Dalam Chay Asdak (2007:338) dua penyebab utama terjadinya erosi adalah erosi
karena alamiah dan erosi karenaa aktivitas manusia. Erosi alamiah dapat terjadi
karena
proses
pembentukan tanah dapat terjadi karena proses pembentukan tanah dan proses erosi
yang terjadi untuk mempertahankan keseimbangan tanah secara alami. Salah satu tipe
erosi di daerah tropis yaitu erosi tebing sungai (streambank erosion) adalah
pengikisan tanah pada tebing-tebing sungai dan penggerusan dasar sungai oleh aliran
air.
Gambar 3.7: pengikisan tanah pada tebing-tebing sungai dan penggerusan dasar
sungai oleh aliran air
Sedimentasi dalam Chay Asdak (2007:391) adalah hasil dari erosi. Sedimen sering
dijumpai di dalam sungai. Baik terlarut atau tidak terlarut, adalah merupakan produk
dari pelapukan batuan induk yang dipengaruhi oleh faktor lingkungan, terutama
perubahan ikli.hasil pelapukan batuan induk tersebut kita kenal dengan partikel-
partikel tanah. Partikel-partikel tanah tanah tersebut dapat terkelupas dan terangkut ke
tempat yang lebih rendah untuk kemudian masuk ke dalam sungai dan dikenal dengan
sedimen sehingga transpor sedimen dari tempat tinggi ke rendah dapat menimbulkan
pendangkalan.
Menurut Van Sleen, dkk (1974) dan Suharsono (1988) dalam Heru Pramono
dan Arif Ashari (2013:118) terdapat tiga faktor yang mempengaruhi kondisi alami
dari sedimen fluvial, yaitu :
a. Muatan sedimen pada tubuh perairan yang dikontrol oleh kecepatan aliran,
gradien, dan pasokan (supply) dari muatan sedimen itu sendiri.
b. Luas dan kondisi alami daerah aliran sungai, mencakup kondisi geologi, iklim,
relief, tanah, vegetasi, penutup, dan bentuk DAS.
c. Kondisi aliran air yang meliputi kecepatan, kuantitas, dan arah aliran air serta
variasinya.
Dalam Ghufron Fikrianto (2015) perbedaan kontur tanah membuat pola aliran sungai
berbeda-beda, pola aliran sungai dibedakan menjadi beberapa kelompok, yaitu :
a. Rektangular, yaitu pola aliran sungai yang terdapat pada daerah yang
mempunyai struktur patahan.
b. Angular, yaitu pola aliran sungai yang membentuk sudut <90°. Pola aliran
inimasih mengikuti garis-garis patahan.
c. Radial sentrifugal, yaitu pola aliran sungai pada kerucut gunung merapi atau
dome yang baru memasuki stadium muda dan arah alirannya menuruni lereng
(meninggalkan pusatnya).
d. Radial sentripetal, yaitu pola aliran sungai pada suatu kawah atau cekungan
pada gunung, arah alirannya menuju ke pusatnya.
Gletser atau bisa disebut juga dengan glesier, dan juga gleyser adalah bongkahan es
dalam jumlah yang sangat besar dan seakan membatu. Bongkahan es benar terjadi
dalam kurun waktu masa geologi tertentu. Tentu saja diimbangi dengan berbagai
macam fenomena alam pendukung yang lain.
Gletser sendiri secara umum banyak di temukan pada kawasan kutub, meskipun dapat
ditemukan di lokasi lain di penjuru bumi. Namun, sayangnya gletser tidak dapat
ditemukan di Australia. Jika membicarakan mengenai penyebab dari terbentuknya
suatu gletser maka ada Beberapa hal yang bisa kita temukan mengenai proses
terjadinya gletser.
Proses awal dari terbentuknya suatu Gletser adalah melalui proses Sublimasi.
Sebagaimana yang kita ketahui bahwa proses sublimasi adalah sebuah proses kimiawi
yang menjelaskan mengenai perubahan benda padat menjadi bentuk gas. Namun,
perubahan tersebut tidak melewati satu proses yang umum ditemukan yaitu mencair.
Pada awal yang terjadi adalah ketika butiran salju yang turun akan mengalami proses
sublimasi terlebih dahulu. Ketika butiran salju tersebut menguap maka akan terjadi
pembekuan kandungan air yang ada oleh suhu yang ada di sekitar lokasi tersebut.
Untuk dapat membekukan unsur air yang menguap tersebut maka dibutuhkan suhu
dingin dengan derajat tertentu yang hanya bisa diteumkan di daerah tertentu saja.
Proses lain yang terjadi selain adanya proses Sublimasi tersebut adalah proses
pembekuan dari salju itu sendiri. Mesipun pada dasarnya salju merupakan serpihan
uap air yang membeku, namun ketika mencapai suhu tertentu serpihan salju tersebut
akan membentuk suaut gumpalan yang banyak disebut sebagai firn. Gumpalan ini
akan semakin banyak terkumpul apabila tidak banyak salju yang berubah menjadi uap
dan lepas ke udara. Proses pembekuan salju ini bisa dikatakan merupakan proses
utama. Hal tersebut dikarenakan proses Sublimasi tidaklah terlalu banyak
menyumbang dalam proses terjadinya gletser.
Dari sini dapat kita katakan bahwa pada dasarnya Gletser adalah kumpulan dari Firn
yang menyatu dan saling berdekatan. Kumpulan firn tersebut akan menyatu dan
memadat sehingga menghasilkan sebuah gletser yang memiliki besaran tertentu.
Meskipun terlihat kuat dan kokoh namun pada dasarnya gletser adalah sebuah daratan
semu belaka. Hal ini dikarenkan daratan ini dapat runtuh ketika mengalami perubahan
suhu yang cukup berdampak.
Meskipun gletser merupakan sebuah kumpulan air yang terpadatkan, namun memiliki
daya rusak yang cukup tinggi. Gletser merupakan salah satu faktor alami yang
memiliki kekuatan untuk membentuk muka bumi. Ketika gletser mencari dan terbawa
arus dari aliran tersebut akan membawa berbagai macam materi yang dilaluinya. Hal
inilah yang sering disebutkan sebagai Erosi Gletser.
Biasanya hal ini banyak diketemukan pada daerah pegunungan atau lembah. Proses
terjadinya gletser pada puncak gunung secara garis besar tak jauh berbeda dengan
yang ada pada daerah kutub. Hanya saja yang membedakan adalah bentukan dan
jumlah besaran dari gletser itu sendiri.
Itulah tadi mengenai penjelasan tentang penyebab terjadinya gletser yang bisa kita
ketahui. Gletser merupakan salah satu faktor penting yang sangat diperhatikan hingga
saat ini. Hal ini dikarenakan gletser merupakan cadangan air tawar yang ada bagi
umat manusia. Selain itu laju pencairan gletser yang cepat dapat mempengaruhi
ketinggian muka air laut. Semoga informasi tadi bermanfaat.
7. Proses Geomorfik Eksogenetik oleh Pelarutan air tanah.
DAFTAR PUSTAKA
Topal, S., Keller, E., Bufe, A., & Koçyiğit, A. (2016). Tectonic geomorphology of a large
normal fault: Akşehir fault, SW Turkey. Geomorphology, 259, 55-69.
van Bemmelen, R. W. (1949). General geology of Indonesia and adjacent archipelagoes. The
geology of Indonesia.
Verstraeten, G., Broothaerts, N., Van Loo, M., Notebaert, B., D'Haen, K., Dusar, B., & De
Brue, H. (2017). Variability in fluvial geomorphic response to anthropogenic
disturbance. Geomorphology, 294, 20-39