Anda di halaman 1dari 9

ASAS-ASAS HUKUM, NORMA HUKUM, SUMBER HUKUM MATERIIL, SUMBER HUKUM

FORMIL
Yori Feriyandi
2140501233

ASAS-ASAS HUKUM:
Definisi: Asas hukum pada dasarnya merujuk kepada pengertian “dasar-dasar umum
yang terkandung dalam peraturan hukum, dan dasar-dasar umum tersebut merupakan
sesuatu yang mengandung nilai-nilai etis”.
Asas hukum merupakan dasar lahirnya peraturan hukum (ratio legis-nya peraturan
hukum).
Secara Terminologi: (1) Dasar atau Fundamen; dan (2) Suatu kebenaran yang menjadi
pokok dasar atau tumpun berfikir untuk berpendapat.
Menurut Kamus Hukum: Alam pikiran yang dirumuskan secara luas dan mendasari
adanya suatu norma hukum.
Fungsi Asas Hukum: (1) Fungsi dalam hukum: Asas dalam hukum mendasarkan
eksistensinya pada rumusan oleh pembentuk undang-undang dan hakim; (2) Fungsi
dalam ilmu hukum: Asas dalam ilmu hukum hanya bersifat mengatur dan eksplisit
(menjelaskan). Tujuannya memberi ikhtisar, tidak normative sifatnya dan tidak termasuk
hukum positif.
Klasifikasi Asas Hukum: (1) Asas Hukum umum: Asas yang berhubungan dengan bidang
hukum dan berlaku untuk semua bidang hukum; (2) Asas Hukum khusus: Asas yang
berfungsi dalam bidang yang lebih sempit dalam bidang hukum perdata, hukum pidana.
Ragam/Contoh Asas Hukum:
(1) Asas nullum delictum noella poena sine praevia lege poenali, yaitu tiada suatu
perbuatanpun dapat dihukum, kecuali atas kekuatan undang-undang yang telah
ada sebelum perbuatan itu dilakukan.
(2) Asas in dubio pro reo ialah dalam keraguan diberlakukan ketentuan yang paling
menguntungkan bagi si terdakwa.
(3) Asas similia similibus ialah bahwa perkara yang sama (sejenis) harus diputus
sama (serupa).
(4) Asas pact sunt servanda ialah bahwa perjanjian yang sudah disepakati berlaku
sebagai undang-undang bagi para pihak yang bersangkutan.
(5) Asas geen straft zonder schuld ialah asas tiada hukuman tanpa kesalahan.
(6) Asas lex posterior derogate legi prior yaitu asas undang-undang yang berlaku
kemudian membatalkan undang-undang terdahulu, sejauh undang-undang itu
mengatur objek yang sama.
(7) Asas lex superior derogate legi inferiori, yaitu suatu asas undang-undang dimana
jika ada 2 undang-undang yang mengatur objek yang sama maka undang-undang
yang lebih tinggi yang berlaku sedangkan undang-undang yang lebih rendah tidak
mengikat.
(8) Asas lex specialis derogate legi generali yakni undang-undang yang khusus
mengenyampingkan yang umum.
(9) Asas res judicata pro veritate habeteur, yaitu putusan hakim dianggap benar
sampai ada putusan hakim lain yang mengoreksinya.
(10) Asas lex dura set tamen scripta, yaitu undang-undang bersifat memaksa,
sehingga tidak dapat diganggu gugat.
(11) Asas audi et alteram partem atau audiatur et altera pars, yaitu bahwa para
pihak harus didengar. Contohnya, apabila persidangan sudah dimulai, maka
hakim harus mendengar dari kedua belah pihak yang bersengketa, bukan hanya
dari satu pihak saja.
(12) Asas bis de eadem re ne sit action atau ne bis in idem, yaitu megenai perkara
yang sama dan sejenis tidak boleh disidangkan untuk yang kedua kalinya.
Contohnya lihat pasal 76 KUH Pidana.
(13) Asas clausula rebus sic stantibus, yaitu suatu syarat dalam hukum
internasional bahwa suatu perjanjian antar negara masih tetap berlaku, apabila
situasi dan kondisinya tetap sama.
(14) Asas cogitationsis poenam nemo patitur yakni tidak ada seorangpun dapat
dihukum oleh sebab apa yang dipikirkannya.
(15) Asas summum ius summa iniuria, yaitu kepastian hukum yang tertingggi,
adalah ketidakadilan yang tertinggi.
(16) Asas ius curia novit, yaitu hakim dianggap mengetahui hukum. Artinya, hakim
tidak boleh menolak mengadili dan memutus perkara yang diajukan kepadanya,
dengan alasan tidak ada hukumnya karena ia dianggap mengetahui hukum.
(17) Asas presumption of innocence (praduga tak bersalah), yaitu seorang tidak
boleh disebut bersalah sebelum dibuktikan kesalahannya melalui putusan hakim
yang berkekuatan hukum tetap.
(18) Asas unus testis nullus testis (satu saksi bukanlah saksi) yaitu hakim harus
melihat suatu persoalan secara objektif dan mempercayai keterangan saksi
minimal dua orang, dengan keterangan yang tidak saling kontradiksi. Atau juga,
keterangansaksi yang hanya satu orang terhadap suatu kasus, tidak dapat dinilai
sebagai saksi.
(19) Asas in dubio pro reo, yaitu apabila hakim ragu mengenai kesalahan
terdakwa, hakim harus menjatuhkan putusan yang menguntungkan bagi
terdakwa.
(20) Asas fair rial atau self incrimination, ialah pemeriksaan yang tidak memihak,
atau memberatkan salah satu pikah atau terdakwa.
(21) Asas speedy administration of justice (peradilan yang cepat), artinya
seseorang berhak untuk cepat diperiksa oleh hakim demi terwujudnya kepastian
hukum bagi mereka.
(22) Asas the rule of law, yaitu semua manusia sama kedudukanyan di depan
hukum, atau persamaan memperoleh perlindungan hukum.
(23) Asas nemo judex indoneus in propria, ialah tidak seorangpun dapat menjadi
hakim yang baik dalam perkaranya sendiri. Artinya, seorang hakim dianggap
tidak akan mampu berlaku objektif terhadap perkara bagi dirinya sendiri atau
keluarganya, sehingga ia tidak dibenarkan bertindak untuk mengadilinya.
(24) Asas the binding forse of precedent atau staro decises et quieta nonmovere,
ialah pengadilan atau hakim terdahulu, mengikat hakim-hakim lain pada
peristiwa yang sama (asas ini dianut pada Negara-negara yang menganut sistem
hukum Anglo Saxson, seperti Amerika Serikat dan Inggris).
(25) Asas cogatitionis poenam nemo patitur, ialah tidak seorangpun dapat
dihukum karena apa yang dipikirkan atau yang ada di hatinya. Artinya, pikiran
atau niat yang ada dihati seseorang untuk melakukan kejahatan tetapi tidak
dilaksanakan atau diwujudkan maka ia tidak boleh dihukum.
(26) Asas restitution in integrum, ialah kekacauan dalam masyarakat, haruslah
dipulihkan dalam keadaan semula (aman). Artinya, hukum harus memerankan
fungsinya sebagai sarana penyelesaian konflik.
(27) Asas errare hummanum est, turpe in errore perseverrare, artinya membuat
kekeliruan itu manusiawi namun tidaklah baik untuk mempertahankan terus
kekeliruan tersebut.
(28) Asas fiat justitia ruat coelom atau fiat justicia pereat mundus, artinya
sekalipun esok langit akan runtuh atau dunia dunia akan musnah, keadilan harus
tetap ditegakkan.
(29) Asas praduga rechtmatig (benar menurut hukum, presumption iustea causa).
Asas ini menganggap bahwa setiap tindakan penguasa selalu harus dianggap
berdasarkan hukum (benar) sampai ada pembatalan.
(30) Asas pembuktian bebas. Artinya hakimlah yang menetapkan beban
pembuktian.
(31) Asas dominus litis (asas keaktifan hakim). Artinya keaktifan hakim
dimaksudkan untuk mengimbangi kedudukan para pihak yang tidak berimbang.
(32) Asas erga omnes (putusan pengadilan mempunyai kekuatan mengikat),
artinya sengketa TUN adalah sengketa hukum public. Dengan demikian putusan
pengadilan berlaku bagi siapa saja tidak hanya bagi para pihak yang bersengketa.
(33) Asas ultitum remidium (pengadilan sebagai upaya terakhir) artinya sengketa
sedapat mungkin diselesaikan melalui upaya administrasi (musyawaroh
mufakat), jika belum puas maka ditempuh dengan cara peradilan.
(34) Asas eidereen wordt geacht de wette kennen. Artinya setiap orang dianggap
mengetahui hukum. Artinya apabila suatu undang-undang telah
dilembarnegarakan (diundangkan), maka undang-undang itu dianggap telah
diketahui oleh warga masyarakat, sehingga tidak ada alasan bagi yang
melanggarnya bahwa undang-udang itu belum diketahui berlakunya.
(35) Asas geen straf zonder schuld, ialah tiada hukuman tanpa kesalahan.
(36) Asas lex niminem cogit ad impossibilia, ialah undang-undang tidak memaksa
seseorang untuk melakukan sesuatu yang tidak mungkin.
(37) Asas nullum crimen nulla poena sine lege, ialah tidak ada kejahatan tanpa
peraturan perundang-undangan yang mengaturnya. Jadi suatu tindak kejahatan
dikatakan sebagai perbuatan melanggar hukum apabila melanggar undang-
undang yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
(38) Asas nemo plus juris tarnsferre potest quam ipse habet, ialah tidak
seorangpun dapat mengalihkan lebih banyak haknya dari pada yang ia miliki.
(39) Asas opinion necessitates, ialah keyakinan atas sesuatu menurut hukum
adalah perlu sebagai syarat untuk timbulnya hukum kebiasaan.
(40) Asas quiquid est in territorio, etiem est de territorio, ialah asas hukum dalam
hukum internasional yang menyatakan bahwa apa yang ada berada dalam batas-
batas wilayah Negara tunduk kepada hukum Negara itu.
(41) Asas testimonium de auditu, kesaksian dapat didengar dari orang lain.
(42) Asas jus cogen, sebuah norma yang memiliki keutamaan dibanding dengan
norma-norma lainnya. Dalam hal suatu norma telah memiliki status jus cogen
tidak dimungkinkan mengalami pembatalan atau modifikasi oleh tindakan
apapun. Contoh norma jus cogen seperti genosida, diskriminasi rasial, agresi, dll.
(43) Asas kesetaraan kedaulatan (equality before sovereign rights), setiap Negara
memiliki kesamaan kedaulatan, kesetaraan hak dan kewajiban, kesetaraan
sebagai anggota organisasi internasional, tanpa mempertimbangkan adanya
perbedaan ekonomi, sosial, politik, dan sifat lainnya.
(44) Asas hidup berdampingan secara damai yang didalam ini juga terkandung
makna larangan menggunakan metode perang sebagai instrument kebijakan luar
negeri serta menyelesaikan sengketa dengan cara-cara damai

NORMA-NORMA HUKUM:
Definisii:Norma hukum berarti kesepakatan yang dibuat oleh seluruh unsur masyarakat,
atau yang mewakili masyarakat di wilayah-wilayah tertentu.
Norma hukum penting untuk disepakati, karena dibahas tentang apa yang boleh
dilakukan dan apa saja yang tidak boleh dilakukan.
Norma hukum dibentuk oleh Lembaga-lambaga negara yang berwenang
membentuknya.
Norma hukum adalah aturan yang dibuat pemerintah kepada masyarakat dengan
bantuan aparatur negara seperti hakim, jaksa, polisi, dan lainnya.
Norma hukum sifatnya memaksa dan mengikat. Memaksa artinya semua peraturan
hukum yang sudah dibentuk harus diikuti oleh semua orang. Sedangkan mengikat
artinya setiap peraturan yang dibuat berlaku kepada semua orang yang tinggal di negara
tersebut tanpa terkecuali.
Mengingat kedaulatan negara meliputi seluruh wilayah negara, maka hanya terdapat
satu norma hukum yang berlaku bagi semua masyarakat yang berada di dalam wilayah
negara yang bersangkutan.
Tujuan norma hukum:
(1) Sebagai suatu pedoman atau aturan hidup untuk seluruh masyarakat di wilayah
tertentu. Sudah sangat jelas ketika kita hidup di suatu wilayah tertentu harus
menjalankan pedoman dan aturan.
(2) Dapat memberikan keteraturan dan stabilitas dalam kehidupan bermasyarakat.
Kehidupan masyarakat yang tentram dan stabil adalah cita-cita seluruh warga negara
untuk itu salah satu tujuan norma hukum. Sehingga terwujudnya tatanan
masyarakat yang tertib agar mencegah terjadinya perilaku semena-mena antar
warga masyarakat.
(3) Norma sebagai batasan seperti larangan atau perintah dalam berperilaku dan
bertindak. Melakukan aktivitas sehari-hari terkadang kita lupa akan batasan, terlepas
lagi ketika tidak ada norma hukum. Risiko yang diterima ketika tidak ada batasan
adalah kekacauan, sehingga norma hukum menjadi poin penting untuk kedamaian
lingkungan. Bukan hanya larangan, tetapi perintah juga terkandung dalam norma
hukum seperti perintah untuk tertib lalu lintas atau menjaga lingkungan. Untuk itu
ketika masyarakat yang tidak mematuhi aturan akan diberikan sanksi hukum
maupun sanksi sosial.
(4) Menjadikan setiap masyarakat melakukan penyesuaian dengan aturan dan norma
yang berlaku di lingkungan. Karena setiap lingkungan memiliki tata aturan masing-
masing sehingga ketika kita berada dalam lingkungan tertentu harus beradaptasi
dengan norma-norma yang berlaku.
Ciri norma hukum:
(1) Norma hukum berisi tentang aturan yang menjadi panduan bagi masyarakat ketika
menjalankan aktivitas kehidupannya. Untuk itu norma biasanya berisi tentang tata
cara, kaidah, dan panduan.
(2) Norma hukum tidak dibuat secara semena-mena oleh masyarakat, sehingga untuk
memberlakukan keabsahan norma hukum harus disahkan oleh pemerintah atau
otoritas hukum resmi. Sehingga norma yang berlaku memiliki kekuatan hukum.
(3) Aturan dalam norma hukum sifatnya harus dipatuhi, dimana artinya norma tersebut
mengikat kepada setiap warga negara yang berada dalam wilayah negara tertentu.
Hal ini dapat bersifat mengikat karena norma hukum juga memiliki kekuatan.
(4) Bagi siapapun warga negara yang tidak mematuhi norma-norma yang telah
disepakati maka akan mendapatkan hukuman. Untuk itu norma hukum juga dapat
menjadi acuan sanksi untuk yang melanggarnya. Sanksi tersebut dapat beragam baik
hukuman penjara atau pengenaan denda.
Contoh norma hukum:
(1) Pasal 362 KUHP yang menyatakan bahwa barang siapa yang mengambil sesuatu
barang, dimana seluruhnya ataupun sebagian milik orang lain, dengan maksud agar
akan dimiliki namun secara melawan hukum, diancam karena pencurian dengan
pidana penjara paling lama 5 tahun ataupun denda paling banyak enam puluh
rupiah.
(2) Pasal 1234 BW yang menyatakan bahwa tiap-tiap perikatan untuk memberikan
sesuatu, untuk berbuat sesuatu ataupun untuk tidak berbuat sesuatu. Pasal ini
membahas mengenai prestasi dan wanprestasi dalam perjanjian resmi.
(3) Pasal 40 ayat (1) Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2002 Undang-Undang tentang
Tindak Pidana Pencucian Uang yang menyatakan bahwa setiap orang yang
melaporkan terjadinya dugaan tindak pidana pencucian uang, wajib diberi
perlindungan khusus oleh negara dari kemungkinan ancaman yang akan
membahayakan diri, jiwa, maupun juga hartanya, termasuk keluarganya.
(4) Setiap warga wajib mempunyai Kartu Tanda Penduduk kalau sudah berumur 17
tahun.
(5) Kepala keluarga wajib memiliki kartu keluarga.
(6) Menjaga keamanan di lingkungan seperti ikut melaksanakan siskamling.
(7) Setiap anak wajib mengikuti pendidikan atau sekolah.
(8) Orang yang melakukan kesalahan harus dihukum seperti korupsi.
(9) Orang yang menggunakan jalan raya harus menaati aturan lalu lintas, seperti
memakai helm kalau menggunakan sepeda motor, berhenti kalau lampu merah
menyala.
(10) Jika menginap di salah satu kerabat di daerah lain harus melaporkan diri
kepada ketua RT setempat.

SUMBER HUKUM MATERIIL:


Definisi: suatu keyakinan hukum individu selaku anggota masyarakat dan pendapat umum
yang menentukan isi hukum yang dapat mempengaruhi pembentukan hukum.
Sumber hukum materiil adalah tempat atau asal mula dari mana hukum itu diambil. Sumber
hukum materiil berkaitan erat dengan keyakinan atau perasaan hukum individu dan
pendapat umum yang menentukan isi hukum.
Keyakinan atau perasaan hukum individu (anggota masyarakat) dan pendapat hukum (legal
opinion) dapat menjadi sumber hukum materiil.
Sumber hukum materiil dapat juga berupa hal-hal yang mempengaruhi pembentukan
hukum seperti pandangan hidup, hubungan sosial dan politik, situasi ekonomi, corak,
peradaban (agama dan kebudayaan) serta letak geografis dan konfigurasi internasional.
Sumber hukum yang menentukan isi aturan atau kaidah hukum yang mengikat semua
orang.
Sumber hukum materiil ini ada tiga, yakni:
(1) Historis/Sejarah : Sumber hukum ini berasal dari Undang-Undang dan sistem hukum
tertulis yang telah berlaku dimasa lampau yang mempengaruhi hukum positif.
(2) Sosiologis /Antropologis : Sumber hukum ini meliputi faktor-faktor dalam
masyaraakat yang ikut menentukan isi hukum positif yang meliputi pandangan
ekonomis, agamis, psikologis, dan sebagianya.
(3) Filosofis : Merupakan faktor-faktor yang mendorong seseorang mau tunduk pada
pada hukum atau suatu ukuran yang menetukan sesuatu itu adil.
Contohnya :
(1) Seorang ahli ekonomi akan mengatakan, bahwa kebutuhan ekonomi dalam
masyarakat itulah yang menyebabkan timbulnya Hukum
(2) Seorang ahli kemasyarakatan (Sosiolog) akan mengatakan bahwa yang menjadi
sumber hukum ialah peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam masyarakat.
Contoh kasus:
(1) Kasus terorisme ini termasuk sumber hukum materiil HAN yakni jika dilihat dari
faktor sosiologisnya.
(2) Maraknya kasus terorisme ini merupakan salah sumber timbulnya Perpres No. 67
Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Presiden No. 26 Tahun 2009
tentang Penerapan KTP Berbasis NIK secara Nasional.
(3) Isi peraturan ini lazim disebut dengan peraturan tentang pemberlakuan E-KTP
(Elektronik KTP). Tujuan pemerintah memberlakukan E-KTP ini diantaranya adalah
supaya tidak terjadi identitas ganda, mempermudah dalam sensus penduduk, dan
mempermudah untuk pencarian teroris.
a. Keyakinan tentang agama & kesusilaan
b. Kesadaran hukum.

SUMBER HUKUM FORMIL:


Definisi: suatu bentuk yang menyebabkan hukum berlaku umum atau kenyataan dimana
kita dapat menemukan hukum yang berlaku.
Sumber hukum formil merupakan sumber yang diakui suatu sistem hukum secara langsung
bisa langsung menciptakan hukum.
Macam-Macam Sumber Hukum Formil:
(1) Undang-undang merupakan contoh dari hukum tertulis, yaitu suatu peraturan negara
yang mempunyai kekuatan hukum yang mengikat masyarakat umum, yang dibuat oleh
alat perlengkapan negara yang berwenang dan dipelihara oleh penguasa negara.
Undang-Undang mempunyai 2 (dua) macam arti: (1) Undang-undang dalam arti materiil,
yaitu: setiap peraturan yang dikeluarkan oleh negara atau setiap keputusan pemerintah
yang menurut isinya mengikat langsung setiap penduduknya. Misalnya: Ketetapan MPR,
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (PERPU), Keputusan Presiden
(KEPRES), Peraturan Pemerintah (PERDA); (2) Undang-undang dalam arti formal, yaitu:
setiap peraturan negara yang karena bentuknya disebut Undang-Undang atau dengan
kata lain setiap keputusan Pemerintah yang merupakan Undang-Undang karena cara
pembuatannya. Misalnya dibuat oleh Pemerintah bersama-sama dengan parlemen atau
DPR (pasal 5 ayat 1 UUD 45).
(2) Kebiasaan pada hakikatnya ialah perbuatan manusia yang tetap dilakukan dengan
berulang-ulang dalam hal yang sama. Apabila suatu kebiasaan tersebut selalu berulang-
ulang dilakukan oleh masyarakat dengan sedemikian rupa, maka dengan demikian
timbullah suatu kebiasaan hukum (hukum tak tertulis) yang oleh pergaulan hidup
dipandang sebagai hukum. Dalam hal ini kebiasaan adalah semua aturan yang walaupun
tidak ditetapkan oleh pemerintah, tetapi ditaati oleh rakyat. Contoh: apabila seorang
komisioner sekali menerima 10% dari hasil penjualan atau pembelian sebagai upah, dan
hal ini terjadi berulang-ulang, dan komisioner yang lain juga menerima upah yang sama
yaitu 10%, maka oleh karena itu timbul suatu kebiasaan yang lambat laun berkembang
menjadi hukum kebiasaan (hukum tak tertulis).
Syarat kebiasaan menjadi sumber hukum: (1) Syarat materiil, yaitu harus ada perbuatan-
perbuatan tertentu atau tetap yang dilakukan terus menerus dan berulang-ulang dalam
rangakian perbuatan yang sama dalam waktu yang lama dan diikuti oleh masyarakat
sehingga perbuatan itu menjadi kebiasaan. (2) Syarat psikologis, yaitu adanya keyakinan
dari masyarakat bahwa perbuatan atau kebiasaan itu masuk akal sebagai suatu
kewajiban. (3) Syarat sanksi, yaitu adanya sanksi jika kebiasaan itu tidak ditaati atau
dilanggar oleh masyarakat.
(3) Traktat atau perjanjian antar negara adalah suatu perjanjian internasional antara dua
negara atau lebih. Tarktat dapat dijadikan sebagai sumber hukum fomal, jika memenuhi
syarat-syarat formal tertentu. Perjanjian internasional adalah perjanjian yang diadakan
antara subjek hukum internasional yang menimbulkan akibat hukum, atau perjanjian
yang mengatur hubungan antara negara atau antara lembaga internasional yang
bertujuan menimbulkan akibat hukum tertentu.
Menurut bentuknya, ada beberapa macam perjanjian, yaitu: (1) Traktat bilateral adalah
perjanjian internasional yang diadakan oleh dua negara. (2) Traktat multilateral adalah
perjanjian internasional yang diadakan oleh dua negara atau lebih. (3) Traktat kolektif,
yaitu perjanjian internasional yang masih memungkinkan masuknya negara-negara lain
menjadi peserta, dengan syarat negara itu menyetujui isi perjanjian yang sudah ada atau
disebut perjanjian terbuka.
Proses pembentukan suatu traktat dilakukan melalui tiga tahap, yaitu: (1) Penetapan,
menentukan isi perjanjian oleh masing-masing delegasi negara. (2) Persetujuan
parlemen, isi perjanjian harus disetujui oleh parlemen agar kepala negara dapat
meratfikasinya. (3) Ratifikasi kepala negara, pengesahan berlakunya suatu traktat.
(4) Jurisprudensi adalah keputusan hakim terdahulu yang yang sering diikuti atas dasar
keputusan dan dijadikan pedoman oleh hakim-hakim lain dalam memutuskan perkara
yang sama. Adapun ketentuan-ketentuan umum tentang peraturan perundangan untuk
Indonesia pada zaman Hindia Belanda ialah "Algemene Bepalingen van Wetgeving voor
Indonesia" yang disingkat A.B, yang dikeluarkan pada tanggal 30 april 1847, yang
termuat dalam Staatsblad 1847 N0. 23 dan hingga saat ini masih berlaku berdasarkan
pasal 11 Aturan Peralihan Undang-Undang Dasar 1945, yang menyatakan "Segala badan
negara dan peraturan yang ada masih langsung berlaku selama belum diadakan yang
baru menurut Undang-Undang Dasar ini".
Keberadaan yurisprudensi sebagai sumber hukum formal yang menciptakan hukum
didasarkan pada pasal 22 AB dan Pasal 10 UU No. 48 Tahun 2009 (UU tentang
Kekuasaan Kehakiman ), yang menentukan bahwa “ Pengadilan tidak boleh menolak
untuk memeriksa, mengadili, dan memutus suatu perkara yang diajukan dengan dalih
bahwa hukum tidak ada atau kurang jelas, melainkan wajib memeriksa dan
mengadilinya”. 
Dalam keadaan demikian, hakim wajib menggali, mengikuti, dan memahami keadilan
dan nilai-nilai hukum yang hidup dalam masyarakat ( Pasal 28 ayat (1) UUKK). Hal ini juga
sesuai dengan asas ius curia novit yang artinya hakim dianggap mengetahui hukum.
Apabila putusan hakim terdahulu diikuti oleh hakim dibawahnya atau hakim setelahnya,
maka putusan hakim terdahulu itu merupakan putusan peradilan tetap atau disebut
“yurisprudensi” yang menjadi sumber hukum formal.
Hukum yang diciptakan oleh hakim yang dalam bentuk keputusan disebut hukum in
concreto yang secara nyata menghasilkan hukum yang berlakunya terbatas mengikat
pihak-pihak tertentu yang berperkara.
Sedangkan hukum yang  diciptakan oleh badan yang berwenang membentuk undang-
undang disebut hukum in abstraco yang mengikat secara umum (undang-undang).
Yurisprudensi dalam arti luas sebagai putusan hakim atau juga hukum yang dibuat oleh
pengadilan terdiri atas 4 jenis, yaitu:
(1) Yurisprudensi tetap, yaitu putusan hakim yang terjadi karena rangkaian putusan
yang serupa atau sama dan dijadikan dasar bagi pengadilan  (standard
arresten) untuk memutus suatu perkara.
(2) Yurisprudensi tidak tetap, yaitu putusan hakim terdahulu yang tidak dijadikan dasar
bagi pengadilan.
(3) Yurisprudensi semi yuridis, yaitu semua penetapan pengadilan berdasarkan
permohonan seseorang yang berlaku khusus hanya pada pemohon. Misalnya
penetapan pengangkatan anak, penetapan penggantian nama, dan sebagainya.
(4) Yurisprudensi administratif, yaitu  Surat Edaran Mahkamah Agunga (SEMA) yang
hanya berlaku secara administratif dan mengikat intern dalam lingkup pengadilan.
Alasan mengapa hakim menciptakan hukum, yaitu: (1) Karena Undang-Undangnya tidak
jelas atau kabur sehingga memerlukan penafsiran hukum yang  komprehensif. (2)
Undang-Undang yang ada sudah tertinggal dengan perkembangan masyarakat atau
tidak sesuai lagi dengan rasa keadilan dan kesadaran hukum masyarakat. (3) Undang-
Undangnya tidak mengatur perbuatan hukum yang diajukan kepada pengadilan.
Ada dua asas yurisprudensi, yaitu: (1) Asas precedent, artinya bahwa hakim terikat dan
tidak boleh menyimpang dari putusan-putusan hakim terdahulu atau hakim yang lebih
tinggi atau sederajat dalam tingkatannya dalam perkara serupa. Asas ini dikenal di
negara-negara yang menggunakan sistem hukum anglo saxon. (2) Asas bebas, artinya
bahwa hakim tidak terikat pada putusan-putusan  hakim yang lebih tinggi ataupun
sederajat tingkatannya. Asas bebas ini dikenal di negara yang menggunakan sistem
hukum eropa kontinental seperti Belanda dan Perancis maupun jajahan Belanda dan
Perancis seperti Indonesia dan sebagainya.
(5) Doktrin adalah pendapat atau ajaran para ahli hukum terkemuka dan mendapat
pengakuan dari masyarakat. Misalnya, hakim dalam memeriksa perkara atau dalam
pertimbangan putusannya menyebut-nyebut pendapat ahli tertentu. Dengan demikian,
hakim dianggap telah menemukan hukumnya dalam doktrin,  sehingga doktrin yang
demikian menjadi sumber hukum formal.
Pasal 38 ayat (1) Mahkaman Internasional menetapkan, bahwa doktrin adalah menjadi
salah satu sumber hukum formal.
Doktrin tidak mengikat seperti UU, kebiasaan, traktat atau Jurisprdensi, sehingga
bukanlah hukum.
Doktrin hanya memiliki wibawa yang dipandang objektif sehinga sering digunakan
sebagai sumber pembentukan hukum, serta dapat dijadikan dasar pengambilan putusan
bagi hakim.
Doktrin dapat menjadi sumber hukum formal setelah menjelma atau menjadi dasar
putusan hakim.
Doktrin atau ajaran atau pendapat para ahli hukum tidak hanya mempengaruhi hakim
saja, tetapi juga mempengaruhi para aparat pelaksana atau penegak hukum yang lain.
Pendapat para sarjana hukum terkemuka dan berpengaruh atau doktrin bukan
merupakan sumber yang mengikat langsung terhadap suatu keputusan, melainkan
membantu hakim dalam mengambil keputusan sebagai sumber tambahan.

BAHAN BACAAN:
1. https://www.youtube.com/watch?v=o3SR7p2Skw0&t=4s
2. https://www.youtube.com/watch?v=tcydWH_Xrjo
3. https://www.youtube.com/watch?v=8oG_f-8CRFY
4. https://www.jurnalhukum.com/sumber-sumber-hukum/#sumber-hukum-materiil
5. https://www.ilmusiana.com/2015/04/norma-hukum-pengertian-dan-contoh.html
6. https://ulirosariuinjkt.blogspot.com/2019/04/ragam-asas-hukum.html
7. https://kumparan.com/berita-hari-ini/norma-hukum-pengertian-tujuan-ciri-ciri-dan-
contohnya-1v43uPUdRzY/full
8. https://rumusguru.com/sumber-hukum-materiil/#Sumber_Hukum_Materiil

Anda mungkin juga menyukai