Semoga Allah SWT senantiasa membalas segala budi kebaikan mereka dan selalu
memberikan berkah-Nya. Semoga karya ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Jika ada salah
kata penulis mohon maaf. Kritik dan saran perlu penulis dapatkan demi membenahi
kekurangan yang ada.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................
1.3 Tujuan...................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................
2.4 Kebijakan Nasional Yang Berpengaruh Pada Kegiatan Alih Fungsi Lahan.......5
3.1 Kesimpulan...........................................................................................................9
3.2 Saran.....................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.3. Tujuan
Lestari (2009) mendefinisikan alih fungsi lahan atau lazimnya disebut sebagai
konversi lahan adalah perubahan fungsi sebagian atau seluruh kawasan lahan dari
fungsinya semula (seperti yang direncanakan) menjadi fungsi lain yang menjadi
dampak negatif (masalah) terhadap lingkungan dan potensi lahan itu sendiri. Alih
fungsi lahan juga dapat diartikan sebagai perubahan untuk penggunaan lain
disebabkan oleh faktor-faktor yang secara garis besar meliputi keperluan untuk
memenuhi kebutuhan penduduk yang makin bertambah jumlahnya dan meningkatnya
tuntutan akan mutu kehidupan yang lebih baik.
Menurut Agus (2004) konversi lahan sawah adalah suatu proses yang
disengaja oleh manusia (anthropogenic), bukan suatu proses alami. Kita ketahui
bahwa percetakan sawah dilakukan dengan biaya tinggi, namun ironisnya konversi
lahan tersebut sulit dihindari dan terjadi setelah system produksi pada lahan sawah
tersebut berjalan dengan baik. Konversi lahan merupakan konsekuensi logis dari
peningkatan aktivitas dan jumlah penduduk serta proses pembangunan lainnya.
Konversi lahan pada dasarnya merupakan hal yang wajar terjadi, namun pada
kenyataannya konversi lahan menjadi masalah karena terjadi di atas lahan pertanian
yang masih produktif.
Menurut Kustiawan (1997) konversi lahan berarti alih fungsi atau mutasinya
lahan secara umum menyangkut transformasi dalam pengalokasian sumberdaya lahan
dari satu penggunaan ke penggunaan lainnya.
Menurut Fauziah (2005), menyebutkan bahwa alih fungsi lahan yang terjadi di
Indonesia bukan hanya karena peraturan perundang-undangan yang tidak efektif, baik
itu segi substansi ketentuannya yang tidak jelas dan tidak tegas, maupun penegaknya
yang tidak di dukung oleh pemerintah sendiri sebagai pejabat yang berwenang
memberikan izin pemfungsian suatu lahan. Tetapi juga tidak didukung oleh “tidak
menarik”nya sektor pertanian itu sendiri. Langka dan mahalnya pupuk, alat-alat
produksi lainnya, tenaga kerja pertanian yang semakin sedikit, serta diperkuat dengan
harga hasil pertanian yang fluktuatif, bahkan cenderung terus menurun drastis
mengakibatkan minat penduduk (atau pun sekedar mempertahankan fungsinya)
terhadap sektor pertanian pun menurun.
2.4. Kebijakan Nasional Yang Berpengaruh Pada Kegiatan Alih Fungsi Lahan
3.Selain dua kebijakan tersebut, kebijakan deregu lasi dalam hal penanaman modal
dan perizinan sesuai Paket Kebijaksanaan Oktober Nomor 23 Tahun 1993
memberikan kemudahan dan penyederhanaan dalam pemrosesan perizinan lokasi.
Akibat kebijakan ini ialah terjadi peningkatan sangat nyata dalam hal permohonan
izin lokasi baik untuk kawasan industri, permukiman skala besar, maupun kawasan
pariwisata.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Alih fungsi lahan adalah suatu proses yang disengaja oleh manusia
(anthropogenic) dengan perubahan fungsi sebagian atau seluruh kawasan lahan dari
fungsinya semula (seperti yang direncanakan) menjadi fungsi lain yang menjadi
dampak negatif (masalah) terhadap lingkungan dan potensi lahan itu sendiri. Selain
itu, disebabkan oleh beberapa faktor yaitu: pertama faktor eksternal; merupakan
faktor yang disebabkan oleh adanya dinamika pertumbuhan perkotaan, kedua faktor
internal; faktor ini lebih melihat sisi yang disebabkan oleh kondisi sosial ekonomi,
ketiga faktor kebijakan; yaitu aspek regulasi. Pada perubahan penggunaan lahan
dalam pelaksanaan pembangunan tidak dapat dihindari. Perubahan tersebut terjadi
karena dua hal, pertama adanya keperluan untuk memenuhi kebutuhan makin
kebutuhan penduduk dan meningkatnya tuntutan akan mutu kehidupan yang lebih
baik. Dalam hal ini alih fungsi lahan yang terjadi di Indonesia bukan hanya karena
peraturan perundang-undangan yang tidak efektif, tetapi juga tidak didukung oleh
tidak menariknya sektor pertanian itu sendiri. Langka dan mahalnya pupuk, alat-alat
produksi lainnya, tenaga kerja pertanian yang semakin sedikit, serta diperkuat dengan
harga hasil pertanian yang fluktuatif.
3.2 Saran
Pertanian tidak boleh berhenti untuk memenuhi kebutuhan pangan seluruh
masyarakat Indonesia. Begitu juga dengan olah tanah, olah tanam, hingga masa
panen. Karena masalah pangan adalah masalah yang sangat utama dan mempengaruhi
hidup matinya suatu bangsa maka dari itu lahan pertanian harus tetap terjaga
DAFTAR PUSTAKA
Dr Eva Banopati dan Sriyanto (2013) Geografi Pertanian, Yogyakarta : Penerbit Ombak
Sartohadi Junun dkk ( 2016) Pengantar Geografi Tanah, Yogyakarta : Pustaka Pelajar