Laporan
Diajukan guna untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengenalan bentang lahan
Dosen Pengampu:
Disusun oleh:
PENDIDIKAN GEOGRAFI
UNIVERSITAS JEMBER
2021
i
Kata Pengantar
Puji Syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas kelimpahan rahmat
dan karunianya-Nya yang telah diberikan kepada kita semua, sehingga saya dapat
menyelesaikan Laporan penelitian bentang lahan ini yang berjudul “ Bentuk
Lahan Fluvial Pada Sub Daerah Aliran Sungai Bagian Tengah Wilayah
Ponorogo” dengan baik, benar dan tepat waktu.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
iii
3.6 Teknik Pengumpulan Data............................................................................8
BAB IV PEMBAHASAN
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan..................................................................................................17
5.2 Saran............................................................................................................17
LAMPIRAN-LAMPIRAN ....................................................................................21
iv
BAB 1
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Indonesia menjadi salah satu negara di dunia yang mempunnyai
daerah yang sangat luas baik daratan maupun lautan, kemudian pada setiap
daerahnya pasti memiliki karakteristik yang berbeda-beda baik pada daerah
berupa pegunungan, pantai, maupun daerah lainnya. Letak daerah ini
menyebabakan karakteristik yang berbeda-beda pada tiap wilayah tersebut. Hal
ini menyebabkan banyak kita jumpai berbagai bentuk bentang lahan yang
berbeda-beda pada tiap wilayah yang ada di indonesia.
Berbagai bentuk lahan ini merupakan hal yang wajib kita syukuri
keberdaannya, dengan adanya bentuk lahan yang beragam maka akan tercipta
suata keunikan tersendiri pada tiap wilayah tersebut. Bentuk lahan ini dapat
terbentuk melalui berbagai macam faktor alam, terkadang faktor manusia juga
ikut berperan dalam terbentuknya lahan tersebut. Bentuk lahan ini mempunyai
manfaat yang begitu besar bagi manusia, tetapi jika tidak dikelola dengan baik
maka juga akan menimbulkan masalah- masalah baru.
Banyak bentuk lahan yang biasanya dengan mudah dapat kita jumpai,
termasuk juga lahan fluvial yang banyak ditemukan disekitar kita terutama
pada daerah aliran sungai. Lahan fluvial terbentuk karena adanya proses erosi
kemudian sedimentasi yang terjadi pada suatu permukaan air. Salah satu
bentuk lahan fluvial dapat terjadi melalui sungai, adanya pembelokan
membuat arus sungai menyebabkan erosi kemudian disisi sungai lain terjadi
sedimentasi. Hal ini menyebabkan lahan fluvial terbentuk.
Adanya erosi dan sedimentasi pada sungai ini dapat kita pelajari lebih
lanjut mengenai dampak bagi lingkungan dan juga bagi kehidupan manusia.
Lahan fluvial sebenarnya memiliki manfaat dan kerugian tersendiri bagi
kehidupan, akan tetapi tergantung juga bagaiman manusia menyikapi hal
tersebut. Banyak juga kita temui saat ini erosi yang terjadi pada sungai
1
sungguh sangat memprihatinkan, terutama daerah erosi sungai yang dekat
dengan pemukiman penduduk, dikhawatirkan menyebabkan bencana yang
tidak diinginkan.
2
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
3
diendapkan sesuai dengan ukuran material, material kasar diendapkan lebih
dahulu, kemudian selanjutnya material yang halus
(Fitriyah, Halim, dan Jasin, 2015)
4
2.3 Erosi dan Sedimentasi Sungai
Erosi dan sedimentasi pada sungai terjadi dan mengakibatkan adanya
sebuah cut bank dan point bar pada suatu sungai. Point bar adalah bentuk
lahan fluvial yang terdapat pada daerah lengkungan sungai (Wibowo dan
diendapkan pada bagian tengah sungai hingga bagian hilir sungai (Maryani,
dkk., 2019)
5
f. longsoran : pemindahan tanah dalam volume besar pada saat bersamaan
dari tempat tinggi ke rendah
(Asriadi dan Pristianto, Hendrik, 2018)
6
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
7
Data yang diperoleh peneliti merupakan data yang diperoleh langsung dari
sumber datanya. Data primer bersifar terkini, sehingga di perlukan untuk
terjun langsung ke lapangan secara langsung. Data tersebut diperoleh dari
peneliti melalui observasi langsung di lapangan kemudian wawancara
terhadap bebrapa informan.
2) Data sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh peneliti dari sumber yang
sudah ada sebelumnya atau dari penelitian terdahulu artinya peneliti di sini
disebut sebagai tangan kedua. Dari data sekunder sumber data diperoleh
melalui jurnal, artikel,dan web.
8
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian obervasi ini
menggunakan model analisis interaktif dari Miles dan Hubermen. Di mana
dalam penelitian kualitatif memungkinkan untuk dilakukan analisis data pada
saat peneliti sedang berada di lapangan atau setelah kembali dari lapangan,
akan baru dilakukan analisis. Dalam penelitian ini, analisi data dilaksanakan
secara bersamaan dengan proses pengumpulan data. Pada analisis ini terjadi 3
alur dalam proses penelitian yaitu, reduksi data, penyajian data, kemudian
pengambilan kesimpulan/verifikasi.
9
BAB IV
PEMBAHASAN
1) Letak Geografis
Sub daerah aliran sungai bagian tengah pada daerah wiayah
Kabupaten Ponorogo, sub daerah aliran sungai terletak di tiga kecamatan
yaitu kecamatan Badegan , Kauman, dan Ponorogo. Sub daerah aliran sungai
bagian tengah ini terlihat memanjang , dengan aliran dari barat menuju timur.
2) Geologi
Pada peta geologi wilayah ini meiliki kode jenis batuan yang berupa
Qa, yang memiliki jenis batuan berupa kerkal, kerikil, pasir, lanau dan lumpur
sebagai endapan sungai. Kondisi geologi ini menunjukkan ahwa wilayah
tersebut merupakan bentang lahan fluvial.
10
4) Peta Lokasi
11
4.2 Paparan Data Penelitian Observasi
12
4.3 Temuan Penelitian
Pada permukaan bumi bentuk lahan yang umumnya ditemukan ialah
bentuk lahan fluvial (Balasubramanian, 2016). Sesuai dengan teori tersebut
lahan di Ponorogo yang banyak ditemukan adalah lahan fluvial.
Bentuk lahan fluvial terjadi melalui proses erosi maupun proses
sedimentasi yang menyebabkan perubahan bentuk pada suatu permukaan
bumi karena adanya suatu proses yang berasal dari air mengalir, baik aliran
permukaan maupun memusat (Raharjo, 2013 dan Sudira, dkk., 2013). Erosi
dan sedimentasi pada sungai terjadi dan mengakibatkan adanya sebuah cut
bank dan point bar pada suatu sungai (Wibowo dan Dibdyosaputro, 2017).
Dalam penelitian yang dilakukan pada Sub DAS bagian tengah wilayah
Ponorogo temukan 5 titik lahan fluvial berdasarkan macam bentuk erosi (cut
bank) dan sedimentasi (point bar) di sepanjang Sub daerah aliran sungai
wilayah Ponorogo yang membentang sekitar 5 km lebih. Panjang point bar
yang ditemukan di 5 titik lokasi penelitian berbeda-beda yaitu antara 3
sampai dengan 7 meter.
Menurut Fitriyah, Halim, dan Jasin, 2015 proses sedimentasi adalah
proses yang terjadi dimana aliran air sungai tidak sanggup lagi untuk
mengangkut material yang dibawanya. Saat pengangkutan berlangsung lama-
keamaan tenaga angkutnya akan menurun sehingga terjadilah sedimentasi
pada point bar (Miardini, 2019). Proses sedimentasi ini mengakibatkan
pengangkutan material-material kasar terlebih dahulu kemudian yang halus,
kemudian diendapkan pada bagian tengah sungai hingga bagian hilir sungai
(Fitriyah, dkk., 2015 dan Maryani, dkk., 2019). Dalam penelitian ini teori
tersebut dibuktikan dengan adanya endapan di salah satu sungai yang menjadi
objek penelitian. Pada sungai tersebut terdapat endapan batu-batu besar di
bagain atas sungai kemudian diikuti oleh material kecil yang lain seperti
kerikil dan pasir.
13
4.1. Gambar Sedimentasi pada salah satu sungai
14
Gambar 4.3. Erosi Alur
Dari hasil penelitian ini terdapat salah satu masalah yang seharusnya
dapat menjadi perhatian semua orang, masalah yang dimaksud ialah masalah
mengenai erosi pada dinding sungai yang sangat mengkhawatiran, terutama
pada lokasi B dan C, erosi pada lokasi tersebut sangat membahayakan,
terutama pada lokasi B yang secara tempat lokasi B ini terdapat pada sebelah
jalan raya, sehingga adanya erosi sangat membahayakan bagi semua orang
15
khususnya masayarakat sekitar lokasi, Hal ini perlu menjadi perhatian sesama
agar sungai tidak mengalami erosi yang berlebih dan berdampak buruk.
Kemudian hasil observasi ditemukan banyak pemukiman yang berada
di dekat lokasi penelitian, sehingga dapat dikatan bahwasannya banyak
masyarakat yang mendirikan pemukima pada lahan aluvial disekitar sungai.
Hal ini menjadi temuan baru bahwa masyarakat lebih memilih tinggal pada
daerah dataran rendah yang pada dasarnya dataran ini merupakan lahan
fluvial Pada penelitian yang dilakukan terkait kualitas air, dari 5 titik lokasi
sesuai dari informasi warga sekitar lokasi mengatakan air pada sumur mereka
yang merupakan air tanah, Pada lokasi A, D, E memiliki kualitas air yang
jernih sehingga bisa dimanfaatkan sebaik mungkin untuk memenuhi
kebutuhan warga sekitar. Sedangkan lokasi B, C memiliki kualitas air yang
agak keruh.
16
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Lahan fluvial dapat tejadi karena adanya proses erosi maupun proses
sedimentasi yang terjadi pada tempat tersebut oleh suatu aliran air permukaan.
Pada dataran sungai lahan fluvial terbentuk akibat adanya erosi dan sedimentasi
yang terjadi pada cut bank dan point bar. Pada Sub daerah aliran sungai bagian
tengah ponorogo dilakukan 5 titik penelitian wilayah pada 5 km, dengan
ditemukan tipe erosi alur, parit, steram bank, memilik ukuran point bar yang
beragam dari 3sampa 7 m, pada tiap wilayah tersebut.
Kemudian pada wilayah penelitian memiliki kualitas air tanah yang
jernih pada lokasi A,D,E dan agak keruh Pada lokasi B dan C. Pada lokasi B dan
C terjadi kejadian banjir ringan akibat luapan dari air sungai, hal ini tidak terjadi
pada titik wilayah A, D, E. Kejadian kekeringan tidak ditemukan pada lokasi
penelitian tersebut. Selanjutnya masalah erosi yang pada titik B dan C perlu
adanya perhatian dari pemerintah untuk mengatasi masalah erosi yang lebih parah
di kemudian hari, karena hal ini sangat membahayakan terutama terhadap
masyrakat sekitar lokasi.
5.2 Saran
Banyak masyarakat yang memilih bertempat tinggal dataran rendah yang
merupakan dataran fluvial. Hal ini menjadikan gambaran atau bukti bahwa
mayoritas penduduk di bumi ini bertempat tinggal pada lahan fluvial.
Dikarenakan daerah ini mudah dijangkau, sehingga kegiatan ekonomi berjalan
baik. Akan tetapi lahan fluvial merupakan lahan yang rawan terjadi banjir, Seiring
bertambahnya perumahan pada lahan ini juga akan memperburuk keadaan. Untuk
itu diharapkan adanya pengaturan mengenai tata guna lahan terutama pada lahan
ini agar meminimalisir terjadinya bencana banjir.
17
DAFTAR PUSTAKA
Asriadi dan Pristianto, Hendrik, 2018. Ringkasan Teori Erosi dan Sedimentasi,
10.31227/osf.io/3xeyp
Andriyani, I., Wahyuningsih, S., & Suryaningtias, S. (2019). Perubahan Tata
Guna Lahan di Sub DAS Rembangan-Jember dan Dampaknya Terhadap
Laju Erosi. AgriTECH, 39(2), 117-127.
Fitriyah, Halim, dan Jasin, (2015). Penanganan Masalah Erosi dan Sedimentsi di
Kawasan Kelurahan Perkamil. Jurnal Sipil Statik, 2 (4), (173-174)
Islami, M. Analisis Perubahan Meander Saluran Tanah Akibat Variasi Debit (Uji
Model Laboratorium) (Doctoral dissertation, Sriwijaya University).
18
Kartika, I., Indarto, I., Pudjojono, M., & Ahmad, H. (2016). Pemetaan tingkat
bahaya erosi pada level Sub-DAS: Studi pada dua DAS Identik. Jurnal
Agroteknologi, 10(01), 117-128.
Maryani, dkk., 2019. Analisis Kualitas Air pada Usmber Mata Air di Kecamatan
Rambang Dangku Kabupaten Muara Enim. Prosiding Semnas Hari Air
Dunia 2019. ISSN : 2621-7469
19
Pohan, D. A. S., Budiyono, B., & Syafrudin, S. (2016). Analisis kualitas air
sungai guna menentukan peruntukan ditinjau dari aspek
lingkungan. Jurnal Ilmu Lingkungan, 14(2), 63-71.
Purwandito, M. (2019). Estimasi erosi dan sedimentasi lahan pada DAS Langsa
berbasis sistem informasi geografis (SIG). TERAS JURNAL-Jurnal Teknik
Sipil, 9(1), 29-41.
Sudira, Mananoma, dan Manalip, 2013. Analisis Angkutan Sedimen pada Sungai
Mansahan. Jurnal Ilmiah Media Engineering, 3, (54-57).
Suharjo dkk., 2015. Analisis Morfologi dan Morfostruktur serta Pengaruhnya
terhadap Banjir Luapan Sungai Bengawan Solo Hulu Tengah. The 2nd
University Research Coloquium. 18-19
Wibowo dan Dibyosaputro, 2017. Karakteristik Morfologi Point Bar pada Bagian
Hilir Penggal Sungai Bogowonto, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah,
4(6), 2-3
Zakinah, Y. (2017). Penentuan Kinerja DAS di Sub-Sub DAS Keyang Kabupaten
Ponorogo Berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 52 Tahun
2001 (Doctoral dissertation, Universitas Brawijaya).
20
Lampiran-Lampiran
Saya : nyuwun sewu pak badhe tanglet, niki ndamel peneltitian kuliah ?
Saya : njenengan griyane, cedak kali nggeh, kula ajeng tanglet masalah mriki
niku nate banjir nopo mboten ?
Saya : terus banyunne sumur njenengan kahananen pripun pak, butek nopo
pripun ?
Bapak Boyadi : banyune sing neg sumur kae yo bening , ra tau butek
Saya : terus daerah mriki nate kekringan nopo mboten, maksute kentekan
banyu ngoten?
21
B. Video Dokumentasi : https://youtu.be/GW8-iaMCodw
C. Foto Dokumentasi
22
23
24
25
26