Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

TRANSFORMASI LAHAN PERTANIAN


Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Geografi Pertanian dan Industri

DOSEN PENGAMPU

Elgar Basala Singkawijaya,S.Pd.,M.Pd

Dibuat Oleh
Andrea Puspita A (202170031)

UNIVERSITAS SILIWANGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. atas limpahan rahmat taufiq dan
hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta salam
semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW.

Penulis mengambil judul “Transformasi Lahan Pertanian”. Judul ini mengulas


tentang dampak lahan pertanian yang mulai berkurang karna beralih fungsi menjadi
pemukiman .

Dengan penuh rasa hormat atas bantuan dan bimbingan serta dorongan dari semua
pihak, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Allah Swt. yang telah memberikan nikmat dan karunia-Nya.


2. Bapak Elgar Balasa Singkawijaya, S.Pd., M.Pd. selaku dosen pengampu mata kuliah
Geografi Pertanian dan Industri
3. Orang tua kami yang senantiasa memberikan dukungan.
4. Teman-teman Geografi yang selalu memberi motivasi.

Semoga Allah SWT senantiasa membalas segala budi kebaikan mereka dan selalu
memberikan berkah-Nya. Semoga karya ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Jika ada salah
kata penulis mohon maaf. Kritik dan saran perlu penulis dapatkan demi membenahi
kekurangan yang ada.

Garut 23 April 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................i

DAFTAR ISI.............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................

1.1 Latar Belakang......................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.................................................................................................2

1.3 Tujuan...................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN............................................................................................

2.1 Pengertian Alih Fungsi Lahan..............................................................................3

2.2 Faktor- faktor Penyebab Alih Fungsi Lahan........................................................3

2.3 Permasalahan Alih Fungsi Lahan.........................................................................4

2.4 Kebijakan Nasional Yang Berpengaruh Pada Kegiatan Alih Fungsi Lahan.......5

2.5 Dampak dari Alih Fungsi Lahan..........................................................................6

BAB III PENUTUP....................................................................................................

3.1 Kesimpulan...........................................................................................................9

3.2 Saran.....................................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Tanah merupakan sumber daya penting dan strategis karena menyangkut hajat
hidup seluruh rakyat Indonesia yang sangat mendasar. Disamping itu tanah juga
memiliki karak teristik yang bersifat multi-dimensi, multi-sektoral, multidisiplin dan
memiliki kompleksitas yang tinggi. Sebagaimana diketahui masalah tanah memang
merupakan masalah yang sarat dengan berbagai kepentingan, baik ekonomi, sosial,
politik, bahkan untuk Indonesia, tanah juga mempunyai nilai religius yang tidak dapat
diukur secara ekonomis. Sifat konstan tanah dan terus bertambahnya manusia yang
membutuhkan tanah semakin menambah tinggi nilai tanah. Dari waktu ke waktu,
seiring dengan pertambahan penduduk, kemajuan teknologi dan industri, serta
pergeseran budaya, jumlah kebutuhan akan tanah terus meningkat. Pergeseran budaya
misalnya, telah merubah corak negara Indonesia yang dulu agraris menjadi negara
yang secara perlahan mengarah pada negara Industrı. Tanah yang dulu menjadi
sumber mata pencahaian utama sebagian besar rak yat khusu snya di bidang
pertanian, kini pemanfaatannya bergeser sebagai lahan yang diperuntukkan bagi
pembangunan, industri dan perdagangan.
Pola pemilikan dan penguasaan tanah juga semakin terkonsentrasi pada
sekelompok kecil masyarakat baik di pedesaan maupun perkotaan. Keadaan ini
berpenganuh pada tingkat kesejahteraan masyarakat, khususnya yang penghidupannya
bergantung pada tanah. Kebijakan pembangunan pemerintah yang menitikberatkan
pada pertumbuhan ekonomi dengan fokus pembangunan di bidang industri dan
perdagangan, tanpa memperhatikan masalah agraria sebagai basis pembangunan telah
berdampak pada alih fungsi tanah sekaligus magemalisasi masyarakat pedesaan. Alih
fungsi tanah juga terjadi di daerah perkotaan. Seiring dengan meningkatnya aktivitas
pembangunan khususnya di kota-kota besar, banyak lahan dan pemukiman penduduk
di sekitar pusat pemerintahan dan pusat perdagangan beralih fungsi menjadi pabrik,
pertokoan, atau fasilitas umum lainnya.
Meningkatnya kebutuhan akan tanah yang diperuntukkan bagi kegiatan
pembangunan baik yang dilakukan oleh pemerin tah maupun oleh swasta membawa
konsekuensi pada pemerintah untuk menyediakan lahan bagi kegiatan tersebut,
sementara lahan yang tersedia bersifat terbatas. Keadaan ini memaksa pemerintah
untuk melakukan pengambil alihan tanah rakyat.

1.2. Rumusan Masalah

1.Apa yang dimaksud dengan alih fungsi lahan ?


2.Faktor apa saja yang menyebabkan alih fungsi lahan?
3.Bagaimana kebijakan pemerintah terhadap alih fungsi lahan ?
4. Apa dampak dari alih fungsi lahan ?

1.3. Tujuan

1.Mengatahui apa itu alih fungsi lahan


2.Mengetahui permasalahan alih fungsi lahan pertanian
3.Mengetahui bagaimana dampak dari alih fungsi lahan
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Definisi Alih Fungsi Lahan

Lestari (2009) mendefinisikan alih fungsi lahan atau lazimnya disebut sebagai
konversi lahan adalah perubahan fungsi sebagian atau seluruh kawasan lahan dari
fungsinya semula (seperti yang direncanakan) menjadi fungsi lain yang menjadi
dampak negatif (masalah) terhadap lingkungan dan potensi lahan itu sendiri. Alih
fungsi lahan juga dapat diartikan sebagai perubahan untuk penggunaan lain
disebabkan oleh faktor-faktor yang secara garis besar meliputi keperluan untuk
memenuhi kebutuhan penduduk yang makin bertambah jumlahnya dan meningkatnya
tuntutan akan mutu kehidupan yang lebih baik.

Menurut Agus (2004) konversi lahan sawah adalah suatu proses yang
disengaja oleh manusia (anthropogenic), bukan suatu proses alami. Kita ketahui
bahwa percetakan sawah dilakukan dengan biaya tinggi, namun ironisnya konversi
lahan tersebut sulit dihindari dan terjadi setelah system produksi pada lahan sawah
tersebut berjalan dengan baik. Konversi lahan merupakan konsekuensi logis dari
peningkatan aktivitas dan jumlah penduduk serta proses pembangunan lainnya.
Konversi lahan pada dasarnya merupakan hal yang wajar terjadi, namun pada
kenyataannya konversi lahan menjadi masalah karena terjadi di atas lahan pertanian
yang masih produktif.

Menurut Kustiawan (1997) konversi lahan berarti alih fungsi atau mutasinya
lahan secara umum menyangkut transformasi dalam pengalokasian sumberdaya lahan
dari satu penggunaan ke penggunaan lainnya.

2.2. Faktor-faktor Penyebab Alih Fungsi Lahan

Proses terjadinya alih fungsi lahan pertanian ke penggunaan non pertanian


disebabkan oleh beberapa faktor. Supriyadi (2004) menyatakan bahwa setidaknya ada
tiga faktor penting yang menyebabkan terjadinya alih fungsi lahan sawah sebagai
berikut.
1. Faktor eksternal; merupakan faktor yang disebabkan oleh adanya dinamika
pertumbuhan perkotaan (fisik maupun spasial), demografi maupun ekonomi.
2. Faktor internal; faktor ini lebih melihat sisi yang disebabkan oleh kondisi
sosial ekonomi rumah tangga pertanian pengguna lahan.
3. Faktor kebijakan; yaitu aspek regulasi yang dikeluarkan.

Menurut Wahyunto (2001), perubahan penggunaan lahan dalam pelaksanaan


pembangunan tidak dapat dihindari. Perubahan tersebut terjadi karena dua hal,
pertama adanya keperluan untuk memenuhi kebutuhan penduduk yang makin
meningkat jumlahnya dan kedua berkaitan dengan meningkatnya tuntutan akan mutu
kehidupan yang lebih baik.

Menurut Fauziah (2005), menyebutkan bahwa alih fungsi lahan yang terjadi di
Indonesia bukan hanya karena peraturan perundang-undangan yang tidak efektif, baik
itu segi substansi ketentuannya yang tidak jelas dan tidak tegas, maupun penegaknya
yang tidak di dukung oleh pemerintah sendiri sebagai pejabat yang berwenang
memberikan izin pemfungsian suatu lahan. Tetapi juga tidak didukung oleh “tidak
menarik”nya sektor pertanian itu sendiri. Langka dan mahalnya pupuk, alat-alat
produksi lainnya, tenaga kerja pertanian yang semakin sedikit, serta diperkuat dengan
harga hasil pertanian yang fluktuatif, bahkan cenderung terus menurun drastis
mengakibatkan minat penduduk (atau pun sekedar mempertahankan fungsinya)
terhadap sektor pertanian pun menurun.

2.3. Permasalahan Alih Fungsi Lahan Pertanian

Konflik kepentingan yang cukup dilematis dihadapi pemerintah dalam


kaitannya dengan alih fungsi lahan pertanian. Di satu pihak, pemerintah daerah
berkewajiban untuk mempercepat laju pertumbuhan ekonomi melalui pengembangan
sektor-sektor industri, jasa, dan properti, namun di lain pihak, pemerintah juga harus
memberikan perhatian terhadap upaya mempertahankan/menjaga keberadaan lahan-
lahan pertanian untuk kelestarian produksi pertanian. Tanpa adanya upaya mengatasi
dilema tersebut melalui perbaikan peraturan/kebijakan pertanahan, sangat kecil
kemungkinan bagi sistem usaha tani untuk berlanjut seperti ditunjukkan oleh konversi
lahan sawah pada tiga dekade terakhir. Belum terlihat adanya terobosan teknologi
atau upaya pemerintah sebagai kompensasi turunnya produksi pertanian yang
diakibatkan oleh kehilangan lahan khususnya lahan-lahan yang beririgasi.
Sehubungan dengan masalah-masalah yang telah dikemukakan sebelumnya,
pemerintah telah mengusulkan beberapa alternatif kebijakan untuk membatasi atau
mencegah terjadinya alih fungsi lahan-lahan subur menjadi lahan-lahan nonpertanian
seperti kebijakan lahan yang mempertimbangkan aspek alokasi penggunaan lahan.
Berkembangnya sektor industri, jasa, dan properti pada era pertumbuhan ekonomi
sepuluh tahun terakhir, pada umumnya telah memberikan tekanan pada sektor
pertanian, terutama tanah sawah. Konflik penggunaan dan pemanfaatan lahan bersifat
dilematis mengingat peluang perluasan areal pertanian sudah sangat terbatas,
sementara tuntutan terhadap kebutuhan lahan untuk perkembangan sektor industri,
jasa, dan properti semakin meningkat. Dengan demikian perubahan penggunaan lahan
sejalan dengan pertumbuhan ekonomi regional tidak mungkin dapat dihindarkan. Bila
keadaan dilematis ini tidak segera diatasi dengan pengembangan kebijakan
pertanahan maka kelangsungan sistem pertanian sulit dipertahankan, mengingat
selama tiga dekade terakhir belum ada sesuatu terobosan teknologi dan kelembagaan
yang mampu mengkompensasi penurunan produksi pertanian akibat berkurangnya
tanah-tanah pertanian (khususnya sawah beririgasi teknis) yang dirubah
kepenggunaan lain. Permasalahan ini semakin kompleks di lapangan karena arah
kebijakan nasional dalam hal pengendalian alih fungsi lahan pertanian sering
bertabrakanbdengan kebijakan pemerintah daerah yang lebih memprioritaskan
kepentingan lokal dan kebijakan daerah. Walaupun penerapan kebijakan pengendalian
alih fungsi lahan masih dipandang cukup efektif dalam membatasi penggunaan lahan
sawah bagi kegiatan nonpertanian (seperti mekanisme perijinan lokasi dan penerapan
Rencana Tata Ruang Wilayah), namun ternyata masih banyak perilaku "spekulan
tanah" yang tidak terjangkau oleh penerapan kebijakan tersebut banyak dijumpai
kasus-kasus dimana para pemilik lahan pertanian secara sengaja mengubah fungsi
lahan agar lebih mudah untuk diperjualbelikan tanpa melalui mekanisme perijinan
atau pelanggaran Rencana Tata Ruang Wilayah yang ada.

2.4. Kebijakan Nasional Yang Berpengaruh Pada Kegiatan Alih Fungsi Lahan

1. Kebijakan privatisasi pembangunan kawasan industri sesuai Keputusan Presiden


Nomor 53 tahun 1989 yang telah memberikan keleluasaan kepada pihak swasta untuk
melakukan investasi dalam pembangunan kawasan industri dan memilih lokasinya
sesuai dengan mekanisme pasar.
Dampak kebijakan ini sangat berpengaruh pada peningkatan kebutuhan lahan sejak
tahun 1989, yang telah berorientasi pada lokasi subur dan menguntungkan dari
ketersediaan infrastruktur ekonomi.

2. Kebijakan pemerintah lainnya yang sangat berpengaruh terhadap perubahan fungsi


lahan pertanian ialah kebijakan pembangunan permukiman skala besar dan kota baru.
Akibat ikutan dari penerapan kebijakan ini ialah munculnya spekulan yang
mendorong minat para petani menjual lahannya.

3.Selain dua kebijakan tersebut, kebijakan deregu lasi dalam hal penanaman modal
dan perizinan sesuai Paket Kebijaksanaan Oktober Nomor 23 Tahun 1993
memberikan kemudahan dan penyederhanaan dalam pemrosesan perizinan lokasi.
Akibat kebijakan ini ialah terjadi peningkatan sangat nyata dalam hal permohonan
izin lokasi baik untuk kawasan industri, permukiman skala besar, maupun kawasan
pariwisata.

2.5. Dampak Alih Fungsi Lahan

Alih fungsi lahan sawah ke penggunaan non pertanian dapat berdampak


terhadap turunnya produksi pertanian, serta akan berdampak pada dimensi yang lebih
luas berkaitan dengan aspek-aspek perubahan orientasi ekonomi, sosial, budaya, dan
politik masyarakat. Menurut Somaji (1994), konversi lahan juga berdampak pada
menurunnya porsi dan pendapatan sektor pertanian petani pelaku konversi dan
menaikkan pendapatan dari sektor non – pertanian.

Sihaloho (2004) menjelaskan konversi lahan berimplikasi atau berdampak


pada perubahan struktur agrarian. Adapun perubahan yang terjadi sebagai berikut.

1. Perubahan pola penguasaan lahan. Pola penguasaan tanah dapat diketahui


dari kepemilikan tanah dan bagaimana tanah tersebut diakses oleh orang
lain. Perubahan yang terjadi akibat alih konversi yaitu terjadinya
perubahan jumlah penguasaan tanah. Dalam hal ini dapat dijelaskan bahwa
petani pemilik berubah menjadi penggarap dan petani penggarap berubah
menjadi buruh tani. Implikasi dari perubahan ini yaitu buruh tani sulit
mendapatkan lahan dan terjadinya proses marginalisasi.
2. Perubahan pola penggunaan tanah. Pola penggunaan tanah dapat dari
bagaimana masyarakat dan pihak – pihak lain memanfaatkan sumber daya
agrarian tersebut.
Konversi lahan menyebabkan pergesaran tenaga kerja dalam pemanfaatan
sumber agraria, khususnya tenaga kerja wanita. Konversi lahan
mempengaruhi berkurangnya kesempatan kerja di sektor pertanian. Selain
itu, konversi lahan menyebabkan perubahan pada pemanfaatan tanah
dengan intensitas pertanian yang makin tinggi. Implikasi langsung dari
perubahan ini adalah dimanfaatkannya lahan tanpa mengenal sistem
“bera”, khususnya untuk tanah sawah.
3. Perubahan pola hubungan agraria. Tanah yang makin terbatas
menyebabkan memudarnya sistem bagi hasil tanah “maro” menjadi
“mertelu”. Demikian juga dengan munculnya sistem tanah baru yaitu
sistem sewa dan sistem jual gadai. Perubahan terjadi karena meningkatnya
nilai tanah dan makin terbatasnya tanah.
4. Peruban pola nafkah agraria. Pola nafkah dikaji berdasarkan sistem mata
pencaharian masyarakat dan hasil – hasil produksi pertaanian
dibandingkan dengan hasil non pertanian. Keterbatasan lahan dan
keterdesakan ekonomi rumah tangga menyebabkan pergeseran sumber
mata pencaharian dari sektor pertanian ke sektor non pertanian.
5. Perubahan sosial dan komunitas. Konversi lahan menyebabkan
kemunduran kemampuan ekonomi (pendapatan yang makin menurun).
Alih fungsi lahan yang tidak terkendali dan terjadi secara berlebihan sudah
tentu akan berdampak negatif bagi masa depan pertanian. Apalagi
Indonesia dikenal sebagai negara agraris Dengan sawah terbentang luas
dari sabang sampai merauke. Jika lahan pertanian berkurang atau bahkan
habis dikonversi maka Indonesia akan mengalami krisis pangan. Dari
tahun ke tahun, luas lahan produktif yang beralih fungsi terus bertambah,
yang akan mengakibatkan terjadi enurunan produksi pangan nasional.
Sedangkan kebutuhan pangan penduduk semakin besar karena adanya
pertumbuhan penduduk yang juga semakin besar. Untuk memenuhi
kebutuhan pangan masyarakat yang semakin meningkat, otomatis
diperlukan lahan pertanian yang luas pula. Namun, dengan adanya alih
fungsi lahan maka produksi pangan mengalami penurunan dan kebutuhan
masyarakat akan sangat sulit dipenuhi (Timnine, 2015). Dampak alih
fungsi lahan secara langsung mengurangi luas lahan sektor pertanian yang
dapat ditanami berbagai komoditas pertanian yang dapat ditanami berbagai
komoditas pertanian terutama padi.
Apabila hal ini terus dibiarkan dan tidak ada penanganan lebih lanjut,
maka dampaknya akan mengancam ketahanan pangan (Depkeu, 2014).

BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Alih fungsi lahan adalah suatu proses yang disengaja oleh manusia
(anthropogenic) dengan perubahan fungsi sebagian atau seluruh kawasan lahan dari
fungsinya semula (seperti yang direncanakan) menjadi fungsi lain yang menjadi
dampak negatif (masalah) terhadap lingkungan dan potensi lahan itu sendiri. Selain
itu, disebabkan oleh beberapa faktor yaitu: pertama faktor eksternal; merupakan
faktor yang disebabkan oleh adanya dinamika pertumbuhan perkotaan, kedua faktor
internal; faktor ini lebih melihat sisi yang disebabkan oleh kondisi sosial ekonomi,
ketiga faktor kebijakan; yaitu aspek regulasi. Pada perubahan penggunaan lahan
dalam pelaksanaan pembangunan tidak dapat dihindari. Perubahan tersebut terjadi
karena dua hal, pertama adanya keperluan untuk memenuhi kebutuhan makin
kebutuhan penduduk dan meningkatnya tuntutan akan mutu kehidupan yang lebih
baik. Dalam hal ini alih fungsi lahan yang terjadi di Indonesia bukan hanya karena
peraturan perundang-undangan yang tidak efektif, tetapi juga tidak didukung oleh
tidak menariknya sektor pertanian itu sendiri. Langka dan mahalnya pupuk, alat-alat
produksi lainnya, tenaga kerja pertanian yang semakin sedikit, serta diperkuat dengan
harga hasil pertanian yang fluktuatif.

3.2 Saran
Pertanian tidak boleh berhenti untuk memenuhi kebutuhan pangan seluruh
masyarakat Indonesia. Begitu juga dengan olah tanah, olah tanam, hingga masa
panen. Karena masalah pangan adalah masalah yang sangat utama dan mempengaruhi
hidup matinya suatu bangsa maka dari itu lahan pertanian harus tetap terjaga

DAFTAR PUSTAKA

Dr Eva Banopati dan Sriyanto (2013) Geografi Pertanian, Yogyakarta : Penerbit Ombak

Sartohadi Junun dkk ( 2016) Pengantar Geografi Tanah, Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Reinjntjes Coen dkk (1992) Pertanian Masa Depan , Yogyakarta : Kanisius

Anda mungkin juga menyukai