Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Handasah adalah ilmu ukur tanah. Ilmu ukur tanah merupakan ilmu,
seni, dan teknologi untuk menyajikan bentuk permukaan bumi baik unsur
alam maupun unsur buatan manusia pada bidang yang dianggap datar.
Ilmu ukur tanah adalah bagian dari ilmu geodesi yang mempelajari
cara-cara pengukuran di permukaan bumi dan di bawah tanah untuk
menentukan posisi relatif atau absolut titik-titik pada permukaan tanah, di
atasnya atau di bawahnya, dalam memenuhi kebutuhan seperti pemetaan dan
penentuan posisi relatif suatu daerah.
Secara umum Ilmu Ukur Tanah adalah ilmu yang mempelajari caracara pengukuran yang diperlukan untuk menyatakan kedudukan titik
dipermukaan. Ilmu Ukur Tanah merupakan bagian dari ilmu yang dinamakan
ilmu Geodesi. Dalam hal yang dapat kita pelajari adalah ilmu geodesi dengan
maksud praktis. Jadi Ilmu Geodesi yang kita pelajari adalah peta. Artinya
bagaimana melakukan pengukuran diatas permukaan bumi yang mempunyai
bentuk yang tidak beraturan karena adanya perbedaan ketinggian tempat
antara satu dengan yang lainnya. Penempatan lokasi yang ada secara tepat
dan sistematis termasuk bagian dari geodesi.
Jadi, handasah adalah ilmu ukur tanah yang menyajikan bentuk
permukaan bumi baik unsur alam maupun buatan manusia melalui
pengukuran langsung di lapangan dengan hasil akhir berupa penyajian dalam
bentuk peta.
Berdasarkan hal tersebut, dalam rangka meningkatkan dan menambah
ilmu pengetahuan dan pengalaman bagi mahasiswa dalam bidang Ilmu ukur
tanah (Handasah), maka dalam kurikulum yang berlaku dalam jurusan
Geografi, menganjurkan mahasiswa semester V mengikuti mata kuliah
Handasah yang disertai dengan praktikum lapang agar mahasiswa mampu

14

mengetahui teori dan aplikasinya di lapangan.


B. Tujuan

Adapun tujuan dari praktek lapangan ini adalah sebagai berikut:


1. Untuk mengetahui langkah-langkah pengukuran tanah di lapangan.
2. Untuk mengetahui teknik-teknik pengukuran dan penggunaan alat
pengukuran tanah yang baik di lapangan.
3. Untuk mengetahui cara pengolahan data dari lapangan menjadi sebuah
peta.
C. Manfaat
Adapun manfaat dari praktek lapangan ini adalah sebagai berikut:
1. Mahasiswa dapat mengetahui langkah-langkah pengukuran tanah di
lapangan
2. Mahasiswa dapat mengetahui teknik-teknik pengukuran dan penggunaan
alat pengukuran tanah yang baik di lapangan.
3. Mahasiswa dapat mengetahui cara pengolahan data dari lapangan menjadi

14

sebuah peta.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Handasah
Handasah adalah ilmu ukur tanah. Ilmu ukur tanah merupakan ilmu,
seni, dan teknologi untuk menyajikan bentuk permukaan bumi baik unsur
alam maupun unsur buatan manusia pada bidang yang dianggap datar.
lmu ukur tanah adalah bagian dari ilmu geodesi yang mempelajari
cara-cara pengukuran di permukaan bumi dan di bawah tanah untuk
menentukan posisi relatif atau absolut titik-titik pada permukaan tanah, di
atasnya atau di bawahnya, dalam memenuhi kebutuhan seperti pemetaan dan
penentuan posisi relatif suatu daerah.
Ilmu Geodesi mempunyai dua maksud, yaitu :
1. Maksud ilmiah

: menentukan permukaan bumi.

2. Maksud Praktis

: Membuat bayangan dari sebagian besar atau kecil

permukaan bumi yang dinamakan peta.


Ilmu Ukur Tanah sendiri terbagi menjadi dua bagian penting, yaitu :
1. Geodesi rendah yang disebut Ilmu Ukur Tanah (Plane Surveying).
2. Geodesi tinggi yang disebut Geodetical Surveying.
Dalam hal yang dapat kita pelajari adalah ilmu geodesi dengan
maksud praktis. Jadi Ilmu Geodesi yang kita pelajari adalah peta. Artinya
bagaimana melakukan pengukuran diatas permukaan bumi yang mempunyai
bentuk yang tidak beraturan karena adanya perbedaan ketinggian tempat
antara satu dengan yang lainnya. Penempatan lokasi yang ada secara tepat
dan sistematis termasuk bagian dari geodesi.
B. Arti Penting Pengukuran Tanah
Pengukuran tanah sangat diperlukan dalam kehidupan modern,
terutama oleh manusia karena hasil-haslnya diakai untuk :
1. memetakan bumi (daratan dan perairan)
2. menyiapkan peta navigasi perhubungan darat, laut dan udara;
3. memetakan batas-batas pemilikan tanah baik perorangan maupun

14

perusahaan dan tanah negara

4. menentukan fakta tentang ukuran, bentuk, gaya berat dan medan magnit
bumi serta ,mempersiapkan peta bulan , planet dan benda angkasa
lainnya.
Dibidang teknik sipil maupun pertambangan sangat memerlukan data
yang akurat untuk pembangunan jalan, jembatan, saluran irigasi, lapangan
udara, pehubungan cepat, sistem penyediaan air bersih pengkaplingan tanah
perkotaan, jalur pipa, penambangan, terowongan. Semua itu diperlukan
pengukuran tanah yang hasilnya beruapa peta untuk perencanaan.
Agar hasilnya dapat dipertanggung jawabkan maka pengkuran harus
dilakukan secara benar, tepat dan akurat. Hal ini perlu sekali diketahui baik
oleh surveyor maupun para insinyur.
C. Alat-Alat Pengukuran Handasah
Alat-alat ukur tanah (Handasah) adalah alat-alat yang dipersiapkan
guna mengukur jarak dan atau sudut. Alat-alat yang digunakan ada yang
tergolong sederhana dan ada yang tergolong modern. Sederhana atau
modernnya alat ini dapat dilihat dari komponen alatnya dan cara
menggunakannya.
Pada umumnya dikenal dikenal bebrapa alat ukur, antara lain :
1. Theodolite (Alat Ukur Sudut)
Teodolit adalah alat ukur sudut baik horizontal maupun vertikal
sehingga pada alat ini teropong harus dapat berputar pada dua lingkaran
berskala, yaitu lingkaran berskala tegak dan mendatar. Alat ini juga
tergolong alat berkaki tiga yaitu pada operasionalnya harus terpasang
berkaki tiga atau statif.

I. Prinsip kerja alat.


Teropong atau lebih tegasnya benag diafragma mendatar pada jarak

14

tertentu, bila diputar mendatar harus membentuk bidang horizontaldan

benang diafragma tegak bila diputar ke arah tegak harus membentuk atau
mengikuti bidang vertikal.
II. Kegunaan alat.
Teodolit dinyatakan sebagai alat ukur sudut, karena alat ini
disiapkan atau dirancang untuk mengukur sudut baik sudut vertikal
maupun horizontal. Oleh karena itu kegunaan alat ukur ini adalah untuk
mengukur sudut. Kegunaan lain alat ukur ini yaitu dengan bantuan rambu
ukur dapat digunakan sebagai pengukur jarak baik jarak horizontal
maupun miring dan mengukur beda tinggi dengan menggunakan metode.
Theodolit dipasang di tripod. Sumbu kesatu sudah dalam keadaan tegak,
yang diperlihatkan oleh kedudukan gelembung nivo kotak ada di tengah.
Sumbu kedua sudah dalam keadaan mendatar, yang diperlihatkan oleh
gelembung nivo tabung ada di tengah. Pada pembidikan alat yang diatur
adalah benangnya karena teropong theodolit penggunaannya tidak harus
mendatar.
III. Bagian alat alat ukur beserta fungsinya :
1. Teropong, berfungsi sebagai pembidik
2. Visir, selain berfungsi sebagai alat pengarah secara kasar, juga berfungsi
sebagai penunjuk bacaan sudut, yaitu apabila posisinya berada di atas
maka pembacaan alat disebut sebagai bacaan biasa, sedangkan bila
posisi visir ada di bawah maka disebut sebagai bacaan luar biasa.
Bacaan biasa dan luar biasa berselisih 1800 atau 200g
3. Nivo tabuung, sebagai petunjuk pengaturan sumbu kedua atau sumbu
mendatar gelembung nivo berada di tegah berarti sumbu kedua dalam
keadaan mendatar.
4. Kunci gerakan vertical, berfungsi untuk mengunci agar teropong tidak
bergerak kea rah vertical dan bila terkunci gerakan halus vertical akan
berfungsi.
5. Sumbu kedua, berfungsi agar teropong dapat bergerak atau berputar kea

14

rah vertical.

6. Pemokus bidikan, berfungsi memperjelas sasaran yang di bidik.


7. Pemokus diafragma, berfungsi memperjelas keberadaan benang
diafragma.
8. Teropong alat pembacaan sudut vertical.
9. Lingkaran vertical, lingkaran berskala yang menunjukkan bacaan sudut
vertical.
10. Pemokus bacaaan sudut vertical, berfungsi memperjelas skala bacaan
sudut vertical.
11. Skrup pengatur gerakan halus vertical, berfungsi untuk menepatkan
bidikan atau benang diafragma mendatar pada tinggi bidikan yang
dikehendaki.
12. Skrup pengatur nivo tabung, berfungsi mengatur gelembung nivo
tabung
13. Teropong alat baca sudut horizontal, berfungsi melihat bacaan sudut
Horizontal
14. Pemokus bacaan sudut horizontal, untuk memperjelas skala bacaan
sudut horizontal
15. Kunci gerakaan horizontal, untuk mengunci agar teropong tidak
berputar atau bergerak kearah horizontal dan memfungsikan gerakan
halus horizontal
16. Skrup pengatur gerakan halus horizontal, untuk menggerakkan bidikan
atau benang diafragma tegak ke arah horizontal sehingga tepat ke
sasaran.
17. Vernier, untuk menghimpitkan skala atas dan bawah pada bacaan sudut
horizontal dan sebagai tambahan bacaan sudut horizontal dalam satuan
menit atau centigridnya
18. Sumbu tegak atau sumbu ke satu, berfungsi agar teropong dapat
berputar ke arah horizontal
19. Nivo kotak, berfungsi sebagai vertikalnya sumbu kesatu

14

20. Tiga skrup pendatar, untuk sebagai pengatur nivo kotak

21. Kunci Bousol, untuk mengunci atau melepaskan kuncian dari


lingkaran horizontal berskala sebagai penunjuk bacaan sudut horizontal
yang dapat bergerak seperti kompas. Bila kunci Bousul di buka bacaan
sudut horizontal menunjukkanbacaan azimuth dari arah tersebut
22. Bousol, berfungsi sebagai kompas bidikan atau bacaan sudut azimuth
dari arah bidikan.
IV. Cara Mengoperasikan Alat Ukur Teodolit
Adapun cara pengukuran dengan menggunakan theodolit adalah
sebagai berikut:
a. Menentukan lokasi yang akan diukur luasannya
b. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan (theodolit, kompas
biasa, dan tiang skala)
c. Pasang threefoot pada titik yang telah ditentukan kemudian pasang
dan atur kedudukan theodolit sehingga kedudukannya seimbang.
d. Sejajarkan kedudukan tiga skrup pengatur nivo mata sapi agar
memudahkan memasukkan atau pengaturan nivo mata sapi
e. Untuk memastikan titik yang digunakan atau titk pengukuran sesuai
atau tidak melenceng/ bergeser, lihat titik dengan menggunakan
optikal plummet / skrup refitisi pada theodolit dan pastikan titiknya
pas ditengah (pas ditengah jika dilihat pada skruf refitisi, jadi untuk
memudahkan melihat titik pengukuran beri paku atau patok atau
benda yang bisa dilihat pada skrup refitisi), untuk melihat titik pada
skrup refitisi angkat 2 kaki threefoot yang berada di kanan dan kiri
pengamat atau atur panjang pendek kaki threefot sehingga titik
pengukuran pas berada di tengah akan tetapi pastikan salah satu kaki
trheefot yang tidak terangkat tertancap agar pada saat mengangkat 2
kaki threefot lainnya theodolit tidak jatuh dan tidak bergerak.
f. Masukkan nivo mata sapi dengan menggunakan tiga skruf pengatur
nivo mata sapi, Kegiatan pada bagian E juga mempermudah dalam
memasukkan nivo mata sapi.
g. Setelah mamasukkan nivo mata sapi, ukur tinggi theodolit
h. Langkah selanjutnya nyalakan theodolit dengan menekan tombol

14

power pada theodolit kemudian

lepas semua pengunci theodolit

(pengunci tropong dan skrup pengunci Vertikal) hal ini dilakukan agar
pembacaan nilai vertikal anggel dan horizontal anggel pada monitor
theodolit tidak error.
i. Dengan menggunakan kompas biasa utarakan theodolit akan tetapi
sebelum mengarahkan keutara netralkan theodolit (nolkan VA pada
layar monitor theodolit) dengan menekan tombol oset 2 kali lalu kunci
dengan menekan tombol hold. Setelah mengarah ke utara tekan
tombol hold untuk melepas kunci.
j. Arahkan theodolit pada tiang skala dengan cara sejajarkan segitiga
dengan theodolit. Setelah sejajar lihat pada tropong (jika objek/ tiang
skala pada teropong tidak jelas gunakan skrup okuler dan objejektif
untuk memperjelas) dan titik fokus pada tropong sejajar/ pas dengan
tinggi theodolit setelah pas kunci tropong dan kunci theodolit dengan
menggunakan skrup pengunci vertikal kemudian catat batas atas dan
batas bawah akan tetapi jika dalam pengukuran terdapat hambatan
sehingga tidak memungkinkan untuk menggunakan tinggi theodolit
maka kita bisa menetukan titik tengah dan catat batas atas dan batas
bawahnya.
k. Catat nilai VA dan HA pada layar monitor theodolit
l. Lakukan kegiatan C sampai K pada setiap titik pengukuran
sampai titik akhir.

14

Gambar 1. Theodolite

2. Waterpass
Waterpass adalah alat yang dipakai untuk mengukur perbedaan
ketinggian dari satu titik acuan ke titik berikutnya. Waterpass ini
dilengkapi dengan kaca dan gelembung kecil di dalamnya. Untuk
mengecek apakah sudah terpasang dengan benar, perhatikan gelembung di
dalam kaca berbentuk bulat. Jika gelembung tepat berada di tengah, itu
artinya waterpass telah terpasang dengan benar. Pada waterpass, terdapat
lensa untuk melihat sasaran bidik.
Alat ukur waterpas yang sederhana hanya terdiri dari empat
komponen yaitu:
1. Teropong yang didalamnya terdapat lensa obyektif, lensa okuler dan
diafragma,
2. Nivo kotak dan nivo tabung
3. Sumbu satu dan,
4. Tiga skrup pendatar.
Namun bagian bagian utama dari alat ukur waterpas NK1/NK2
dan fungsinya sbb:
1. Teropong, berfungsi sebagai alat pembidik.
2. Visir, berfungsi sebagai alat pengarah bidikan secaara kasar sebelum
dibidik dilakukan melalui teropong atau lubang tempat membidik.
3. Lubang tempat membidik.
4. Nivo kotak, digunakansebagai penunjuk Sumbu Satu dalam keadaan
tegak atau tidak. Bila nivo berada ditengah berarti Sumbu Satu dalam
keadaan tegak.
5. Nivo tabung adalah penunjuk apakah garis bidik sejajar garis nivo atau
tidak. Bilagelembung nivo berada di tengah atau nivo U membentuk
huruf U, berarti garis bidik sudah sejajar garis nivo.
6. Pemokus diafragma, berfungsi untuk memperjelas keadaan benang
diafragma.
7. Skrup pemokus bidikan, berfungsi untuk mengatur agar sasaran yang
dibidik dari teropong terlihat dengan jelas.
8. Tiga skrup pendatar, berfungsi untuk mengatur gelembung nivo kotak
9. Skrup pengatur nivo U, berfungsi untuk mengatur nivo U membentuk

14

huruf U

10. Skrup pengatur gerakan halus horizontal, berfungsi untuk menepatkan


bidikan benang difragmategak tepat disasaran yang dibidik
11. Sumbu tegak atau sumbu satu (tidak nampak), berfungsi agar teropong
dapat diputar kearah horizontal
12. Lingkaran horizontal berskala yang berada di badan alat berfungsi
sebagai alat bacaan sudut horizontal
13. Lubang tempat membaca sudut horizontal.
14. Pemokus bacaan sudut, berfungsi untuk memperjelas skala bacaan
sudut

3. Meteran
Meteran, sering disebut pita ukur atau tape karena umumnya tersaji
dalam bentuk pita dengan panjang tertentu. Sering juga disebut rol meter
karena umumnya pita ukur ini pada keadaan tidak dipakai atau disimpan
dalam bentuk gulungan atau rol.
Kegunaan

14

I.

Kegunaan utama atau yang umum dari meteran ini adalah untuk
mengukur jarak atau panjang. Kegunaan lain yang juga pada dasarnya
adalah melakukan pengukuran jarak, antara lain (1) mengukur sudut baik
sudut horizontal maupun sudut vertikal atau lereng, (2) membuat sudut
siku-siku, dan (3) membuat lingkaran.
II.

Spesifikasi Alat
Meteran mempunyai spesifikasi antara lain :
(1) Satuan ukuran yang digunakan ada 2 satuan ukuran yang biasa
digunakan, yaitu satuan Inggris ( inch, feet, yard) dan satuan metrik
( mm, cm, m)
(2) Satuan terkecil yang digunakan mm atau cm , inch atau feet
(3) Daya muai, yaitu tingkat pemuaian akibat perubahan suhu udara
(4) Daya regang, yaitu perubahan panjang akibat tegangan atau tarikan
(5) Penyajian angka nol. Angka atau bacaan nol pada meteran ada yang
dinyatakan tepat di ujung awal meteran dan ada pula yang dinyatakan
pada jarak tertentu dari ujung awal meteran.
III. Cara Menggunakan
Cara menggunakan alat ini relatif sederhana, cukup dengan
merentangkan meteran ini dari ujung satu ke ujung lain dari objek yang
diukur.Namun demikian untuk hasil yang lebih akurat cara menggunkan
alat ini sebaiknya dilakukan sebagai berikut:
a. Lakukan oleh 2 orang
b. Seorang memegang ujung awal dan meletakan angka nol meteran di
titik yang pertama
c. Seorang lagi memegang rol meter menuju ke titik pengukuran lainnya,
tarik meteran selurus mungkin dan letakan meteran di titik yang dituju
dan baca angka meteran yang tepat di titik tersebut.

4. Kompas
Kompas adalah sebuah alat dengan komponen utamanya jarum dan
lingkaran berskala. Salah satu ujung jarumnya dibuat dari besi berani atau
magnet yang ditengahnya terpasang pada suatu sumbu, sehinngga dalam

14

keadaan mendatar jarum magnit dapat bergerak bebas ke arah horizontal

atau mendatar menuju arah utara atau selatan. Kompas yang lebih baik
dilengkapi dengan nivo, cairan untuk menstabilkan gerakan jarum dan alat
pembidik atau visir.
I.

Kegunaan
Kegunaan utama atau yang umum dari kompas adalah untuk
menentukan arah mata angin terutama arah utara atau selatan sesuai
dengan magnit yang digunakan. Kegunaan lain yang juga didasarkan pada
penunjukkan arah utara atau selatan adalah (1) penentuan arah dari satu
titik/tempat lain, yang ditunjukkan oleh besarnya sudut azimut, yaitu
besarnya sudut yang dimulai dari arah utara atau selatan, bergerak searah
jarum jam sampai di arah yang dimaksud, (2) mengukur sudut horizontal
dan (3) membuat sudut siku-siku.
Spesifikasi Alat
Alat ini mempunyai spesifikasi, antara lain:
(1). Jarum magnit yang digunakan sebagai patokan mengarah ke utara atau
selatan,
(2). Satuan skala ukuran sudut yang digunakan derajat atau grid.
III. Cara Menggunakan
Cara menggunakan kompas untuk menentukan arah ke suatu tujuan
dibedakan

sesuai

dengan

jenis

kompas

yang

dipakai,

yaitu

a. Alat cukup dengan dipegang tangan di atas titik pengamatan


b. Atur agar alat dalam keadaan mendatar agar jarum dapat bergerak
dengan bebas. Kalau alat ini dilengkapi dengan nivo atur gelembung nivo
ada di tengah

14

II.

c. Baca angka skala lingkaran yang menuju arah/titik yang dimaksud.

14

Gambar 2. Kompas Biasa

BAB III
METODE PRAKTIKUM
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kelurahan Bonto Leru kecamatan
Tinggimoncong Kabupaten Gowa, yang dilaksanakan pada hari Sabtu 10
Januari- Minggu 11 Januari 2015.
B. Alat dan bahan
1. Alat :
a) Theodolite
b) Kompas bidik
c) Tiang skala
d) Jas Hujan
e) Payung
2. Bahan :
a) Alat tulis menulis
C. Teknik dan Analisis Data
Terdapat 3 teknik tahapan dalam kegiatan pemetaan, yaitu sebagai
berikut:
1. Pengumpulan Data/Pengukuran (Akuisasi Data)
Pengumpulan data merupakan teknik atau cara yang dilakukan untuk
mengumpulkan data. Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh
informasi yang dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan penelitian
(Gulo, 2002 : 110).
Setiap metode pada prinsipnya akan memerlukan:
a. Titik kontrol (horizontal dan vertikal)
b. Koordinat titik-titik obyek relatif terhadap titik control
Urutan dalam pengumpulan data ini yaitu:
a. Langsung ke lapangan
b. Menyiapkan alat ukur
c. Mengetahui satuan yang digunakan, dan
d. Mendapatkan data yang dibutuhkan
Terdapat beberapa jenis data yang di ukur dalam pengamatan
langsung dilapangan, yaitu:
a. Jarak (Panjang, lebar, tinggi, luas, dan volume dan lain-lain)
b. Sudut, berupa kemiringan lereng dan arah (kompas)
c. Koordinat, yaitu titik dimana penelitian dilakukan
Pengolahan Data

14

2.

Pengolahan data adalah pengolahan yang dilakukan oleh surveyor setelah


melakukan pengamatan pada obyek yang dituju. Dalam handasah
pengolahan data ini dilakukan secara manual atau dapat menggunakan
Sistem Informasi Geografi (SIG). Pengolahan ini dapat berupa analisis
yang dilakukan menggunakan software-software terkait.
3.

Perepresentasian Data dan Informasi (Penggambaran/Lay Out)


Penggambaran data merupakan tahap akhir dari sebuah penelitian dan
pengukuran terhadap suatu obyek. Penggambaran ini dilakukan pada
sebuah media yang dapat dikatakan berbentuk bidang datar, berupa peta.
Peta memberikan informasi mengenai suatu hal yang akan memberikan
kemudahan bagi penggunanya.

D. Cara kerja
1. Cara Pengukuran dengan Menggunakan Theodolit
Adapun cara pengukuran dengan menggunakan theodolit adalah
sebagai berikut:
4. Menentukan lokasi yang akan diukur luasannya
5. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan (theodolit, kompas
biasa, dan tiang skala)
6. Pasang threefoot pada titik yang telah ditentukan kemudian pasang
dan atur kedudukan theodolit sehingga kedudukannya seimbang.
7. Sejajarkan kedudukan tiga skrup pengatur nivo mata sapi agar
memudahkan memasukkan atau pengaturan nivo mata sapi
8. Untuk memastikan titik yang digunakan atau titk pengukuran sesuai
atau tidak melenceng/ bergeser, lihat titik dengan menggunakan
optikal plummet / skrup refitisi pada theodolit dan pastikan titiknya
pas ditengah (pas ditengah jika dilihat pada skruf refitisi, jadi untuk
memudahkan melihat titik pengukuran beri paku atau patok atau
benda yang bisa dilihat pada skrup refitisi), untuk melihat titik pada
skrup refitisi angkat 2 kaki threefoot yang berada di kanan dan kiri
pengamat atau atur panjang pendek kaki threefot sehingga titik

14

pengukuran pas berada di tengah akan tetapi pastikan salah satu kaki

trheefot yang tidak terangkat tertancap agar pada saat mengangkat 2


kaki threefot lainnya theodolit tidak jatuh dan tidak bergerak.
9. Masukkan nivo mata sapi dengan menggunakan tiga skruf pengatur
nivo mata sapi, Kegiatan pada bagian E juga mempermudah dalam
memasukkan nivo mata sapi.
10. Setelah mamasukkan nivo mata sapi, ukur tinggi theodolit
11. Langkah selanjutnya nyalakan theodolit dengan menekan tombol
power pada theodolit kemudian

lepas semua pengunci theodolit

(pengunci tropong dan skrup pengunci Vertikal) hal ini dilakukan agar
pembacaan nilai vertikal anggel dan horizontal anggel pada monitor
theodolit tidak error.
12. Dengan menggunakan kompas biasa utarakan theodolit akan tetapi
sebelum mengarahkan keutara netralkan theodolit (nolkan VA pada
layar monitor theodolit) dengan menekan tombol oset 2 kali lalu kunci
dengan menekan tombol hold. Setelah mengarah ke utara tekan
tombol hold untuk melepas kunci.
13. Arahkan theodolit pada tiang skala dengan cara sejajarkan segitiga
dengan theodolit. Setelah sejajar lihat pada tropong (jika objek/ tiang
skala pada teropong tidak jelas gunakan skrup okuler dan objejektif
untuk memperjelas) dan titik fokus pada tropong sejajar/ pas dengan
tinggi theodolit setelah pas kunci tropong dan kunci theodolit dengan
menggunakan skrup pengunci vertikal kemudian catat batas atas dan
batas bawah akan tetapi jika dalam pengukuran terdapat hambatan
sehingga tidak memungkinkan untuk menggunakan tinggi theodolit
maka kita bisa menetukan titik tengah dan catat batas atas dan batas
bawahnya.
14. Catat nilai VA dan HA pada layar monitor theodolit
15. Lakukan kegiatan C sampai K pada setiap titik pengukuran
sampai titik akrir.
2. Cara Penggambaran Peta LuasJurusan Geografi
Daalam penggambaran peta luasan jurusan Geografi ada dua cara
penggambaran peta yang digunakan yaitu penggambaran peta secara
manual dengan penggambaran peta secara digital. Adapun langkah-

14

langkah penggambaran peta luasan yaitu sebagai berikut::

Penggambaran Peta Luasan Secara Manual


Langkah-langkah yang ditempuh dalam penggambaran peta
secara manual yaiu sebagai berikut:
a. Mengolah data mentah yang merupakan hasil pengukuran
dilapangan.
b. Menyiapkan

alat

dan

bahan

yang

digunakan

dalam

penggambaran peta (Pulpen Rotrin, Mistar, Kertas Kalkir, Busur


Derajat)
c. Memberi garis pinggir pada kertas kalkir yang akan digunakan
untuk menggambar peta.
d. Mulai menggambar peta luasan pada kertas kalkir yang telah
digaris pinggir dengan cara:
Tentukan skala peta yang akan digunakan
pada titik pertama pengukuran yang telah diolah datanya
(Langkah a) tentukan posisinya, selanjutnya dengan
menngunakan busur tarik garis yang sesuai dengan jarak
pengukuran titik pertma ketitik selanjutnya yang telah
disesuaikan dengan skala peta dan sesuai dengan arah yang
pengukuran dari titik pertama keitik selanjutnya api dengan
catatan cara penggunaan busur nol-nya)/ arah utaranya
searah dengan arah utara peta atau mengarah kegaris atas

kertas.
Lakukan langkah-langkah diatas pada titik-titik selanjutnya
sampai titik terakhir pengukuran, hingga peta akan
membentuk poligon sehingga dapat dihitung luasanya.
Seelah itu tulis judul, skala, legenda, digambar oleh,
diperiksa oleh, nama instansi (jurusan Geografi FMIPA
UNM) dan arah mata angin.

14

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

14

A. Hasil

14

14

Menghitung Jarak Desimal kolompok 1:

1. 900 27 37 = 900 + 0,45 + 0,010 = 90,460


Jd = (sin 90,46 )2 x 11
=90,462 x 11
= 0,9992 x 11
= 10,97 m
2. 810 01 56 = 810 + 0,0160 + 0,0150 = 81,0310
Jd = (sin 81,0310)2 x 17
= 0,9872 x 17
= 0,974 x 17
= 16,558 m
3. 1020 55 29 = 1020 + 0,9170 + 0,008 = 102,9250
Jd = (sin 102,9250) x 37
= (0,975)2 x 37
= 0,950 x 37
= 35,15 m
0
4. 77 25 20 = 770 + 0,4160 + 0,0050 = 77,4210
Jd = (sin 77,4210)2 x 30
= (0,975)2 x 30
= 0,95 x 30
= 28 ,5 m
0
5. 90 40 02 = 900 + 0,06660 + 0,00050 = 90,06710
Jd = (sin 90,06710)2 x 13
= (0,99)2 x 13
= 12,74 m
0
6. 98 06 08 = 980 + 0.10 + 0,0012= 98,100
Jd = (sin 98,100)2 x 15
= (0,99)2 x 15
= 14,7 m
7. 970 46 50 = 970 + 0,760 + 0,0130 = 97,770
Jd = (sin 97,770)2 x 44
= (0,98)2 x 44
= 44,98m

14

8. 790 04 20 = 790 + 0,0660 + 0,0050 = 79,070


Jd = (sin 79,070)2 x 32
= (0,98)2 x 32
= 0,96 x 32
= 30,72 m
9. 1000 36 48 = 1000 + 0,60 + 0,0130 = 100,6130
Jd = (sin 100,6130)2 x 42
= (0,982)2 x 42

= 40,501 m
10. 830 54 55 = 830 + 0,90 + 0,0150 = 83,9150
Jd = (sin 83,9150)2 x 10
= (0,994)2 x 10
= 9,88 m
0
11. 86 44 31 = 860 + 0,733 + 0,0080 = 86,7410
Jd = (sin 86,741 )2 x 12
=0,9982 x 12
= 11,95 m
12. 890 37 35 = 890 + 0,6160 + 0,0090 = 89,6250
Jd = (sin 89,6250)2 x 9
= 0,9992 x 9
= 8,98 m
13. 2740 15 28 = 2740 + 0,250 + 0,007 = 274,2570
Jd = (sin 274,2570) x 18
= (0,997)2 x 18
= 17,89 m
0
14. 85 19 47 = 850 + 0,3160 + 0,0130 = 85,0260
Jd = (sin 85,0260)2 x 37
= (0,996)2 x 37
= 36,70 m
15. 1000 32 59 = 1000 + 0,5330 + 0,0160 = 100,5490
Jd = (sin 100,549)2 x 39
= (0,983)2 x 39
= 37,68 m
16. 860 09 48 = 860 + 0.150 + 0,013= 86,1630
Jd = (sin 86,1630)2 x 15
= (0,997)2 x 15
= 14,91 m
17. 1010 36 28 = 1010 + 0,5830 + 0,0070 = 101,590
Jd = (sin 101,590)2 x 38
= (0,979)2 x 38
= 36,42m
18. 790 31 43 = 790 + 0,5160 + 0,0110 = 79,5270
Jd = (sin 79,5270)2 x 12,5
= (0,983)2 x 12,5
= 12,07 m
19. 880 17 59 = 880 + 0,2830 + 0,0160 = 88,2990
Jd = (sin 88,2990)2 x 4
= (0,999)2 x 4
= 3,99 m
Menghitung Jarak Desimal Kelompok 2:

14

20. 1070 37 56 = 1070 + 0,6 + 0,020 = 107,620


Jd = (sin 107,620)2 x 15
= (0,95)2 x 15
= 0,9025 x 15
= 13, 54 m

14

21. 2840 43 57 = 2840 + 0,70 + 0,020 = 284,720


Jd = (sin 284,720)2 x 27
= (-0,96)2 x 27
= 0,9216 x 27
= 24,88 m
0
22. 94 38 56 = 940 + 0,60 + 0,02 = 94,620
Jd = (sin 94,620) x 34
= (0,99)2 x 34
= 0,9801 x 34
= 33,32 m
23. 1140 56 25 = 1140 + 0,90 + 0,010 = 114,910
Jd = (sin 114,910)2 x 10
= (0,91)2 x 10
= 0,8281 x 10
= 8,28 m
24. 1100 20 28 = 1100 + 0,30 + 0,010 = 110,310
Jd = (sin 110,310)2 x 10
= (0,94)2 x 10
= 0,8836 x 10
= 8,84 m
0
25. 91 33 48 = 910 + 0.80 + 0,01 = 91,810
Jd = (sin 91,810)2 x 6
= (0,99)2 x 6
= 0,9801 x 6
= 5,88 m
26. 1040 27 57 = 1040 + 0,40 + 0,020 = 104,420
Jd = (sin 104,420)2 x 22
= (0,97)2 x 22
= 0,9409 x 22
= 20,70 m
27. 860 10 31 = 860 + 0,170 + 0,010 = 86,180
Jd = (sin 86,180)2 x 13
= (0,99)2 x 13
= 0,9801 x 13
= 12,74 m
28. 1140 52 17 = 1140 + 0,870 + 0,0050 = 114,870
Jd = (sin 114,870)2 x 14
= (0,91)2 x 14
= 0,8281 x 14
= 11,60 m

14

29. 830 20 30 = 830 + 0,330 + 0,010 = 83,340


Jd = (sin 83,340)2 x 14
= (0,99)2 x 14
= 0,9801 x 14
= 13,72 m

B. Pembahasan
Dalam praktek lapang Handasah yang dilakasanakan pada tanggal 1011 Januari 2015 di kelurahan Bonto Leru kecamatan Tinggimoncong
Kabupaten Gowa hal yang pertama di lakukan adalah melakukan pengukuran
di jalan dengan menggunakan alat ukur theodolite, meteran, dan kompas.
Dengan menggunakan alat ukur tersebut maka yang diukur adalah jarak,
sudut, berupa kemiringan lereng dan arah dengan menggunakan kompas dan
koordinat, yaitu titik dimana penelitian dilakukan. Pengukuran ini dilakukan
dibagi menjadi 2 kelompok besar dengan melakukan pengukuran di beberapa
titik, 19 titik untuk pengukuran pada kelompok 1 dan 10 titik pengukuran
pada kelompok 2, dimana di setiap titik pengukuran tersebut dicatat titik
koordinatnya, elevasi, horizontal angel dan vertikal angel serta jarak dan
panjang antara titik-titik pengukuran.
Setelah melakukan pengukuran di jalan dan pengumpulan data di
lapangan maka langkah selanjutnya yang dilakukan adalah mengolah data
yang diperoleh dengan dengan cara mencari JO (jarak Optik) kemudian dari
perhitungan jarak obtik tersebut maka diperoleh jarak Desimal (JD) untuk
setiap pengukuran dengan menggunakan Theodolit, misalanya JO untuk lokasi
pertama untuk kelompok 1 yaitu 11 m, sehingga diperoleh nilai JD 10,97 m,
dan untuk JO lokasi pertama untuk kelompok 2 yaitu 15 m, nilai JD nya
13,54 m. Perhitungan Jarak Desimal (JD) ini dilakukan hingga titik terakhir.
Setelah melakukan pengolahan data yang dilakukan selanjutnya adalah
Penggambaran data dimana merupakan tahap akhir dari sebuah pengukuran
tersebut. Penggambaran ini dilakukan secara manual maupun digital.
Penggambaran secara manual dilakukan dengan menggunakan kertas grafik
dan secara digital dengan menggunakan aplikasi arcgis dan google earth.
Sehingga dengan penggambaran tersebut maka diperoleh peta penampang,
peta lokasi, peta jalur, dan peta penggunaan lahan 1 desa. Pada peta

14

penampang terlihat kenampakan bentuk yang tidak beraturan karena adanya

perbedaan ketinggian tempat antara satu dengan yang lainnya. Titik tertinggi
berada pada ketinggian
ketinggian

820 mdpl .

885 mdpl

dan titik terendahnya berada pada

Kemudian pada peta jalur yang dibuat secara

manual dan pada aplikasi google earth nampak jalur lokasi pengukuran,
dimana di sepanjang jalur tersebut melewati jalan, sungai, dan sawah.
Sedangkan pada peta penggunaan lahan pada peta tersebut nampak
penggunaan lahan berupa hutan, lahan terbuka, sawah, semak belukar,

14

pertanian lahan kering, pemukiman, dsb.

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan praktek lapang Handasah yang dilaksanakan pada tanggal
10-11 Januari 2015 di kelurahan Bonto Leru, kecamatan Tinggimoncong,
kabupaten Gowa maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Pengukuran tanah (Handasah) dilakukan untuk menentukan posisi relatif
atau absolut titik-titik pada permukaan tanah, di atasnya atau di
bawahnya, dalam memenuhi kebutuhan seperti pemetaan dan penentuan
posisi relatif suatu daerah.
2. Teknik pengumpulan data

dan

pengukuran

dilakukan

dengan

menggunakan alat ukur yaitu theodolite, kompas, dan meteran.


3. Pengolahan data yang dilakukan yakni dengan cara untuk mencari JD
terlebih dahulu kita harus mengetahui Jarak Optiknya serta Desimal
Degreenya dari data mentah hasil pengukuran di lapangan.
4. Penginterpretasian data dengan melakukan penggambaran

yang

dilakukan secara manual dan digital berupa peta, sehingga menghasilkan


peta lokasi, peta jalur, peta penampang, dan peta penggunaan lahan.
B. Saran
Adapun saran untuk pelaksanaan praktek lapang ini adalah sebagai
berikut:
1. Diharapkan dalam melakukan pengukuran di lapangan paraktikan untuk
serius sehingga data yang diperoleh sesuai dengan yang diharapkan atau
tidak terjadi kesalahan pengambilan data.
2. Diharapkan kepada semua praktikan untuk mempersiapkan alat yang
akan digunakan dilapangan sehingga tidak mengalami kesulitan pada saat

14

melakukan pengukuran.

Anda mungkin juga menyukai