Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

“Morfologi Sumatera”

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah


Geomorfologi Indonesia yang diampu oleh:

Bayu Wijayanto, S.Pd., M.Pd.

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 1

Ilhan Erdeannda 20045012

Leon Emdika Putra 20045051

Pegi Afrianti 20045061

PRODI PENDIDIKAN GEOGRAFI, JURUSAN GEOGRAFI

FAKULTAS ILMU SOSIAL (FIS)

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2021
KATA PENGANTAR
Assalamua’laikum warahmatullahi wabarakatuh

Puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan kemudahan dan
memberikan kesempatan hingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Morfologi Sumatera”. Sholawat dan salam kepada nabi Muhammad SAW yang telah
menunjukkan ke jalan yang lurus dan benar dan membuat revolusi perkembangan dunia
dari masa jahiliyah menjadi zaman berpendidikan seperti saat ini.

Kami sangat bersyukur karena telah menyelesaikan makalah yang menjadi tugas
mata kuliah Geomorfologi Indonesia. Disamping itu, kami mengucapkan banyak
terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu kami selama pembuatan makalah
ini berlangsung.

Demikianlah yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini bisa bermanfaat,
dan kami juga mengharapkan kritik, dan saran, dari pembaca agar dalam pembuatan
makalah kami selanjutnya bisa lebih baik.

Wassalamua'laikum warahmatullahi wabarakatuh

Kepulauan Meranti, 13 Maret 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar........................................................................................................................... i

Daftar isi ...................................................................................................................................... ii

I. PENDAHULUAN................................................................................................................... 1

1. Latar Belakang ............................................................................................................ 1

2. Rumusan Masalah ....................................................................................................... 1

3. Tujuan dan manfaat..................................................................................................... 1

II. PEMBAHASAN .................................................................................................................... 2

1. Konsepsi Pulau Sumatera ........................................................................................... 2

2. Bentang Alam & Bentuk Lahan Pulau Sumatera ....................................................... 4

A. Gunung Berapi Dan Aktivitas Vulkanisme Di Sumatera ............................................... 4

B. Fisiografi Dan Topografi Sumatera ............................................................................... 5

III. PENUTUP ............................................................................................................................ 9

Kesimpulan ................................................................................................................................... 9

Saran .............................................................................................................................................. 9

Daftar Pustaka ............................................................................................................................... 10

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar belakang
Pada dasarnya morfologi bisa kita artikan sebagai bentuk lahan kenampakan
muka bumi. Namun tak perlu muluk membicarakan Negara luar semacam Peru, Brazil,
hingga Rusia, cukup membicarakan Indonesia saja sudah begitu banyak hal yang dapat
ditelusuri dan mungkin belum terungkap. Dengan melihat luas Negara Indonesia yang
mencapai 1,905 juta km² tentu takkan cukup untuk mengupas secara tuntas, dalam bentuk
sajian makalah saja. Pada materi kali ini, kami akan sajikan pembahasan morfologi
dengan mengecilkan ruang lingkup, yaitu salah satu pulau yang berjulukan Andalas,
siapa lagi kalau bukan Sumatera. Sebagaimana yang kita ketahui pulau Sumatera adalah
salah satu pulau yang terbesar dan terkaya di Indonesia. Dengan beragam
keanekaragaman bentuk lahan yang dimiliki, mungkinkah ada misteri atau fenomena
terselubung yang belum dapat diungkapkan? Maka dari itu, berhubungan dengan materi
“Morfologi Sumatera”, kami akan menyajikan dengan cara efektif dan komunikatif
dalam kajian empiris.

2 Rumusan masalah
1. Apakah itu Pulau Sumatera dan jelaskan secara umum?
2. Bagaimana fenomena dari bentang alam dan bentuk lahan di Pulau Sumatera ?

3 Tujuan dan manfaat


Tujuan pokok dari pembuatan makalah tentang memahami morfologi / bentuk
lahan di pulau Sumatera. Berupa memperkenalkan sekaligus memberikan gambaran
mengenai proses ataupun kenampakan yang ada dari di pulau yang bergelar Andalas
tersebut.

Sedangkan tujuan lainnya adalah:


 Mengembangkan sikap kesadaran akan hal esensial dalam kegiatan kenampakan
bentuk lahan
 Memperkuat sisi keilmuan dan pengetahuan di bidang Geografi terkhusus
Geomorfologi
 Mengembangkan rasa kepedulian terhadap kemajuan & kualitas riset ilmu bumi.

Manfaat Penulisan ini adalah:


 Agar kita dapat mengetahui & memahami konsep sistem penelelitian ilmu bumi
 Sebagai sarana untuk melakukan pengembangan edukasi dan media ristek
 Dapat memperoleh suatu pengalaman dan ilmu baru mengenai kebumian.

1
BAB II
PEMBAHASAN
1. Konsepsi Pulau Sumatera
Sumatra adalah pulau keenam terbesar di dunia yang terletak di Indonesia,
dengan luas 473.481 km². Penduduk pulau ini sekitar 57.940.351. Pulau ini dikenal
pula dengan nama lain yaitu Pulau Percha, Andalas, atau Suwarnadwipa. (bahasa
Sanskerta, berarti "pulau emas"). Kemudian pada Prasasti Padang Roco tahun 1286
dipahatkan swarnnabhūmi (bahasa Sanskerta, berarti "tanah emas") dan bhūmi
mālayu ("Tanah Melayu") untuk menyebut pulau ini. Selanjutnya dalam
naskah Negarakertagama dari abad ke-14 juga kembali menyebut "Bumi Malayu"
(Melayu) untuk pulau ini.

Luas Pulau Sumatra ± 473.481 km² memanjang dari Barat – Laut ke tenggara
dengan panjang 1.650 Km dari UleLhee sampai Tanjung Cina (Djodjo dkk, 1985, 41)
lebar pulau di bagian Utara berkisar 100 – 200 Km di bagian Selatan mencapai 350
Km. Memiliki titik tertinggi yaitu 3.805 m bertempat di Kerinci sedangkan kota
terbesar di Pulau ini di pegang oleh Medan.

Kata yang pertama kali menyebutkan nama Sumatra berasal dari gelar seorang
raja Sriwijaya Haji Sumatrabhumi ("Raja tanah Sumatra"), berdasarkan berita China
ia mengirimkan utusan ke China pada tahun 1017. Pendapat lain menyebutkan nama
Sumatra berasal dari nama Samudra, kerajaan di Aceh pada abad ke-13 dan abad ke-
14. Para musafir Eropa sejak abad ke-15 menggunakan nama kerajaan itu untuk
menyebut seluruh pulau. Sama halnya dengan pulau Kalimantan yang
disebut Borneo, dari nama Brunai, daerah bagian utara pulau itu yang mula-mula
didatangi orang Eropa. Demikian pula pulau Lombok tadinya bernama Selaparang,
sedangkan Lombok adalah nama daerah di pantai timur pulau Selaparang yang mula-
mula disinggahi pelaut Portugis.

Peralihan Samudra (nama kerajaan) menjadi Sumatra (nama pulau) menarik


untuk ditelusuri. Odorico da Pordenone dalam kisah pelayarannya tahun 1318
menyebutkan bahwa dia berlayar ke timur dari Koromandel, India, selama 20 hari,
lalu sampai di kerajaan Sumoltra. Ibnu Bathutah bercerita dalam kitab Rihlah ila l-
Masyriq (Pengembaraan ke Timur) bahwa pada tahun 1345 dia singgah di kerajaan
Samatrah. Pada abad berikutnya, nama negeri atau kerajaan di Aceh itu diambil alih
oleh musafir-musafir lain untuk menyebutkan seluruh pulau.Pada tahun 1490 Ibnu
Majid membuat peta daerah sekitar Samudra Hindia dan di sana tertulis pulau
"Samatrah". Peta Ibnu Majid ini disalin oleh Roteiro tahun 1498 dan muncullah nama
"Camatarra". Peta buatan Amerigo Vespucci tahun 1501 mencantumkan nama
"Samatara", sedangkan peta Masser tahun 1506 memunculkan nama "Samatra".
Antonio Pigafetta tahun 1521 memakai nama yang agak „benar‟: "Somatra". Tetapi

2
sangat banyak catatan musafir lain yang lebih „kacau‟ menuliskannya: "Samoterra",
"Samotra", "Sumotra", bahkan "Zamatra" dan "Zamatora".Catatan-catatan orang
Belanda dan Inggris, sejak Jan Huygen van Linschoten dan Sir Francis Drake abad
ke-16, selalu konsisten dalam penulisan Sumatra. Bentuk inilah yang menjadi baku,
dan kemudian disesuaikan dengan lidah Indonesia: Sumatra.

Pulau Sumatera terletak di bagian barat gugusan Kepulauan Nusantara. Di


sebelah utara berbatasan dengan Teluk Benggala, Malaysia dan Singapura, di timur
dengan Selat Malaka, Pulau Kalimantan, di sebelah selatan dengan Selat Sunda, dan
di sebelah barat dengan Samudera Hindia dan India.

Secara umum, pulau Sumatra didiami oleh bangsa Melayu, yang terbagi ke
dalam beberapa suku. Suku-suku besar diantaranya terdapat suku
semacam Aceh, Batak, Melayu, Minangkabau, Besemah, Rejang, Ogan, Komering,
Lampung, Tionghoa, Timur Tengah dan India. Penduduk Sumatra pada umumnya
bermayoritas Islam dan sebagian kecil merupakan penganut ajaran Kristen Protestan,
Buddha, hingga konghucu.

3
2. Bentang Alam & Bentuk Lahan Pulau Sumatera
Pulau Sumatera pada dasarnya jika ditelusuri dari daerah terbitnya matahari
(timur pulau) banyak dijumpai rawa yang dialiri oleh sungai-sungai besar, antara lain;
Asahan (Sumatera Utara), Kampar, Siak dan Sungai Indragiri (Riau), Batang Hari
(Sumatera Barat, Jambi), Ketahun (Bengkulu), Musi, Ogan, Lematang, Komering
(Sumatera Selatan), dan Way Sekampung (Lampung).

Di bagian barat pulau, terbentang Pegunungan Barisan yang membujur dari


utara hingga selatan. Hanya sedikit wilayah dari pulau ini yang cocok digunakan
untuk pertanian padi. Sepanjang bukit barisan terdapat gunung-gunung berapi yang
hingga saat ini masih aktif, seperti Merapi (Sumatera Barat), Bukit Kaba (Bengkulu),
dan Kerinci (Jambi). Pulau Sumatera juga banyak memiliki danau besar, di antaranya
Laut Tawar (Aceh), Danau Toba (Sumatera Utara), Danau Singkarak, Danau
Maninjau, Danau Diatas, dan Danau Dibawah (Sumatera Barat), dan Danau Ranau
(Lampung dan Sumatera Selatan).

Pegunungan Bukit Barisan dengan beberapa puncaknya yang melebihi 3.000 m


di atas permukaan laut, merupakan barisan gunung berapi aktif, berjalan sepanjang
sisi barat pulau dari ujung utara ke arah selatan; sehingga membuat dataran di sisi
barat pulau relatif sempit dengan pantai yang terjal dan dalam ke arah Samudra
Hindia dan dataran di sisi timur pulau yang luas dan landai dengan pantai yang landai
dan dangkal ke arah Selat Malaka, Selat Bangka dan Laut China Selatan.

A. Gunung Berapi Dan Aktivitas Vulkanisme Di Sumatera

Vulkanisme adalah segala peristiwa yang berhubungan dengan magma yang


keluar menuju permukaan bumi melalui rekahan dalam kerak bumi. Magma ini
bentuknya cair dan berpijar. Magma bergerak naik ke permukaan bumi melalui
diatrema, yaitu saluran yang mirip pipa. Jika sudah sampai di permukaan bumi,
magma berubah nama menjadi lava.

Gunung berapi atau gunung api secara umum adalah istilah yang dapat
didefinisikan sebagai suatu sistem saluran fluida panas (batuan dalam wujud cair atau
lava) yang memanjang dari kedalaman sekitar 10 km di bawah permukaan bumi
sampai ke permukaan bumi, termasuk endapan hasil akumulasi material yang
dikeluarkan pada saat meletus, dan merupakan bagian dan gejala dari aktivitas
vulkanisme.

Gunung berapi terdapat di seluruh dunia, tetapi lokasi gunung berapi yang
paling dikenali adalah gunung berapi yang berada di sepanjang busur Cincin Api
Pasifik (Pacific Ring of Fire). Busur Cincin Api Pasifik merupakan garis bergeseknya

4
/ subduksi antara dua lempengan tektonik yaitu lempeng Eurasia dan lempeng Indo-
Australia. Dan pertemuan dua sirkum/‟ yaitu Mediterania dan Pasifik.

Gunung berapi terdapat dalam beberapa bentuk sepanjang masa hidupnya.


Gunung berapi yang aktif mungkin berubah menjadi separuh aktif, istirahat, sebelum
akhirnya menjadi tidak aktif atau mati. Apabila gunung berapi meletus, magma yang
terkandung di dalam kamar magmar di bawah gunung berapi meletus keluar sebagai
lahar atau lava. Selain daripada aliran lava, kehancuran oleh gunung berapi
disebabkan melalui berbagai cara seperti berikut:

– Aliran lava

– Letusan gunung berapi

– Aliran lumpur

– Abu

– Kebakaran hutan

– Gas beracun

– Gelombang tsunami

– Gempa bumi

Gunung berapi yang tertinggi di Sumatra adalah Gunung Kerinci di Jambi, dan
dengan gunung berapi lainnya yang cukup terkenal yaitu Gunung Leuser di Nanggroe
Aceh Darussalam dan Gunung Dempo di perbatasan Sumatra Selatan dengan
Bengkulu. Pulau Sumatra merupakan kawasan episentrum gempa bumi karena
dilintasi oleh patahan kerak bumi disepanjang Bukit Barisan, yang disebut Patahan
Sumatra; dan patahan kerak bumi di dasar Samudra Hindia disepanjang lepas pantai
sisi barat Sumatra.

B. Fisiografi Dan Topografi Di Sumatera

Gambaran secara umum keadaan fisiografi pulau Sumatera agak sederhana.


Fisiografinya dibentuk oleh rangkaian Pegunungan Barisan di sepanjang sisi
baratnya, yang memisahkan pantai barat dan pantai timur. Lerengnya mengarah ke
Samudera Indonesia dan pada umumnya curam. Hal ini mengakibatkan jalur pantai
barat kebanyakan bergunung-gunung kecuali dua ambang dataran rendah di Sumatera
Utara (Melaboh dan Singkel/Singkil) yang lebarnya ±20 km. Sisi timur dari pantai
Sumatra ini terdiri dari lapisan tersier yang sangat luas serta berbukit-bukit dan
berupa tanah rendah alluvial.

5
Secara garis besar topografi Pegunungan Sumatra dapat dibagi kedalam tiga
bagian yang menjalur dari Barat Laut - Tenggara sebagai berikut :

a) Bagian Barat, daerah ini berupa dataran memanjang sepanjang pantai yang
secara tidak menentu terpotong oleh igir-igir yang menyentuh pantai. Dataran
pantai memiliki lebar yang di berbagai tempat tidak sama. Dataran pantai
yang lebar hanya terdapat di beberapa tempat di antaranya di Meolaboh dan
Singkil di Sumatra Utara.
b) Bagian Tengah, bagian ini merupakan jalur vulkanis (Inner Arc) yang
menduduki bagian tengah Pulau Sumatra dengan posisi agak ke Barat. Jalur
ini dikenal denan sebutan Bukit Barisan. Bukit barisan ini memiliki lebar yang
tidak sama. Bukit Barisan (Zona Barisan) mengalami peristiwa-peristiwa
geologis yang berulang-ulang dan kenampakan sekarang adalah sebagai hasil
fenomena geologis yang terjadi pada Plio-Pleistocene. Berdasarkan fenomena
pada Plio – Pleistocene maka zona Barisan dapat diuraikan menjadi tiga yaitu
Zona Barisan Selatan, Zona Barisan Tengah dan Zona Barisan Utara (Van
Bemmelen, 1949, 678).

1. Zona Barisan Sumatra Selatan dibagi menjadi tiga unit blok sesaran yaitu :
I. Blok Bengkulu (The Bengkulu Block) Pada Bagian Barat membentuk
monoklinal dengan kemiringan 5 – 10 derajat ke arah Laut India (Indian
Ocean) dan tepi Timur Laut berupa bidang patahan. Batas Timur Laut
Blok Bengkulu adalah Semangko Graben, Ujung Selatan Semangko
Graben berupa Teluk Semangko di Selat Sunda.Sedangkan panjang
Graben Semangko yang membentang dari Danau Ranau – Kota Agung
di Teluk Semangko adalah 45 Km dan lebarnya 10 Km.
II. Blok Semangko (Semangko Central Block) Terletak diantara Zona
Semangko Sesaran Lampung (Lampung Fault). Bagian Selatan dari
blok Semangko terbagi menjadi bentang alam menjadi seperti
pegunungan Semangko, Depresi Ulehbeluh dan Walima, Horst Ratai
dan Depresi Telukbetung. Sedangkan bagian Utara Blok Semangko
(Central Block) berbentuk seperti Dome (diameter + 40 Km).
III. Blok Sekampung (The The Sekampung Block) Blok Sekampung
merupakan sayap Timur Laut Bukit Barisan di sumatra Selatan. Blok
ini merupakan Pasang Blok Bengkulu. Kalau dilihat secara keseluruhan
makan Zona Barisan bagian Selatan (di daerah Lampung)
memperlihatkan sebagai geantiklin yang besar di mana Bengkulu Blok
sebagai sayap Barat Daya, lebar 30 Km kemudian Sekampung Blok
sebagai sayap Timur Laut, lebar 35 Km dan puncak geantiklinnya
adalah central block (Blok Semangko) dengan lebar 75 Km.

6
2. Zona Barisan Sumatra Tengah Zona Barisan di daerah Padang memiliki lebar
140 Km dan bagian tersempit selebar 60 Km yaitu di Padang Sidempuan.
Blok Bengkulu (the bengkulu Block) dapat ditelusuri sampai ke Padang
sebagai pembentuk sayap Barat Daya bukit Barisan (Zona Barisan). Di Utara
Padang, sayap Bukit Barisan Barat Daya di duduki oleh Danau Maninjau (a
volcano tectonic trought), Gunung Talakmau dan Gunung Sorikmarapi. Zona
Semangko membenteng dari Danau Kerinci sampai ke Danau Singkarak.
Zona ini oleh Tobler disebut Schicfer Barisan (Van Bemmelen, 1949)
membentang memanjang searah dengan Sistem Barisan baik di sumatra
Tengah maupun Sumatra Selatan. Sayap Timur Laut yang terletak di Utara
Danau Singkarak ke Tenggara. Di sebelah Utara Danau Singkarak sampai ke
Rau berstruktur Horst dan Graben dengan posisi memanjang.

3. Zona Barisan Sumatra Utara dibagi menjadi dua unit yang berbeda (Van
Bemmelen, 1949, 687) yaitu Tumor Batak dan pegunungan di Aceh.
I. Tumor Batak (The Batak Culmination with the Lake Toba) Tumor
Batak, panjang 275 Km dan lebar 150 Km. puncak tertinggi Gunung
Sibuatan 2.457 m di bagian Barat Laut Toba, Gunung Pangulubao
2.151 m terletak di bagian Timur Toba. Di bagian Tenggara adalah G.
Surungan 2.173 m dan dibagian barat adalah Gunung Uludarat 2.157 m.
II. Pegunungan di Aceh Van Bemmelen menyebutkan bahwa pegunungan
Barisan di Aceh belum banyak disingkap sehingga pembicaraan
mengenai pengaruh penggangkatan pada plio-pleistocene
terhadapsistem Barisan di Aceh sangat sedikit.Bagian utara Zona
Barisan dimulai dengan pegunungan di Aceh yang searah dengan
Lembah Krueng Aceh. Jalur ini terus menyambung kearah Tenggara ke
pegunungan Pusat Gayo dengan beberapa puncak seperti Gunung Mas
1.762m, Gunung Bateekebeue 2.840 m, Gunung Geureudong 2.590 m,
Gunung Tangga 2,500 m, Gunung Abongabong 2.985 m, G. Anu 2.750
m, Gunung Leiser 3.145 m, untuk G. Leuser letaknya agak ke barat bila
dibanding dengan posisi gunung lainnya.

Dari uraian Zona Barisan maka terdapat satu keistimewaan di mana pada
bagian puncak Zona Barisan terdapat suatu depresi yang memanjang dari
Tenggara ke Barat Laut. Depresi ini di beberapa tempat terganggu oleh
lahirnya kenampakan baru sebagai hasil peristiwa tekto-vulkanik naupun
erupsi vulkan.

7
c) Bagian Timur, Pulau Sumatra sebagian besar berupa hutan rawa dan
merupakan dataran rendah yang sangat luas. Dataran rendah ini menurut
Dobby merupakan dataran terpanjang yang tertutup rawa di daerah tropik di
Asia Tenggara (Djodjo dkk, 1985). Bagian Timur Sumatra selalu mengalami
perluasan sebagai hasil pengendapan material yang terbawa oleh aliran sungai
dari sayap Timur Zona Barisan.Di bagian arah Barat Pulau Sumatra (di
Samudera India) terdapat deretan pulau-pulau yang bersifat non vulkanik.
Rangkaian pulau-pulau ini merupakan outerarc. Posisi pulau-pulau
memanjang arah Barat Laut - Tenggara. Di bagian Timur Pulau Sumatra
terdapat Kepulauan Riau, bangka, Belitung, Lingga, Singkep.

8
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan mengenai “Morfologi Sumatera”, maka dapat ditarik
benang merah bahwasanya pencarian data, dan analisis yang telah dilakukan mengenai
Pulau Andalas atau kita kenal sebagai Sumatera, merupakan salah satu pulau terbesar
yang memiliki bentang alam yang menarik, salah satunya terjadi pengangkatan palung
sehingga kawasan ini memperlihatkan bentuk lereng yang terjal dan sempit. Selain itu
juga terdapat fenomena vulkanisme, hingga keberagaman fisiografi dan topografi di
pulau ini. Sehingga dapat disimpulkan morfologi Sumatera adalah salah satu dari
berbagai kekayaan bentuk lahan di Nusantara. Meskipun, mau tidak mau, kehadiran
bentuk lahan yang bervariasi akan menghadirkan dampak positif maupun negatif dalam
aspek keruangan bangsa Indonesia. Namun, bukan berarti kita harus lari dari kenyataan,
dan diharapkan pengambilan keputusan harus kian bijak, dalam memaknai kondisi
bentang alam dan bentuk lahan di pulau Sumatera sendiri, agar lebih efektif, lebih efisien
dan semakin produktif.

SARAN
Setelah membaca makalah ini diharapkan pembaca dapat mengetahui apa saja
bentuk lahan / morfologi dari Pulau Sumatera yang bisa dianalisis, diteliti, dan dipelajari,
sebagai kajian empiris untuk beragam keperluan yang berkaitan dengan kebumian. Selain
itu kegiatan ini diharapkan akan mampu menimbulkan sikap positif dan kepedulian akan
terselenggaranya perkembangan riset dan teknologi mengenai bentuk lahan nusantara
terkhusus Sumatera. Sehingga lewat pembahasan materi “Morfologi Sumatera” juga
akan mampu meningkatkan wawasan, dan pemahaman konsep dasar sebagai penggiat
ilmu, pengajar maupun sebagai unsur dan elemen yang berperan dalam dunia ilmu
kebumian serta dapat dijadikan sarana perbaikan dan menjadi panduan dalam menjalani
kegiatan keilmuan agar lebih baik dari sebelumnya.

9
DAFTAR PUSTAKA
Landoala, Tasrif .Kamis, 10 Oktober 2013.Geomorfologi Pulau Sumatera.
http://jembatan4.blogspot.com/2013/10/geomorfologi-pulau-sumatera.html?m=1.
(diakses pada hari Sabtu, 13 Maret 2021 Pukul 14:41 WIB)

Arif.2011.Geomorfologi Sumatera.
https://arif652.wordpress.com/2011/01/05/geomorfologi-sumatera/amp/.
(diakses pada hari Sabtu, 13 Maret 2021 Pukul 17:45 WIB)

Siganshina. 19 Februari 2021.Sumatra.https://id.wikipedia.org/wiki/Sumatra


(diakses pada hari Minggu, 14 Maret 2021 Pukul 11:23 WIB)

Yasmin,Puti. Kamis, 23 Juli 2020.Kondisi Geografis Pulau Sumatera Berdasarkan Peta


Lengkap Letak Astronomisnya. https://travel.detik.com/travel-news/d-5105693/kondisi-
geografis-pulau-sumatera-berdasarkan-peta-lengkap-letak-astronomisnya.
(diakses pada hari Minggu, 14 Maret 2021 Pukul 16:16 WIB)

10

Anda mungkin juga menyukai