Anda di halaman 1dari 30

Bentuk lahan fluvial Pada Sub Daerah Aliran Sungai Bagian

Tengah wilayah Ponorogo

Laporan

Diajukan guna untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengenalan bentang lahan

Dosen Pengampu:

Fahmi Arif Kurnianto, S.Pd., M.Pd.

Disusun oleh:

Mahfud Nur Farid_200210303049

PENDIDIKAN GEOGRAFI

JURUSAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JEMBER

2021

i
Kata Pengantar

Puji Syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas kelimpahan rahmat
dan karunianya-Nya yang telah diberikan kepada kita semua, sehingga saya dapat
menyelesaikan Laporan penelitian bentang lahan ini yang berjudul “ Bentuk
Lahan Fluvial Pada Sub Daerah Aliran Sungai Bagian Tengah Wilayah
Ponorogo” dengan baik, benar dan tepat waktu.

Selain ditujukan dalam memenuhi tugas mata kuliah pengenalan bentang


lahan, laporan ini juga untuk membantu menambah pengetahuan pembaca serta
diharapkan dapat menjadi referensi mengenai bentuk lahan fluvial pada sub
daeragh aliran sungai di Ponorogo dengan baik. Ucapan terima kasih atas kerja
sama dosen pengampu pendidikan geografi dan pihak-pihak lainnya yang ikut
berkontribusi dalam menyelesaikan penyusunan laporan ini.

Dalam laporan ini, penyusun menyadari banyak kekurangan dikarenakan


keterbatasan pengetahuan dan pengalaman. Sehingga, kami butuh sekali kritik dan
saran dari bebrbagai pihak, terutama dari pembaca dalam upaya untuk
menyempurnakan laporan ini agar menjadi lebih baik.

Ponorogo, 2 Juni 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................i

KATA PENGANTAR ............................................................................................ii

DAFTAR ISI ..........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ..............................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................2

1.3 Tujuan Observasi ..........................................................................................2

1.4 Manfaat Observasi ........................................................................................2

1.5 Fokus Penelitian ...........................................................................................2

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Lahan Fluvial ................................................................................................3

2.2 Bentuk Lahan Aasa Fluvial ..........................................................................4

2.3 Erosi dan Sedimentasi Sungai.......................................................................5

2.4 Keberadaan Lahan Fluvial terhadap Lingkungan..........................................6

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian....................................................................7

3.2 Lokasi Penelitian ..........................................................................................7

3.3 Subjek dan Informan Penelitian ...................................................................7

3.4 Waktu Penelitian ..........................................................................................7

3.5 Sumber Data .................................................................................................7

iii
3.6 Teknik Pengumpulan Data............................................................................8

3.7 Teknik Analisis Data ....................................................................................8

BAB IV PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Lokasi ........................................................................................10

4.2 Paparan Data Penelitian Observasi .............................................................12

4.3 Temuan Penelitian ......................................................................................13

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan..................................................................................................17

5.2 Saran............................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................18

LAMPIRAN-LAMPIRAN ....................................................................................21

iv
BAB 1

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Indonesia menjadi salah satu negara di dunia yang mempunnyai
daerah yang sangat luas baik daratan maupun lautan, kemudian pada setiap
daerahnya pasti memiliki karakteristik yang berbeda-beda baik pada daerah
berupa pegunungan, pantai, maupun daerah lainnya. Letak daerah ini
menyebabakan karakteristik yang berbeda-beda pada tiap wilayah tersebut. Hal
ini menyebabkan banyak kita jumpai berbagai bentuk bentang lahan yang
berbeda-beda pada tiap wilayah yang ada di indonesia.
Berbagai bentuk lahan ini merupakan hal yang wajib kita syukuri
keberdaannya, dengan adanya bentuk lahan yang beragam maka akan tercipta
suata keunikan tersendiri pada tiap wilayah tersebut. Bentuk lahan ini dapat
terbentuk melalui berbagai macam faktor alam, terkadang faktor manusia juga
ikut berperan dalam terbentuknya lahan tersebut. Bentuk lahan ini mempunyai
manfaat yang begitu besar bagi manusia, tetapi jika tidak dikelola dengan baik
maka juga akan menimbulkan masalah- masalah baru.
Banyak bentuk lahan yang biasanya dengan mudah dapat kita jumpai,
termasuk juga lahan fluvial yang banyak ditemukan disekitar kita terutama
pada daerah aliran sungai. Lahan fluvial terbentuk karena adanya proses erosi
kemudian sedimentasi yang terjadi pada suatu permukaan air. Salah satu
bentuk lahan fluvial dapat terjadi melalui sungai, adanya pembelokan
membuat arus sungai menyebabkan erosi kemudian disisi sungai lain terjadi
sedimentasi. Hal ini menyebabkan lahan fluvial terbentuk.
Adanya erosi dan sedimentasi pada sungai ini dapat kita pelajari lebih
lanjut mengenai dampak bagi lingkungan dan juga bagi kehidupan manusia.
Lahan fluvial sebenarnya memiliki manfaat dan kerugian tersendiri bagi
kehidupan, akan tetapi tergantung juga bagaiman manusia menyikapi hal
tersebut. Banyak juga kita temui saat ini erosi yang terjadi pada sungai

1
sungguh sangat memprihatinkan, terutama daerah erosi sungai yang dekat
dengan pemukiman penduduk, dikhawatirkan menyebabkan bencana yang
tidak diinginkan.

1.2 Rumusan Masalah


1) Bagaimana bentuk lahan fluvial di sungai dapat terjadi?
2) Bagaimana karakteristik erosi dan sedimentasi pada sungai?
3) Bagaimana dampak dengan adanya lahan fluvial bagi lingkungan sekitar?

1.3 Tujuan Observasi


1) Mengetahui pembentukan lahan fluvial di sungai
2) Megetahui karakteristik erosi dan sedimentasi pada sungai
3) Mengetahui dampak akibat adanya lahan fluvial bagi lingkungan sekitar

1.4 Manfaat Observasi


Penelitian ini dimanfaatkan untuk menambah wawasan dan referensi
untuk mengetahui karakteristik bentuk lahan fluvial di sungai yang terjadi
karena erosi dan sedimentasi aliran air permukaan. Kemudian dari penelitian
ini dapat diketahui dampak berupa kualitas air,dan bencana alam pada wilayah
lingkungan sekitar.

1.5 Fokus Penelitian


Fokus penelitian ini yaitu untuk mengetahui adanya lahan fluvial pada
wilayah sungai dengan berbagai macam-macam karakteristiknya, serta
bagaiman dampak dengan adanya lahan fluvial tersebut bagi ligkungan sekita.

2
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.2 Lahan Fluvial


Geomorfologi adalah Ilmu mengenai bentuk lahan pada permukaan
bumi terutama cara pembentukan permukaan bumi (Dibyosaputro, 2020).
Obyek geomorfologi ialah bentuk lahan yang tertata di permukaan bumi baik
pada daratan ataupun bumi pada dasar laut, (Verstappen dalam Raharjo,
Puguh 2010). Bentuk lahan dapat terjadi karena proses pada vulkanis,
struktural, marin, angin, denudasional, fluvial, solusional, dan organik. Pada
permukaan bumi bentuk lahan yang ,umumnya ditemukan ialah bentuk lahan
fluvial. (Balasubramanian, 2016).
Bentuk lahan fluvial terjadi melalui proses fisika, ataupun kimia
yang mengakibatkan perubahan bentuk pada suatu permukaan bumi karena
adanya suatu proses yang berasal dari air mengalir, baik aliran permukaan
maupun memusat (Raharjo, 2013). Pada proses ini akan dihasilkan suatu
bentuk bentang alam berupa lahan fluvial yang mempunyai ciri khas tertentu.
Bentang alam ini dapat tejadi karena adanya proses erosi maupun proses
sedimentasi yang terjadi pada tempat tersebut oleh suatu aliran air (Sudira,
Mananoma, dan Manalip, 2013).
Proses terbentuknya lahan fluvial dari beberapa ahli dapat melalui
bebereapa proses berikut :
1. Menurut Proses erosi ialah aliran air yang mengalir pada permukaan tanah,
yang meneybababkan adanya pengikisan tanah oleh air tersebut
2. Proses transporasi ialah proses pengangkutan material oleh air yang
dinamis dan disebabkan karena suatu tenaga kinetis di sungai sebagai efek
dari adanya gaya gravitasi
3. Proses sedimentasi merupakan proses dimana aliran air sungai tidak lagi
sanggup untuk mengangkat material yang sedang dibawanya, material ini
bisa dari material erosi. Apabila tenaga angkut kurang maka material akan

3
diendapkan sesuai dengan ukuran material, material kasar diendapkan lebih
dahulu, kemudian selanjutnya material yang halus
(Fitriyah, Halim, dan Jasin, 2015)

2.2 Bentuk Lahan Asal Fluvial


Bentuk lahan asal fluvial merupakan semua bentuk lahan yang
terbentuk akibat proses aliran oleh air, baik yang berupa aliran suatu sungai,
maupun aliran yang tidak tekonsentrasi. Tenaga pada air ini dapat
menyebabkan terjadinya tiga proses saling berkaitan, yaitu erosi, transportasi,
dan sedimentasi. Dengan adanya tiga proses tersebut maka terbentuklah suatu
lahan fluvial yang ada pada daerah sekitar aliran sungai (Raharjo, 2010).
Dataran banjir yaitu dataran rendah yang berada di kanan dan kiri
suatu sungai. Dataran ini biasanya terbentuk akibat proses pengendapan
material yang diakibatkan oleh limpasan sungai pada saat meluap. Saat air
sungai meluap maka luapan ini akan membawa material sedimen, kemudian
material ini diendapkan yang biasanya berupa pasir dan lumpur (Kementerian
PUPR, 2017). Lahan fluvial biasanya memilik panjang beragam, yang
terpanjang lahan fluvial bisa mencapai puluhan meter, sesuai dengan besar
kecilnya suatu sungai
Pada meander sungai juga akan terjadi hal yang sama yaitu pada saat
sungai mengalami erosi, maka akan ada material yang dilepaskan, dari sini
kemudian dilanjutkan dengan proses transportasi, proses ini mengangkut
material dari erosi lewat aliran air, kemudian transportasi ini akan kehilangan
daya angkut pada titik tertentu, sehingga material akan diendapkan dan
disinilah proses sedimentasi terjadi (Murniningsih, 2018)
Dari kejadian proses asal lahan fluvial di sungai, maka dapat diketahui
bagaimana karakteristik terjadinya lahan fluvisl pada sungai tersebut.
Bagaimana ragam erosi yang ada pada sungai, kemudian juga dapat diketahui
bagaimana sedimentasi yang terjadi pada sungai tersebut.

4
2.3 Erosi dan Sedimentasi Sungai
Erosi dan sedimentasi pada sungai terjadi dan mengakibatkan adanya

sebuah cut bank dan point bar pada suatu sungai. Point bar adalah bentuk

lahan fluvial yang terdapat pada daerah lengkungan sungai (Wibowo dan

Dibyosaputro, 2017). Erosi pada cut bank mengakibatkan material tanah

mengalami pengikisan yang secara terus-menerus oleh aliran air. Saat

material mengalami pengikasan, selanjutnya terjadi proses pengangkutan

yang disebut transportasi, saat transportasi berlangsung lama-keamaan tenaga

angkutnya akan menurun sehingga terjadilah sedimentasi pada point bar

(Miardini, 2019). Proses sedimentasi ini mengakibatkan pengangkutan

material-material kasar terlebih dahulu kemudian yang halus, kemudian

diendapkan pada bagian tengah sungai hingga bagian hilir sungai (Maryani,

dkk., 2019)

Erosi memiliki beberapa tipe yang beragam, tergantung dari proses

pembentukannya. Erosi dapat dibedakan berdasarkan bentuknya terdiri dari :

a. erosi percikan : disebabkan oleh pengikisan oleh hujan yang menyebabkan


partikel atas tanah mengelupas.
b. erosi lembar : disebabkan karena pengangkutan lapisan tanah yang
tebalnya merata di permukaan tanah oleh aliran air.
c. erosi alur : yaitu terangkutnya material tanah dari alur tertentu pada suatu
permukaan tanah oleh air.
d. erosi parit : erosi ini hampir mirip dengan erosi alur,yang membedakan
alur yang di bentuk pada erosi ini sudah sekian besar.
e. erosi tebing sungai : yaitu terkikisnya tanah pada daerah tebing sungai
ataupun penggerusan di daerah dasar sungai, bisa disebabkan aliran di atas
tebing maupun belokan aliran pada sungai.

5
f. longsoran : pemindahan tanah dalam volume besar pada saat bersamaan
dari tempat tinggi ke rendah
(Asriadi dan Pristianto, Hendrik, 2018)

2.4. Keberadaan Lahan Fluvial terhadap Lingkungan


Banjir dapat disebabkan karena faktor geomorfologi, dan bukan
semata karena ulah manusia (Suharjo dkk., 2015). Faktor tersebut
Memahami bentuk lahan dari endapan fluvial penting untuk perencanaan
pengelolaan sungai. Pemahaman terhadap bentuk lahan dapat digununkan
sebagai bahan pertimbangan sistem pengendalian banjir, perbaikan kualitas
air dan infrastruktur transportasi (Hudson, 2017). Menurut Rossi dan
Sudibyakto, 2017 lahan fluvial merupakan daerah yang cukup rawan bencana
banjir, sedangkan bentuk lahan yang bukan fluvial merupakan daerah yang
tidak rawan bencana banjir. Dengan mempelajari bentuk lahan pada suatu
daerah akan memberikan pengetahuan untuk penanganan lahan banjir secara
maksimal
Dalam penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Rossi dan
Sudibyakto, 2017 secara administrasi, sebaran wilayah yang memiliki
kerawanan bencana banjir pada sub daerah Sileng aliran sungai meliputi Desa
Borobudur, Candirejo, Wanurejo, Ngargogondo, Tuksongo, Tanjungsari,
Karanganyar, Ngadiharjo dan Karangrejo. Berdasarkan hasil kajian,
bentuklahan wilayah yang memiliki bentuk berupa bentuklahan asal proses
fluvial merupakan daerah yang rawan akan terjadinya banjir, sehingga
keberadaan bentuklahan sangat kuat hubungannya dengan kerawanan
bencana banjir.

6
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Pendekatan Dan Jenis Penelitian


Berdasarkan bentuk dari fenomena yang dikaji, penelitian yang
dilakukan ialah, dengan menggunakan pendekatan penelitian deskriptif
kualitatif. Artinya, penelitian yang menggambarkan atau mendeskripsikan
objek penelitian berupa fenomena fisik bentuk erosi dan sedimentasi lahan
fluvial berdasarkan fakta-fakta yang tampak yang ada di lapangan dengan
jenis penelitian langsung di lapangan dan juga wawancara yang bertujuan
untuk memperoleh informasi mengenai keadaan kondisi lapangan dan dengan
tanya jawab dengan informan untuk mengetahui kondisi air pada masyarakat
sekitar.

3.2 Lokasi Penelitian


Observasi penelitian dilaksanakn di sub daerah aliran sungai bagian
tengah di kabupaten ponorogo. Lokasi tersebut dipilih karena berdasarkan
tempat memang wilayah tersebut terdapat bentang lahan fluvial, dengan cut
bank dan point bar pada Sub DAS yang cukup banyak.

3.3 Subjek dan Informan Penelitian


Subjek dan informan penelitian yaitu dilakukan pada 5 orang
informan dan dilaksanakan pada 5 titik tempat peneltian yang berbeda,
informan merupakan warga lingkungan sekitar tempat dilakukannya
penelitian dan dilaksanakan.

3.4 Waktu Penelitian


Penelitian Observasi dilaksanakan pada hari minggu, 2 mei 2021 dan
pada hari Jum’at 7 mei 2021

3.5 Sumber Data


1) Data primer

7
Data yang diperoleh peneliti merupakan data yang diperoleh langsung dari
sumber datanya. Data primer bersifar terkini, sehingga di perlukan untuk
terjun langsung ke lapangan secara langsung. Data tersebut diperoleh dari
peneliti melalui observasi langsung di lapangan kemudian wawancara
terhadap bebrapa informan.
2) Data sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh peneliti dari sumber yang
sudah ada sebelumnya atau dari penelitian terdahulu artinya peneliti di sini
disebut sebagai tangan kedua. Dari data sekunder sumber data diperoleh
melalui jurnal, artikel,dan web.

3.6 Teknik Pengumpulan Data


1) Teknik Observasi
Teknik observasi adalah teknik pengumpulan data dengan mengamati
secara langsung fenomena yang terdapat di lapangan yaitu meliputi
melihat, merekam dan mencatat kejadian. Sehingga kita dapat mengamati
kejadian fenomena dan keadaan fisik yang berada di lahan fluvial pada
Sub DAS tersebut.
2) Teknik Wawancara
Teknik wawancara atau interview merupakan teknik memperoleh data
dengan cara menggali informasi dengan beberapa pertanyaan kemudian
memperoleh informasi melalui jawaban, singkatnya dilakukan tanya jawab
antara pewawancara dan narasumber. Wawancara dilakukan kepada 5
narasumber yang berbeda pada 5 titik tempat berbeda, yang mereka
merupakan masyarakat lingkungan sekitar.
3) Teknik Dokumentasi
Teknik dokumentasi merupakan suatu cara pengumpulan data degan
mencatat apa yang ditemukan di lapangan. Pengumpulan data pada
penelitian ini juga didapatkan melalui rekaman ataupun pengambilan
gambar saat berada di lokasi penelitian serta wawancara dengan informan.

3.7 Teknik Analisis Data

8
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian obervasi ini
menggunakan model analisis interaktif dari Miles dan Hubermen. Di mana
dalam penelitian kualitatif memungkinkan untuk dilakukan analisis data pada
saat peneliti sedang berada di lapangan atau setelah kembali dari lapangan,
akan baru dilakukan analisis. Dalam penelitian ini, analisi data dilaksanakan
secara bersamaan dengan proses pengumpulan data. Pada analisis ini terjadi 3
alur dalam proses penelitian yaitu, reduksi data, penyajian data, kemudian
pengambilan kesimpulan/verifikasi.

9
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Lokasi

1) Letak Geografis
Sub daerah aliran sungai bagian tengah pada daerah wiayah
Kabupaten Ponorogo, sub daerah aliran sungai terletak di tiga kecamatan
yaitu kecamatan Badegan , Kauman, dan Ponorogo. Sub daerah aliran sungai
bagian tengah ini terlihat memanjang , dengan aliran dari barat menuju timur.

2) Geologi
Pada peta geologi wilayah ini meiliki kode jenis batuan yang berupa
Qa, yang memiliki jenis batuan berupa kerkal, kerikil, pasir, lanau dan lumpur
sebagai endapan sungai. Kondisi geologi ini menunjukkan ahwa wilayah
tersebut merupakan bentang lahan fluvial.

3) Akses Menuju Lokasi


Dalam peta letak 5 titik lahan pada Sub DAS ini dapat di lalui
dengan alat transportasi pada umumnya, hal ini dikarenakan adanya
pemukiman yang terletak disepanjang sungai sehingga memudahkan akses
menuju lokas. Pada titik tertentu lokasi tidak dapat di tempuh menggunakan
alat transportasi dan harus berjalan kaki, dikarenakan lokasinya yang jauh
dari pemukiman penduduk atau berada di dekat ladang dan persawahan
penduduk, sehingga sulit diakses.

10
4) Peta Lokasi

Link Peta Lokasi observasi: https://www.google.com/maps/d/u/0/edit?mid=1-


ZCS4Mldg2i4auhiymX4Cj6mwL3hTjRr&usp=sharing

11
4.2 Paparan Data Penelitian Observasi

Nama Lokasi Jenis Erosi Panjang Jarak Kualitas Kejadian Kejadian


pada cut Point Bar dengan fisik air banjir kekeringan
bank pemukiman tanah
A. Parit 3m 15 m jernih Tidak Tidak pernah
pernah

B Tebing 6m 10 m Agak keruh Banjir Tidak pernah


sungai singkat
akibat
luapan
sungai

C Tebing 7m 10 m Agak keruh Banjir Tidak pernah


sungai singkat
akibat
luapan
sungai

D Parit 4m 10 m jernih Tidak Tidak pernah


pernah

E Alur 5m 25 m Jernih Tidak Tidak pernah


pernah

12
4.3 Temuan Penelitian
Pada permukaan bumi bentuk lahan yang umumnya ditemukan ialah
bentuk lahan fluvial (Balasubramanian, 2016). Sesuai dengan teori tersebut
lahan di Ponorogo yang banyak ditemukan adalah lahan fluvial.
Bentuk lahan fluvial terjadi melalui proses erosi maupun proses
sedimentasi yang menyebabkan perubahan bentuk pada suatu permukaan
bumi karena adanya suatu proses yang berasal dari air mengalir, baik aliran
permukaan maupun memusat (Raharjo, 2013 dan Sudira, dkk., 2013). Erosi
dan sedimentasi pada sungai terjadi dan mengakibatkan adanya sebuah cut
bank dan point bar pada suatu sungai (Wibowo dan Dibdyosaputro, 2017).
Dalam penelitian yang dilakukan pada Sub DAS bagian tengah wilayah
Ponorogo temukan 5 titik lahan fluvial berdasarkan macam bentuk erosi (cut
bank) dan sedimentasi (point bar) di sepanjang Sub daerah aliran sungai
wilayah Ponorogo yang membentang sekitar 5 km lebih. Panjang point bar
yang ditemukan di 5 titik lokasi penelitian berbeda-beda yaitu antara 3
sampai dengan 7 meter.
Menurut Fitriyah, Halim, dan Jasin, 2015 proses sedimentasi adalah
proses yang terjadi dimana aliran air sungai tidak sanggup lagi untuk
mengangkut material yang dibawanya. Saat pengangkutan berlangsung lama-
keamaan tenaga angkutnya akan menurun sehingga terjadilah sedimentasi
pada point bar (Miardini, 2019). Proses sedimentasi ini mengakibatkan
pengangkutan material-material kasar terlebih dahulu kemudian yang halus,
kemudian diendapkan pada bagian tengah sungai hingga bagian hilir sungai
(Fitriyah, dkk., 2015 dan Maryani, dkk., 2019). Dalam penelitian ini teori
tersebut dibuktikan dengan adanya endapan di salah satu sungai yang menjadi
objek penelitian. Pada sungai tersebut terdapat endapan batu-batu besar di
bagain atas sungai kemudian diikuti oleh material kecil yang lain seperti
kerikil dan pasir.

13
4.1. Gambar Sedimentasi pada salah satu sungai

Menurut Asriadi dan Pristianto, Hendrik, (2018) Erosi dapat


dibedakan menjadi 6 berdasarkan bentuknya yang terdiri dari : erosi percikan,
erosi lembar, erosi alur, erosi parit, erosi tebing sungai, dan longsoran.
Bentuk erosi yang ditemukan dalam penelitian ini adalah erosi parit, erosi
alur, dan erosi tebing.

4.1 Gambar Erosi Parit

Gambar 4.2. Erosi Tebing

14
Gambar 4.3. Erosi Alur

Selanjutnya mengenai masalah yang terjadi pada 5 titik lokasi


tersebut, dengan informasi yang didapat dari para informan pada lokasi titk B
dan C terjadi banjir ringan. Banjir ini terjadi di wilayah lahan fluvial. Hal ini
sesuai dengan pernyataan Rossi dan Sudibyakto, 2017 bahwa lahan fluvial
merupakan daerah yang cukup rawan bencana banjir,dan juga pernyataan
Suharjo dkk., 2017 bahwa banjir bukan hanya disebabkan oleh ulah manusia
tetapi juga kondisi geomorfolofi. Hal ini sesuai dengan penelitian terdahulu
oleh Rossi dan Sudibyakto, 2017 yang menyatakan lahan fluvial adalah
daerah yang cukup rawan bencana banjir. Banjir yang terjadi pada daerah
tersebut berasal dari peluapan sungai akibat erosi dinding sungai, durasi
singkat tidak sampai berhari-hari atau berminggu-minggu, kemudian pada
titik lokasi A,D,E berdasarkan data dari informan, lokasi ini tidak mengalami
banjir yang berasal dari luapan sungai tersebut. Kemudian mengenai kejadian
kekeringan, berdasarkan sumber yang di dapat pada 5 titik wilayah tersebut
sama sekali tidak mengalami bencana kekeringan

Dari hasil penelitian ini terdapat salah satu masalah yang seharusnya
dapat menjadi perhatian semua orang, masalah yang dimaksud ialah masalah
mengenai erosi pada dinding sungai yang sangat mengkhawatiran, terutama
pada lokasi B dan C, erosi pada lokasi tersebut sangat membahayakan,
terutama pada lokasi B yang secara tempat lokasi B ini terdapat pada sebelah
jalan raya, sehingga adanya erosi sangat membahayakan bagi semua orang

15
khususnya masayarakat sekitar lokasi, Hal ini perlu menjadi perhatian sesama
agar sungai tidak mengalami erosi yang berlebih dan berdampak buruk.
Kemudian hasil observasi ditemukan banyak pemukiman yang berada
di dekat lokasi penelitian, sehingga dapat dikatan bahwasannya banyak
masyarakat yang mendirikan pemukima pada lahan aluvial disekitar sungai.
Hal ini menjadi temuan baru bahwa masyarakat lebih memilih tinggal pada
daerah dataran rendah yang pada dasarnya dataran ini merupakan lahan
fluvial Pada penelitian yang dilakukan terkait kualitas air, dari 5 titik lokasi
sesuai dari informasi warga sekitar lokasi mengatakan air pada sumur mereka
yang merupakan air tanah, Pada lokasi A, D, E memiliki kualitas air yang
jernih sehingga bisa dimanfaatkan sebaik mungkin untuk memenuhi
kebutuhan warga sekitar. Sedangkan lokasi B, C memiliki kualitas air yang
agak keruh.

16
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Lahan fluvial dapat tejadi karena adanya proses erosi maupun proses
sedimentasi yang terjadi pada tempat tersebut oleh suatu aliran air permukaan.
Pada dataran sungai lahan fluvial terbentuk akibat adanya erosi dan sedimentasi
yang terjadi pada cut bank dan point bar. Pada Sub daerah aliran sungai bagian
tengah ponorogo dilakukan 5 titik penelitian wilayah pada 5 km, dengan
ditemukan tipe erosi alur, parit, steram bank, memilik ukuran point bar yang
beragam dari 3sampa 7 m, pada tiap wilayah tersebut.
Kemudian pada wilayah penelitian memiliki kualitas air tanah yang
jernih pada lokasi A,D,E dan agak keruh Pada lokasi B dan C. Pada lokasi B dan
C terjadi kejadian banjir ringan akibat luapan dari air sungai, hal ini tidak terjadi
pada titik wilayah A, D, E. Kejadian kekeringan tidak ditemukan pada lokasi
penelitian tersebut. Selanjutnya masalah erosi yang pada titik B dan C perlu
adanya perhatian dari pemerintah untuk mengatasi masalah erosi yang lebih parah
di kemudian hari, karena hal ini sangat membahayakan terutama terhadap
masyrakat sekitar lokasi.

5.2 Saran
Banyak masyarakat yang memilih bertempat tinggal dataran rendah yang
merupakan dataran fluvial. Hal ini menjadikan gambaran atau bukti bahwa
mayoritas penduduk di bumi ini bertempat tinggal pada lahan fluvial.
Dikarenakan daerah ini mudah dijangkau, sehingga kegiatan ekonomi berjalan
baik. Akan tetapi lahan fluvial merupakan lahan yang rawan terjadi banjir, Seiring
bertambahnya perumahan pada lahan ini juga akan memperburuk keadaan. Untuk
itu diharapkan adanya pengaturan mengenai tata guna lahan terutama pada lahan
ini agar meminimalisir terjadinya bencana banjir.

17
DAFTAR PUSTAKA

Asriadi dan Pristianto, Hendrik, 2018. Ringkasan Teori Erosi dan Sedimentasi,
10.31227/osf.io/3xeyp
Andriyani, I., Wahyuningsih, S., & Suryaningtias, S. (2019). Perubahan Tata
Guna Lahan di Sub DAS Rembangan-Jember dan Dampaknya Terhadap
Laju Erosi. AgriTECH, 39(2), 117-127.

Balasubramanian, A. (2016). Fluvial landforms.://doi.org/10.13140/RG.2.2.171


16.39044

Basthoni, M. K. R. (2020). Analisis Perubahan Tata Guna Lahan Terhadap Debit


Banjir Sub-Sub DAS Keyang-Slahung-Tempuran (KST). TERAS
JURNAL-Jurnal Teknik Sipil, 10(2), 189-202.

Dibyosaputro, S., & Haryono, E. (2020). Geomorfologi dasar. UGM PRESS.

Dianasari, Q., Andawayanti, U., & Cahya, E. N. (2018). PENGENDALIAN


EROSI DAN SEDIMEN DENGAN ARAHAN KONSERVASI LAHAN
DI DAS GENTING KABUPATEN PONOROGO. Jurnal Teknik
Pengairan: Journal of Water Resources Engineering, 9(2), 95-104.

Fitriyah, Halim, dan Jasin, (2015). Penanganan Masalah Erosi dan Sedimentsi di
Kawasan Kelurahan Perkamil. Jurnal Sipil Statik, 2 (4), (173-174)

Hudson, P. F. (2017). Fluvial depositional processes and landforms.


https://doi.org/10.1002/9781118786 352.wbieg087

I Gede, S. (2017). GEOMORFOLOGI.

Islami, M. Analisis Perubahan Meander Saluran Tanah Akibat Variasi Debit (Uji
Model Laboratorium) (Doctoral dissertation, Sriwijaya University).

Kafindo, A. (2015). Analisa Kekeringan Menggunakan Metode Thornthwaite


Mather pada Sub-sub DAS Keyang Kabupaten Ponorogo (Doctoral
dissertation, Universitas Brawijaya).

18
Kartika, I., Indarto, I., Pudjojono, M., & Ahmad, H. (2016). Pemetaan tingkat
bahaya erosi pada level Sub-DAS: Studi pada dua DAS Identik. Jurnal
Agroteknologi, 10(01), 117-128.

Kementerian PUPR, 2017. Modul Pengelolaan Dataran Banjir. Bandung:


Kementerian PUPR

Kodoatie, R. J. (2021). Tata ruang air tanah. Penerbit Andi.

Latuamury, B. (2020). Pemodelan Perubahan Penggunaan Lahan Dan


Karakteristik Resesi Aliran Dasar Sungai. Deepublish.

Lihawa, F. (2017). Daerah Aliran Sungai Alo Erosi, Sedimentasi dan Longsoran.


Deepublish.

Maryani, dkk., 2019. Analisis Kualitas Air pada Usmber Mata Air di Kecamatan
Rambang Dangku Kabupaten Muara Enim. Prosiding Semnas Hari Air
Dunia 2019. ISSN : 2621-7469

Miardini, 2019. Dinamika Bentukan Lahan Fluvial akibat Sedimentasi di Sungai


Grindulu, Sekmen Arjosari-Pacitan. Jounal of Watershed Management
Research, 3(1), 13-26

Maryono, A. (2020). Menangani banjir, kekeringan dan lingkungan. UGM


PRESS.

Mim, A., & Hizbaron, D. R. (2019). Pengaruh Penggunaan Lahan di Sempadan


Sungai Progo Bagian Tengah Terhadap Kualitas Air dan Aliran
Permukaan. Jurnal Bumi Indonesia, 8(2).

Murniningsih, S. (2019). PENGARUH PERGERAKAN MEANDER


TERHADAP KESEIMBANGAN ALUR SUNGAI. Indonesian Journal of
Construction Engineering and Sustainable Development (Cesd), 1(2), 45-
52.

19
Pohan, D. A. S., Budiyono, B., & Syafrudin, S. (2016). Analisis kualitas air
sungai guna menentukan peruntukan ditinjau dari aspek
lingkungan. Jurnal Ilmu Lingkungan, 14(2), 63-71.

Purwandito, M. (2019). Estimasi erosi dan sedimentasi lahan pada DAS Langsa
berbasis sistem informasi geografis (SIG). TERAS JURNAL-Jurnal Teknik
Sipil, 9(1), 29-41.

Raharjo, P. D. (2013). Penggunaan data penginderaan jauh dalam analisis


bentukan lahan asal proses fluvial di wilayah Karangsambung. Jurnal
Geografi, 7(2), 167–174. https://doi.org/10.15294/jg.v7i2.85

Rossi dan Sudibyakto, 2017. Kerawanan Banjir Berdasarkan Pendekatan


Bentuklahan pada Sub Das Sileng Daerah Aliran Sungai Progo.
http://etd.repository.ugm.ac.id/home/detail_pencarian/65110

Suratman, S. (2019, November). MANAJEMEN BENCANA DI ERA


REVOLUSI INDUSTRI 5.0 (RI 5.0). In PROSIDING SEMINAR
NASIONAL ILMU SOSIAL, LINGKUNGAN DAN TATA RUANG
(SEMNAS ISLT) MANAJEMEN BENCANA DI ERA REVOLUSI
INDUSTRI 5.0.

Sudira, Mananoma, dan Manalip, 2013. Analisis Angkutan Sedimen pada Sungai
Mansahan. Jurnal Ilmiah Media Engineering, 3, (54-57).
Suharjo dkk., 2015. Analisis Morfologi dan Morfostruktur serta Pengaruhnya
terhadap Banjir Luapan Sungai Bengawan Solo Hulu Tengah. The 2nd
University Research Coloquium. 18-19
Wibowo dan Dibyosaputro, 2017. Karakteristik Morfologi Point Bar pada Bagian
Hilir Penggal Sungai Bogowonto, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah,
4(6), 2-3
Zakinah, Y. (2017). Penentuan Kinerja DAS di Sub-Sub DAS Keyang Kabupaten
Ponorogo Berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 52 Tahun
2001 (Doctoral dissertation, Universitas Brawijaya).

20
Lampiran-Lampiran

A.Salah Satu Manuskrip Wawancara

Bapak Boyadi (masyarakat pada lokasi titik 1)

Saya : nyuwun sewu pak badhe tanglet, niki ndamel peneltitian kuliah ?

Bapak Boyadi : monggo

Saya : namine njenengan sinten, pak ?

Bapak Boyadi : pak Boyadi

Saya : njenengan griyane, cedak kali nggeh, kula ajeng tanglet masalah mriki
niku nate banjir nopo mboten ?

Bapak Boyadi : daerah keneki, ra tau banjir

Saya : terus banyunne sumur njenengan kahananen pripun pak, butek nopo
pripun ?

Bapak Boyadi : banyune sing neg sumur kae yo bening , ra tau butek

Saya : terus daerah mriki nate kekringan nopo mboten, maksute kentekan
banyu ngoten?

Bapak Boyadi : ora tau

Saya : oalah, nggeh ngoten mawon pak, matur nuwon sanget

Bapak Boyadi : iyo, …..

21
B. Video Dokumentasi : https://youtu.be/GW8-iaMCodw

C. Foto Dokumentasi

22
23
24
25
26

Anda mungkin juga menyukai