Anda di halaman 1dari 9

TUGAS MAKALAH : DOSEN PEMBIMBING:

PENGANTAR ILMU HUKUM Dr. FEBRI HANDAYANI, S.H.I, M.H

MAKALAH ASAS-ASAS HUKUM

DISUSUN OLEH :

AHMAD ERSA HARAHAP (12220212742)

AHMAD FAUZAN (12220214002)

AISYAH (12220225485)

BAGUS PRASETIA (12220213831)

DIMAS JULIANSYAH (12220213672)

FANNY ANATHA (12220221405)

RIZKA OKTARIA (12220222836)

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH (MUAMALAH)

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SULTAN SYARIF KASIM RIAU


Macam - Macam Asas - Asas Hukum Pada Umumnya

1. udi et alteram partem atau audiatur et altera pars Bahwa para pihak harus
didengar.

2. Bis de eadem re ne sit acto atau Ne bis in idem Mengenai perkara yang sama
dan sejenis tidak boleh disidangkan untuk yang keduakalinya

3. Clausula rebus sic stantibus Suatu syarat dalam hukum internasional bahwa
suatu perjanjian antar Negara masih tetap berlaku, apabila situasi dan kondisinya
tetap sama

4. Cogitationis poenam nemo patitur Tiada seorangpun dapat dihukum oleh sebab
apa yang dipikirkannya

5. Concubitus facit nuptias Perkawinan terjadi karena hubungan kelamin

6. De gustibus non est disputandum Mengenai selera tidak dapat disengketakan

7. Erare humanum est, turpe in errore perseverare Membuat kekeliruan itu


manusiawi, namun tidaklah baik untuk mempertahankan terus kekeliruan

8. Fiat justitia ruat coelum atau fiat justitia pereat mundus Sekalipun esok langit
akan runtuh atau dunia akan musnah keadilan harus tetap ditegakan

9. Geen straf zonder schuld Tiada hukuman tanpa kesalahan

10. Hodi mihi cras tibi Ketimpangan atau ketidak adilan yang menyentuh
perasaan, tetap tersimpan dalam hati nurani rakyat

11. Indubio pro reo Dalam keragu-raguan diberlakukan ketentuan yang paling
menguntungkan bagi siterdakwa

12. Juro suo uti nemo cogitur Tak ada seorangpun yang diwajibkan menggunakan
haknya.

13. Koop breekt geen huur Jual beli tidak memutuskan sewa menyewa. Perjanjian
sewa menyewa tidak berubah walaupun barang yang disewanya beralih
tangannya.

14. Lex dura sed ita scripta atau lex dura sed tamente scripta Undang-undang
adalah keras tetapi ia telah ditulis demikian.

15. Lex niminem cogit ad impossibilia Undang-undang tidak memaksa seseorang


untuk melakukan sesuatu yang tidak mungkin. Contoh periksa pasal 44 KUH
Pidana.

16. Lex posteriorderogat legi priori atau lex posterior derogat legi anteriori
Undang undang yang lebih baru mengenyampingkan undang-undang yang lama.
2
17. Lex specialis derogat legi generali Undang-udang yang khusus didahulukan

berlakunya dari pada undang-undang yang umum.

18. Lex superior derogat legi inferiori Undang-undang yang lebih tinggi

mengenyampingkan undang-undang yang lebih rendah tingkatannya

19. Matrimonium ratum et non consummatum Perkawinan yang dilakukan secara

formal, namun belum dianggap jadi, mengingat belum terjadi hubungan kelamin,

20. Melius est acciepere quam facere injuriam Lebih baik mengalami ketidak
adilan daripada melakukan ketidak adilan

21. Modus vivendi Cara hidup bersama

22. Nemo plus juris transferre potest quam ipse habet Tak seorangpun dapat

mengalihkan lebih banyak haknya daripada yang ia miliki

23. Nullum delictum nulla poena sine praevia lege poenali Tiada suatu perbuatan
dapat dihukum, kecuali atas kekuatan ketentuan pidana dalam undang-undang
yang telah ada lebih dahulu daripada perbuatan itu. Asas ini dipopulerkan oleh
Anslm von Feuerbach

24. Opinio necessitatis Keyakinan atas sesuatu menurut hukum adalah perlu
sebagai syarat untuk timbulnya hukum kebiasaan

25. Pacta sunt servanda Setiap perjanjian itu mengikat para pihak dan harus
ditaati dengan itikad baik.

26. Potior est qui prior est Siapa yang pertama dialah yang beruntung

27. Presumption of innocence Asas praduga tak bersalah Bahwa seseorang


dianggap tidak bersalah sebelum ada putusan hakim yang menyatakan ia bersalah
dan putusan hakim tersebut telah mempunyai kekuatan hukum tetap

28. Primus inter pares Yang pertama(utama) diantara sesama

29. Princeps legibus solutus est Kaisar tidak terikat oleh undang-undang atau para

pemimpin sering berbuat sekehendak hatinya terhadap anak buahnya

30. Quiquid est in territorio, etiam est de territorio Asas dalam hukum
internasional yang menyatakan bahwa apa yang berada dalam batas-batas wilayah
Negara tunduk kepada hukum negara itu.

31. Qui tacet consentire videtur Siapa yang berdiam diri dianggap menyetujui

32. Res nullius credit occupanti Benda yang diterlantarkan pemiliknya dapat
diambil untuk dimiliki

3
33. Similia similibus Dalam perkara yang sama harus diputus dengan hal sama
pula, tidak pilih kasih

34. Unus testis nullus testis Satu saksi bukanlah saksi

35. Ut sementem feceris ita metes Siapa yang menanam sesuatu dialah yang akan

memetik hasilnya. Siapa yang menabur angin dialah yang akan menuai badai

36. Vox populi vox dei Suara rakyat adalah suara tuhan

37. Verba volant scripta manent Kata-kata biasanya tidak berbekas sedangkan apa

yang ditulis tetap ada

38. Asas Nemo plus Yuris bahwa orang tidak dapat mengalihkan hak melebihi hak
yang ada padanya. asas ini bertujuan melindungi pemegang hak yang selalu dapat
menuntut kembali haknya yang terdaftar atas nama siapapun.

AZAS HUKUM DI INDONESIA

39. Asas Legalitas Suatu perbuatan merupakan suatu tindak pidana apabila telah
ditentukan sebelumnya oleh undang-undang / seseorang dapat dituntut atas
perbuaatannya apabila perbuatan tersebut sebelumnya telah ditentukan sebagai
tindak pidana oleh hukum / undang-undang

40. Asas Culpabilitas. Nulla poena sine culpa, artinya tiada pidana tanpa
kesalahan.

41. Asas Opportunitas. Penuntut umum berwenang untuk tidak melakukan


penuntutan dengan pertimbangan demi kepentingan umum.

42. Asas Presumption of Innocence ( Praduga tak bersalah ). Seseorang harus


dianggap tidak bersalah sebelum dinyatakan bersalah oleh putusan pengadilan
yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap.

43. Asas in dubio pro reo. Dalam hal terjadi keragu – raguan maka yang
diberlakukan adalah peraturan yang paling menguntungkan terdakwa.

44. Asas Persamaan dimuka Hukum. Artinya setiap orang harus diperlakukan
sama didepan hukum tanpa membedakan suku, agama, pangkat , jabatan dan
sebagainya.

45. Asas Perintah tertulis dari yang berwenang. Artinya bahwa setiap
penangkapan, penggeledahan, penahanan dan penyitaan harus dilakukan
berdasarkan perintah tertulis dari pejabat yang diberi wewenang oleh UU dan
hanya dalam hal dan cara yang diatur oleh UU.
4
46. Asas Peradilan cepat, sederhana dan biaya ringan serta bebas, jujur dan
tidak memihak. Asas ini menghendaki proses pemeriksaan tidak berbelit – belit
dan untuk melindungi hak tersangka guna mendapat pemeriksaan dengan cepat
agar segera didapat kepastian hukum.

47. Asas harus hadirnya terdakwa. Pangadilan dalam memeriksa perkara pidana
harus dengan hadirnya terdakwa.

48. Asas Terbuka untuk Umum. Sidang pemeriksaan perkara pidana harus terbuka
untuk umum, kecuali diatur oleh UU dalam perkara tertentu seperti perkara
kesusilaan, sidang tertutup untuk umum tetapi pembacaan putusan pengadilan
dilakukan dalam sidang yang terbuka untuk umum.

49. Asas Bantuan Hukum. Seseorang yang tersangkut perkara pidana wajib diberi
kesempatan untuk memperoleh Bantuan Hukum secara cuma-cuma untuk
kepentingan pembelaan dirinya

50. Putusan Hakim harus disertai alasan-alasan. Semua putusan harus memuat
alasanalasan yang dijadikan dasar untuk mengadili. Alasan ini harus mempunyai
nilai yang obyektif.

51. Asas Nebis in idem. Seseorang tidak dapat dituntut lagi karena perbuatan yang
sudah pernah diajukan kemuka pengadilan dan sudah mendapat putusan hakim
yang berkekuatan hukum tetap.

52. Asas Kebenaran Material. ( kebenaran dan kenyataan ). Pemeriksaan dalam


perkara pidana, tujuannya untuk mengatahui apakah faktanya / senyatanya benar-
benar telah terjadi pelanggaran / kejahatan.

53. Asas ganti rugi dan rehabilitasi. Hak bagi tersangka / terdakwa / terpidana
untuk mendapatkan ganti rugi / rehabilitasi atas tindakan terhadap dirinya sejak
dalam proses penyidikan.

ASAS – ASAS DALAM HUKUM PERDATA DAN HUKUM ACARA

PERDATA

54. Asas Hukum Benda merupakan Dwingendrecht. Hak – hak kebendaan tidak
akan memberikan wewenang yang lain daripada apa yang sudah ditentukan dalam

5
undang – undang. Dengan lain perkataan, kehendak para pihak itu tidak dapat
mempengaruhi isi hak kebendaan.

55. Asas Individualiteit. Obyek hak kebendaan selalu merupakan barang yang
individueel bepaald, yaitu barang yang dapat ditentukan . Artinya seseorang hanya
dapat memiliki barang yang berwujud yang merupakan kesatuan.

56. Asas Totaliteit. Seseorang yang mempunyai hak atas suatu barang maka ia
mempunyai hak atas keseluruhan barang itu / bagian-bagian yang tidak tersendiri.

57. Asas Onsplitsbaarheid ( tidak dapat dipisahkan ). Pemisahan dari


zakelijkrechten tidak diperkenankan, tetapi pemilik dapat membebani hak
miliknya dengan iura in realiena, jadi seperti melepaskan sebagian dari
wewenangnya.

58. Asas Vermenging ( asas percampuran ). Seseorang tidak akan untuk


kepentingannya sendiri memperoleh hak gadai atau hak memungut hasil atas
barang miliknya sendiri.

59. Asas Publiciteit. Dalam hal pembebanan tanggungan atas benda tidak
bergerak (Hipotik ) maka harus didaftarkan didalam register umum.

60. Asas Spesialiteit. Hipotik hanya dapat diadakan atas benda – benda yang
ditunjuk secara khusus ( letaknya, luasnya, batas-batasnya ).

61. Asas Reciprositas. Seorang anak wajib menghormati orang tuanya serta
tunduk kepada mereka dan orang tua wajib memelihara dan membesarkan
anaknya yang belum dewasa sesuai dengan kemampuannya masing-masing.

62. Asas Kebebasan berkontrak (freedom of conctract / beginsel der


contractsvrijheid ). Para pihak berhak secara bebas membuat kontrak dan
mengatur sendiri isinya sepanjang memenuhi ketentuan-ketentuan yang berlaku.

63. Asas Pacta Sunt Servanda ( janji itu mengikat ). Suatu perjanjian berlaku
sebagai undang-undang bagi para pihak yang membuatnya.

64. Asas Konsensualitas. Suatu perjanjian sudah sah dan mengikat ketika telah
tercapai kesepakatan para pihak dan sudah memenuhi sayarat sahnya kontrak

65. Asas Batal Demi Hukum. Suatu asas yang menyatakan bahwa suatu perjanjian
itubatal demi hukum apabila tidak memenuhi syarat obyektif.

66. Asas Kepribadian. Suatu asas yang menyatakan bahwa seseorang hanya boleh
melakukan perjanjian untuk dirinya sendiri.

67. Asas Canselling. Suatu asas yang menyatakan bahwa perjanjian yang tidak
memenuhi syarat subyektif dapat dimintakan pembatalan.

6
68. Asas Actio Pauliana. Hak kreditur untuk mengajukan pembatalan terhadap
segala perbuatan yang tidak perlu dilakukan oleh debitur yang merugikannya.

69. Asas Persamaan. Para kreditor mempunyai kedudukan yang sama dan
sederajat terhadap barang-barang milik debitor.

70. Asas Preferensi. Para kreditor yang memegang hipotik, gadai dan privelegi
diberi hak prseferensi yaitu didahulukan dal;am pemenuhan piutangnya. Asas ini
merupakan penyimpangan dari asas persamaan.

71. Zakwaarneming ( 1345 BW ). Asas dimana seseorang yang melakukan


pengurusan terhadap benda orang lain tanpa diminta oleh orang yang
bersangkutan, maka ia wajib mengurusnya sampai tuntas.

72. Asas Droit invialablel et sarce. Hak milik tidak dapat diganggu gugat.

73. Asas Kepentingan. Dalam setiap perjanjian pertanggungan ( asuransi )


diharuskan adanya kepentingan

74. Asas Monogami. Dalam suatu perkawinan seorang laki – laki hanya boleh
memiliki seorang perempuan sebagai isterinya dan seorang perempuan hanya
boleh memiliki seorang suami.

75. Asas Hakim bersifat menunggu. Inisiatif untuk mengajukan tuntutan hak
diserahkan sepenuhnya kepada yang berkepentingan. Hakim hanya menunggu
saja.

76. Asas Hakim Pasif. Ruang lingkup atau luas pokok sengketa yang diajukan
kepada hakim untuk diperiksa pada asasnya ditentukan oleh para pihak yang
berperkara dan bukan oleh hakim.

77. Asas Mendengar Kedua belah pihak. Didalam hukum acara perdata, kedua
belah pihak harus diperlakukan sama, tidak memihak dan didengar bersama-sama.

78. Asas beracara dikenakan biaya. Biaya ini meliputi biaya kepaniteraan, biaya
materai dan biaya untuk pemberitahuan para pihak. Namun bagi pihak yang tidak
mampu berdasarkan keteranganyang berwenang dapat berperkara tanpa biaya

79. Asas Actor Sequitur Forum Rei. Gugatan harus diajukan ditempat dimana
tergugat bertempat tinggal.

80. Asas Gugatan Balasan, dapat diajukan dalam tiap perkara

81. Unus Testis Nullus Testis. Satu saksi bukan sanksi, maksudnya keterangan
seorang saksi harus dilengkapi dengan bukti-bukti lain.

ASAS – ASAS DALAM HUKUM TATA NEGARA

7
82. Asas Ius Sanguinis. Untuk menentukan kewarga negaraan seseorang
berdasarkan pertalian darah atau keturunan dari orang yang bersangkutan.

83. Asas Ius Soli. Menentukan kewarganegaraan seseorang berdasarkan tempat /


negara dimana orang tersebut dilahirkan.

84. Asas Bipatride. Asas dimana seseorang dimungkinkan mempunyai


kewarganegaraan rangkap.

85. Asas Apatride. Seseorang sama sekali tidak memiliki kewarga negararaan.

86. Asas Desentralisasi. Asas dimana urusan Pemerintahan yang telah diserahkan
oleh pemerintah pusat kepada daerah, sepenuhnya menjadi tanggung jawab dan
wewenang pemerintah daerah yang bersangkutan.

87. Asas Dekonsentralisasi. Asas dimana Urusan Pemerintah Pusat yang tidak
dapat diserahkan kepada pemerintah daerah dilakukan oleh perangkat pemerintah
pusat didaerah yang bersangkutan.

88. Asas Medebewind ( Tugas Pembantuan ). Penentuan kebijaksanaan,


perencanaan dan pembiayaan tetap ditangan pemerintah pusat tetapi
pelaksanaannya ada pada pemerintah daerah.

89. Asas Welfare state ( negera kesejahteraan ). Pemerintah Pusat bertugas


menjaga keamanan dalam arti seluas-luasnya dengan mengutamakan
kesejahteraan rakyat.

90. Asas Priorrestraint ( kendali dini ). Suatu asas yang mempunyai makna
pencegahan untuk mengadakan unjuk rasa setelah memenuhi syarat-syarat yang
telah ditentukan.

91. Asas Non Lisensi, yaitu suatu asas yang lebih terkait dengan kemerdekaan atau
kebebasan menyampaikan pendapat dalam bentuk tulisan.

92. Asas Naturalisasi ( pewarganegaraan ). Suatu asas dimana seseorang yang


telah dewasa dapat mengajukan permohonan menjadi warga negara ( Indonesia )
melalui Pengadilan Negeri.

ASAS – ASAS DALAM HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

93. Asas Ne Bis Vexari Rule. Merupakan asas yang menghendaki agar setiap
tindakan administrasi negara harus didasarkan atas undang – undang dan hukum.

8
94. Asas Principle of legality ( kepastian hukum ). Asas yang menghendaki
dihormatinya hak yang telah diperoleh seseorang berdasarkan keputusan badan
atau pejabat administrasi negara.

95. Principle of proportionality ( asas keseimbangan ). Asas yang menghendaki


proporsi yang wajar dalam penjatuhan hukuman bagi pegawai yang melakukan
kesalahan.

96. Principle of equality ( asas Kesamaan dalam pengambilan keputusan ). Dalam


menghadapi suatu kasus dan fakta yang sama, seluruh alat administrasi Negara
harus dapat mengambil keputusan yang sama.

97. Principle of Carefness ( asas bertindak cermat ). Asas yang menghendaki agar
administrasi negara senantiasa bertindak hati-hati agar tidak menimbulkan
kerugian bagi masyarakat.

98. Principle of Motivation ( asas motifasi untuk setiap keputusan ). Dalam


mengambil suatu keputusan, pejabat administrasi negara / pemerintah harus
bersandar pada alasan / motifasi yang kuat, benar, adil dan jelas.

99. Principle of non Minuse of Competence ( asas jangan mencampur adukkan


kewenangan ). Dalam pengambilan suatu keputusan, pejabat administrasi negara
jangan menggunakan kewenangan atau kekuasaan.

100. Principle of Fair Play ( Asas Permainan yang layak ). Agar Pejabat
Pemerintah / administrasi negara memberikan kesempatan yang seluas-luasnya
kepada warga negara / masyarakat untuk mendapatkan informasi yang benar dan
adil.

Anda mungkin juga menyukai