Anda di halaman 1dari 11

SINKHOLE

Disusun oleh :
Yoga Pratama Putra
19510337004
D4 PKS 2019
BAB 1 LATAR BELAKANG

1.1. Latar Belakang


Sinkhole atau yang lebih dikenal dengan lubang runtuhan atau lubang amblesan
merupakan fenomena geologi yang terjadi di dalam tanah yang disebabkan oleh hilangnya
lapisan, mineral atau batuan yang menjadi bantalan permukaan tanah diakibatkan oleh air
bawah tanah. Pembentukan sinkhole yang terjadi sangat lambat mengakibatkan potensi
runtuhan tidak terdeteksi pada masyarakat awam tanpa pendekatan ilmiah. Keterbatasan
pengetahuan dan kepedulian tentang pengolahan air dan tanah masih rendah sehingga banyak
masyarakat, kontraktor/perencana, hingga pemerintah tidak memperhitungkan sifat tanah dan
aliran air dalam tanah mengakibatkan ketidaktahuan potensi sinkhole tersebut.
Selain mengalami kerugian harta, sinkhole juga memakan korban jiwa meskipun tidak
sebanyak bencana lain. Seperti bencana lainnya, bencana ini juga mempengaruhi lingkungan
sekitarnya hingga seluas ribuan mil persegi. Tidak adanya peta bahaya amblesan tanah di
Indonesia mengakibatkan tidak adanya regulasi, pengetahuan umum di masyarakat, tidak
adanya mitigasi bencana dan hilangnya kewaspadaan dari masyarakat dan pemerintah
setempat. Makalah ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan tentang Sinkhole , proses
terjadinya hingga deteksi potensi sinkhole yang dapat mengubah pandangan masyarakat serta
regulasi pemerintah tentang peduli bahaya sinkhole.

1.2. Rumusan Masalah


Rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut
1. Bagaimana potensi sinkhole di Indonesia?
2. Bagaimana pencegahan sinkhole di Indonesia?
3. Bagaimana pemetaan bencana sinkhole di Indonesia?
4. Bagaimana regulasi yang berlaku tentang sinkhole di Indonesia?

1.3. Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui potensi sinkhole di Indonesia
2. Mengetahui pencegahan sinkhole
3. Mengetahui peta bencana sinkhole di Indonesia
4. Mengetahui regulasi tentang sinkhole di Indonesia

1|Page Yoga Pratama Putra


BAB 2 PEMBAHASAN

2.1. Landasan Teori


2.1.1. Pengertian dan potensi sinkhole
Dikutip dari Encyclopedia Britannica, sinkhole juga disebut sink atau doline adalah
depresi atau lubang yang muncul akibat hilangnya lapisan tanah atau lapisan bebatuan yang
disebabkan oleh aliran air bawah tanah. USGS (United States Geological Survey)
menyebutkan, ketika hujan, air tetap berada dalam lubang pembuangan dan biasanya mengalir
ke bawah permukaan. Potensi lubang pembuangan yang kebanyakan oleh ahli geologi disebut
“medan kars” adalah daerah yang jenis batuan di bawah permukaan tanah secara alami dapat
dilarutkan oleh air tanah yang mengalir melaluinya. Batuan terlarut meliputi lapisan garam,
gipsum, dolomit, kapur dan batuan karbonat lainnya adalah jenis material yang sangat rentan
leh sinkhole. Saat batu tersebut larut, akan berkembang ruang, gua atau rongga dalam tanah.
Tanah akan tetap utuh sementara ruang dalam bawah tanah akan berkembang hingga besar.
Jika tidak ada dukungan atau penopang yang cukup untuk kuat untuk tanah diatas ruang itu,
maka keruntuhan permukaan tanah akan terjadi secara tiba-tiba.
Selain faktor material yang rawan terjadinya Sinkhole , ada beberapa pemicu terjadinya
sinkhole menurut British Geological Survey (BTS), yaitu:
a. Hujan deras atau banjir pada permukaan dapat mengakibatkan runtuhnya rongga yang
stabil terutama yang dikembangkan dalam timbunan dangkal
b. Pipa drainase yang bocor, saluran air yang pecah, dan irigasi.
c. Pada pengembangan konstruksi, memodifikasi drainase permukaan atau mengubah
beban pada tanah tanpa dukungan yang kuat.
d. Kekeringan atau abstraksi air tanah dengan mengubah ketinggian muka air. Ini akan
menghilangkan dukungan air pada rongga tanah, sehingga menguras air pada rongga
tersebut dapat mengakibatkan sinkhole .
e. Penambangan dapat menjadi pemicu yang menyebabkan terjadinya sinkhole , baik
dengan pengeringan dan penurunan muka air atau dengan mengisi void dengan tanah
liat.

2.1.2. Tipe berdasarkan proses terjadinya sinkhole


Ada 3 tipe terjadinya Sinkhole menurut USGS, yaitu dissolution, cover-subsidence dan
cover-collapse.
a. Dissolution Sinkhole
Potensi sinkhole pada tipe ini terjadi ketika aliran air mengalir pada tempat yang rendah
menuju batuan terbuka (kapur dan dolomit), seperti sambungan, patahan, lapisan batuan, dan
zona fluktuasi tabel air dimana air tanah bersentuhan dengan atmosfer. Air akan meresap
melalui sambungan atau celah pada batu kapur. Larutan batuan karbonat terbawa dari
permukaan batuan tersebut dan terbentuk penurunan secara bertahap. Drainase permukaan
yang terbuka dapat mempercepat proses peleburan. Debris yang terbawa ke dalam celah batuan
akan membuat aliran tersumbat dan tergenang. Depresi atau penurunan dan perbukitan landai
akibat Sinkhole tipe ini sangat umum dijumpai.

2|Page Yoga Pratama Putra


b. Cover-subsidence Sinkhole
Tipe ini cenderung berkembang secara bertahap dimana sedimen penutupnya permeabel
dan mengandung pasir. Di daerah yang penutup lebih tebal, atau sedimen mengandung lebih
banyak tanah liat, kemungkinan tidak terdeteksi untuk waktu yang lama.

1. Sedimen granular berubah pecah menjadi bukaan sekunder di atas batuan karbonat.
2. Kolom sedimen diatasnya mengendap ke dalam ruang kosong, biasa disebut “piping”.
3. Pelarutan dan pengisian terus berlanjut, membentuk penurunan di permukaan tanah
secara nyata/tampak.
4. Terjadi erosi yang lambat dan membentuk penurunan permukaan dari 1 inci hingga
beberapa kaki di kedalaman dan diameter.

c. Cover-collapse Sinkhole
Lubang runtuhan penutup dapat berkembang secara tiba-tiba (dalam beberapa jam) dan
menyebabkan kerusakan yang sangat besar. Lubang runtuhan ini terjadi dimana sedimen
penutup mengandung sejumlah besar tanah liat. Seiring waktu, drainase permukaan, erosi dan
deposisi lubang permukaan menjadi turun berbentuk mangkuk dangkal.

1. Sedimen mengalir ke rongga lapisan batuan.

3|Page Yoga Pratama Putra


2. Aliran berkelanjutan, sedimen penutup yang kohesif membentuk lengkungan
struktural.
3. Rongga berpindah ke atas dikarenakan keruntuhan atap progresif.
4. Rongga akhirnya menembus permukaan tanah, menciptakan Sinkhole secara tiba-tiba.
Selain dari USGS, terdapat juga jenis Sinkhole berdasarkan tipe keruntuhannya. Versi
BGS (British Geological Survey). Berikut ilustrasi gambar beserta penjelasan tipe Sinkhole
dari BGS yang memodifikasi Waltham,dkk (2005).

2.1.3. Sinkhole karena ulah manusia


Sinkhole dapat terjadi dikarenakan praktik penggunaan lahan, terutama dari pemompaan
air tanah dan praktik konstruksi dan pengembangan. Sinkhole dapat terbentuk pula ketika pola
drainase air alami diubah dan sistem pengalihan air dikembangkan. Beberapa Sinkhole
terbentuk ketika permukaan tanah berubah, seperti saat pembuatan kolam limpasan. Berat
substansial material dapat memicu kolapsnya material pendukung di bawah tanah sehingga
menyebabkan Sinkhole .
Air bawah tanah sebenarnya membantu menjaga permukaan tanah tetap di tempatnya.
Pemompaan air tanah untuk pasokan air perkotaan dan irigasi dapat menghasilkan Sinkhole
baru di daerah rawan Sinkhole . Jika pemompaan menurunkan level air tanah, maka kegagalan
struktural bawah tanah dan Sinkhole dapat terjadi. (USGS Fact Sheet 2007-3060)

4|Page Yoga Pratama Putra


2.1.4. Kasus bencana Sinkhole
a. Sinkhole di Dazhou, Tiongkok

Dilansir dari Jawapos.com pada tanggal 28 Desember 2018, empat orang tewas setelah
Sinkhole raksasa tiba-tiba muncul di sepanjang trotoar sibuk di kota Dazhou, Tiongkok barat
daya. CNN menyebut Sinkhole terjadi akibat erosi bebatuan dalam tanah akibat air.
b. Jalan raya Gubeng, Surabaya.

Dikutip dari Jawapos.com, Pada tanggal 18 Desember 2018 pukul 21.30 WIB, jalan raya
Gubeng kota Surabaya mendadak ambles 8 meter dengan panjang 25 meter. Kemungkinan
penyebab amblesnya jalan Gubeng ini terkait dengan proyek pembangunan di sekitar lokasi.
Menurut tim ahli bangunan gedung ITS Mudji Irmawan, fenomena pada jalan Gubeng tersebut
dapat diistilahkan sebagai semi sinkhole. Dikarenakan para pekerja tidak dapat mengatasi
rembesan air pada tembok penahan tanah dengan maksimal dan terdapat beban diatas, sehingga
terjadi fenomena turunnya tanah secara cepat, bersamaan dan tercipta lubang tersebut.

5|Page Yoga Pratama Putra


c. Sukabumi, Jawa timur

Dikutip dari IDNTIMES, Sinkhole terjadi di lahan persawahan desa suka maju,
Sukabumi pada tanggal 7 September 2018. Badan geologi kementerian energi dan sumber daya
mineral menyatakan bahwa lubang tersebut disebabkan oleh terowongan tanah yang tergerus
air. Adanya saluran air bawah tanah bisa memicu erosi dan menyebabkan tanah ambles. Dari
hasil peninjauan tim badan geologi, terowongan tanah tersebut tidak memiliki penguat untuk
dinding dan atapnya, sehingga sedikit demi sedikit tergerus air. Sehingga, rongga bawah tanah
semakin besar dan tidak kuat menahan beban di atasnya.

2.1.5. Pencegahan Sinkhole


Menurut British Geological Survey, bahaya Sinkhole dapat dikurangi dengan
perencanaan yang tepat, investigasi lokasi yang baik (geofisika dan lubang bor), desain yang
tepat dan pemeliharaan infrastruktur yang tepat seperti drainase. Kehati-hatian diperlukan
ketika memasang struktur yang dapat memengaruhi aliran air tanah setempat atau tingkat air
tanah.
a. Pastikan perimeter dan kawasan rawan Sinkhole dipetakan atau dijauhkan dari
populasi manusia.
b. Informasikan pemilik tanah jika terdapat potensi Sinkhole.
c. Pastikan sema pemicu (misalnya kebocoran saluran) dikelola untuk meminimalkan
potensi penurunan muka tanah yang berkelanjutan.
d. Pantaulah properti anda tentang penurunan yang dicurigai, periksa bahwa tidak ada
mekanisme pemicu potensial yang jelas, misalnya kebocoran pipa. Periksa tiap retakan yang
terkait di bangunan terdekat dan dapatkan bimbingan dari teknisi konsultan.
e. Perbaikan tanah dengan memperkuat struktur bebatuan yang telah degradasi
f. Melakukan survei geofisika dalam rangka mencari potensi sinkhole, memetakan dan
memperbaikinya.
g. Melarang penggunaan air tanah secara masive.

6|Page Yoga Pratama Putra


2.1.6. Pemetaan bahaya Sinkhole
Untuk pemetaan bahaya Sinkhole , penulis merujuk pada penelitian yang berjudul
“Pemetaan Bahaya Amblesan di Daerah Karst Kecamatan Semanu, kabupaten Gunung Kidul,
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta” Oleh C.P Widyaningtyas dan Doni Prakasa Eka Putra.
Di daerah penelitian diketahui bahwa terdapat telaga yang mengering akibat adanya amblesan
yang disebabkan oleh adanya Sinkhole didasar telaga tersebut. Oleh karena itu, tujuan dari
penelitian tersebut adalah untuk memetakan zona bahaya amblesan akibat dari keberadaan
Sinkhole. Metode yang digunakan untuk pengambilan data meliputi evaluasi peta topografi dan
Digital Elevation Model (DEM), observasi kondisi morfologi, observasi jenis litologi, evaluasi
kelurusan geologi berdasarkan data Digital Elevation Model (DEM) dan observasi persebaran
amblesan dan/atau Sinkhole yang termanifestasi dalam bentuk morfologi gua, luweng dan
telaga. Selanjutnya berdasarkan data-data tersebut, dilakukan evaluasi menggunakan metode
Analytic Hierarchy Process (AHP) untuk mengetahui bobot pengaruh dari setiap parameter
yaitu morfologi (kelerengan), jenis litologi dan kelurusan geologi terhadap terjadinya amblesan
dan/atau Sinkhole .
Parameter yang digunakan sebagai faktor pengontrol amblesan adalah morfologi, litologi
dan kelurusan geologi atau lineament. Setelah bobot setiap parameter didapatkan dengan nilai
indeks konsistensi yang terkecil, peta bahaya amblesan dibuat dengan metode overlay dengan
memanfaatkan perangkat lunak sistem informasi geografis. Untuk memastikan kesesuaian
zona bahaya amblesan yang dihasilkan dari hasil overlay, dilakukan perbandingan antara kelas
bahaya amblesan dengan jumlah amblesan dan/atau Sinkhole yang didapatkan di lapangan.

2.1.7. Regulasi pemanfaatan tanah


1. Draf Peraturan Menteri Agraria Dan Tata Ruang/ Kepala Badan Pertanahan Nasional
tahun 2017 tentang zonasi wilayah, pemanfaatan ruang pada wilayah nasional, provinsi dan
kabupaten/kota. Peraturan tersebut mengatur tentang pengaturan dan pemetaan zona wilayah
termasuk kawasan resapan air, perlindungan setempat, kawasan konservasi, kawasan lindung
geologi dll. Peraturan ini juga mengatur prosedur penyusunan peraturan zonasi (penyusunan
peta dan teks zonasi) pada wilayah nasional, provinsi dan kabupaten/kota.
2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2008 Tentang Air Tanah.
Mengatur tentang pengelolaan air, pendayagunaan air, pemberian izin pemakaian air
tanah/pengusahaan air tanah, konservasi air, pengendalian daya rusak air tanah, penggalian air
tanah. Terdapat bunyi pasal 59 yaitu “Izin pengusahaan air tanah tidak diperlukan terhadap air
ikutan dan/atau pengeringan (dewatering) untuk kegiatan eksplorasi dan eksploitasi di bidang
pertambangan dan energi.”, yang artinya mengurangi potensi Sinkhole pada pertambangan.
Terdapat juga pasal 66 yang mengatur kondisi lingkungan air untuk mencegah terjadinya
amblesan tanah (Sinkhole ) namun tidak mendetail secara teknis.
3. Peraturan Menteri Energi Dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia Nomor 31
Tahun 2018 Tentang Pedoman Penetapan Zona Konservasi Air Tanah. Mengatur penyusunan
dan pembaruan zona konservasi air tanah, dan penyusunan peta zona konservasi air tanah.

7|Page Yoga Pratama Putra


2.2. Pembahasan
Potensi sinkhole di Indonesia cukup berbahaya dan mencakup hal yang luas, mengingat
Indonesia memiliki banyak tambang, tanah kapur, daerah vulkanik batuan gamping,
pembuatan dll. Bahaya sinkhole dapat diatasi jika elemen masyarakat, pemerintah dan peneliti
dapat bekerja-sama dalam mencegah potensi-potensi yang ada. Oleh karena itu, diperlukan
beberapa upaya dalam mencegah, tindakan saat terjadi bencana dan setelah bencana agar tidak
terjadi kehilangan bila terjadi bencana serupa. Peningkatan kapasitas, kesiapsiagaan dan
tindakan setelah bencana sangat diperlukan dalam upaya mengurangi risiko terjadinya bencana
maupun meminimalisir korban. Berikut pengelolaan bencana sinkhole;
a. Pra-bencana
 Pencegahan : Pengelolaan dan pemanfaatan air tanah yang baik, konservasi tanah dan
air, grouting, sistem drainase, sistem perpipaan dan menghindari daerah rawan sinkhole.
 Mitigasi : Perbaikan sistem pemipaan air bersih maupun kotor, perencanaan beban
di atas wilayah rawan, lebih aware terhadap lingkungan dan memiliki teknologi maupun
pendidikan yang mumpuni. Pengawasan oleh pemerintah sangat diperlukan, termasuk
perbaikan infrastruktur yang telah menua.
 Kesiapan : Pendidikan masyarakat dan perencana/kontraktor, peningkatan teknologi
untuk peringatan dini, pemetaan sinkhole, dan pelatihan pra-bencana.
 Peringatan dini : Penuaan perpipaan, retak pada fondasi dan dinding, perubahan fluktuasi
tabel air, retak pada tanah dan terjadi sinkhole pada daerah sekitar.
b. Bencana
 Tanggap darurat : evakuasi korban, menutup lokasi, menurunkan peneliti, menutup
sistem perpipaan/drainase, penerjunan relawan, dan inspeksi menyeluruh.
 Bantuan darurat : medis, hunian sementara, penyediaan air bersih dan sanitasi.
c. Pasca-bencana
 Pemulihan : penguatan atau penimbunan tanah, pemulihan kualitas air tanah atau
sumur warga, dan perbaikan infrastruktur.
 Rehabilitasi : perbaikan psikologis korban, dan konsultasi kepada ahli
geologi/konstruksi.
 Rekonstruksi : perbaikan lingkungan, sarana prasarana, perbaikan regulasi dalam
bidang konstruksi, geologi dan pemanfaatan tanah.
Kurangnya kepedulian terhadap bahaya sinkhole mengakibatkan tidak adanya sosialisasi
pengetahuan secara umum potensi sinkhole, regulasi khusus dalam rangka pencegahan dan
tindakan pasca-bencana ataupun prosedur kebencanaan, perkembangan teknologi yang tidak
fokus atau khusus dalam merencanakan sistem peringatan dini hingga pemetaan bahaya. Oleh
karena itu, diharapkan semua stakeholder dapat bekerja sama dalam memetakan potensi hingga
perilisan regulasi. Regulasi nasional yang telah ada cukup mencegah karena fokus terhadap
permasalahan geologi dan lingkungan. Namun tidak ada peraturan mengenai tampang pada
daerah karst dan pemetaan potensi bahaya sinkhole, sehingga mengakibatkan peraturan zonasi
larangan tempat tinggal tidak ada. Peraturan tentang penggunaan lahan pada daerah karst atau
lapisan batuan karbonat lainnya sangat diperlukan dalam mencegah resiko terjadinya sinkhole
yang dapat memakan korban.

8|Page Yoga Pratama Putra


BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat penulis sampaikan adalah.
1. Potensi sinkhole di Indonesia dikatakan sangat rawan, berbahaya dan dalam wilayah
yang luas, terutama daerah pegunungan karst.
2. Sisi pengetahuan dalam masyarakat sangat kurang dan kurangnya kepedulian
mengakibatkan kemauan untuk mencari tahu sangat kurang. Sisi pemeliharaan sistem
perpipaan di Indonesia cukup buruk sehingga menambah risiko kebocoran dan
mengakibatkan sinkhole.
3. Pemetaan sinkhole di Indonesia belum ada sehingga perlu campur tangan pada pihak
akademisi dan peneliti untuk memetakan bahaya sinkhole di Indonesia sehingga
masyarakat sadar akan bahaya sinkhole di sekitar mereka,
4. Regulasi yang berlaku di Indonesia tentang pencegahan sinkhole secara umum cukup
baik tentang pemanfaatan tanah, konservasi air tanah dan perlindungan geologis,
namun tidak ada peraturan yang mengatur tentang zonasi bahaya yang melarang
pemukiman warga, tambang daerah karst dan pendayagunaan air yang berlebihan. Hal
ini dikarenakan tidak adanya pemetaan sinkhole sehingga perlu trigger agar regulasi
dapat direncanakan.

3.2 Saran
Berikut saran yang dapat penulis sampaikan.
1. Akademisi, institusi terkait, dan peneliti dapat mempertimbangkan memetakan wilayah
zona potensi bahaya sinkhole.
2. Pemerintah merancang peraturan tentang zonasi pemukiman agar menghindari bahaya
sinkhole.
3. Pemeliharaan sistem drainase, sistem pemipaan dan pemeliharaan tanah terutama
daerah yang memiliki struktur tanah berbatuan karbonat.
4. Sosialisasi kepada masyarakat tentang bahaya, potensi, pencegahan, dan tindakan
tanggap ketika terjadi sinkhole.

9|Page Yoga Pratama Putra


DAFTAR PUSTAKA

Ardaman % Associates, Inc. Sinkhole Evaluation and Investigation.


https://www.ardaman.com/civil-engineering/sinkhole-evaluation/ (akses 4 Oktober 2019)
Asyari, Yusuf. 2018. “Jalan Gubeng Amblas, Ini Penjelasan Ilmiah soal Sinkhole”. 20
Desember 2018. Surabaya.
British Geological Survey. Sinkhole (or dolines) https://www.bgs.ac.uk/research/
engineeringGeology/shallowGeohazardsAndRisks/sinkHoles/home.html (akses 2 Oktober
2019)
Kementrian Agraria dan Tata Ruang. 2017. Rapermen tentang penyusunan peraturan
zonasi pada wilayah nasional, provinsi dan kabupaten/kota.
Kementrian ESDM. 2018. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No 31
Tahun 2018 tentang Pedoman Penetapan Zona Konservasi Air Tanah.
Meng, Yan. 2018. Global Warming Causes Sinkhole Collapse – Case Study In Florida,
USA. Wuhan.
P. Widyaningtyas, dkk. 2014. Pemetaan Bahaya Amblesan Di Daerah Karst Kecamatan
Semanu, Kabupaten Gunung Kidul, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Yogyakarta: UGM
Pemerintah Indonesia. 2008. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 43 Tahun
2008 tentang Air Tanah.
Putra, Clairine Maretha Martin. 2018. Kualitas Fisik Dan Coliform Air Sumur Di Dusun
Nanas Kabupaten Kediri Pasca Fenomena Alam Sumur Ambles. Universitas Airlangga.
Rayadie, Ahmad. 2019. “Pakar Ungkap Penyebab Munculnya Sinkhole di Sukabumi,
Diameternya Terus Meluas” 28 April 2019. Tim pikiran rakyat.
Ulfa, Maria. 2018. “Tanah Ambles Gubeng dan Perbedaannya dengan Sinkhole Selandia
Baru” 19 Desember 2018. Tirto.
United States Geological Survey. Sinkhole https://www.usgs.gov/special-topic/water-
science-school/science/sinkholes?qt-science_center_objects=0#qt-science_center_objects
(akses 2 Oktober 2019)
Waltham, Tony. 2009. Sinkhole geohazard. London : Blackwell Publishing
Whittow, John (1984). Dictionary of Physical Geography. London: Penguin.
Xiong, Yong. 2018. “Four killed after massive sinkhole opens in Chinese city”. 9
Oktober 2018. CNN.

10 | P a g e Yoga Pratama Putra

Anda mungkin juga menyukai