Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM LAPANGAN GEOMORFOLOGI PANTAI

Disusun Oleh : KELOMPOK 3 Genda Priherdika Peddy Darwin Simbolon M. Husni Maulana Muhammad Irfan K2E 009 009 K2E 009 013 K2E 009 014 K2E 009 016

PROGRAM STUDI OSEANOGRAFI JURUSAN ILMU KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2012

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Pantai (Shore), adalah daerah dimana air laut dan daratan bertemu. Pantai berupa dartan yang sempit atau lebar dimana pengaruh air laut berpengaruh dalam cara pembentukkannya. Daratan pantai di bentuk oleh perbedaan pasang surut air laut atau kegiatan maksimum ombak mencapai daratan. Geomorfologi berasal dari bahasa yunani yang terdiri dari tiga kata, yaitu geos (bumi), morphos (bentuk) dan logos (ilmu pengetahuan) jadi pengertian dari Geomorfologi yaitu Ilmu yang mempelajari proses-proses pembentukan roman muka bumi. Geomorfologi juga dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari mengenai bentang alam (landscape), meliputi sifat dan karakteristik dari bentuk morfologi, klasifikasi dan pembedaanya serta proses yang bertanggungjawab terhadap pembentukan morfologi tersebut. Geomorfologi pantai adalah ilmu yang mempelajari tentang bentang alam pantai yang meliputi sifat dan karakteristik dari bentuk morfologi, klasifikasi dan perbedaanya serta proses yang berhubungan terhadap pembentukan morfologi tersebut. 1.2 Maksud Praktikum Adapun maksud dari praktikum lapangan ini yaitu untuk memenuhi dari mata kuliah Geomorfologi Jurusan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro.

1.3 Tujuan a. Mahasiswa dapat mengerti mengenai pengertian pantai dan pesisir b. Mahasiswa dapat mengetahui bentukan-bentukan pantai c. Mahasiswa dapat mengetahui proses terjadinya bentukan pantai d. Mahasiswa dapat mengetahui proses pembentukan sand dunes

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bentukan Pantai Pantai adalah jalur atau bidang yang memanjang, tinggi serta lebarnya dipengaruhi oleh pasang surut dari air laut, yang terletak antara daratan dan lautan (Thombury, 1969). Pantai merupakan daerah yang tidak asing bagi masyarakat Indonesia karena sebagian besar penduduk bermukim di daerah pesisir. Adanya karakter pantai yang khas seperti semilir angin yang bertiup, deburan ombak, pemandangan matahari terbenam (sunset), pasang surut dan berbagai organisme seperti cangkang kerang-kerangan yang terdampar serta tepian pantai yang berpasir putih menjadi daya tarik seseorang untuk mendatangi dan mempelajari pantai lebih jauh. Pada dasarnya pantai merupakan wilayah yang sangat kompleks sebagai hasil dari berbagai interaksi antara faktor fisik, kimiawi dan biologis. Daerah pantai merupakan wilayah pertemuan antara ekosistem daratan dan lautan sehingga memiliki karakteristik yang spesifik. Dengan demikian pantai menjadi wilayah yang sangat menarik untuk dipelajari karena banyaknya aspek yang dapat dikaji. Akses menuju pantai umumnya sangat mudah karena pantai termasuk wilayah umum yang menjadi milik bersama (common property). Pantai dapat diibaratkan sebagai laboratorium terbuka yang sangat besar dan lengkap sehingga kita dapat mempelajari berbagai bidang ilmu seperti taksonomi, ekologi, biologi laut, evolusi, geologi, oseanografi, kimia, fisika dan lain-lain.

2.1.1 Bentukan Denudasional Proses denudasional

(penelanjangan) merupakan kesatuan dari proses pelapukan gerakan tanah erosi dan kemudian diakhiri proses pengendapan. Semua proses pada

batuan baik secara fisik maupun kimia dan biologi sehingga batuan menjadi desintegrasi dan dekomposisi. Batuan yang lapuk menjadi soil yang berupa fragmen, kemudian oleh aktifitas erosi soil dan abrasi, tersangkut ke daerah yang lebih landai menuju lereng yang kemudian terendapkan. Pada bentuk lahan asal denudasional, maka parameter utamanya adalah erosi atau tingkat. Derajat erosi ditentukan oleh : jenis batuannya, vegetasi, dan relief. Bentuklahan asal denudasional adalah sebagai berikut. Denudasi meliputi dua proses utama yaitu Pelapukan dan perpindahan material dari bagian lereng atas ke lereng bawah oleh proses erosi dan gerak massa batuan (masswashting).

Pelapukan Pelapukan adalah proses berubahnya sifat fisik dan kimia batuan di permukaan dan atau dekat permukaan bumi tanpa di sertai perpindahan material. Pelapukan dapat dibagi manjadi pelpukan fisik, dan pelapukan biotic. Pelapukan fisik merupakan proses pecahnya batuan menjadi ukuran yang lebih kecil tanpa diikuti oleh perubahan komposisi kimia batuan. Perubahan kimia merupakan proses berubahnya komposisi kimia batuan sehingga menghasilkan mineral sekunder. Fator pengontrol pelapukan adalah batuan induk, aktivitas organism, topografi, dan iklim. Didalam evolusi bentanglahan yang menghasilkan bentuklahan dedasuonal , adanya 3 faktor yang mempengaruhi perkembangan bentuklahan struktur geologi, proses geomorfologi, waktu. Dengan adanya faktor tersebut maka dalam evolusinya, bentuklahan melewati beberapa stadium ; stadium muda, stadium dewasa, stadium tua.

Banyak

klasifikasi

gerak

massa

batuan

tetapi

semuanya

dapat

diklasifikasikan berdasarkan tipe gerakannya a. Gerakan lambat Tipe ini disebut tipe rayapan ; (rayapan tanah, rayapan batuan, rayapan batuan gletsyer, dan solifluction.) b. Gerakan cepat Tipe ini dosebut tipe aliran ; (aliran lumpur , aliran tanah) c. Gerakan sangat cepat Tipe gerakan ini disebut longsorlahan (landslide) yang terdiri dari Jatuh bebas : rock-fall, earth-fall Longsoran : rockslide, earthslide, debrisslide d. Terban Jatuhnya material batuan secara vertical tanpa adanya gerakan horizontal.

Bentukan lahan asal denudasional : 1. Pegunungan denudasional 2. Perbukitan denidasional 3. Perbukitan terisolasi 4. Nyaris dataran 5. Lereng kaki

2.1.2 Bentukan Aluvial Geomorfologi fluvial merupakan cabang dari ilmu geomorflogi yang mempelajari semua bentukan bentuk lahan di permukaan bumi yang terbentuk di alam yang disebabkan oleh aksi air permukaan, baik bentukan yang di akibatkan oleh gerakan air yang mengalir, maupun bentukan yang di akibatkan oleh air yang menggenang. Proses-proses yang di bentuk oleh pengaruh air akan menghasilkan suatu bentang alam. Bentang alam yang dibentuk dapat terjadi karena proses erosi maupun karena proses sedimentasi yang dipengaruhi oleh air permukaan. Hal-hal yang mempengaruhi intensitas air permukaan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu Curah Hujan, Vegetasi, Kemiringan Lereng, Litologi, dan Iklim.

Aktivitas Sungai

Erosi Ada beberapa jenis erosi yang di akibatkan oleh kekuatan air, yaitu: Quarrying, yang merupakan proses terjadinya pendongkelan batuan yang di lalui oleh air. Abrasi, yang merupakan terjadinya penggerusan terhadap batuan yang dilewati air. Scouring, yaitu penggerusan dasar sungai akibat adanya ulakan sungai, misalnya pada daerah cut off slope pada Meander. Korosi, yaitu terjadinya reaksi terhadap batuan yang dilaluinya. Berdasarkan arahnya, erosi dapat dibedakan menjadi : Erosi vertikal, erosi yang arahnya tegak dan cenderung terjadi pada daerah bagian hulu dari sungai menyebabkan terjadinya pendalaman lembah sungai. Erosi lateral, yaitu erosi yang arahnya mendatar dan dominan terjadi pada bagian hilir sungai, menyebabkan sungai bertambah lebar. Bentukan Aluvial

Sungai teranyam atau braided river adalah bentukan asal proses fluvial yang terbentuk pada hilir sungai yang memiliki kemiringan lereng datar atau hampir datar, sungai teranyam memiliki alur yang luas dan umumnya dangkal. Sungai teranyam terbentuk karena adanya erosi yang berlebihan pada baian hulu sungai sehingga trjadi pengendapan pada bagian alurnya hingga membentuk endapan gosong tengah dan memberikan kesan teranyam apabila endapan gosong tengah yang terbentuk cukup banyak.

Bar Deposit adalah adalah endapan sungai yang terdapat pada tepi atau tengah dari alur sungai. Endapan pada tengah alur sungai disebut gosong tengah dan endapan pada tepii disebut gosong tepi, gosong sungai terbentuk oleh endapan brangkal, krakal, dan pasir,dll .

Kipas aluvial adalah bentukan asalproses fluvial yang terjadi karena pengendapan material yang cepat yang terjadi apabila suatu sungai dengan muatan sedimen yang besar mengalir dari dataran tinggi kemudian masuk ke dataran rendah, sehingga mengakibatkan perubahan kecepatan kecepatan aliran air yang drastis. Biasannya terdapat air tanah yang melimpah di sepanjang dataran aluvial karenabentukan berupa kipas aluvial terdiri dari gabungan antara pasir dan lempung sehingga merupakan lapisan kedap air yang mampu membawa air dalam jumlah yang tinggi atau banyak.

Oxbow lake adalah Danau tapal kuda terbentuk jika lengkung meander terpotong oleh pelurusan air. Delta adalah bentang alam hasil sedimentasi sungai pada bagian hilir setelah masuk pada daerah base level.

2.1.3 Bentukan Vulkanisme Volkanisme adalah berbagai fenomena yang berkaitan dengan gerakan magma yang bergerak naik ke permukaan bumi. Akibat dari proses ini terjadi berbagai bentuk lahan yang secara umum disebut bentuk lahan vulkanik.

Umumnya suatu bentuk lahan volkanik pada suatu wilayah kompleks gunung api

lebih ditekankan pada aspek yang menyangkut aktifitas kegunungapian, seperti : kepundan, kerucut semburan, medan-medan lahar, dan sebagainya. Tetapi ada juga beberapa bentukan yang berada terpisah dari kompleks gunung api misalnya dikes, slock, dan sebagainya.
Pantai yang dipengaruhi oleh aliran lava masa kini. Cirinya jika lavanya basa bentuk pantai tak teratur, kalau asam bentuk pantai lebih teratur. Pantai amblesan volkanik dan pantai kaldera. Pantai yang terbentuk akibat adanya pengaruh diatrophism atau tektonik. Pantai yang terbentuk karena patahan. Pantai yang terbentuk karena lipatan.

2.1.4 Bentukan Struktural Bentuk lahan struktural terbentuk karena adanya proses endogen atau proses tektonik, yang berupa pengangkatan, perlipatan, dan pensesaran. Gaya (tektonik) ini bersifat konstruktif (membangun), dan pada awalnya hampir semua bentuk lahan muka bumi ini dibentuk oleh control struktural.

Pada awalnya struktural antiklin akan memberikan kenampakan cekung, dan structural horizontal nampak datar. Umumnya, suatu bentuk lahan structural masih dapat dikenali, jika penyebaran structural geologinya dapat dicerminkan dari penyebaran reliefnya. 2.1.5 Bentukan Lahan Asal Marine Aktifitas marine yang utama adalah abrasi, sedimentasi, pasang-surut, dan pertemuan terumbu karang. Bentuk lahan yang dihasilkan oleh aktifitas marine berada di kawasan pesisir yang terhampar sejajar garis pantai. Pengaruh marine dapat mencapai puluhan kilometer kearah darat, tetapi terkadang hanya beberapa ratus meter saja.

Sejauh mana efektifitas proses abrasi, sedimentasi, dan pertumbuhan terumbu pada pesisir ini, tergantung dari kondisi pesisirnya. Proses lain yang sering mempengaruhi kawasan pesisir lainnya, misalnya : tektonik masa lalu, berupa gunung api, perubahan muka air laut (transgresi/regresi) dan litologi penyusun.

Satuan Geomorfologi : 1) Lagun Suatu tubuh perairan yang terdapat di dalam atol, di antara pulau-pulau karang atau pulau-pulau. 2) Tombolo Suatu bentuk lahan berupa guguk pasir yang menghubungkan suatu pulau dengan dataran. Lereng datar sampai agak miring, dengan proses sedimentasi. Jenis batuan sedimen. Material permukaan pasir. Drainase baik, jenis tanah Regosol. 3) Gumuk Pantai Suatu bentuk lahan di sepanjang garis pantai yang dibentuk oleh hasil endapan tenaga angin dan gelombang. Lereng datar sampai agak miring, dengan proses sedimentasi. Jenis batuan sedimentasi, material permukaan pasir. Drainase baik, jenis tanah Regosol. 4) Rataan Pasang-Surut Suatau bentuk lahan yang letaknya lebih rendah dari daerah sekitanya, serta masih dipengaruhi oleh pasang-surut air laut. Lereng datar sampai agak miring, dengan proses sedimentasi. Jenis batuan sedimen, material permukaan pasir, banyak dijumpai rumah binatang laut. Drainase buruk, jenis tanah Gleisol dan tanah mengandung diatomae. 5) Dataran Pantai Suatu bentuk lahan berupa dataran yang terbentuk oleh akumulasi endapan laut. Lereng datar sampai agak miring, dengan proses sedimentasi, jenis batuan sedimen, material permukaan pasir. Drainase baik samapai sedang, jenis tanah Regosol.

6) Dataran Pantai Tergenang Suatau bentuk lahan berupa datarn yang terbentuk oleh akumulasi endapan laut. Lereng datar sampai agak miring dengan proses sedimentasi. Jenis batuan sedimen, material permukaan pasir. Drainase sedang sampai buruk, tergenang secara berkala, jenis tanah Regosol dan Aluvial. 7) Pulau Karang

Suatu bentuk lahan berupa dataran yang tersusun dari bari karang dan dipisahkan dari daratan utama oleh laut. Lereng miring sampai terjal, dengan proses solusi dan erosi. Jenis tanah baruan sedimen, material permukaan pasir sampai kerikil. Drainase baik sedang, jenis tanah Renzina dan Mediteran. 8) Gosong Laut Suatu bentuk lahan dataran yang terletak di daerah yang rebentuk dari endapan pasir laut. Lereng datar sampai agak miring dengan proses sedimentasi. Jenis datar sampai agak miring dengan proses sediemtasi. Jenis batuan sedimen laut, material permukaan liat sampai pasir. Drainase baik, jenis tanah Regosol dan Aluvium.

2.1.6 Bentukan Asal Angin Gerakan udara atau angin dapat membentuk medan yang khas dan berbeda dari bentukan proses lainnya. Endapan angin terbentuk oleh pengikisan, pengangkatan, dan pengendapan material lepas oleh angin. Endapan angin secara umum dibedakan menjadi gumuk pasir dan endapan debu (LOESS). Medan aeolean dapat terbentuk jika memenuhi syarat-syarat: Tersedia material berukuran pasir halus-halus sampai debu dalam jumlah banyak Adanya periode kering yang panjang disertai angin yang mampu mengangkut dan mengendapkan bahan tersebut. Gerakan angin tidak terhalang oleh vegetasi atau obyek lainnya. Gumuk/Dunes Suatu bentuk lahan yang terjadi karena tenaga angin. Lereng datar sampai miring, dengan proses korasidan sedimentasi. Jenis aluvium, material permukaan lanau pasir, darinase, jenis tanah Regosol. 2.2 Pantai Bertebing Pantai bertebing terjal (cliff) Pantai bertebing terjal merupakan bentuklahan hasil bentukan erosi marin yang paling banyak terdapat. Bentukan dan roman cliff berbeda satu dengan yang lainnya, karena dipengaruhi oleh struktur batuan, dan jenis batuan serta sifat

batuan. Cliff pada batuan beku akan lain dengan cliff pada batuan sedimen. Pelapisan batuan sedimen misalnya akan berbeda dengan pelapisan yang miring dan pelapisan mendatar. Sebatas daerah di atas ombak, umumnya tertutup oleh vegatasi, sedangkan bagian bawahnya umumnya berupa singkapan batuan. Aktivitas pasang surut dan gelombang mengikis bagian tebing, sehingga membentuk bekas-bekas abrasi seperti: a. Tebing (cliff) b. Tebing bergantung (notch) c. Rataan gelombang pasang surut Pada daerah bertebing terjal, pantai biasanya berbatu (rocky beach) berkelok-kelok dengan banyak terdapat gerak massa batuan (mass movement rockfall type). Proses ini mnyebabkan tebing bergerak mundur (slope retreat) khususnya pada pantai yang proses abrasinya aktif. Apabila batuan penyusun daerah ini berupa batuan gamping atau batuan lain yang banyak memiliki retakan (joints) air dari daerah pedalaman mengalir melalui sistem retakan tersebut dan muncul di daerah pesisir dan daerah pantai. Di Indonesia pantai bertebing terjal ini banyak terdapat di bagian Barat Pulau Sumatera, pantai Selatan Pulau Jawa, Sulawesi, dan pantai Selatan pulau-pulau Nusa Tenggara. Tebing bergantung (nocth) juga merupakan cliff, hanya saja pada bagian tebing yang dekat dengan permukaan air laut melengkung ke arah darat, sehinggi pada tebing tersebut terdapat relung. Relung terjadi sebagai akibat dari benturan gelombang yang secara terus menerus ke dinding tebing. Manakala atap relung tersebut tidak kuat, maka tebing tersebut akan runtuhdan tebing menjadi rata kembali dan di depan pantai terdapat banyak material berupa blok-blok atau bongkah-bongkah dengan berbagai ukuran. Rataan gelombang pasang surut pada pantai bertebing terjal ini merupakan suatu zona yang tekadang terendam air laut pada saat pasang naik dan terkadang kering pada saat air laut surut. Rataan gelombang pasang surut ini sering juga merupakan beach dengan meterial yang bisa berupa material halus sampai kasar yang tergangtung pada kekuatan gelombang yang bekerja pada tebing pantai. Di bawah rataan pasang surut ini ada yang berupa bidang yang lebih keras terkadang

terdapat material beach yang disebut dengan Plat form. Untuk memperjelas tentang pantai terbing terjal tersebut dapat dilihat pada Gambar dibawah ini.

Di bawah ini merupakan beberapa contoh disajikan mengenai berbagai tipe clif yang bisa terjadi seperti dalam Gambar diatas.

2.3 Teras Marine

Teras Batuan Dasar Penampang memanjang sungai tidak beraturan, terkontrol oleh struktur geologi, misal : munculnya air terjun, Plunge pools (hasil erosi bagian dasar air terjun

Meander Meander adalah bentuk sungai yang berkelok-kelok yang terjadi akibat adanya pengikisan dan pengendapan. Pembentukan meander diawali oleh aliran air sungai di hulu yang memiliki volume dan tenaga yang cukup kecil, sehingga pada bagian ini sungai belum mengalami pengikisan dan aliran sungai akan berusaha menghindari segala penghalang. Kemudian pada bagian tengah sungai dan hilir mulai terjadi pengendapan dan erosi secara terus-menerus. Air mulai mengalir dengan kecepatan yang berbeda, ketika mengalir pada lekukan pada suatu kelokan sungai. Air yang melewati lekukan yang menjorok keluar (cut bank) akan menyebabkan terjadinya erosi secara terus-menerus. Cut bank merupakan zona tanah yang tererosi oleh aliran sungai dalam pembentukan meander. Sehingga erosi ke arah samping (erosi lateral) yang terjadi dalam waktu yang lama akan menyebabkan cut bank semakin melebar. Sementara itu, di sisi lekukan yang lain akan terjadi pengendapan yang menyebabkan terbentuknya point bar. Point bar merupakan proses sedimentasi yang dominan di dalam alur sungai. Bentuk dan ukuran point bar bervariasi tergantung pada besarnya alur sungai serta berkembang pada bagian lengkung dalam (inner band) alur sungai (lihat Gambar 1).

Gambar 1. Pembentukan meander

Fenomena ini bila terjadi secara berulang-ulang akan membentuk kelokan pada sungai. Dan apabila proses ini terjadi pada beberapa bagian sungai, maka akan membentuk sungai yang berkelok-kelok yang disebut sebagai meander. Bagian-bagian dari meander antara lain : a.Neck, yaitu bagian leher dari meander b.Spur, yaitu bagian kepala dari meander c.Undercut, yaitu bagian dari lengkung meander d.Slip off slope, yaitu bagian lengkung meander yang selalu mendapat sedimentasi. Meander yang terbentuk hasil pengikisan dan pengendapan ini dapat berupa beberapa macam, di antaranya adalah : a.Meander mendalam Meander mendalam adalah meander yang terjadi karena adanya erosi vertikal dan lateral, sehingga pengikisannya melebab dan mendalam. b.Meander berteras

Meander berteras yaitu meander yang terjadi karena adanya pengangkatan yang bertingkat-tingkat, sehingga pada tepi-tepi lembah pada sisi kiri dan kana terjadi teras-teras. c.Meander lembah Meander lembah ialah meander yang terdapat pada lembah yang sudah mencapai stadium dewasa, lebar dari meander lembah ini dua puluh kali lebar sungai. d.Meander bebas Meander bebas adalah meander yang jalur meandernya tidak tertentu. Meander ini terjadi pada sungai yang sudah mencapai stadium tua dan banyak sekali bekasbekas yang ditinggalkan. e.Meander pengikisan Meander pengikisan adalah meander yang terjadi karena adanya pengangkatan atau penurunan permukaan laut (adanya peubahan gravitasi atau erosi basis) sehingga akan mengakibatkan erosi vertikal aktif kembali. 2.4 Gisik Gisik yaitu tepian laut yang terdapat di atas permukaan air laut yang terjadi karena adanya pengangkatan dasar laut.

Pantai bergisik Pantai bergisik ini pada

dasarnya merupakan daerah pasang surut yang terdapat endapan material hasil abrasi. Material ini dapat berupa material halus dan juga bisa berupa material yang kasar. Seperti dalam Gambar diatas terlukis adanya gisik pada pantai cliff dengan material kasar sebagai hasil dari abrasi tebing. Namun pantai bergisik tidak saja terdapat pada pantai cliff, tetapi juga bisa terdapat pada daerah pantai yang landai. Pada pantai yang landai material gisik ini kebanyakan

berupa pasir, dan sebagaian kecil berupa meterial dengan butiran kerikil sampai yang lebih besar. Pada umumnya material pasir suatu gisik pantai berasal dari daerah pedalaman yang di bawah air sungai ke laut, kemudian diendapkan oleh arus laut sepanjang patai. Gisik seperti ini dapat dijumpai di sekitar muara sungai.

2.5 Sand Dunes Sanddunes adalah gundukan bukit atau igir dari pasir yang terhembus angin dan merupakan sebuah bentukan alam karena proses angin disebut sebagai bentang alam eolean (eolean morphology). Sand dunes dapat dijumpai pada daerah yang memiliki pasir sebagai material utama, kecepatan angin tinggi untuk mengikis dan mengangkut butir-butir berukuran pasir, dan permukaan tanah untuk tempat pengendapan pasir, biasanya terbentuk di daerah kering. Pada Sand dunes cenderung terbentuk dengan penampang tidak simetri. Jika tidak ada stabilisasi oleh vegetasi Sand dunes cenderung bergeser ke arah angina berhembus, hal ini karena butir-butir pasir terhembus dari depan ke belakang gumuk.

Gambar 2. Sand dunes Bentuk Sand dunes bermacam-macam tergantung pada faktor-faktor jumlah dan ukuran butir pasir, kekuatan dan arah angin, dan keadaan vegetasi. Bentuk Sand dunes pokok yang perlu dikenal adalah bentuk melintang (transverse), sabit (barchan), parabola (parabolic), dan memanjang (longitudinal dune).

Sand dunes tipe Melintang (Transverse).

Gambar 3. Sandune Tipe Melintang

Sand dunes ini terbentuk di daerah yang tidak berpenghalang dan banyak cadangan pasirnya. Bentuk Sand dunes melintang menyerupai ombak dan tegak lurus terhadap arah angin. Dikarenakan proses eolin yang terus menerus maka terbentuklah bagian yang lain dan menjadi sebuah koloni.

Sand dunes Tipe Barchan (Barchanoid Dunes).

Gambar 4. Sanddune Barchan

Sand dunes ini bentuknya menyerupai bulan sabit dan terbentuk pada daerah yang tidak memiliki barrier. Besarnya kemiringan lereng daerah yang menghadap angin lebih landai dibandingkan dengan

kemiringan lereng daerah yang membelakangi angin, sehingga apabila dibuat penampang melintang tidak simetri. Ketinggian Sand dunes barchan umumnya antara 5 15 meter. Sand dunes ini merupakan perkembangan, karena proses eolin tersebut terhalangi oleh adanya beberapa tumbuhan, sehingga terbentuk Sand dunes seperti ini dan daerah yang menghadap angin lebih landai dibandingkan dengan kemiringan lereng daerah yang membelakangi angin. Sand dunes Tipe Parabola (Parabolic).

Gambar 5. Tipe Parabola

Sand dunes ini hampir sama dengan Sand dunes barchan akan tetapi yang membedakan adalah arah angin. Sand dunes parabolik arahnya berhadapan dengan datangnya angin. Dimungkinkan dahulunya Sand dunes ini berbentuk sebuah bukit dan melintang, karena pasokan pasirnya berkurang maka Sand dunes ini terus tergerus oleh angin sehingga membentuk sabit dengan bagian yang menghadap ke arah angin curam. Sand dunes Tipe Memanjang (Longitudinal Dune).

Gambar 6. Tipe Longitudinal Sand dunes memanjang adalah Sand dunes yang berbentuk lurus dan sejajar satu sama lain. Arah dari Sand dunes tersebut searah dengan gerakan angin. Sand dunes ini berkembang karena berubahnya arah angin dan terdapatnya celah diantara bentukan Sand dunes awal, sehingga celah yang ada terus menerus mengalami erosi sehingga menjadi lebih lebar dan memanjang. Faktor-faktor pembentuk sand dunes Pengaruh angin. Kekuatan angin sangat berpengaruh terhadap pembentukan Sand dunes, karena kekuatan angin menentukan kemampuannya untuk membawa material yang berupa pasir baik melalui menggelinding (rolling), merayap, melompat, maupun terbang. Karena adanya material pasir dalam jumlah banyak serta kekuatan angin yang besar, maka pasir akan membentuk berbagai tipe Sand dunes, baik free dunes maupun impended dunes. Pengaruh dari Gunung Berapi. Material yang ada pada Sand dunes di pantai berasal dari Gunung Api yang ada di sekitarnya. Material berupa pasir dan material piroklastik lain yang dikeluarkan oleh Gunung api.Akibat proses erosi dan gerak massa bautan, material kemudian terbawa oleh aliran sungai. Aliran sungai kemudian mengalirkan material tersebut hingga ke pantai.

Pengaruh Graben. Graben adalah blok patahan yang mengalami penurunan diantara

dua blok patahan yang naik yang disebut dengan horst. Akibat adanya patahan tersebut, maka batuan pada zona pertemuan kedua blok tersebut menjadi lemah sehingga mudah tererosi dan pada akhirnya membentuk sungai yang disebut dengan sungai patahanSalah satu ciri sungai patahan yang diamati adalah adanya kelurusan sungai pada sepanjang garis patahan. Pengaruh Sungai. Pembentukan Sand dunes pada pantai dipengaruhi oleh adanya aliran sungai yang membawa material hasil dari gerusan batuan-batuan volkanik yang berasal dari Gunung api. Seperti yang telah diuraikan sebelumnya bahwa material dari Merapi terbawa oleh aliran sungai di sekitarnya, sungai-sungai tersebut kemudian menyatu membentuk orde sungai yang lebih besar hingga menyatu membentuk sungai. Setelah material pasir sampai ke laut, terdapat interverensi dari ombak laut sehingga material mengendap pada pantai dan selanjutnya diterbangkan oleh angin.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Maksud Penanaman Tanaman Di Daerah Pantai Adapun maksud dari penanaman disekitar pantai yaitu untuk mengurangi terjadinya abrasi. Karena dengan adanya tanaman disekitar pantai, sedimen yang terangkut ke garis pantai akan terendapkan diakar-akar tanaman seperti tanaman mangrove. Selain itu tanaman-tanaman rambat yang ditanam di sekitar garis pantai dapat dijadikan sebagai penyaring sedimen yang tertransportasi karena angin menuju garis pantai, sehingga sedimen yang terbawa oleh angin akan tersangkit diakar-akar tanaman rambat dan akan terendapkan disuatu lokasi tertentu membentuk gundukan pasir.

3.2 Garis Pantai Parang Teritis A. Deskripsi Wilayah Pantai Parangtritis Daerah pantai Parangtritis merupakan suatu daerah yang sangat menarik dan penting dipandang dari sudut ilmu kebumiaan (Geologi dan Geomorfologi), karena memiliki sifat karakteristik bentang alam pantai dan gunung pasir yang langka serta merupakan laboratorium alam kita yang terletak disebelah selatan kota Yogyakarta. 3.2.1 Letak astronomis pantai Parangtritis Berdasarkan peta topografi lembar 47/XL III-C, lembar 47/XL II-C dan lembar 47/XL II-Bpada skala 1:25.000, daerah Parangtritis terletak antara 8 Lintang Selatan dan antara 110 Bujur Timur. Daerah ini berada di Selatan sungai Oyo dan sungai Opak, jarak dareah Parangtritis dari kota Ibukota Propinsi D.I Yogyakarta kurang lebih sejauh 28 KM ke arah Selatan.

3.2.2 Letak administrasi Parangtritis Berdasarkan letak administrasi daerah Parangtritis termasuk di wilayah Kecamatan Kretek, Kabupaten Bantul, Propinsi D.I Yogyakarta.

Secara geologis, daerah Parangtritis terletak pada Propinsi geologi Jawa Tengah

zone pegunungan sewu dan zone dataran aluvial pantai (Van Bemmelen, 1949). Sedangkan secara fisiografik, daerah Parangtritis dan sekitarnya terletak pada zone Plato Selatan Jawa Tengah yang berupa pegunungan Karts yang dibatasi oleh jalur Batur agung, selain itu disekitar muara sungai Opak merupakan dataran alluvial pantai (Pennekoek, 1949). Secara alami daerah Parangtritis ini dibatasi oleh : a) Bagian Utara dibatasi oleh sungai Opak dan sungai Oyo b) Bagian Selatan dibatasi oleh Samudra Hindia c) Bagian Timur dibatasi oleh pegungan karst (Pegunungan Sewu) d) Bagian Barat dibatasi oleh sungai Opak hilir

B. Sejarah Geologi / Geomorfologi Umum Parangtritis Menurut Pennekoek (1949) fisiografi Pulau Jawa dapat dibagi menjadi tiga zone, yaitu zone Utara, zone Tengah (Pegunungan Serayu Utara, depresi yang ditandai munculnya vulkan muda, Serayu Selatan), dan zone Selatan berdasarkan pembagian ini maka daerah Parangtritis hingga pantai Baron melalui daerah karts, termasuk bagian dari zone Selatan Jawa. Secara lebih rinci Van Bemmelen (1970) didalam teori analisis evolusi Jawa menerangkan bahwa dalam proses pembentukannya, Jawa Tengah mengalami tiga masa geantiklinal (pengangkatan), geantiklinal pertama terjadi pada zaman Miosen Tengah selama kurang lebih 500 ribu tahun, proses geantiklinal ini pertama mengakibatkan terbentuknya pegunungan Jawa. Dalam perkembangan selanjutnya, pegunungan yang terangkat tadi dibeberapa tempat mengalami patahan dan tenggelam dibawah permukaan laut, misalnya antara sungai Opak (Parangtritis) hingga Pulau Nusakambangan mengalami patahan dan tenggelam, kecuali pagunungan karang bolong dan gunung seloh, sedangkan pegunungan seribu tidak mengalami patahan, sehingga struktur geologi daerah karang bolong sama sperti dipegunungan seribu, yaitu berupa Limestone. Pada proses geantiklinal kedua daerah yang sekarang ditempati oleh pegunungan berlangsung serayu pada mengalami awal pengangkatan, Pliosen proses 500 pengangkatan ribu ini

selama

tahun.

Proses geantiklinal ketiga berlangsung dan membentuk pegunungan serayu utara. Pembentukan pegunungan serayu utara ini menyebabkan terjadinya cekungan yang memanjang diantara pegunungan serayu selatan dan utara, cekungan ini dikenal sebagai lembah sungai serayu. Gerak pengangkatan dari Pulau Jawa terus berlangsung hingga sekarang, diduga olaeh Speelman (1979:17) yang mendasarkan pada jarak waktu antara setiap geantiklin, ialah dua juta tahun dan waktu yang digunakan pada setiap pengangkatan antara dua ratus ribu tahun, maka diperkirakan sekarang ini sedang berlangsung proses geantiklin yang ke empat. C. Pembagian Daerah Parangtritis Daerah ini terbagi atas empat bentangan alam geomorfik dan geologik, yaitu : 1. Dataran alluvial 2. Dataran pantai dengan bukit pasir 3. Karst gunung sewu 4. Pegunungan Batur Agung

1. Dataran alluvial terbagi 2 yaitu: a) Dataran alluvial sungai Opak yang banyak mengandung pasir, karena merupkan kelanjutan dari flavio-vulcanic foot plain bersifat andesitis b) Dataran alluvial selatan sungai Opak lebih bersifat lempung, karena terpengaruh material alluvial yang berasal dari pegunungan sebelah timur yang diendapkan banjir, lembah sungai Opak berbentuk huruf U yang berarti termasuk stadium dewasa. 2. Daratan pantai dengan bukitbukit pasir Bentuk lahan ini terbentuk karena dua factor utama yaitu adanya kekuatan tiupan angain dan adanya material pasir. Pasir yang berasal dari daratan (vulkan merapi) yang dihapuskan kembali oleh angina secara selektif, akhirnya diendapkan menjadi bermacam-macam bentuk bukit pasir (sand dunes). Secara garis besar bentuk endapan eolus tersebut dikelompokan menjadi dua yaitu :

a) Bentuk mikro Yaitu berupa riak-riak pasir/gelombang kecil pasir (sand ripples). Bentuk ini juga terdapat didasar laut berpasir dengan gelombang (riak laut) yang tenang. b) Bentuk makro Yaitu berupa bukit-bukit pasir yang bermacam-macam bentuknya seperti bukit pasir bujur sisir, sapit parabola, dan lain-lain, bentukbentuk ini dipengaruhi oleh garis pesisir, tumbuhan dan arah tiupan angin. Bukit pasir di parangtritis membujr kearah barat pantai selatan Jawa Tengah sampai daerah Cilacap. Sifat materialnya hamper homogen dengan bahan dasarnya dari batuan andesitis yang mengandung mineral-mineral plagioklos hormblende, magmatit. Bentuk-bentuk bukit pasir tidak selalu sama, tetapi selalu berubahrubah sesuai dengan gangguan yang dialami seperti adanya tumbuhan penghalang, perubahan arah angina. Bentuk bukit pasir yang sudah tidak beraturan disebut kapusten. Didaerah pantai berpasir prang tritis terdpat sumur-sumur buatan dengan air tawar yang cukup, terapung diatas air tawar. c) Pantai Pantai parangtritis sebenarnya tergolong pantai emergence ( pantai terangkat ), kemudian tenggelam sebagian,namun masih tergolong pantai emergence ( khususnya bagian timur )sedang bagian barat lebih mencirikan sub emergence yang telah ter endapi oleh hasil erosi berupa dataran alluvial serta gumuk-gumuk pasir. Sebelah timur pantai parang tritis terdapat bentuk pantai yang sangat kontras yaitu pantai terjal sampai pantai tergantung. Hal itu disebabkan oleh abrasi diseerta engan pengangkatan. Wilyah pantai dapat menjadi kawasan industri danjasa fasilitas transport, namun pantai parangtritis lebih cenderung kepada nilai kepariwisataan.

2.3 Sortasi Pantai Parang Peritis Distribusi ukuran butir pasir dari pantai parang tritis dengan bukit pasir mempunyai kisaran ukuran butir yang bervariasi. Dari kisaran ukuran butir tersebut terlihat bahwa ukuran butir dari garis pantai lebih besar daripada ukuran butir dibukit pasir. Hal ini terjadi dikarenakan material yang tertranportasi oleh angin dari garis pantai merupakan material sedimen yang ukurannya kecil sehingga dapat terbawa oleh angin. Semakin menjauhi garis pantai ukuran butir semakin kecil dikarenakan selama proses transportasi material angkutan sedimen mengalami pemecahan oleh vegetasi yang ada disekitar pantai dan gundukan pasir. Sedangkan sortasi dari garis pantai sangat buruk karena pengaruh gelombang dan arus yang sangat kuat. Dan sortasi dibukit pasir lebih baik dari pada garis pantai dikarenakan pengaruh transportasi oleh angin yang membawa material sedimen merata dari garis pantai.

2.4 Pemilahan Pasir dari Sungai dan Laut Di Provinsi Jogjakarta ada satu sungai utama yang besar yang menoreh bukit-bukit dan gunung-gunung yang mana sungai tersebut membawa material dari gunung-gunung api yang masih aktif, yaitu Sungai Progo. Sungai Progo merupakan sungai utama yang membawa hasil gerusan batubatuan volkanik yang berasal dari Gunung Merapi-Merbabu. Juga hasil penorehan di gunung-gunung Sidoro disebelah barat laut. Bongkahan-bongkahan serta pasir -pasir itu dibawa oleh sungai-sungai ini dari ujung puncak gunung menggelinding sebagai bongkah-bongkah. Kemudian terbawa menjadi pecah sebagai kerikil, kemudian terus tertransportasi lagi dan pecah menjadi butiran-butiran pasir-pasir. Sebagian masih ada yang terendapkan namun tentu saja ada yang jauh yang terbawa arus sungai. Sedangkan di selatan Pulau Jawa ini arus dan ombaknya sangat kuat sehingga batuan atau sedimen pasir yang baru saja diendapkan akan terkena ombak. Oleh sebab itu karena ombaknya sangat besar, maka diselatan disekitar muara Sungai Progo tidak ada delta yang terbentuk hal ini disebabkan semua sedimennya di acak-acak lagi oleh gempuran laut selatan.

Jadi pasir yang sudah sampai di pinggir laut tadi tidak tertumpuk di mulut sungai tetapi disebarkan ke kiri kanan selebar hingga 50-60 Km. Mulai dari Pantai Parang Tritis di selatan Jogja, Pantai Samas, hingga pantai Congot di sebelah baratnya. Gunung api di selatan Jawa aktif. Terutama saat ini Gunung Merapi yang selalu mengeluarkan material berupa batu, kerikil dan pasir. Material-material pasir inilah yang menjadikan pantai selatan ini Jogja sangat kaya dengan pasir. Setelah disendapkan di pinggir pantai, tentu saja air laut hanya menahannya dengan ombaknya yang sangat kuat. Namun juga angin dari Samodera Hindia juga sangat kuat. Angin inilah yang akhirnya mendistribusikan kembali ke utara. Angin dari laut selatan ini yang menatah dan mengukir akhirnya menjadi arsitektur-arsitektur alam di Pantai Selatan Jogja.

DAFTAR PUSTAKA

http://kelompoklimahmg09.wordpress.com/2010/12/19/geomorphology-fluvial/ http://derizkadewantoro.wordpress.com/2010/05/29/geomorfologi-fluvial/ http://delltriz.blogspot.com/2010/06/geomorfologi-fluvial.html http://kleepon.wordpress.com/2010/06/17/geomorfologi-fluvial/ http://www.scribd.com/doc/34736149/Makalah-Laporan-PraktikumGeomorfologi diunduh 20 juni 2012 jam 19.15 http://www.scribd.com/doc/77979553/Morfologi-Pantai diunduh 20 juni 2012 jam 19.15 http://erfan1977.wordpress.com/2011/08/13/bentuklahan-landform-di-permukaanbumi/ diunduh 20 juni 2012 jam 19.26 http://www.scribd.com/doc/76340001/GEOMORFOLOGI-PANTAI#download diunduh 20 juni 2012 jam19.34 http://kepalabatu.finddiscussion.com/t4-bentuk-lahan-berdasarkan-prosespembentukannya http://fitriapitrex.blogspot.com/2010/08/makalah-parangtritis.html

LAMPIRAN

Peta lokasi praktikum Geomorfologi Pantai

Sand Dunes Parangtritis Jogjakarta

Topografi dan Vegetasi Parangtritis Jogjakarta

Kelompok 3

Anda mungkin juga menyukai