PROPOSAL
Analisis Kondisi Bentang Lahan Jawa Timur dengan Aspek Fisik
dan Sosial
Disusun Oleh :
1. Akbar Fatahillah Faqih 190210303008
2. Nita Laura Pratama 190210303012
3. Giofani Ginolla Ardiyanto 190210303021
4. Muhammad Aulia Ramadhana 190210303033
5. Avindi Dewi Salsabilla 190210303037
6. Desy Andri Tri Palupi 190210303038
7. Sukma Yully Anggraeni 190210303044
8. Bagus Sukma Pradana Putra 190210303048
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
agak sempit karena terdapat teras Tuf Batuapung yang berasal dari erupsi terakhir
Kaldera Maninjau dan Andesit Basal yang berasal dari gunung api strato berumur
Pliostosen sampai Holosen. Informasi mengenai litologi atau jenis batuan
penyusun berpengaruh terhadap resistensi (daya tahan) garis pantai terhadap
proses pengkisan oleh gelombang, arus dan pasang surut (Solihuddin, 2011).
Hal ini sama pesisir selatan Jember. Berdasarkan litologi penyusun yang
didominasi oleh Endapan Aluvium, maka daerah pesisir Selatan Jember memiliki
resistensi rendah terhadap proses pengikisan oleh gelombang, arus dan pasang
surut berdasarkan klasifikasi Dolan, et al (1975). Oleh karena itu, dalam
pengelolaan dan perencaaan wilayah 9 pesisir harus sangat hati-hati dan
dianjurkan memperhatikan AMDAL (Solihuddin,2011).
Dilihat dari topografi wilayah, Kabupaten Jember terdiri dari 40% dataran
rendah dan 60% daerah bukit bergelombang. Dataran rendah terdapat di sebelah
barat yang terhampar sepanjang pantai dengan ketinggian 0–10 mdpl, sedangkan
daerah bukit bergelombang tersebar di Kabupaten Jember dengan ketinggian 10–
1.000 mdpl. (Solihuddin, 2011).
Informasi mengenai morfologi atau bentang alam memberikan gambaran
mengenai kriteria geomorfologi dan tutupan lahan (landcover) daerah penelitian.
Berdasarkan kondisi morfologi, dataran rendah yang menempati sekitar 40%
wilayah Kabupaten Jember merupakan Satuan Pedataran Fluvial dengan bentuk
lereng cekung, morfogenesis eksogen (aliran sungai), kemiringan lereng 0–2%,
dan pemanfaatan lahan untuk permukiman, pertanian, serta perkebunan rakyat.
Morfologi perbukitan bergelombang yang menempati sekitar 60% wilayah
Kabupaten Jember merupakan Satuan Perbukitan dengan bentuk lereng cembung,
morfogenesis endogen (vulkanik dan struktur antiklin), kemiringan lereng 8–13%,
dan pemanfaatan lahan untuk perkebunan, huma/ ladang serta hutan.(Solihuddin,
2011).
Satuan morfologi penyusun pantai selatan Jember terdiri dari perbukitan
dan dataran. Perbukitan merupakan ciri utama pantai selatan dengan pantai terjal
dan perbukitan bergelombang dengan kemiringan mencapai 40% dan disusun oleh
sedimen tua. Sedangkan satuan morfologi dataran berkembang di sekitar muara
9
sungai dengan susunan terdiri atas pasir dan kerikil yang berasal dari endapan
limpahan banjir. Wilayah pantai selatan jember yang terbentang dari timur ke
barat batuan geologinya merupakan endapan permukaan berupa aluvium seperti
lempung, lanau, kerikil dan kerakal (Wahyudin, 2011).
Berdasarkan hasil pengamatan yang didasarkan pada tiga unsur utama
yaitu: geologi, morfologi, dan karakter garis pantai (Dolan et al., 1975), maka
daerah penelitian dibagi menjadi 3 tipe pantai Masingmasing tipe pantai tersebut
adalah sebagai berikut.
A. Pantai Tipe 1
Pantai Tipe 1 memiliki garis pantai berbentuk teluk, sempit, memiliki
morfologi landai hingga menengah, dengan kemiringan bibir pantai 6°- 22°.
Lebar pantai berkisar antara 50 m dan 100 m, didominasi oleh litologi pasir
berukuran halus hingga kasar, berwarna abu-abu kehitaman mengan dung
besi, felspar, serta sebagian mengan dung sedikit cangkang kerang. Pantai tipe
1 terutama terdapat di wilayah Payangan, Tanjung Seruni, dan Watu Ulo.
B. Pantai Tipe 2
Tipe 2 memiliki garis pantai lurus dan lebar didominasi morfologi landai dan
berselingan dengan pantai bermorfologi terjal. Pantai yang bermorfologi
landai memiliki litologi pasir mengandung besi dan felspar berwarna abu-
abukehitaman, dengan ukuran butir pasir halus sampai kasar. Pada pantai ini
terjadi penumpukan pasir membentuk gumuk-gumuk pasir yang cukup luas.
Kemiringan bibir pantai relatif landai antara 4o - 8o dengan lebar lebih dari
200 m sepanjang lebih dari 1 km. Pantai Tipe 2 ini terdapat di wilayah Pantai
Puger dan Paseban Pantai Tipe 2 di Paseban (kiri) dan Puger (kanan)
C. Pantai Tipe 3
Pantai Tipe 3 memiliki bentuk garis pantai berteluk dengan morfologi
perbukitan curam dan terjal sebagian berselingan dengan pantai landai yaitu
terutama di daerah Tanjung Papuma dan sebagian besar di daerah Pantai
Bandealit, Meru Betiri, Teluk Pisang, dan Teluk Permisan.
Pantai ini disusun oleh batuan ber umur Tersier dan Kuarter berupa
lava andesit, breksi, dan batugamping. Gelombang tsunami akan
10
terkonsentrasi ke dalam teluk namun morfologi pantai yang curam dan terjal
akan menahan gelombang tsunami di sepanjang pantai.
Adanya Pelabuhan Perikanan / Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) yang
dikelola oleh dinas kabupaten serta Unit Pengelola Pelabuhan Perikanan Pantai
(UPPPP) yang dikelola oleh provinsi semakin memberi bukti bahwa potensi hasil
laut di Jember diakomodir secara sistematis dan dapat dimanfaatkan oleh
masyarakat pesisirnya. Kekayaan sumber daya pasir dari sedimentasi sungai
maupun lautan yang terendapkan di pesisir pantai selatan dapat menjadi sumber
mata pencaharian serta peningkatan pembangunan lokal di Jember. Pesisir selatan
Puger Kabupaten Jember memiliki potensi pengembangan wilayah yang sangat
strategis. Potensi wilayah tersebut didukung oleh pembangunan Jalur Lintas
Selatan (JLS). Diharapkan dengan adanya JLS ini, ekonomi dan akses masyarakat
semakin mudah. Dengan tipologi Pesisir Puger berjenis Marine Deposition Coast
menjadikan lokasinya sangat cocok untuk dimanfaatkan sebagai lokasi wisata
andalan di Kabupaten Jember.
Potensi dari Pesisir Puger perlu dikaji Menurut Shepard (1972) dalam
Pethick (1984) membagi tipologi pesisir menjadi dua yaitu pesisir primer (primary
coast) dan pesisir sekunder (secondary coast). Pesisir primer (primary coast) lebih
dikontrol oleh proses-proses seperti erosi, deposisi, dan vulkanisme sedangkan
pesisir sekunder (secondary coast) terbentuk akibat aktivitas lanjutan dari pesisir
primer seperti aktivitas organisme, proses marin atau aktivitas gelombang. Pesisir
primer dibagi lagi menjadi empat tipologi, yaitu land erosion coast, volcanic
coast, structurally shaped coast dan sub aerial deposition coast.
Berbeda dengan pesisir primer, pesisir sekunder dibagi menjadi tiga tipe,
yaitu marine deposition coast, wave erosion coast dan coast built by organism
(disajikan pada gambar 1).
11
basalt olivin dan piroklastika jatuhan; batuan gunungapi Semeru disusun oleh lava
andesit-basalt, klastika gunungapi dan lahar; dengan sebagian kecil ditutupi oleh
Formasi mandalika. Sedangkan sisa wilayah Kabupaten Lumajang ditutupi oleh
sebaran kelompok Tuf Argopuro yang terdiri atas tuf sela, breksi tuf dan batupasir
tufan; batuan gunungapi Jembangan yang disusun oleh lava basalt olivin-piroksen,
tuf, tuf pasiran dan batupasir; endapan gunungapi Lamongan bersusunan breksi
gunungapi, tuf dan lava basalt; Formasi Wuni dan sebagian besar Formasi
Mandalika; endapan rawa dan aluvium. Endapan rawa diendapkan di bagian
selatan wilayah Kecamatan Pronojiwo terdiri atas kerikil, pasir, lempung dan sisa
tumbuhan; sementara aluvium menempati bagian pedataran di sebelah timur
wilayah Kabupaten Lumajang, terdiri atas kerakal, kerikil, pasir dan lumpur
merupakan bahan rombakan dari formasiformasi yang lebih tua serta hasil
rombakan produk letusan G.Mahameru.
Gunung Semeru merupakan gunung tertinggi di Pulau Jawa dengan
ketinggian 3676 mdpl terletak pada posisi 8˚ 06’ 30” LS dan 112˚ 55’ BT.
Gunung ini memiliki bentukan yang kerucut. Kompleks Gunung semeru
Posisinya terdapat pada satu kelurusan yang sama dengan kompleks Gunung
Tengger. Gunung Semeru mulai dari zaman pra sejarah sampai sekarang
kegiatan vulkaniknya tercatat menunjukkan letusan yang berada di pusat
(kawah puncak), dan letusan samping (lereng). Beberapa bukti sejarah
menunjukkan letusan samping ini yang membentuk Ranu Darungan, Ranu
Pakis, Gunung Lengker, Gunung Totogan Malang, Gunung Papak dan
beberapa tempat lain yang terdapat pada lereng Gunung Semeru.
14
Bagian bawah dari lava hasil letusan samping 1941 bersifat masif,
sedangkan bagian permukaannya berbongkah kasar memilki tekstur porfiritik
mengandung mineral hipersten dan augit dengan komposisi andesit (57,55 – 57,72
% SiO2 ). Pada masa yang akan datang ada peluang terjadi kegiatan letusan
samping yang akan dikontrol terutama oleh beberapa kelurusan/ struktur sebagai
zona lemah terutama di sektor lereng timur-tenggara-selatan Gunung Semeru.
Aliran lava dan endapan piroklastik hasil dari letusan samping ini dapat lebih
membahayakan apabila komposisinya lebih basa dan terjadi di sekitar
perkampungan berpenduduk padat. Pada daerah endapan vulkanik gunung semeru
adalah terdiri dari batuan formasi mandalika, lava parasit kepolo semeru, lava
parasite semeru, dan batuan gunung api semeru. Batuan formasi mandalika terdiri
dari lava andesit, dan breksi gunung api, berskala waktu geologi tersier. Lava
parasite kepolo semeru terdiri dari lava andesit hipersten augit, yang memiliki
skala waktu geologi kala kuarter termasuk dalam holosen. Lava parasite semeru
terdiri dari lava andesit piroksen atau basal olivine, berskala waktu geologi kala
kuarter termasuk dalam kala holosen yang berskala waktu geologi sama dengan
lava parasite kepolo semeru. Sedangkan batuan gunung api semeru terdiri dari
lava andesit-basal, tuf, breksi gunung api, dan breksi lahar, yang berskala waktu
geologi yaitu kala kuarter termasuk dalam kala plistosen.
Dilihat dari penampang endapan vulkanik gunung semeru terdiri lapisan
formasi mandalika yang mengalami sesar turun, sedangkan lapisan formasi
15
mandalika yang terkena sesar turun tersebut yang awalnya satu lapis menjadi
berlapis dengan batuan gunung api semeru dan lapisan batuan lava parasite
semeru. Akibat sesar turun tersebut mengakibatkan formasi mandalika yang
berumur kala tersier menjadi terangkat pada kala kuarter.
Topografi yang terdapat diendapan vulanik Lumajang memiliki kegunaan
lahan yang tidak banyak digunakan. Karena lahan yang ada disana terdapat
banyak batuan yang susah untuk di ambil karena memiliki kekerasan yang
tinggi. Terdapat banyak penambang pasir dan pedagang di tepi jalan di daerah
endapan vulkanik di Lumajang.
Kompleks Gunung Semeru memiliki struktur geologi yang cukup kompleks.
Terdapat 4 (empat) sesar atau sebuah kelurusan. Kelurusan yang ditemukan
berarah barat laut hinggatenggara, timur hingga barat dan timur laut-daya
dan pada umumnya menunjukkan indikasi adanya litologi yang bergeser
dan pergesaran ini dianggap sesar normal. Pengenalan landscape berfungsi
untuk memberikan gambaran teoritas fenomena geografis yang terhadi
dipermukaan bumi (Ikhsan dkk, 2018)
Vegetasi yang terjadi di daerah endapan vulkanik diakibatkan oleh
adanya humus yang disebabkan oleh lahar dari Gunung Semeru. Lahar
tersebut mengakibatkan daerah disekitar Gunung menjadi subur. Pada
dinding - dinding tebing di Lumajang tidak ditemukannya rembesan maupun
rekahan pada daerah tersebut. Apabila ada letusan di daerah vulkanik di
Lumajang, yaitu tipe tromboli antara 10 - 15 menit sekali. Kualitas air
disana sangat bagus dan sumber air dapat ditemukan di kedalaman lebih dari 35
meter, mempunyai unsur hara yang kaya, dan memiliki nilai jua 1 tanah yang
murah.
Temuan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa material
endapan vulkanik memiliki nilai jual yang sangat bagus serta memiliki
kandungan besi yang sangat tinggi. Material tersebut mengandung nilai jual
yang tinggi dikarenakan sesar yang terdapat di Gunung Semeru yang
memiliki sesar yang kompleks. Endapan vulanikyang terdapat di Kabupaten
Lumajang memiliki kegunaan lahan yang tidak banyak digunakan. Karena
16
lahanyang ada disana terdapat banyak batuan yang susah untuk di ambil
karena memiliki kekerasan yang tinggi. Banyak penambang pasir yang
mengambil material dari limpasan yang keluar dari aliran Gunung Semeru.
Beberapa bahan galian :
1. Teridentifikasi bahwa sumber daya bahan galian pasir dan batu hasil kegiatan
erupsi G. Mahameru yang berkesinambungan telah menciptakan
pendangkalan badanbadan sungai yang dilaluinya dan sekaligus menjadi
lahan penambangan utama bahan galian dimaksud. Kuantitas bahan galian
termasuk ke dalam kategori sumber daya tereka dengan jumlah total ±
2.333.000 m3 .
2. Andesit. Batuan andesit tidak terubah berwarna abu-abu dan terubah
hidrotermal berwarna kehijauan. Batuan ini dapat digunakan untuk bahan
bangunan dan ornamen dinding bangunan.
3. Bahan galian logam. Jenis bahan galian berupa mineral-mineral mengandung
tembaga (Cu), molybdenum (Mo), seng (Zn), emas (Au), perak (Ag) dan
arsen (As).
4. Diorit, batuan yang dapat digunakan sebagai bahan bangunan dan lantai.
Ranu Klakah Kabupaten Lumajang ini adalah saah satu danau yang
terbentuk akibat letusan Gunung Lemongan yang sifatnya masih alami. Ranu
Klakah sendiri terletak di Desa Tegalrandu, Kecamatan Klakah, Kabupaten
Lumajang. Danau ini terletak sekitar 10 km di sebelah utara Kota Lumajang.
Berdasarkan ensiklopedia, danau ini memliki ketinggian 900 meter diatas
permukan laut dengan luas 22 hektar dan kedalaman sekitar 28 meter. Ranu
Klakah sendiri dilator belakangi oleh Gunung Lemongan yang memiliki tinggi
sekitar 1.668 dari permukaan laut, kemudian, antara pusat kota Lumajang dengan
Ranu Klakah berjarak 19 km. antara pusat kota menuju kecamatan klakah berjarak
17 km kearah utara dari pusat kota serta jarak antara kecamatan menuju obyek
wisata Ranu klakah berjarak 2 km kearah barat dari kecamatan klakah. Ditambah
dengan udaranya yang segar dan sejuk. Oleh masyarakat sekitar danu Ranu
Klakah digunakan untu tempar memancing serta budidaaya ikan seperti ikan
17
mujair dan ikan nila. SelainRanu Klakah didekatnya juga ada danau lagi yaitu
Ranu Pakis dan Ranu Bedali.
Kabupaten Probolinggo merupakan kabupaten yang terletak di pesisir
pantai utara Jawa. Menurut data dari SIPD (Sistem Informasi
Pembangunan Daerah) Kabupaten Probolinggo, Kabupaten Probolinggo
memiliki garis pantai sepanjang 1,33 km. Berdasarkan data tersebut, maka perlu
adanya perhatian khusus terkait perubahan bentang lahan pada daerah pesisir.
Karena perubahan bentang lahan tersebut dapat mempengaruhi kehidupan
masyarakat pada daerah pesisir di Kabupaten Probolinggo.
Pantai Bentar merupakan pantai utara yang lokasinya tepat berada
di Jalur Pantura Mayangan, Karanganyar, Kecamatan Gending, Kabupaten
Probolinggo. Pantai Bentar memiliki bentang alam yang sangat indah
ditambah dengan pemandangan mangrove yang ada. Pantai Bentar memiliki
ombak yang relatif tenang. Hal ini dikarenakan pantai utara Jawa salah satunya
Pantai Bentar tidak langsung menghadap ke samudera lepas melainkan
masih terhalang pulau. Pantai Bentar memiliki lingkungan yang sangat asri
dan bersih untukdikembangkan menjadi tempat wisata. Perkembangan wisata
bentar dapat dibilang sangat baik, sehingga dapat menopang perekonomian
masyarakat. Ini menandakan lingkungan yang bersih menjadi tolak ukur untuk
masyarakat membangun perekonomiannya. Kurnianto dkk (2018) menyatakan
bahwa lingkungan yang bersih akan menjadikan masyarakatnya menjadi sehat
dan dapat mengurangi kemiskinan. Perkembangan wisata ini juga berpengaruh
terhadap perubahan keadaan geomorfologi pada Pantai Bentar. Perubahan
bentang lahan pada daerah pesisir khususnya pada Pantai Bentar yang
menjadi fokus penelitian harus mendapat perhatian khusus, karena
perubahan bentang lahan akan berakibat pada kehidupan masyarakat
sekitar baik sosial, ekonomi dan budaya. Pengenalan landscape berfungsi
untuk memberikan gambaran realitas fenomena geografis yang terjadi di
permukaan bumi (Ikhsan dkk, 2018). Pentingnya pengenalan landscape atau
bentang lahan sangat berguna untuk menambah pengetahuan atau litterasi
mahasiswa tentang perubahan lahan atau landscape.
18
Data hasil citra satelit yang didapat dari Google Earth dari tahun
2009 sampai tahun 2018 perbedaanya cukup signifikan. Citra satelit sangat
baik digunakan untuk menganalisis perubahan bentang lahan pada suatu
wilayah. Pada daerah pantai, penggunaan citra satelit
sangat membantu dalam menganalisis perubahan bentang lahan yang terjadi
pada daerah pantai, seperti data berikut :
Data citra satelit pada tahun 2014 jika dibandingkan dengan tahun 2013
menunjukkan belum ada perubahan sama sekali terkait bentang lahan di
sekitar Pantai Bentar. Beberapa kenampakan terlihat sama dengan hasil citra
satelit tahun 2013. Citra satelit tahun 2015 menunjukkan perubahan, jika
dibandingkan dengan tahun 2014. Pada dua lokasi yang dilingkari merah,
terjadi pertumbuhan hutan mangrove yang bergeser sedikit ke utara. Hal ini
menunjukkan bahwa ada pengaruh sedimentasi walaupun rendah. Sedangkan
lahan hijau yang ada di sekitar Pantai Bentar masih terlihat sama dengan tahun
2013.
Google 2016 dan 2017 Hasil tangkapan citra satelit pada tahun
2016 belum menunjukkan tidak ada perubahan sama sekali apabila
dibandingkan dengan tahun 2015. Lahan hijau terlihat sama dengan tahun
2015. Pergeseran hutan mangrove tidak terlihat sama sekali pada tahun
2016. Jika dibandingkan dengan data hasil citra satelit 2017 menunjukkan bahwa
terjadi perubahan bentang lahan pada sebelah barat Pantai Bentar. Perubahan
tersebut adalah bergesernya hutan mangrove yang bergeser kea rah utara.
Artinya bahwa sedimentasi antara tahun 2016-2017 berjalan sangat baik.
dan Sunaedi, 2018). Dan hasil citra satelit yang juga merupakan bagian dari SIG
(Sistem Informasi Geografi) ternyata mampu memecahkan berbagai macam
fenomena. Penggunaan citra satelit dalam menganalisis perubahan garis
pantai akan menghemat biaya dam waktu (Aryastana dkk,2016). Menurut
Kurnianto dkk (2018) menyatakan dalam penelitiannya bahwa SIG mampu
untuk memecahkan berbagai permasalahn manusia. Dalam penelitiannya
Kurnianto dkk (2018) menggunakan SIG untuk menyelesaikan permasalahan
tanah longsor yang terjadi pada Kabupaten Jember.
Peran SIG juga sangat penting untuk menjawab tantangan revolusi
industri 4.0 pada saat ini. Keterampilan geografi ini (khususnya SIG) dapat
memberikan dampak yang sangat luas bagi masyarakat pada umumnya.
Ikhsan dkk (2018) berpendapat seorang calon geographer membutuhkan
keterampilan geografi yang baik untuk mendeskripiskan fenomena yang terjadi di
lapangan. Keterampilan SIG yang sangat besar akan dibutuhkan oleh seorang
calon geographer untuk menambah skill geografinya. Pantai Bentar merupakan
bagian dari pantai utara yang memiliki morfologi landai. Di pantai utara tidak
terdapat banyak gelombang yang langsung menghantam pantai.
Proses pengukuran diperoleh hasil 31° C untuk suhu sedangkan 7,5
Knot untuk kecepatan angin. Terdapat dua proses pada lahan marine ini
yaitu pengendapan alluvial di muara sungai dan proses marine yang
membentuk yang dipengaruhi gelombang laut. Pengaruh angin di pantai utara
tidak terlalu besar sehingga gelombang laut tidak terlampau berbahaya. Pada
pantai utara proses sedimentasi bekerja secara intensif karena banyak
dijumpai di muara sungai sehingga mengendapkan material dari sungai. Indikasi
yang bisa dilihat ialah sedikitnya pasir putih, hal ini karena pengaruh dari material
yang terbawa oleh sungai. Hasil endapan marine dapat dijadikan lahan untuk
vegetasi dengan penanaman mangrove. Pada pantai landai material pantai
didominasi oleh lumpur dan substrat ini sangat baik untuk pertumbuhan
vegetasi mangrove (Muryani, 2010).
Terdapat endapan yang mempengaruhi bertambahnya bibir pantai atau
akresi. Setiap tahunnya bertambah 5 cm ke utara. Pada laut lepas di pantai
22
keindahan alam. Keindahan yang dimiliki pantai wisata ini mampu menarik
para wisatawan untuk berkunjung ke pantai ini.
Dalam segi pariwisata, ada tiga hal yang harus dimiliki oleh setiap
tempat wisata yaitu. Something to see (sesuatu yang dapat dilihat) yaitu
sesuatu yang dapat membuat para pengunjung tertarik oleh pemandangan
pantai yang berbeda dengan pantai-pantai yang lain. Something to do
(sesuatu yang dapat dilakukan) yaitu masyarakat sekitar pantai
memakukan hal yang dapat mengundang daya tarik pengunjung, salah
satunya yaitu dengan diadakanya orkes disekitar pantai agar para pengunjung
selain bisa melihat pemandangan pantai yang indah juga dapat mendengarkan
alunan musik yang dapat memperindah suasana pantai. Something to buy
(sesuatu yang dapat dibeli) yaitu masyarakat disekitar pantai membuat cindra
mata yang dapat dijadikan icon pantai tersebut dan selanjutnya dijual yang
berguna untuk meningkatkan ekonomi warga sekitar Pantai Bentar.
Ekosistem mangrove yang terdapat di pantai bentar juga dimanfaat dengan
sebaik mungkin untuk menarik wisatawan. Selain untuk menarik wisatawan
ekosistem mangrove juga bermanfaat untuk mengurangi terjadinya
abrasi. Masyarakat sekitar pantai membangun jembatan kayu sepanjang 50
meter yang menjorok ke tengah laut dan terhubung dengan ekosistem
mangrove yang lebat sehingga dijadikan sebagai spot yang paling baik untuk
melakukan foto. Fasilitas yang disediakan di pantai bentar sudah memadai,
hal ini membuat wisatawan yang berkunjung ke pantai bentar merasa
nyaman dan betah. Apalagi para wisatawan kebanyakan berkunjung pada sore
hari dengan menikmati senja dan diiringi alunan musik orkes yang semakin
membuat para pengunjung nyaman berkunjung ke Pantai bentar ini.
Secara geomorfologi, Gunung bromo dengan ketinggian 2.329 m dpl
merupakan salah satu gunung dari berbagai gunung yang terdapat pada komplek
pegunungaan Tengger yang berdiri pada areal kaldera berdiameter 8-10 km yang
dinding kalderanya mengelilingi laut pasir yang sangat terjal dengan kemiringan
± 60-80 derajat dan tinggi berkisar antara 200 – 600 meter. Pegunungan
Tengger terbentuk sekitar 1,4 juta tahun yang lalu, para ahli gunung api
25
menamakan nya dengan sebutan komplek Bromo – Tengger. Pada 1,4 juta tahun
yang lalu pegunungan Tengger terus menerus menunjukan aktifitasnya dangan
pertumbuhan kaldera yang di akibatkan oleh eksplosif dan efusif. Kaldera tersebut
yaitu :
1. Kaldera Nongkojajar terbentuk pada 1,4 0,2 juta tahun yang lalu
2. Kaldera Ngadisari terbentuk pada 822 90 ribu tahun yang lalu
3. kaldera cemoro lawang terbentuk pada 144 – 135 30 ribu tahun yang lalu
4. Kaldera Keciri terbentuk yang tidak ketahui umurnya
Dari berbagai kaldera yang ada di komplek hanya kaldera lautan pasir yang
berada di kerucut gunung api Bromo yang masih aktif menunjukan vulkanik
sampai sekarang.
Kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru secara keseluruhan
merupakan daerah vulkanis, sehingga formasi geologinya terdiri dari hasil
kegiatan gunung api kuarter muda, dan gunung api kuarter tua dengan komposisi
20% dan 80%. Jenis batuan kawasan ini terdiri dari abu pasir/tuff vulkan
intermedia sampai basis (dengan fisiografi vulkan), asosiasi andosol kelabu dan
regosol kelabu (dengan bahan induk abu/pasir), dan tuff intermedia sampai basis.
Bentuk struktur geologi ini menghasilkan batuan yang tidak padat dan tidak kuat
ikatan butirnya, sehingga mudah tererosi terutama pada musim penghujan.
Kawasan komplek Bromo – Tengger secara keseluruhan merupakan
daerah vulkanis, sehingga formasi geologinya terdiri dari hasi kegiatan gunung
api kuarter muda dan gunung api kuarter tua dengan komposisi 20% -80%.
Dengan komposisi geologi yang dihasilkan oleh kegiatan gunung api kuarter
muda dan gunung api kuarter tua dapat di temukan beberapa jenis batuan yaitu
terdiri dari abu pasir/tff vulkan intermedia sampai basis (denggan fisiografi
vulkan), asosiasi andosol kelabu dan regosol kelabu (dengan bahan induk
abu/pasir), dan tuff intermedia sampai basis. Dengan jenis batuan yang tersebut
maka struktur geologi yang dihasilkan batuan yang tidak padat dan tidak kuat
ikatan butirnya sehingga mudah tererosi terutama pada musim penghujan.
Dilihat dari aspek hidrologi, seperti kebanyakan daerah vulkanik, wilayah
komplek bromo – Tengger memiliki tatanan air yang radikal, sehingga pada
26
musim kemarau persediaan air hampir tidak tersedia atau bahkan benar-benar
kering. Hal ini dikarenakan air telah menggenangi semua permukaan tanah selama
musim hujan menghilang dengan cepat dengan menembus lapisan bawah tanah.
Persediaan air dalam tanah hanya di dapat dari air hujan, yang juga mengalir di
antara gunung-gunung batu. Meskipun pada musim hujan, sungai di daerah batu
vulkanik penuh, tapi begitu musim kemarau tiba, semuanya akan mengering.
Sumber air dari komplek Bromo – Tengger adalah dari sungai dan kanal.
Terdapat lebih dari 50 sungai dan 4 danau di dalam kawasan komplek. Danau-
danau tersebut diantaranya adalah Ranu Darungan, Ranu Pane, Ranu Regulo dan
Ranu Kumbolo. Dalam hal ini menunjukkan bahwa komplek Bromo – Tengger
memiliki peran yang sangat penting bagi daerah sekitarnya. Keberadaan mata air
komplek Bromo – Tengger dapat memenuhi kebutuhan air bersih bagi
masyarakat di desa-desa, dapat memenuhi kebutuhan air untuk pertanian dan
menghasilkan energi / tenaga listrik.
Dari aspek sosialnya adanya Kawasan Wisata Bromo Tengger mampu
meningkatkan kondisi perekonomian masyarakat sekitar masyarakat Tengger.
Aspek sosial dan aspek ekonomi memiliki keterkaitan terhadap pengangguran dan
kemiskinan sehingga kehidupan masyarakatnya tidak sejahtera. Selain bermata
pencaharian sebagai petani sayur, penduduk Tengger memanfaatkan peluang yang
ada untuk membuka usaha. Pengelolaan wisata Bromo Tengger ini sudah cukup
bagus dalam pengelolaan nya akan tetapi agar lebih optimal maka harus
memperhatikan aspek SDM dan SDA yang ada. Rekomendasi yang diberikan
terkait dengan pariwisata di kawasan Bromo Tengger ini yaitu :
(1) Pemerindah daerah Kabupaten Probolinggo sangat perlu untuk membuat suatu
kebijakan mengenai pariwisata didaerahnya. Hal ini bertujuan untuk semakin
lebih berkembang lagi pariwisatanya.
(2) Masyarakat Tengger atau masyarakat yang berada disekitarnya harus turut
andil dalam pengembangan pwriwisata daerahnya, serta harus mendorong akan
adanya perubahan baik ekonomi dan sosial masyarakat yang lebih baik.
(3) Masyarakat Tengger harus selalu sigap apabila terdapat remaja yang baru
tamat sekolah menganggur dan perekonomiannya kurang sejahtera, bisa
27
dibukakan privat khusus bagaimana cara menjadi pemandu wisata yang baik atau
bagaimana caranya untuk berdagang yang baik sehingga otomatis akan
menyejahterakan perekonomiannya, serta angka pengangguran dan diatasi dengan
baik.
Apabila aspek tersebut sudah terpenuhi dan berjalan dengan semestinya maka
potensi yang akan di dapatkan akan jauh lebih baik.
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
Pada lokasi penelitian kali ini kami akan melakukan dibeberapa tempat
seperti dilaksanakan di daerah lipatan Desa Kotakan, Situbondo; Karst dan Pantai
Pancer di Puger, Jember; Gladak Perak Candipuro dan Ranu Klakah Lumajang;
serta Pantai Bentar di Probolinggo.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian obervasi ini adalah
model analisis interaktif Miles dan Hubermen. Dimana dalam penelitian kualitatif
memungkinkan dilakukan analisi data pada waktu peneliti berada di lapangan
maupun setelah kembali dari lapangan baru dilakukan analisi. Pada penelitian ini
30