Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Salah satu yang menjadi daya tarik para wisatawan adalah panorama alam dari
Gunung Api yang ada di Indonesia yang memiliki keunikan dan daya tarik tersendiri. Bagi
para wisatawan dalam negeri maupun luar negeri berkunjung kesuatu tempat yang memiliki
panorama alam pegunungan merupakan kegiatan yang menyenangkan dan dapat menambah
rasa mencintai kekayaan alam yang tersedia di dunia. Salah satu yang sering dijadikan obyek
wisata adalah Gunung Bromo yang menjadi lokasi penelitian tersebut.
Gunung Bromo merupakan gunung api yang masih aktif dan hal ini yang menjadi
daya tarik tersendiri bagi wisatawan dalam negeri maupun luar negeri. Gunung Bromo
mempunyai ketinggian 2.392 meter di atas permukaan laut itu berada dalam empat
Kabupaten Probolinggo, Pasuruan, Lumajang, dan Malang. Bentuk tubuh Gunung Bromo
bertautan antara lembah dan ngarai dengan kaldera atau lautan pasir seluas sekitar 10
kilometer persegi. Gunung Bromo mempunyai sebuah kawah dengan garis tengah 800
meter (utara-selatan) dan 600 meter (timur-barat) sedangkan daerah bahayanya berupa
lingkaran dengan jari-jari 4 km dari pusat kawah Bromo.
Puncak Gunung Bromo yang luasnya 10 km merupakan perpaduan antara lembah dan
ngarai dengan panorama yang menakjubkan bisa menikmati hamparan lautan pasir seluas 50
km. Kawah gunung Bromo berada dibagian utara berketinggian 2.392 m diatas permukaan
laut yang masih aktif dan setiap saat mengeluarkan kepulan asap ke udara. Suhu rata-rata
digunung Bromo antara 3-17 derajat Celcius. Bagian selatan merupakan dataran tinggi yang
dipisahkan oleh lembah dan ngarai, danau-danau kecil yang membentang di kaki Gunung
Semeru yang dirimbuni hutan dan pepohonan merupakan pesona alam yang mengagumkan.
Disamping pemandangan alam yang indah Gunung Bromo juga memiliki daya tarik
yang luar biasa karena tradisi masyarakat Suku Tengger yang tetap berpegang teguh pada
adat-istiadat dan budaya yang menjadi pedomannya. Masyarakat Suku Tengger memiliki rasa
persaudaraan serta solidaritas yang sangat tinggi. Menurur narasumber di masyarakat Suku
Tengger kriminalitas sangatlah kecil semua itu disebabkan oleh rasa percaya pada adanya
tradisi, kualat, serta akibat yang akan didapat dari Sang Hyang Widhi jika mereka melakukan

suatu kesalahan. Masyarakat Suku Tengger berjumlah sekitar 40 ribu tinggal di lereng
Gunung Semeru dan di sekitar kaldera Tengger.
B. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui proses terbentuknya Gunung Bromo.
2. Mengetahui cara monitoring Gunung Bromo.
3. Mengetahui dampak letusan Gunung Bromo.
4. Mengetahui adaptasi masyarakat terhadap ligkungan.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Proses Terbentuknya Gunung Bromo
Asap putih yang muncul kemudian menjadi hitam menunjukkan erupsi semakin meningkat
karena membawa material dari bawah. Disamping Gunung Bromo terdapat Gunung Batok
karena bentuknya seperti batok (tempurung kelapa). Disekitar kaldera ini terdapat empat gunung
yaitu Gunung Batok, Gunung Bromo, Gunung Kursi, dan Gunung Widodaren. Namun dari
keempat gunung tersebut yang aktif hanya Gunung Bromo.
Kaldera dapat terbentuk dari hasil letusan gunung besar sebelumnya. Terdapat tiga teori
tentang gunung api yaitu Teori Acer, Van Bammelen, dan yg terbaru tahun 2013 terdapat
publikasi dari pak Zainudin. Proses terbentuknya gunung Bromo dulunya terdapat gunung yang
besar namanya Gunung Tengger, diprediksi gunung ini merupakan gunung terbesar dan tertiggi
di Pulau Jawa, tingginya sekitar 4000mdpl. Diperkirakan gunung ini eksis pada kala Pleistosen
Akhir-Miosen Awal (2juta tahun yang lalu). Gunung besar tersebut terjadi karena proses geologi
yaki pergerakan lempeng yang aktif, dimana terdapat beberapa zonasi di Pulau Jawa yaitu zona
Rembang, zona jawa selatan daerah karst dan bagian tengah dihuni oleh gunung api.
Pergerakan aktif atau konvergen ini akan menyebabkan subduksi akibatnya muncul Bromo
Tengger Semeru yang sekarang lebih terkenal Bromo Tengger. Bergeraknya lempeng tersebut
membuan gunung purba meletus misalnya Cemoro Lawang Meletus pada 1800tahun yang lalu,
Gunung Ijo meletus pada 265 tahun yang lalu sehingga menyebabkan tudung gunung lepas, tapi
lepasnya tidak secara langsung tapi melalui lelehan atau tererupsi ke atas. Karena lepasnya tudug
gunung tersebut piroklastiknya muncul membentuk gunung batok dan lainnya hingga menyebar.
Buktinya material dari Bromo pernah sampai ke Surabaya dan Lawang dimana karakteristik
batuannya sama. Tapi meskipun tudungnya sudah hilang, wadahnya masih tetap ada. Wadah
yang dimaksud adalah kaldera Tengger.
Bromo bukan disebut anak tengger karena Bromo berdiri sendiri. Bromo adalah satusatunya gunung yang aktif dalam kaldera tengger karena bromo masih menyambung dengan
material dalam buminya sehingga material keluar dari jalur massif yang dilewati. Sepanjang
jalan yang dilewati menuju bromo berada di lembah atau disebut baranco Sukapura. Baranco
meggerus seperti lembah namanya lembah sapi kerep daerah ini terlewati oleh aliran magma
sehingga daerahnya cekung. Keuntungan dari daerah yang cekung ini dapat dihuni oleh

penduduk karena daerahnya yang datar. Cekung terjadi karena proses dari gunung Tengger.
Gunung Bromo juga bahaya karena mengandug belerang, abu, lava. Deteksi dari Vulkanologi
bahwa sejak tahun 1804 lebih dari 56 kali tidak pernah ditemukan lava karena yang keluar
adalah abu vulkanik. Bromo berbeda karakternya dengan Kelud dan Merapi. Di Bromo bom dan
lapilli keluar di kladera. Jadi, kaldera selain sebagai wadah juga sebagai pelindung alami,
sehingga lava tidak perah keluar karena adannya dinding pelindung tersebut.
Letusan Gunung Bromo yang berupa abu vulkanik yang banyak dan terus menerus disebut
freo-magmatik, dimana material gunungapi bertemu dengan groundwater dan magma. Jadi yang
keluar berupa gas atau uap. Material berupa pasir atau debu yang bisa terbawa 0,66 1,2
milimeter. Sedangkan materialnya yang berkisar > 64 milimeter hanya bisa terdapat di kaldera.
Letusan Bromo pada tahun 2010 merupakan letusan yang luar biasa hebat, karena durasi
letusannya yang bervariasi sampai 274 hari atau 9 bulan 10 hari pada bula September Juli
2011. Pada tahun 2010 tersebut erupsi Bromo terus terjadi karena pada tahun 1980 Bromo
meletus, tetapi letusannya menjadi deformasi berkembang di dalam, sehingga lama kelamaan
sumber materialnya terkumpul banyak. Tahun 2010 didesak magmanya, maka pada saat meletus,
letusannya hebat.
Gunung Bromo paling unik di dunia, karena terdapat lautan pasir. Hal ini sangat menarik,
karena biasanya kaldera gunungapi terdapat air dan jika hujan turun maka aka terisi dan menjad
danau vulkanik. Akan tetapi kaldera di Bromo ini berupa lautan pasir, sebab batuan dasarnya
tidak kedap air sehingga air tidak dapat menembus permukaan.
B. Cara Monitoring Gunung Bromo
Dalam melakukan pengamatan gunung api Bromo (monitoring gunung api Bromo) metode
yang digunakan antara lain:
Pengamatan Deformasi
Deformasi gunung api yaitu perubahan bentuk fisik yang terjadi pada sebuah gunung
api ketika hendak erupsi. Salah satu tanda deformasi diantaranya naik turun nya permukaan
gunung api. Pengamatan terhadap deformasi memberikan informasi mengenai apakah
sebuah gunung api sedang mengembang atau tidak. Pengukuran deformasi dilakukan
melalui Global Positioning System (GPS) Geodetik Dual Frekuensi (L1 dan L2). Sebuah
tiltmeter juga dapat diletakkan di gunung api untuk memantau perubahan kemiringan
permukaan.

Pemantauan deformasi di G. Bromo menggunakan metoda EDM (Elektronik Distace


Measurement) dan Tiltmeter. Metoda EDM yang terdiri dari 3 titik pantau dan pada tanggal
8 Februari 2016 dibuat titik pantau yang permanen di G. Kursi, Bromo dan G. Batok,
pengukurannya terkendala seringnya kabut disekitar G. Bromo. Pengukuran baik tilt maupun
EDM dalam periode 2 26 Februari 2016 yang menggunakan titik baru untuk tilt dan
EDM, hasil pengukuran sejak tanggal 10 Februari hingga 25 Februari 2016 menunjukan
deformasi berfluktuatif dengan kecenderungan menuju stabil.
Pengukuran EDM mulai tanggal 10 Februari menggunakan titik baru dan berdasarkan hasil
pengukuran sejak tanggal 10 Februari hingga 25 Februari 2016, deformasi berfluktuatif
dengan kecenderungan menuju stabil.

Gambar. Grafik EDM periode 10 25 Februari 2016

Pengukuran tilt mulai tanggal 7 26 Februari menggunakan stasiun baru dan lama (tilt
borehole), lokasi kedua stasion sama, menunjukkan deformasi cenderung stabil.

Gambar. Grafik Tilt periode 7 26 Februari 2016 (a.Tilt stasion baru (600 m dari puncak).

Di plot selanjutnya adalah di pos poengamatan gunungapi Bromo terletak pada titik koordinat:
S= 07 55 37,52, E= 112 58 07,50
Berhasilnya sistem pemantauan dan peringatan dini bencana tak lepas dari campur tangan
teknologi. Untuk memantau aktivitas sebuah gunung api yang aktif, ada dua perangkat yang
umumnya digunakan, yaitu Seismometer dan Tiltmeter. Berikut penjelasan singkat tentang
keduanya.
a. Tiltmeter
Tiltmeter merupakan alat pengukur deformasi gunung yang berfungsi untuk mendeteksi
pengembungan atau pengempisan tubuh gunung. Perangkat Tiltmeter sendiri terdiri dari tiga
komponen utama, yaitu Pelat Tiltmeter, Portable Tiltmeter, dan Readout Unit.Struktur yang
dipandang perlu untuk dilakukan pengukuran dengan metode Tiltmeter adalah struktur yang
secara visual telah menunjukkan adanya perubahan posisi secara horizontal atau vertikal agar
dapat diketahui intensitas gerakannya. Untuk kasus sebuah gunung berapi, biasanya para

ilmuwan akan memasang Tiltmeter di banyak titik, mulai dari kaki gunung hingga datarandataran tertinggi yang diperkirakan sebagai jalur aliran lava.
Seismometer adalah alat untuk mengukur gerakan tanah, termasuk gelombang seismik yang
dihasilkan oleh gempa bumi, letusan gunung berapi, dan sumber gempa lainnya. Rekaman
gelombang seismik memungkinkan seismolog untuk memetakan bagian dalam bumi, serta
menemukan dan menentukan ukuran dari sumber gempa yang berbeda. Hasil rekaman dari alat
ini disebut seismogram. Pada awalanya alat ini hanya bisa digunakan untuk menentukan dari
arah mana gempa bumi terjadi. Dengan perkembangan teknologi yang semakin berkembang,
maka kemampuan seismometer pun telah ditingkatkan, sehingga bisa merekam getaran dalam
jangkauan frekuensi yang cukup lebar. Alat seperti ini disebut Seismometer Broadband.
Berdasarkan cara pembacaan data, sesmograf terdiri atas 2 yaitu :
Seismograf Manual (mekanikal)
Jenis gerakan mekanikal dapat mendeteksi baik gerakan vertikal maupun gerakan
horizontal tergantung dari pendular yang digunakan apakah vertikal atau horizontal. Pada
komponen horizontal utara-selatan, arah gempa yang dicatat adalah arah gempa pada posisi utara
atau selatan sedangkan pada komponen horizontal timur-barat, arah gempa yang dicatat adalah
arah gempa pada posisi timur atau barat, dan pada komponen vertikal arah gempa yang dicatat
adalah arah gempa dilatasi atau kompresi.

Seismograf Digital (elektromagnetik)

Seismograf modern menggunakan elektromagnetik seismographer untuk memindahkan


volatilitas sistem kawat tarik ke suatu daerah magnetis. Peristiwa-peristiwa yang menimbulkan
getaran kemudian dideteksi melalui spelgavanometer.Selain itu, seismograf digital modern
menambahkan komponen keempat yaitu layar, "user-friendly", dan cepat transfer data.

Selain alat tersebut, untuk pemantauan aktivitas Bromo setiap waktu, di pos pengamatan Gunung
Bromo terdapat CCTV yang dapat dilihat setiap saat.
C. Dampak letusan Gunung Bromo
Desa Ngadirejo selalu mengalami dampak dari erupsi Gunung Bromo. Pada lahan pertanian
terdapat material pasir vulkanik akibat erupsi Gunung Bromo yang berlapis-lapis. Hal ini berarti
daerah ini terkena material erupsi Bromo yang berkali-kali. Tanah yang terkena material erupsi
Gunung Bromo tingkat produktivitasnya menurun. Letak Desa Ngadirejo lebih jauh dari desa
Ngadisari, namun dampaknya lebih besar yang dialami masyarakat Ngadirejo. Hal ini
dikarenakan Desa Ngadirejo letaknya lebih tinggi dan berada pada satu garis lurus dengan desa
Ngadisari, dan arah angin yang mengarah ke desa Ngadirejo, sehingga material letusan hanya
melewati desa Ngadisari.
D. Adaptasi Masyarakat Terhadap Lingkungan
Manusia adalah mahkluk yang rasional, dapat memanfaatkan lahan yang tidak terlalu miring
di pegunungan untuk lahan pertanian dan pemukiman. Lahan yang sedikit datar itu terjadi karena
erupsi Gunung Tengger, sehingga datarannya dilewati oleh lava flow atau tertimbun materialmaterial piroklastik yang keluar dari gunung api purba tengger. Aliran lava flow dapat
menggerus dan mengubah dataran menjadi lembah, sehingga dapat dihuni dan memudahkan

aksesibilitas manusia. Daerah yang semacam ini rawan bencana abu vulkanik karena
morfologinya rendah.
Dinding kaldera Tengger dapat melindungi daerah Probolinggo, Ngadas (Malang), Wonofitri
(Pasuruan), Ranupani (Lumajang) yang lebih tinggi daripada sisi dinding daerah Kecamatan
Sukapura sehingga daerah tersebut selalu terkena dampak dari erupsi Gunung Bromo .Desa
Ngadirejo adalah salah satu desa yang letaknya dekat dengan Gunung Api Bromo dengan titik
koordinat S= 07 55 42,88 dan E= 112 59 52,40. Material yang menimpa Desa Ngadirejo
sebagian besar adalah debu, pasir, dan kerikil. Pada lahan pertanian terdapat material pasir
vulkanik akibat erupsi Gunung Bromo yang berlapis-lapis. Hal ini berarti daerah ini terkena
material erupsi Bromo yang berkali-kali. Tanah yang terkena material erupsi Gunung Bromo
tingkat produktivitasnya menurun. Cara masyarakat dalam menangani hal ini adalah dengan cara
mencangkul dan membalikan tanah yang terkena pasir vulkanik sehingga pasir berada di bawah
dan tanah dapat ditanami dengan tanaman yang berakar pendek/serabut.
Pada letusan 2010 dan 2011, erupsi Gunung Bromo telah menghancurkan satu Sekolah
Dasar. Sekarang bangunan SD tersebut telah diganti dengan struktur rumah yang sesuai dengan
erupsi Gunung Bromo yaitu rumah asli tengger yang kemiringan atapnya 40.
Bukti proses
Erupsi Tengger dan Bromo berbeda-beda. Tipe Bromo material yang dihasilkan berupa pasir
dan abu vulkanik. Bromo diatas sebagian bawahnya Tengger. Ini hasil Tengger sebagian Bromo.
Lapisan ini berupa batuan paling bawah, kemudian diatasnya tanah pasir selang seling. Selangseling lapisan tersebut menunjukkan perlapisan kejadian bukti masa lampau. Hal ini

bisa

dideteksi dari bukti yang ada. Bukti tersebut dapat dihasilkan dari perlapisan tanah. Oleh sebab
itu, penggalian profil tanah itu penting.
Aliran lava mengalir disepanjang sungai sekitar Bromo. Material yang mengalir berupa lava
pijar. Lava ini terkena atmosfer kemudian membeku. Disepanjang sungai terdapat batuan-batuan
yang besar, yang terbentuk dari lava yang membeku. Stratigrafi yang terjadi pada lapisan ini
merupakan proses bukti erupsi. Hal ini mengidikasikan bahwa material dari gunung Bromo
terlotarkan sampai ke Ngadirejo. Bromo tidak pernah mengeluarkan lava karena material magma
kontak dahulu dengan air auat disebut freo magmatik sehingga tidak mengeluarkan lava. Jadi
yang keluar dari gunung Bromo dalam bentuk uap (bom dan lapilli). Justru pada tahun 20102011 Gunung Bromo pernah mengeluarkan bunga api. Kalau Gunung Tengger dulunya

mengeluarkan lava dan semuanya keluar, lava, magma, lapilli, dll. Jika ada lava di Gunung
Bromo maka keluarnya di kaldera. Tetapi di kaldera tidak terdapat batuan yang terbentuk dari
lava. Titik koordinat di lokasi ini adalah: S= 070 55 03,34

E= 1130 01 04,87

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Disekitar kaldera Bromo terdapat empat gunung yaitu Gunung Batok, Gunung Bromo,
Gunung Kursi, dan Gunung Widodaren. Namun dari keempat gunung tersebut yang aktif hanya
Gunung Bromo. Kaldera dapat terbentuk dari hasil letusan gunung besar sebelumnya. Letusan
Gunung Bromo yang berupa abu vulkanik yang banyak dan terus menerus disebut freomagmatik, dimana material gunungapi bertemu dengan groundwater dan magma. Dalam
melakukan pengamatan gunung api Bromo (monitoring gunung api Bromo) metode yang
digunakan antara lain: Pengamatan Deformasi. Alat yang dipakai adalah seismograf (seismograf
manual dan seismograf digital). Selain itu juga menggunakan tilt meter.
Desa Ngadirejo selalu mengalami dampak dari erupsi Gunung Bromo. Pada lahan pertanian
terdapat material pasir vulkanik akibat erupsi Gunung Bromo yang berlapis-lapis. Hal ini berarti
daerah ini terkena material erupsi Bromo yang berkali-kali. Tanah yang terkena material erupsi
Gunung Bromo tingkat produktivitasnya menurun. Cara masyarakat dalam menangani hal ini
adalah dengan cara mencangkul dan membalikan tanah yang terkena pasir vulkanik sehingga
pasir berada di bawah dan tanah dapat ditanami dengan tanaman yang berakar pendek/serabut.
Selai itu, Pada letusan 2010 dan 2011, erupsi Gunung Bromo telah menghancurkan satu Sekolah
Dasar. Sekarang bangunan SD tersebut telah diganti dengan struktur rumah yang sesuai dengan
erupsi Gunung Bromo yaitu rumah asli tengger yang kemiringan atapnya 40.
Selang-seling lapisan (stratigrafi) menunjukkan perlapisan kejadian bukti masa lampau. Hal
ini bisa dideteksi dari bukti yang ada. Bukti tersebut dapat dihasilkan dari perlapisan tanah.

DAFTAR PUSTAKA
http://www.vsi.esdm.go.id/index.php/gunungapi/aktivitas-gunungapi/1130
http://hmgf.fmipa.ugm.ac.id/geofisika-dan-gunung-api/
https://volcanoes.usgs.gov/activity/methods/

Anda mungkin juga menyukai