Anda di halaman 1dari 27

PROPOSAL STUDI FENOMENA GEOGRAFI 2

ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN PESISIR


KARIMUNJAWA

Dosen Pembimbing:
1. Sriyanto, S.Pd., M.Pd. (NIP. 197707222005011001)
2. Andi Irwan Bernardi., S.Pd., M.Pd. (NIP. 198701082015041001)
3. Wahid Akhsin Budi Nur S, S.Pd., M.Sc. (NIP.198709132015041001 )
4. Satya Budi Nugraha, S.T., M.T., M.Sc. (NIP. 198712092015041001)

Disusun Oleh:
1. Gia Anugrah (3201414000) 7. Andini U P (3201415021)
2. Tanti Marsidah (3201415012) 8. Hawa Nur R (3201415026)
3. Eko Prasojo (3201415013) 9. Febrina Larasati (3201415034)
4. Widya P (3201415017) 10. Venny Amalia (3201415038)
5. RosunaSalasa (3201415014) 11. Indah Pujiana S (3201415039)
6. Mumtaz L(3201415020)

PRODI PENDIDIKAN GEOGRAFI


JURUSAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2017
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi allah SWT, atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya
sehingga proposal PenelitianStudi Fenomena Geografi yang berjudul “ANALISIS
PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN PESISIR KARIMUN JAWA” dapat
terselesaikan dengan baik. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurah bagi
nabi nabi muhammad SAW beserta para pengikutnya.
Atas terselesaikannya proposal ini, penulis juga mengucapkan terima kasih
kepada beberapa pihak, di antaranya adalah: Seluruh dosen pembimbing dalam
mata kuliah Studi Fenomena Geografi 2 dan seluruh rekan panitia Studi Fenomena
Geografi 2 dan Mahasiswa Pendidikan Geografi angkatan 2015.
Diharapkan bahwa Proposal ini dapat memberikan sumbangan pikiran yang
mampu memberikan gambaran mengenai perubahan lahan yang terjadi di desa
karimunjawa. Masukan yang bersifat membangun juga diharapkan untuk
kesempurnaan gagasan yang diajukan. Peran pihak-pihak terkait juga diharapkan
untuk dapat mendukung dalam implementasi gagasan. Semoga proposal ini dapat
memberikan manfaat bagi kita semua. Amin.

Semarang, 10 September 2017

Tim Penulis

2
HALAMAN PENGESAHAN

Proposal Penelitian yang berjudul “Analisis Standar Pengelolaan Dan Peran Guru
Dalam Pendidikan” ini diajukan sebagai syarat membuat laporan penelitian Mata
Kuliah Studi Fenomena Geografi 2 tahun ajaran 2017/2018 oleh :
1. Gia Anugrah (3201414113)
2. Tanti Marsidah (3201415012)
3. Eko Prasojo (3201415013)
4. Widya Purwaningsih (3201415017)
5. Rosuna Salasa H. (3201415014)
6. Mumtaz Linawati (3201415020)
7. Andini U.P (3201415021)
8. Hawa Nur Rahima (3201415026)
9. Febrina Larasati (3201415034)
10. Venny Amalia (3201415038)
11. Indah Pujiana S. (3201415039)

Prodi / Jurusan : Pendidikan Geografi / Geografi


Fakultas : Ilmu Sosial

Semarang, September 2017


Menyetujui,
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Sriyanto, S.Pd. M.Pd Wahid Akhsin BNS, S.Pd. M.Sc


NIP. 197707222005011001 NIP. 198709132015041001

Dosen Pembimbing III Dosen Pembimbing IV

Andi Irwan Benardi, S.Pd. M.Pd Satya Budi Nugraha, S.T. M.T. M.Sc
NIP. 198701082015041001 NIP. 198712092015041001

3
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... 1
KATA PENGANTAR ..................................................................................... 2
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... 3
DAFTAR ISI .................................................................................................... 4
BAB 1 PENDAHULUAN...................................................................... ........ 5
a. Latar belakang ............................................................................... ........ 5
b. Rumusan masalah.......................................................................... . ....... 6
c. Tujuan............................................................................................ ........ 7
d. Manfaat.......................................................................................... ........ 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................. ........ 8
a. Penggunaan Lahan......................................................................... ....... 8
b. Alih fungsi Lahan....................................................................... ........ 11
c. Citra Satelit................................................................................... ........ 13
d. Klasifikasi lahan......................................................................... . ....... 14
BAB III METODE PENELITIAN......................................................... . ....... 17
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 24

4
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pulau Karimunjawa merupakan salah satu pulau terbesar yang ada


di gugusan Kepulauan Karimunjawa yang secara administrati terletak di
Kecamatan Karimunjawa Kabupaten Jepara Jawa Tengah. Pulau Karimun
Jawa terbagi menjadi dua desa yaitu Desa Kemujan dan Desa Karimun
Jawa. Luas wilayah Karimun Jawa71,20 Km2 dan kepadatan penduduk
130jiwa/km2(Karimun DalamAngka, 2017). Telah disebutkan bahwa salah
satu desa yang ada di Pulau Karimunjawa adalah desa Karimunjawa. Desa
karimunjawa merupakan desa terluas yang ada di kecamatan karimunjawa
dengan luas 46,24 Km2. Desa Karimunjawa juga merupakan desa dengan
jumlah penduduk terbanyak dengan jumlah penduduk 4.672, dan kepadatan
penduduk 101 jiwa setiap Km2nya.
Dengan kepadatan penduduk yang tidak terlalu besar tentunya
lahan-lahan terbangun terutama untuk pemukiman tidak akan terlalu banyak
dibutuhkan. Meski demikian perubahan-perubahan penggunaan lahan akan
tetap terjadi dalam kurun waktu yang panjang terutama karena fungsi
karimun sendiri sebagai destinasi wisata dan juga sebagai salah satu taman
nasional di Indonesia.Perkembangan pariwisata akan memberikan dampak
terhadap penggunaan lahan(Said, 2015). Adanya pariwisata mendorong
upaya-upaya untuk memperbaiki infrastruktur penunjang pariwisata. Untuk
mengakomodasi kebutuhan infrastruktur pariwisata tentunya perubahan-
perubahan pada penggunaan lahan harus dilakukan.
Pulau Karimun Jawa tidak dapat dikategorikan sebagai wilayah
yang mempunyai kepadatan penduduk yang tinggi namun karena pulau
tersebut merupakan destinasi wisata internasional maka mobilitas
penduduknyapun tergolong tinggi.Berdasarkan berita yang dilansir oleh
travel.kompas setidaknya terdapat 2.000 pengunjung yang mendatangi
karimun jawa dan jumlahnya terus meningkat setiap tahun. Dengan kondisi

5
angkutan feri yang menghubungkankarimunjawa dan pulau jawa hanya
tersedia dua kali seminggu akan mengharuskan pengunjung menginap untuk
menikmati keindahan yang ditawarkan pulau karimunjawa.
Perubahan lahan di suatu daerah tentunya akan membentuk suatu
pola tertentu (Said, 2015). Mengetahui pola perubahan ini tentu akan
membantu manusia dalam memprediksi kearah mana perubhan-perubahan
selanjutnya akan berlangsung. Dengan demikian mengetahui pola
perubahan tersebut juga dapat turut membantu menjaga kelangsungan dari
Taman Nasional itu sendiri.
Fokus penelitian yang dilakukan adalah di pesisir Desa
Karimunjawa. Hal ini dikarenakan pada wilayah pesisir tersebut adalah
wilayah yang memiliki tren perubahan yang paling pesat daripada wilayah-
wilayah yang lain. Sehingga perubahan-perubahan tersebut perlu untuk
diketahui dan dikaji.
Pelestarian alamdan memaksimalkan potensi wisata yang ada tentu
akan menjadi hal yang sangat sulit dilakukan. Mengingat dua hal ini
memiliki kepentingan yang berbeda. Usaha untuk mempertahankan
ekosistem yang baik terbentur dengan adanya pembangunan yang harus
dilakukan. Untuk menganalisis seberapa besar perubahan yang telah terjadi
di pulau karimunjawa maka diperlukan sebuah peta yang menggambarkan
keadaan penggunaan lahan saat ini.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan sebelumnya,


maka dapat dirumuskan masalah penelitian dalam Studi Fenomena Geografi
ini adalah
a. Apakah sudah ada peta penggunaan lahan di Pesisir Karimun jawa yang
telah dibuat?
b. Bagaimana akurasi peta penggunaan di Pesisir Karimunjawa yang telah
dibuat?
c. Bagaimana perubahan penggunaan lahan di Pesisir Karimunjawa?

6
d. Apa saja faktor-faktor yang menyebabkan perubahan lahan dan
dampaknya di Pesisir Karimunjawa?

C. Tujuan

Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan tujuan dari penulisan


proposal Studi Fenomena Geografi ini adalah untuk
a. Membuat peta penggunaan lahan tahun 2004 dan 2015
b. Menguji akurasi peta penggunaan lahan di pesisir Pulau karimunjawa
tahun 2004-2016.
c. Mengetahui perubahan penggunaan lahan yang terjadi di Desa
Karimunjawa.
d. Mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan perubahan penggunaan
lahan dan dampaknya di pesisir Pulau Karimunjawa.

D. Manfaat
Melalui penelitian dalam studi fenomena geografi kedua ini dengan
tema kelompok fisik penggunaan lahan dikarimun jawa , diharapkan
mahasiswa dapat mengetahui penggun

aan lahan di karimun jawa dan mengetahui apakah ada perubahan


signifikan dalam penggunaan lahan beberapa tahun belakangan. Sehingga
dapat dianalisis faktor yang menyebabkan penduduk di karimun jawa
melakukan alih fungsi lahan.

7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Penggunaan Lahan
Istilah penggunaan lahan (landuse), berbeda dengan istilah penutup
lahan (landcover). Penggunaan lahan biasanya meliputi segala jenis
kenampakan dan sudah dikaitkan dengan aktivitas manusia dalam
memanfaatkan lahan, sedangkan penutup lahan mencakup segala jenis
kenampakan yang ada di permukaan bumi yang ada pada lahan tertentu.
Penggunaan lahan merupakan aspek penting karena penggunaan lahan
mencerminkan tingkat peradaban manusia yang menghuninya.Townshend
dan Justice (1981) juga memiliki pendapat mengenai penutupan lahan, yaitu
penutupan lahan adalah perwujudan secara fisik (visual) dari vegetasi,
benda alam, dan unsur-unsur budaya yang ada di permukaan bumi tanpa
memperhatikan kegiatan manusia terhadap obyek tersebut. Sedangkan
Barret dan Curtis, tahun 1982, mengatakan bahwa permukaan bumi
sebagian terdiri dari kenampakan alamiah (penutupan lahan) seperti
vegetasi, salju, dan lain sebagainya. Dan sebagian lagi berupa kenampakan
hasil aktivitas manusia (penggunaan lahan).
Suatu unit penggunaan lahan mewakili tidak lebih dari suatu mental
construct yang didesain untuk memudahkan inventarisasi dan aktivitas
pemetaan (Malingreau dan Rosalia, 1981). Interpretasi penggunaan lahan
dari foto udara ini dimaksudkan untuk memudahkan deliniasi. Untuk dapat
mempercepat hasil inventarisasi dengan hasil yang cukup baik, digunakan
pemanfaatan data penginderaan jauh, karena dari data penginderaan jauh
memungkinkan diperoleh informasi tentang penggunaan lahan secara rinci.
Selain itu, adanya perubahan pemanfaatan lahan kota yang cepat dapat pula
dimonitor dari data penginderaan jauh.
Menurut Malingreau (1979), penggunaan lahan merupakan campur
tangan manusia baik secara permanen atau periodik terhadap lahan dengan
tujuan untuk memenuhi kebutuhan, baik kebutuhan kebendaan, spiritual
maupun gabungan keduanya. Penggunaan lahan merupakan unsur penting

8
dalam perencanaan wilayah. Perubahan ini pada umumnya tidak linear
karena kenampakannya berubah-ubah, baik penutup lahan maupun
lokasinya (Murcharke, 1990).Penggunaan lahan mencerminkan sejauh
mana usaha atau campur tangan manusia dalam memanfaatkan dan
mengelola lingkungannya.
Pengelompokan objek-objek ke dalam kelas-kelas berdasarkan
persamaan dalam sifatnya, atau kaitan antara objek-objek tersebut disebut
dengan klasifikasi.Tujuan klasifikasi supaya data yang dibuat menjadi
informasi yang sederhana dan mudah dipahami. Menurut Malingreau
(1978), klasifikasi adalah penetapan objek-objek kenampakan atau unit-unit
menjadi kumpulan-kumpulan di dalam suatu sistem pengelompokan yang
dibedakan berdasarkan sifat-sifat yang khusus berdasarkan kandungan
isinya. Klasifikasi penggunaan lahan merupakan pedoman atau acuan dalam
proses interpretasi apabila data pemetaan penggunaan lahan menggunakan
citra penginderaan jauh. Tujuan klasifikasi supaya data yang dibuat
informasi yang sederhana dan mudah dipahami.Sistem klasifikasi
penggunaan lahan yang digunakan adalah sistem klasifikasi penggunaan
lahan menurut Malingreu.

Dari klasifikasi tersebut oleh Malingreu diubah menjadi 6 kategori sebagai


berikut :

a. Land cover/landuse Order e.g. vegetated are


b. Land cover/landuse Sub-Order e.g.cultivated area
c. Land cover/landuse Family e.g. permanentlycultivated area
d. Land cover/landuseClass e.g. Wetlandrice (sawah)
e. Land cover/landuse Sub-Class e.g. irrigated sawah
f. Land UtilizationType e.g. continousrice.
Selain pengelompokan diatas Anderson (Purwadhi & Sanjoto, 2008) juga
mengklasifikasikan penggunaan lahan seperti pada tabel berikut.

9
Tabel
Sistem klasifikasi penggunaan/penutup lahan USGS
(Anderson et al, 1972 )

Tingkat 1 Tingkat II
No. Penutup lahan No Penutup lahan
1.1 Permukiman (resident
1.2 Perdagangan dan jasa
1.3 Industri(industrial
Transportasi komunikasi,komunikasi,vasilitas
Kota dan daerah 1.4
umum
1 bangunan (urban and
1.5 Kompleks industri dan perdagangan
bild up land
Campuran kota dan terbangun (mixed urban and
1.6
build up land)
Kota dan daerah bangunan (other urban build
1.7
land)
Tanaman semusim dan lahan rumput (cropland
2.1
and pasture)
Kebun buah-buahan, pembibitan
Lahan pertanian 2.2
2 (orchands,graves,nurseries)
(agriculture land)
Penhusahaan pakan ternak (confined feeding
2.3
operation
2.4 Lahan pertanian lain(other agriculture land)
3.1 Peternakan tanaman merambat
Peternakan (
3 3.2 Peternakan semak dan gerumbul
rangeland)
3.3 Peternakan campuran
4.1 Lahan hutan berdaun lebar
Lahan hutan (forest
4 4.2 Lahan hutan hijau
land )
4.3 Lahan hutan campur
5.1 Sungai dan kanal
5.2 Danau(lakes)
5 Air (water)
5.3 Reservoir
5.4 Teluk dan muara
6.1 Lahan hutan basah
6 Lahan basah
6.2 Lahan basah tak berhutan

10
7.1 Dataran garam kering
7.2 Pantai
7.3 Daerah pasir selai pantai
7 Lahan gundul 7.4 Batuan singkap gundul
7.5 Pertambangan
7.6 Daerah transisi
7.7 Lahan gundul
8.1 Thundra dengan tanaman merambat
8.2 Thundra dengan semak/belukar
8 Thundra 8.3 Thundra dengan lahan gundul
8.4 Thundra basah
8.5 Thundra campuran
9.1 Padang salju abadi
9 Salju/ es abadi
9.2 Gletser

B. Alih Fungsi Lahan

Menurut Lestari (2009) proses alih fungsi lahan pertanian ke


penggunaan nonpertanian yang terjadi disebabkan oleh beberapa faktor.
Tiga faktor penting yang menyebabkan terjadinya alih fungsi lahan sawah
yaitu sebagai berikut.

1. Faktor eksternal merupakan faktor yang disebabkan oleh adanya


dinamika pertumbuhan perkotaan, demografi maupun ekonomi. 2.
2. Faktor internal dimana faktor ini lebih melihat sisi yang disebabkan
oleh kondisi sosial-ekonomi rumah tangga pertanian pengguna
lahan.
3. Faktor kebijakan merupakan aspek regulasi yang dikeluarkan oleh
pemerintah pusat maupun daerah yang berkaitan dengan perubahan
fungsi lahan pertanian. Kelemahan pada aspek regulasi atau
peraturan itu sendiri terutama terkait dengan masalah kekuatan
hukum, sanksi pelanggaran, dan akurasi objek lahan yang dilarang
dikonversi.

11
Dorongan-dorongan bagi terjadinya alih fungsi lahan pertanian ke
non pertanian tidak sepenuhnya bersifat alamiah, tetapi ada juga yang
secara langsung atau tidak langsung dihasilkan oleh proses
kebijaksanaan pemerintah (Anwar dan Pakpahan, 1990; Winoto, 1995a
). Menurut Anwar (1995), dalam proses alih fungsi lahan, telah terjadi
asimetris informasi harga tanah, sehingga sistem harga tidak
mengandung semua infor-masi yang diperlukan untuk mendasari suatu
keputusan transaksi. Artinya, harga pasar belum mencerminkan nilai
sebenarnya dari lahan pertanian, sehingga harga yang ditetapkan
melalui mekanisme pasar cenderung undervaluation. Menurut Winoto
(1996), Kegagalan mekanisme pasar dalam mengalokasikan lahan
secara optimal disebabkan faktor-faktor rent lainnya dari keberadaan
lahan sawah terabaikan, seperti fungsi sosial, fungsi kenyamanan,
fungsi konservasi tanah dan air, dan fungsi penyediaan pangan bagi
generasi selanjutnya. Beberapa hasil kajian empiris memberikan
penilaian bahwa rente lahan yang diperoleh dengan memanfaatkan
lahan untuk sawah adalah 1/500 rente lahan yang dipe-roleh dari
pemanfaatan lahan untuk industri (Iriadi, 1990), 1/622 untuk perumahan
(Riyani, 1992), 1/14 untuk pariwisata (Kartika, 1991), dan 1/2,6 untuk
hutan produksi (Lubis, 1991). Hal itu menunjukkan bahwa penilaian
terhadap penggunaan lahan untuk industri, perumahan, pariwisata, dan
hutan industri masing-masing memberikan rente 500; 622; 14; dan 2,6
kali lipat lebih besar dibandingkan dengan penggunaan lahan untuk
sawah. Penilaian yang demikian menyebabkan proses alih fungsi lahan
sawah ke penggu-naan lain sulit dihindari. Jika alokasi lahan
sepenuhnya diserahkan pada mekanisme pasar, maka pertum-buhan
ekonomi akan selalu menimbulkan konversi lahan sawah yang pada
umumnya telah memiliki infrastruktur yang sudah berkembang.
Ketersediaan infrastruktur ekonomi merupakan faktor positif dominan
yang berpengaruh terhadap preferensi investor dalam memilih lokasi
lahan yang akan dibangun untuk kegiatan non-pertanian.

12
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41 tahun
1999, hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan
berisi sumber daya hayati yang didominasi pepohonan dalam
persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat
dipisahkan. Berdasarkan fungsinya hutan dibagi menjadi tiga kelompok
yaitu hutan lindung, hutan produksi dan hutan konservasi.

Alih fungsi lahan adalah perubahan fungsi sebagian atau seluruh


kawasan lahan dari fungsinya semula (seperti yang direncanakan)
menjadi fungsi lain yang menjadi dampak negatif (masalah) terhadap
lingkungan dan potensi lahan itu sendiri(Lestari, 2009 dalam Sabrina
Irsalina, 2010).

C. Penginderaan Jauh
a. Pengertian Penginderaan Jauh
Penginderaan jauh (remote sensing) sering disingkat inderaja,
adalah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang suatu
objek,daerah atau fenomena melalui analisis data yang diperoleh dengan
suatu alat tanpa kontak langsung dengan objek,daerah atau fenomena yang
dikaji ( lillesand dan kiefer, 1994)

b. Pengertian Citra Penginderaan Jauh


Citra penginderaan jauh adalah gambaran suatu
objek,daerah,fenomena,hasil rekaman pantulan dan atau pancaran objek
oleh sensor penginderaan jauh, dapat berupa foto atau data digital
(puradhi,2001)

c. Unsur Interpretasi Citra


Data penggunaan/tutupan lahan ini dapat disadap dari foto udara
secara relatif mudah, dan perubahannya dapat diketahui dari foto udara
multitemporal. Teknik interpretasi foto udara termasuk di dalam sistem
penginderaan jauh. Penginderaan jauh merupakan ilmu dan seni untuk
memperoleh informasi tentang objek, daerah atau gejala dengan cara
menganalisis data yang diperoleh dengan menggunakan alat tanpa kontak

13
langsung dengan objek, daerah, atau gejala yang dikaji (Lillesand dan
Kiefer, 1997). Penggunaan foto udara sebagai sumber informasi sudah
meluas dalam berbagai aplikasi. Hanya saja untuk dapat memanfaatkan foto
udara tersebut diperlukan kemampuan mengamati keseluruhan tanda yang
berkaitan dengan objek atau fenomena yang diamati. Tanda-tanda tersebut
dinamakan kunci pengenalan atau biasa disebut dengan unsur-unsur
interpretasi.Unsur-unsur tersebut meliputi : rona/warna, tekstur, bentuk,
ukuran, pola, situs, asosisasi, dan konvergensi bukti (Sutanto, 1997). Untuk
dapat melakukan interpretasi penggunaan lahan secara sederhana dan agar
hasilnya mudah dipahami oleh orang lain (pengguna), diperlukan panduan
kerja berupa sistem klasifikasi penggunaan lahan/tutupan lahan.Klasifikasi
penggunaan lahan merupakan pedoman atau acuan dalam proses
interpretasi apabila data pemetaan penggunaan lahan menggunakan citra
penginderaan jauh.

d. Interpretasi citra secara manual


Secara garis besar interprestasi citra penginderaan jauh secara
manual didasarkan pada unsur interprestasi, mengacu pada karakteristik
spasial dan karakteristik spektral citra. Unsur interprestasi yang
menunjukan karakteristik spektral adalah rona atau arna obyeknya. Apabila
citra hitam putih baik pankromatik (diambil dengan menggunakan panjang
gelombang sinar tampak) maupun citra hitam putih inframerah pantulan
,mempunyai rona dengan tingkat keabuan yang berbeda pada setiap
obyek.obyek yang sama bila direkam dengan menggunakan panjang
gelombang yang berbeda, akan tampak arna yang berbeda. Tiga rangkaian
kegiatan utama dalam interprestasi citra yaitu deteksi,identifikasi dan
analisis.
1. Deteksi : pengamatan obyek pada citra yang bersifat global dengan
melihat ciri khas obyek berdasarkan unsur rona atau warna citra
2. Identifikasi : pengamatan obyek pada citra bersifat agak rinci yaitu
upaya mencirikan obyek yang telah dideteksi menggunakan keterangan
yang cukup

14
3. Analisis : pengamatan obyek pada citra bersifat rinci yaitu tahap
pengumpulan keterangan lebih lanjut
e. Interprestasi citra secara digital

Prosedur klasifikasi penutup/penggunaan lahan merupakan


interprestasi citra penginderaan jauh secara digital. Prosedure pengolahan
dan analisis citranya dengan menggunakan tahapan :

1. Pra-pengolahann data atau pengolahan awal yang merupakan restorasi


citra,yaitu mengkoreksi kesalahan secara sistematik yang disebabkan
oleh distorsi radiometrik dan atmosferik untuk menghilangkan atau
mengurangi ganguan atmosfer dengan metode spatial filtering(lo pass
filter)
2. Pemotongan (croping) citra untuk membuat batas dari daerah penelitian
yaitu buntok dan sekitarnya
3. Proses registrasi dan penajaman citra. Registrasi dilakukan untuk
koreksi geometrik dengan proses resampling berdasarkan sistem
koordinat spasial atau titik kontrol tanah (ground control point).
Konversi lintang dang bujur paa citra menggunakan referensi peta
topografi dengan penempatan 17 titik kontrol tanah yang letaknya sesuai
titik-titik pada peta topografi
4. Transformasi koordinat dilakukan untuk menghitung matrik
transformasi yang digunakan untuk rektifikasi citra dalam memasukkan
GCP yang telah dipilih dan untuk menyamakan pixel antara landsat TM
pankromatik dengan landsat TM multispektral sehingga diperoleh
ukuran pixel 15 m x 15 m, dengan toleransi eror < 0,5 pixel. Hal ini
dilakukan agar overlay yang dilakukan pada citra landsat TM
multispektral yang ukuran pixelnya 30 m x 30 m dapat dilaksanakan
dengan posisi yang baik.
5. Membuat citra komposit dan RGB (red,green dan blue) dari landsat TM
multispektral untuk mendeteksi penutup lahan dengan gabungan saluran
5 (1,55-1,75) μm , saluran 4(0,76-0,90)μm, saluran 2(0,50-0,70) μm
hanya dilakukan penajaman setelah koreksi geometrik selesai.

15
6. Survey lapangan, menentukan sampel dalam pemilihan kelas spektral
dengan membaa citra komposit berwarna. Penga,bilan training sampel
berdasarkan kelas penutup dan penggunaan lahan, yang dibedakan
dalam 7 kelas, yaitu bekas kebakaran hutan,lahan pemukiman,
hutan,sungai,danau atau rawa dan kelas awan.sistem klasifikasi
digunakan untuk membedakan vegetasi utan,kebun
campuran,sawah/ladang dan vegetasi lain,tampungan air (danau,rawa),
jalur-jalur(sungai, logging dan jalan aspal)
7. Klasifikasi citra dilakukan secara terbimbing (supervised). Metode
klasifikasi dengan kemungkinan maksimum (maximum likelilhood)
dengan pemilihan sampel (contoh kelas)secara sengaja berdasarkan
pengalaman dalam menginterprestasi citra satelit,tampilan citra
komposit pada layar monitor,pengetahuan medan (kondisi kenyataan di
lapangan ) dan data bantu. Pengambilan sampel dengan poligon-poligon
yang setiap sampel diambil harus benar-benar homogen

16
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Lokasi Penelitian


1. Waktu penelitian : 4 sampai 8 oktober 2017
2. Lokasi penelitian: Desa Karimunjawa Kecamatan Karimunjawa
Kabupaten Jepara

B. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif yaitu
berusaha mengungkapkan seberapa ada atau tidaknya perubahan lahan yang
terjadi di desa karimunjawa. Penelitian kuantitatif yaitu dimana penelitian
mengungkapkan hal-hal baru mengenai suatu hal dengan analisis statistik
yang terukur (Sugiyono, 2016).
Penelitian ini juga menggunakan metode analisis spasial untuk
menganalisis data citra penginderaan jauh untuk membandingkan dua data
citra sehingga diperoleh perbedaannya dalam hal keruangan dengan
mengidentifikasi unsur-unsur interpretasi citra

C. Populasi
Seluruh penggunaan lahan di wilayah pesisir karimun.

D. Sampel Dan Teknik Pengambilan Sampel


Sample titik pengukuran sesuai yang telah ditentukan
Metode pengambilan sampel GCP (groundcontrolpoint) adalah titik yang
diketahui koordinatnya secara tepat dan dapat terlihat pada citra inderaja
satelit seperti perempatan jalan dan lain-lain (Purwadhi & Sanjoto, 2008).

E. Sumber Data Penelitian


Sumber data yang digunakan pada penelitian ini adalah sumber data
primer dan sekunder. Sumber data primer berupa data dari hasil penelitian
yang dilakukan dan data sekunder berupa citra satelit Karimunjawa 2004,

17
citra satelit Karimunjawa 2016, dan data Kependudukan serta penggunaan
lahan di karimunjawa tahun 2004 dan 2016.

F. Teknik Pengumpulan Data


1. Metode Interpretasi Citra
Metode interprestasi citra merupakan metode dengan citra untuk
mengidentifikasi obyek dalam penginderaan jauh. Metode interprestasi
citra ini dapat dilakukan dengan menggunakan dua cara yaitu cara
manual dan digital (Purwadhi & Sanjoto, 2008)

2. Observasi
Proses pengamatan dan pencatatan secara sistematis mengenai gejala-
gejala yang diteliti. Observasi ini menjadi salah satu dari teknik
pengumpulan data apabila sesuai dengan tujuan penelitian, yang
direncanakan dan dicatat secara sistematis, serta dapat dikontrol
keandalan (reliabilitas) dan kesahihannya (validitasnya).

3. Wawancara
Wanawancara adalah suatu bentuk komunikasi verbal yang bertujuan
untuk mencari informasi dengan menggunakan panduan atau instrumen
yang telah disusun secara sitematis.

4. Studi Pustaka
Mengumpulkan informasi dari berbagai macam material yang ada
diperpustakaan seperti dokumen, buku, catatan, majalah, kisah-kisah
sejarah dan sebagainya.(Mardalis : 1999)

5. Dokumentasi
Suatu cara pengumpulsn dsts yang diperoleh dari dokumen-dokumen
yang ada atau catatan-catatan data yang diperoleh dari dokumen-
dokumen-dokumen yang ada atau catatan-catatan yang tersimpan, baik
itu berupa catatan transkip, buku, surat kabar, dan lain sebagai

18
Analisis perubahan penggunaan lahan perlu ddilakukan
untukmengetahui sejauh mana perubahan lingkungan dan untuk
memprediksi perubahan selanjutnya untuk mempertahankan
kelangsungan taman Nasional karimunjawa

Tujuan :
Membuat peta penggunaan lahan tahun 2004 dan 2015, menguji akurasi peta
penggunaan lahan di pesisir Pulau karimunjawa tahun 2004-2016, mengetahui
perubahan penggunaan lahan yang terjadi di Desa Karimunjawa., serta mengetahui
faktor-faktor yang menyebabkan perubahan penggunaan lahan dan dampaknya di
pesisir Pulau Karimunjawa.

Citra satelit 2004 Citra Satelit 2015

Koreksi Geometrik

Citra Terkoreksi Geometrik

Interpretasi Hasil

Peta Tentatif Penggunaan Peta Tentatif Penggunaan


Lahan 2004 Lahan 2015

Penggunaan Lahan 2004 Survei lapangan

19
Uji Akurasi Interpretasi

Penggunaan Lahan 2004

Analisis Spasial Penggunaan Lahan

Peta Perubahan Penggunaan Lahan


2004-2017

Keterangan:
: Proses
: Hasil

20
INSTRUMEN PENELITIAN
PENGECEKAN TITIK SAMPEL

Penggunaan Berubah/ Penggunaan


No Koordinat Administrasi Lahan Tdk Lahan 2017
2004 2015 Berubah
1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

13.

14.

15.

21
16

17

18

19

20

22
Pedoman Wawancara

A. Identitas Narasumber
1. Nama :
2. Alamat :
3. Jenis Kelamin :
4. Lama tinggal didaerah penelitian :

B. Lokasi dan waktu penelitian


1. Lokasi administratif :
2. Lokasi astronomis :
3. Hari/Tanggal :
4. Jam :
C. Pertanyaan Wawancara
1. Apakah benar di tempat ini dulunya adalah...(sesuai bentuk lahan yang
diuji)
2. Kapan terjadi perubahan lahan di tempat ini?
3. Penyebabkan perubahan lahan di tempat ini apa?
4. Perubahan lahan di tempat ini membawa pengaruh atau tidak?
5. Pengaruh apa yang ditimbulkan oleh perubahan lahan ditempat ini?

23
BAB IV
PEMBAHASAN

A. Interpretasi Citra Satelit 2004 dan 2015

Tabel
Tabel Interpretasi Penggunaan Lahan di Pesisir Karimun Jawa Tahun 2004
dan 2014

Koordinat Penutup Lahan Penutup


No B/TB B/TB Keterangan
(X,Y) 2004 2015 Lahan 2017
437,209.526
1 9,350,457.838 Permukiman Perkukiman TB Permukiman TB
437,313.772
2 9,350,534.038 Permukiman Perkukiman TB Permukiman TB
437,177.512
3 9,350,322.371 Permukiman Perkukiman TB Permukiman TB
437,168.251
4 9,350,166.531 Permukiman Perkukiman TB Permukiman TB
437,119.105
5 9,349,940.974 Permukiman Perkukiman TB Permukiman TB
437,361.199
6 9,350,025.111 Permukiman Perkukiman TB Permukiman TB
437,561.224
7 9,350,031.461 Permukiman Perkukiman TB Permukiman TB
437,561.224
8 9,350,031.461 Permukiman Perkukiman TB Permukiman TB
437,463.716
9 9,350,165.905 Permukiman Perkukiman TB Permukiman TB
437,722.795
10 9,349,924.346 Permukiman Perkukiman TB Permukiman TB
437,883.445
11 9,349,870.072 Permukiman Perkukiman TB Permukiman TB
437,339.622 permukman
9,350,120.817 bertambah
12 Kebun Kebun TB Kebun TB luas
437,315.741 permukiman
9,350,246.733 sejak tahun
13 Kebun Kebun TB Permukiman B 20016
437,321.169
14 9,350,370.477 Kebun Kebun TB Permukiman TB

24
437,256.040 permukiman
9,350,349.853 sejak tahun
15 Kebun Kebun TB Kebun TB 2004
437,673.949
16 9,349,971.022 Kebun Kebun TB Permukiman B th 2016
437,338.615 Awal tahun
17 9,350,610.569 Kebun Kebun TB Permukiman B 2017
437,770.012 tambak
9,349,912.412 berubah
menjadi
18 Permukiman Kebun B Permukiman B permukiman
437,792.105 Lahan Lahan Lahan
19 9,349,887.871 Kosong Kosong TB Kosong TB
437,200.495 Lahan Lahan Lahan
20 9,350,028.630 Kosong Kosong TB Kosong TB

Uji Ketelitian Hasil Intepretasi Penggunaan Lahan Kecamatan Gunungpati

Uji Citra
A B C Jml
Interp
A 11 11
B 2 5 7
C 2 2
Jumlah 20
Keterangan :
A : Permukiman
B : Kebun
C : Lahan Kosong
Perhitungan ketelitian masing-masing kelas penutup lahan :
11
A. Permukiman : 11 x 100 % = 100%
5
B. Kebun : 7 x 100% = 71,42%
2
C. Lahan Kosong : 2 x 100% = 100%

18
Akurasi keseluruhan : 20 x 100% = 90%

Berdasarkan hasil perhitungan uji akurasi penutup lahan yang telah


dilakukan di di Pesisir Desa Karimunjawa tahun 2017, maka diperoleh
tingkat akurasi hasil intepretasi penutup lahan sebesar 90%. Merujuk

25
pendapat dari McCoy (2005) bahwa hasil uji akurasi intepretasi minimal
yang diijinkan diatas 85%, sehingga intepretasi penutup lahan yang telah
dilakukan sudah memenuhi batas minimal persentase tingkat akurasi
sehingga peta yang disusun sudah dapat digunakan untuk analisis
berikutnya. Kesalahan hasil intepretasi sebagian besar disebabkan oleh
banyaknya satuan lahan yang saling bersinggungan dan memiliki luas yang
kecil sehingga menyuitkan interpretasi pada beberapa satuan penggunaan
lahan.
B. Perubahan Lahan di Pesisir Desa Karimunjawa

Penggunaan lahan di Desa Pesisir Desa Karimunjawa didominasi


oleh permukiman. Hal ini dapat dilihat dari sejumlah 20 sampel yang
digunakan dalam penelitian ini sebanyak lebih dari 50% merupakan lahan
permukiman. Penggunaan lahan yang banyak dijumpai di karimun
selanjutnya adalah vegetasi. Dan sangat sedikit lahan yang dibiarkan
sebagai lahan kosong.
Luas permukiman sendiri dari tahun ke tahun terus bertambah
seiring dengan berkurangnya penutup lahan berupa vegetasi. Berdasarkan
wawancara dengan warga setempat bertambahnya permukiman dimulai
pada tahun 2006 dan paling cepat terjadi padatahun 2012. Perubahan lahan
ini masih terus berlangsung hingga sekarang.
Sebagian besar permukiman yang dibangun merupakan tempat
singgah atau homestay serta resort untuk penginapan. Hal ini dikarenakan
banyaknya turis-turis yang singgah dikarimun untuk berlibur sehingga
untuk megakomodasinya dibangunlah penginapan-penginapan tersebut.

C. Pengaruh Perubahan Penggunaan Lahan di Pesisir Desa Karimunjawa


Adanya perubahan lahan di desa karimunjawa tentu sangat
berpengaruh terhadap kehidupan sosial dan ekonomi bagi masyarakat desa
karimunjawa.

26
DAFTAR PUSTAKA

Affan, F. M. (2014). Analisis Perubahan Penggunaan Lahan Untuk Pemukiman


dan Industri Menggunakan Sistem Informasi Geografi (SIG). Jurnal
Ilmiah Pendidikan Geografi, 49-60.
Arwan, D. P. (2012). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Alih Fungsi Lahan Studi
Kasus di Subak Daksina, Desa Tibubeneng, Kecamatan Kuta Utara,
Kabupaten BAdung. E-Journal Agrobisnis dan Agrowisata, 32-46.
Didit Okta Pribadi, Diar Shiddiq, Mia Ermyanila. (2006). Model Perubahan
Tutupan Lahan dan FAktor-aktor yang Mempengaruhinya. Teknik
Lingkungan P3LBPPT, 35-51.
Purwandhi, Sri hardiyanti dan Tjaturrahono Budi Sanjoto.Pengantar Interprestasi Citra
Penginderaan jauh . Semarang ; Lapan dan Unnes.

Putu, D. A. (2012). FAktor-Faktor yang Memengaruhi Alih Fungsi Lahan Studi


Kasus di Subak, Desa Tibibuneng, Kecamatan Kuta Utara Kabupaten
Badung. E-journal Agrobisnis dan Agrowisata Vol.1 No.1, 32-46.
Rahajeng Kusumaningtyas, Ivan Chovyan. (2016). Pengelolaan Hutan Dalam
Mengatasi Alih Fungsi Lahan Hutandi Wilayah KAbupaten Subang.
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, 45-59.
Said, I. (2015). Dampak Pariwisata Terhadap Penggunaan Lahan. Yogyakarta:
Elektronik Theses and Dissertasion UGM.
Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Surni. Sumbangan Baja. Usman Arsyad. (2015). Dinamika Perubahan
Penggunaan Lahan, Penutup LAhan Terehadap Hilangnya Biodiversity di
DAS Tallo, Sulawesi Selatan. Biodiversity Indonesia, 1050-1055.

27

Anda mungkin juga menyukai