Anda di halaman 1dari 12

ASAS – ASAS HUKUM

Asas - Asas Hukum -Asas adalah bukan merupakan peraturan hukum konkrit, melainkan
merupakan pikiran dasar yang umum sifatnya atau merupakan latar belakang dan peraturan yang
konkrit yang terdapat dalam dan di belakang setiap sistem hukum yang terjelma dalam peraturan
perundang-undangan dan putusan hakim yang merupakan hukum positif dan dapat diketemukan
dengan mencari sifat-sifat umum dalam peraturan konkrit tersebut. Baca juga : contoh sionim &
antonim.

Jadi, Asas hukum bukanlah kaidah hukum yang konkrit (nyata), melainkan merupakan latar
belakang peraturan yang konkrit dan bersifat umum atau abstrak. Umumnya asas hukum tidak
dituangkan dalam bentuk peraturan yang konkrit atau pasal-pasal seperti misalnya asas reo, asas
res judicato pro veritate habetur : Asas lex posteriori derogat legi priori dan lain sebagainya.
Akan tetapi, tidak jarang juga asas hukum dituangkan dalam peraturan konkrit seperti misalnya
asas the presumption of innocence yang terdapat dalam pasal 8 Undang-undang nomor 14 tahun
1970 dan asas nullum delictum nulla poena sine praevia lege poenali seperti yang tercantum
dalam pasal 1 ayat 1 KUHP.

Kalau peristiwa hukum yang konkrit itu dapat diterapkan secara langsung pada peristiwanya,
maka asas hukum diterapkan secara tidak langsung.
Untuk menemukan asas hukum dicarilah sifat-sifat umum dalam kaidah atau peraturan yang
konkrit. Ini berarti bahwa menunjukkan pada kesamaan-kesamaan yang terdapat dalam
ketentuan-ketentuan yang konkrit tersebut.

Asas hukum merupakan sebagian dari hidup kejiwaan kita (manusia). Dalam setiap asas hukum,
manusia melihat suatu cita-cita yang hendak diraihnya bukanlah tujuan hukum itu adalah
kesempurnaan masyarakat, suatu cita-cita. Sebaliknya kaidah hukum itu sifatnya historis. Dalam
hubungan antara asas hukum dan kaidah hukum yang konkrit itulah terdapat sifat hukum.

Pada umumnya asas- asas hukum berubah mengikuti kaidah hukumnya tersebut, sedangkan
kaidah hukum dengan sendirinya akan berubah mengikuti perkembangan masyarakat dan
terpengaruh pada waktu dan tempat. Akan tetapi, ada kaidah yang berkembang sedangkan
peraturan hukum konkritnya tidak mengalami perubahan. Sebagai contoh dapat dikemukakan
pasal 1365 BW. Bunyi pasal 1365 BW dari pertama dibuat sampai sekarang tidak berubah, tetapi
kaidah atau nilai yang terdapat di dalam pasal 1365 BW, yaitu isi (penafsiran) pengertian
perbuatan melawan hukum itu mengalami perubahan.
Macam - Macam Asas - Asas Hukum Pada Umumnya

1. 1.udi et alteram partem atau audiatur et altera pars Bahwa para pihak harus didengar.
2. Bis de eadem re ne sit acto atau Ne bis in idem Mengenai perkara yang sama dan sejenis
tidak boleh disidangkan untuk yang keduakalinya
3. Clausula rebus sic stantibus Suatu syarat dalam hukum internasional bahwa suatu
perjanjian antar Negara masih tetap berlaku, apabila situasi dan kondisinya tetap sama
4. Cogitationis poenam nemo patitur Tiada seorangpun dapat dihukum oleh sebab apa yang
dipikirkannya
5. Concubitus facit nuptias Perkawinan terjadi karena hubungan kelamin
6. De gustibus non est disputandum Mengenai selera tidak dapat disengketakan
7. Erare humanum est, turpe in errore perseverare Membuat kekeliruan itu manusiawi,
namun tidaklah baik untuk mempertahankan terus kekeliruan
8. Fiat justitia ruat coelum atau fiat justitia pereat mundus Sekalipu esok langit akan runtuh
atau dunia akan musnah keadilan harus tetap ditegakan
9. Geen straf zonder schuld Tiada hukuman tanpa kesalahan
10. Hodi mihi cras tibi Ketimpangan atau ketidak adilan yang menyentuh perasaan, tetap
tersimpan dalam hati nurani rakyat
11. Indubio pro reo Dalam keragu-raguan diberlakukan ketentuan yang paling
menguntungkan bagi siterdakwa
12. Juro suo uti nemo cogitur Tak ada seorangpun yang diwajibkan menggunakan haknya.
13. Koop breekt geen huur Jual beli tidak memutuskan sewa menyewa. Perjanjian sewa
menyewa tidak berubah walaupun barang yang disewanya beralih tangannya. Lebih jelas
periksa pasal 1576
14. Lex dura sed ita scripta atau lex dura sed tamente scripta Undang-undang adalah keras
tetapi ia telah ditulis demikian. Contoh periksa pasal 11 KUH Pidana
15. Lex niminem cogit ad impossibilia Undang-undang tidak memaksa seseorang untuk
melakukan sesuatu yang tidak mungkin. Contoh periksa pasal 44 KUH Pidana.
16. Lex posteriorderogat legi priori atau lex posterior derogat legi anteriori Undang-undang
yang lebih baru mengenyampingkan undang-undang yang lama. Contohnya UU no
14/1992 tentang UU Lalu-Lintas dan Angkutanb Jalan Mengenyampingkan Undang-
Undang no 13/1965
17. Lex specialis derogat legi generali Undang-udang yang khusus didahulukan berlakunya
dari pada undang-undang yang umum.
18. Lex superior derogat legi inferiori Undang-undang yang lebih tinggi mengenyampingkan
undang-undang yang lebih rendah tingkatannya
19. Matrimonium ratum et non consummatum Perkawinan yang dilakukan secara formal,
namun belum dianggap jadi, mengingat belum terjadi hubungan kelamin,
20. Melius est acciepere quam facere injuriam Lebih baik mengalami ketidak adilan daripada
melakukan ketidak adilan
21. Modus vivendi Cara hidup bersama
22. Nemo plus juris transferre potest quam ipse habet Tak seorangpun dapat mengalihkan
lebih banyak haknya daripada yang ia miliki
23. Nullum delictum nulla poena sine praevia lege poenali Tiada suatu perbuatan dapat
dihukum, kecuali atas kekuatan ketentuan pidana dalam undang-undang yang telah ada
lebih dahulu daripada perbuatan itu. Asas ini dipopulerkan oleh Anslm von Feuerbach.
Lebih jelas periksa pasal 1 ayat (1) KUH Pidana
24. Opinio necessitatis Keyakinan atas sesuatu menurut hukum adalah perlu sebagai syarat
untuk timbulnya hukum kebiasaan
25. Pacta sunt servanda Setiap perjanjian itu mengikat para pihak dan harus ditaati dengan
itikad baik Lebih jelas di pasal 1338 KUH Perdata
26. Potior est qui prior est Siapa yang pertama dialah yang beruntung
27. Presumption of innocence Asas praduga tak bersalah Bahwa seseorang dianggap tidak
bersalah sebelum ada putusan hakim yang menyatakan ia bersalah dan putusan hakim
tersebut telah mempunyai kekuatan hukum tetap (penjelasan UU No 8/1981 tentang
KUAP butir 3 c)
28. Primus inter pares Yang pertama(utama) diantara sesama
29. Princeps legibus solutus est Kaisar tidak terikat oleh undang-undang atau para pemimpin
sering berbuat sekehendak hatinya terhadap anak buahnya
30. Quiquid est in territorio, etiam est de territorio Asas dalam hukum internasional yang
menyatakan bahwa apa yang berada dalam batas-batas wilayah negara tunduk kepada
hukum negara itu
31. Qui tacet consentire videtur Siapa yang berdiamdiri dianggap menyetujui
32. Res nullius credit occupanti Benda yang diterlantarkan pemiliknya dapat diambil untuk
dimiliki 33. Summum ius summa injuria, Keadilan tertinggi dapat berarti ketidak adilan
tertinggi
33. Similia similibus Dalam perkara yang sama harus diputus dengan hal sama pula, tidak
pilih kasih 35. Testimonium de auditu Kesaksian dapat didengar dari orang lain
34. 36. Unus testis nullus testis Satu saksi bukanlah saksi
35. 37. Ut sementem feceris ita metes Siapa yang menanam sesuatu dialah yang akan
memetik hasilnya. Siapa yang menabur angin dialah yang akan menuai badai
36. 38. Vox populi vox dei Suara rakyat adalah suara tuhan
37. 39. Verba volant scripta manent Kata-kata biasanya tidak berbekas sedangkan apa yang
ditulis tetap ada
38. 40. Asas Nemo plus Yuris bahwa orang tidak dapat mengalihkan hak melebihi hak yang
ada padanya. asas ini bertujuan melindungi pemegang hak yang selalu dapat menuntut
kembali haknya yang terdaftar atas nama siapapun.
ASAS - ASAS HUKUM DI INDONESIA

Asas hukum acara pidana.

1. Asas Legalitas Suatu perbuatan merupakan suatu tindak pidana apabila telah ditentukan
sebelumnya oleh undang-undang / seseorang dapat dituntut atas perbuaatannya apabila
perbuatan tersebut sebelumnya telah ditentukan sebagai tindak pidana oleh hukum /
undang-undang

2. Asas Culpabilitas. Nulla poena sine culpa, artinya tiada pidana tanpa kesalahan.

3. Asas Opportunitas. Penuntut umum berwenang untuk tidak melakukan penuntutan


dengan pertimbangan demi kepentingan umum.

4. Asas Presumption of Innocence ( Praduga tak bersalah ). Seseorang harus dianggap


tidak bersalah sebelum dinyatakan bersalah oleh putusan pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap.

5. Asas in dubio pro reo. Dalam hal terjadi keragu – raguan maka yang diberlakukan
adalah peraturan yang paling menguntungkan terdakwa.

6. Asas Persamaan dimuka Hukum. Artinya setiap orang harus diperlakukan sama
didepan hukum tanpa membedakan suku, agama, pangkat , jabatan dan sebagainya.

7. Asas Perintah tertulis dari yang berwenang. Artinya bahwa setiap penangkapan,
penggeledahan, penahanan dan penyitaan harus dilakukan berdasarkan perintah tertulis
dari pejabat yang diberi wewenang oleh UU dan hanya dalam hal dan cara yang diatur
oleh UU.

8. Asas Peradilan cepat, sederhana dan biaya ringan serta bebas, jujur dan tidak memihak.
Asas ini menghendaki proses pemeriksaan tidak berbelit – belit dan untuk melindungi
hak tersangka guna mendapat pemeriksaan dengan cepat agar segera didapat kepastian
hukum. ( Pasal 24 dan 50 KUHAP).

9. Asas harus hadirnya terdakwa. Pangadilan dalam memeriksa perkara pidana harus
dengan hadirnya terdakwa.

10. Asas Terbuka untuk Umum. Sidang pemeriksaan perkara pidana harus terbuka untuk
umum, kecuali diatur oleh UU dalam perkara tertentu seperti perkara kesusilaan, sidang
tertutup untuk umum tetapi pembacaan putusan pengadilan dilakukan dalam sidang yang
terbuka untuk umum.
11. Asas Bantuan Hukum. Seseorang yang tersangkut perkara pidana wajib diberi
kesempatan untuk memperoleh Bantuan Hukum secara cuma-cuma untuk kepentingan
pembelaan dirinya ( Pasal 35 dan 36 UU No.14 Tahun 1970 yo Pasal 54, 55 dan 56
KUHAP).

11. Putusan Hakim harus disertai alasan-alasan. Semua putusan harus memuat alasan-
alasan yang dijadikan dasar untuk mengadili. Alasan ini harus mempunyai nilai yang
obyektif.

12. Asas Nebis in idem. Seseorang tidak dapat dituntut lagi karena perbuatan yang sudah
pernah diajukan kemuka pengadilan dan sudah mendapat putusan hakim yang
berkekuatan hukum tetap.

13. Asas Kebenaran Material. ( kebenaran dan kenyataan ). Pemeriksaan dalam perkara
pidana, tujuannya untuk mengatahui apakah faktanya / senyatanya benar-benar telah
terjadi pelanggaran / kejahatan.

14. Asas ganti rugi dan rehabilitasi. Hak bagi tersangka / terdakwa / terpidana untuk
mendapatkan ganti rugi / rehabilitasi atas tindakan terhadap dirinya sejak dalam proses
penyidikan. Diatur dalam Pasal 95 dan 97 KUHAP.

ASAS – ASAS DALAM HUKUM PERDATA DAN HUKUM ACARA PERDATA.

 Asas Hukum Benda merupakan Dwingendrecht. Hak – hak kebendaan tidak akan
memberikan wewenang yang lain daripada apa yang sudah ditentukan dalam dalam
undang – undang. Dengan lain perkataan, kehendak para pihak itu tidak dapat
mempengaruhi isi hak kebendaan.
 Asas Individualiteit. Obyek hak kebendaan selalu merupakan barang yang individueel
bepaald, yaitu barang yang dapat ditentukan . Artinya seseorang hanya dapat memiliki
barang yang berwujud yang merupakan kesatuan.
 Asas Totaliteit. Seseorang yang mempunyai hak atas suatu barang maka ia mempunyai
hak atas keseluruhan barang itu / bagian-bagian yang tidak tersendiri.
 Asas Onsplitsbaarheid ( tidak dapat dipisahkan ). Pemisahan dari zakelijkrechten tidak
diperkenankan, tetapi pemilik dapat membebani hak miliknya dengan iura in realiena,
jadi seperti melepaskan sebagian dari wewenangnya.
 Asas Vermenging ( asas percampuran ). Seseorang tidak akan untuk kepentingannya
sendiri memperoleh hak gadai atau hak memungut hasil atas barang miliknya sendiri.
 Asas Publiciteit. Dalam hal pembebanan tanggungan atas benda tidak bergerak ( Hipotik
) maka harus didaftarkan didalam register umum.
 Asas Spesialiteit. Hipotik hanya dapat diadakan atas benda – benda yang ditunjuk secara
khusus ( letaknya, luasnya, batas-batasnya ).
 Asas Reciprositas. Seorang anak wajib menghormati orang tuanya serta tunduk kepada
mereka dan orang tua wajib memelihara dan membesarkan anaknya yang belum dewasa
sesuai dengan kemampuannya masing-masing ( Pasal 298 BW , dan seterusnya ).
 Asas Kebebasan berkontrak ( freedom of conctract / beginsel der contractsvrijheid ). Para
pihak berhak secara bebas membuat kontrak dan mengatur sendiri isinya sepanjang
memenuhi ketentuan-ketentuan yang berlaku.
 Asas Pacta Sunt Servanda ( janji itu mengikat ). Suatu perjanjian berlaku sebagai undang-
undang bagi para pihak yang membuatnya.
 Asas Konsensualitas. Suatu perjanjian sudah sah dan mengikat ketika telah tercapai
kesepakatan para pihak dan sudah memenuhi sayarat sahnya kontrak
 Asas Batal Demi Hukum. Suatu asas yang menyatakan bahwa suatu perjanjian itu batal
demi hukum apabila tidak memenuhi syarat obyektif.
 Asas Kepribadian. Suatu asas yang menyatakan bahwa seseorang hanya boleh melakukan
perjanjian untuk dirinya sendiri.
 Asas Canselling. Suatu asas yang menyatakan bahwa perjanjian yang tidak memenuhi
syarat subyektif dapat dimintakan pembatalan.
 Asas Actio Pauliana. Hak kreditur untuk mengajukan pembatalan terhadap segala
perbuatan yang tidak perlu dilakukan oleh debitur yang merugikannya.
 Asas Persamaan. Para kreditor mempunyai kedudukan yang sama dan sederajat terhadap
barang-barang milik debitor.
 Asas Preferensi. Para kreditor yang memegang hipotik, gadai dan privelegi diberi hak
prseferensi yaitu didahulukan dal;am pemenuhan piutangnya. Asas ini merupakan
penyimpangan dari asas persamaan.
 Zakwaarneming ( 1345 BW ). Asas dimana seseorang yang melakukan pengurusan
terhadap benda orang lain tanpa diminta oleh orang yang bersangkutan, maka ia wajib
mengurusnya sampai tuntas.
 Asas Droit invialablel et sarce. Hak milik tidak dapat diganggu gugat.
 Asas Kepentingan. Dalam setiap perjanjian pertanggungan ( asuransi ) diharuskan adanya
kepentingan ( Insurable interest – Pasal 250 KUHD ).
 Asas Monogami. Dalam suatu perkawinan seorang laki – laki hanya boleh memiliki
seorang perempuan sebagai isterinya dan seorang perempuan hanya boleh memiliki
seorang suami.
 Asas Hakim bersifat menunggu. Inisiatif untuk mengajukan tuntutan hak diserahkan
sepenuhnya kepada yang berkepentingan. Hakim hanya menunggu saja.
 Asas Hakim Pasif. Ruang lingkup atau luas pokok sengketa yang diajukan kepada hakim
untuk diperiksa pada asasnya ditentukan oleh para pihak yang breperkara dan bukan oleh
hakim.
 Asas Mendengar Kedua belah pihak. Didalam hukum acara perdata, kedua belah pihak
harus diperlakukan sama, tidak memihak dan didengar bersama-sama.
 Asas beracara dikenakan biaya. Biaya ini meliputi biaya kepaniteraan, biaya materai dan
biaya untuk pemberitahuan para pihak. Namun bagi pihak yang tidak mampu berdasarkan
keteranganyang berwenang dapat berperkara tanpa biaya ( Prodeo ).
 Asas Actor Sequitur Forum Rei. Gugatan harus diajukan ditempat dimana tergugat
bertempat tinggal.
 Asas Gugatan Balasan, dapat diajukan dalam tiap perkara ( Pasal 132 a HIR ).
 Unus Testis Nullus Testis. Satu saksi bukan sanksi, maksudnya keterangan seorang saksi
harus dilengkapi dengan bukti-bukti lain.

ASAS – ASAS DALAM HUKUM TATA NEGARA.

1. Asas Ius Sanguinis. Untuk menentukan kewarga negaraan seseorang berdasarkan


pertalian darah atau keturunan dari orang yang bersangkutan.

2. Asas Ius Soli. Menentukan kewarganegaraan seseorang berdasarkan tempat / negara


dimana orang tersebut dilahirkan.

3. Asas Bipatride. Asas dimana seseorang dimungkinkan mempunyai kewarganegaraan


rangkap.

4. Asas Apatride. Seseorang sama sekali tidak memiliki kewarga negararaan.

5. Asas Desentralisasi. Asas dimana urusan Pemerintahan yang telah diserahkan oleh
pemerintah pusat kepada daerah, sepenuhnya menjadi tanggung jawab dan wewenang
pemerintah daerah yang bersangkutan.

6. Asas Dekonsentralisasi. Asas dimana Urusan Pemerintah Pusat yang tidak dapat
diserahkan kepada pemerintah daerah dilakukan oleh perangkat pemerintah pusat
didaerah yang bersangkutan.

7. Asas Medebewind ( Tugas Pembantuan ). Penentuan kebijaksanaan, perencanaan dan


pembiayaan tetap ditangan pemerintah pusat tetapi pelaksanaannya ada pada pemerintah
daerah.

8. Asas Welfare state ( negera kesejahteraan ). Pemerintah Pusat bertugas menjaga


keamanan dalam arti seluas-luasnya dengan mengutamakan kesejahteraan rakyat.
9. Asas Priorrestraint ( kendali dini ). Suatu asas yang mempunyai makna pencegahan untuk
mengadakan unjuk rasa setelah memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan.

10. Asas Non Lisensi, yaitu suatu asas yang lebih terkait dengan kemerdekaan atau
kebebasan menyampaikan pendapat dalam bentuk tulisan.

11. Asas Naturalisasi ( pewarganegaraan ). Suatu asas dimana seseorang yang telah dewasa
dapat mengajukan permohonan menjadi warga negara ( Indonesia ) melalui Pengadilan
Negeri.

ASAS – ASAS DALAM HUKUM ADMINISTRASI NEGARA.

1. Asas Ne Bis Vexari Rule. Merupakan asas yang menghendaki agar setiap tindakan
administrasi negara harus didasarkan atas undang – undang dan hukum.
2. Asas Principle of legality ( kepastian hukum ). Asas yang menghendaki dihormatinya hak
yang telah diperoleh seseorang berdasarkan keputusan badan atau pejabat administrasi
negara.
3. Principle of proportionality ( asas keseimbangan ). Asas yang menghendaki proporsi
yang wajar dalam penjatuhan hukuman bagi pegawai yang melakukan kesalahan.

4. Principle of equality ( asas Kesamaan dalam pengambilan keputusan ). Dalam


menghadapi suatu kasus dan fakta yang sama, seluruh alat administrasi negara harus
dapat mengambil keputusan yang sama.
5. Principle of Carefness ( asas bertindak cermat ). Asas yang menghendaki agar
administrasi negara senantiasa bertindak hati-hati agar tidak menimbulkan kerugian bagi
masyarakat.

6. Principle of Motivation ( asas motifasi untuk setiap keputusan ). Dalam mengambil suatu
keputusan, pejabat administrasi negara / pemerintah harus bersandar pada alasan /
motifasi yang kuat, benar, adil dan jelas.

7. Principle of non Minuse of Competence ( asas jangan mencampur adukkan kewenangan


). Dalam pengambilan suatu keputusan, pejabat administrasi negara jangan menggunakan
kewenangan atau kekuasaan.
8. Principle of Fair Play ( Asas Permainan yang layak ). Agar Pejabat Pemerintah /
administrasi negara memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada warga negara /
masyarakat untuk mendapatkan informasi yang benar dan adil.
9. Principle of Resonable or Prohibition of Arbitrariness. ( Asas Kewajaran dan keadilan ).
Dalam melakukan tindakan, pemerintah tidak boleh berlaku sewenang-wenang atau
berlaku tidak wajar / layak.
10. Principle of meeting Raised Expectation ( Menanggapi harapan yang wajar ). Asas yang
menghendaki agar pemerintah dapat menimbulkan pengharapan-pengharapan yang wajar
bagi kepentingan rakyat.
11. Principle of undoing the Consequence of annule Decision. Asas yang meniadakan akibat-
akibat dari Pembatalan suatu keputusan.
12. Principle of Protecting the personal way of life. Asas perlindungan terhadap Pandangan
hidup setiap pribadi.
13. Principle of public service ( asas Penyelenggaraan kepentingan umum ). Agar pemerintah
dalam melaksanakan tugasnya selalu mengutamakan kepentingan umum.
14. Asas Kebijaksanaan ( Sapientia ). Pejabat Administrasi negara senantiasa harus selalu
bijaksana dalam melaksanakan tugasnya.

ASAS – ASAS PERADILAN ADMINISTRASI.

1. Asas Kesatuan Beracara. Untuk menegakkan hukum material, maka harus ada kesatuan
atau keseragaman beracara bagi peradilan administrasi diseluruh wilayah negara.
2. Asas Keterbukaan Persidangan. Pada asasnya sidang terbuka untuk umum, kecuali
apabila sengketa yang disidangkan menyangkut ketertiban umum atau berkaitan dengan
keselamatan negara, tetapi putusannya tetap dibacakan dalam sidang yang terbuka untuk
umum.
3. Asas Musyawarah dan Perdamaian. Asas ini memungkinkan para pihak untuk
bermusyawarah guna mencapai perdamaian diluar persidangannya. Konsekwensinya
Penggugat mencabut gugatannya. Apabila pencabutan gugatan ini dikabulkan , maka
Hakim ( Ketua Majelis ) memerintahkan kepada Panitera untuk mecoret gugatan dari
register perkara. Perintah pencoretan ini harus diucapkan dalam persidangan yang
terbuka untuk umum.
4. Asas Hakim Aktif. Untuk menemukan kebenaran materiil atas sengketa yang
diperiksanya maka hakim berperan aktif.
5. Asas Pembuktian Bebas. Hakim tidak terikat terhadap alat bukti yang diajukan para pihak
dan penilaian pembuktian diserahkan sepenuhnya kepada hakim. Hakim dapat menguji
aspek lainnya diluar sengketa.
6. Asas Audit Et Alteram Partem. Asas ini mewajibkan pada hakim untuk mendengar kedua
belah pihak secara bersama-sama, termasuk dalam hal kesempatan memberikan alat-alat
bukti dan menyampaikan kesimpulan. Asas ini merupakan implementasi asas persamaan.
7. Asas Het Vermoeden van Rechtmatigheid atau Presumtio Justea Causa. Asas ini
menyatakan bahwa demi kepastian hukum, setiap keputusan tata usaha negara yang
dikeluarkan harus dianggap benar menurut hukum, karenanya dapat dilaksanakan lebih
dahulu selama belum dibuktikan sebaliknya dan belum dinyatakan oleh Hakim
Administrasi sebagai keputusan yang bersifat melawan hukum.
8. Asas Pemeriksaan Segi Rechtmatigheid dan Larangan Pemeriksaan Segi Doelmatigheid.
Hakim tidak boleh atau dilarang melakukan pengujian dari segi Kebijaksanaan
(doelmatigheid) suatu keputusan yang disengketakan meskipun Hakim tidak sependapat
dengan keputusan tersebut, sebatas keputusan itu bukan merupakan keputusan yang
bersifat sewenang-wenang ( willikeur / a bus de droit ). Jadi Hakim hanya berwenang
memeriksa segi rechmatigheid suatu keputusan tata usaha negara, karena hal itu berkaitan
dengan asas legalitas dimana setiap tindakan pemerintah harus berdasarkan atas hukum.

9. Asas Pengujian Ex tune. Pengujian Hakim Peradilan Administrasi hanya terbatas pada
fakta – fakta atau keadaan hukum pada saat keputusan tata usaha negara dikeluarkan.
10. Asas Kompensasi. Pemulihan hak-hak penggugat dalam kemampuan kedudukan, harkat
dan martabatnya sebagai pegawai negeri seperti semula, sebelum adanya keputusan yang
disengketakan.Apabila Tergugat tidak mungkin dikembalikan pada jabatan semula maka
dapat ditempuh cara lain dengan membayar sejumlah uang atau bentuk kompensasi
lainnya.
11. Asas Putusan Bersifat Erga Omnes. Putusan Hakim Peradilan administrasi mempunyai
kekuatan mengikat terhadap sengketa yang mengandung persamaan yang mungkin
timbul dimasa datang.
12. Asas Netral. Peradilan Administrasi harus bebas dan merdeka.
13. Asas Sederhana, Cepat, Adil, Mudah dan Murah. Maksudnya, prosedur beracara
dirumuskan dengan sederhana dan mudah dimengerti serta tidak berbelit-belit, dengan
biaya yang ringan yang terjangkau oleh pencari keadilan.
14. Asas Negara Hukum Indonesia. Eksistensi Peradilan Administrasi merupakan
perwujudan dari cita-cita negara hukum dan salah satu unsur Negara Hukum adalah
Peradilan Administrasi.

ASAS – ASAS DALAM HUKUM INTERNASIONAL DAN HUKUM PERDATA


INTERNASIONAL.

1. Asas Independent ( kemerdekaan ). Suatu Negara berdiri sendiri, merdeka dari dari
negara lainnya.
2. Asas Exteritorial. Seorang Diplomat / Duta yang ditugaskan disuatu negara harus
dianggap berada diluar wilayah negara dimana dia ditempatkan tersebut.
3. Asas Souvereignity. Kedaulatan suatu negara mempunyai kekuasaan yang tertinggi.
4. Asas Receprocitet. Apabila suatu negara menerima duta dari negara sahabat, maka negara
itu juga harus mengirimkan dutanya.
5. Asas Statuta mixta. Dalam menghukum suatu perbuatan, digunakan hukum negara
dimana perbuatan itu dilakukan.
6. Asas Personalitas.Asas untuk menentukan status personal pribadi seseorang yang berlaku
baginya adalah Hukum Nasionalnya / negaranya ( Lex Partriae ).
7. Asas Teritorialitas. Yang berlaku bagi seseorang adalah hukum negara dimana dia
berdomilisi ( Lex domicili ).
8. Mobilia Personam Sequuntur. Status hukum benda-benda bergerak mengikuti status
hukum orang yang menguasainya.
9. Lex Rei Sitae, Lex Situs. Status hukum benda tidak bergerak / tetap, tunduk kepada
hukum dimana benda itu berada (Statuta realita).
10. Lex Loci Contractus.. Dalam Perjanjian Perdata Internasional, hukum yang berlaku
adalah hukum negara dimana perjanjian dibuat.
11. Lex Loci Solotionis. Hukum yang berlaku adalah hukum negara dimana perjanjian itu
dilaksanakan.
12. Lex Loci Delicti Commissi. Apabila terjadi perbuatan melanggar hukum / wan prestasi,
maka yang berlaku adalah hukum negara dimana penyelewengan perdata itu terjadi.
13. Lex Fori. Dalam hal terjadi penyelewengan perdata, hukum yang berlaku adalah hukum
negara dimana perkara diadili.
14. Lex Loci Actus. Berlaku hukum dimana dilakukannya suatu perbuatan hukum.
15. Lex Partriae. Hukum yang berlaku bagi para pihak atau salah satu pihak dalam
berperkara adalah Hukum kewarganegaraannya.
16. Lex Locus Delicti. Hukum yang berlaku untuk menyelesaikan suatu perkara adalah
hukum dimana perbuatan hukum tersebut dilakukan.
17. Lex Causae. Hukum yang akan dipergunakan adalah hukum yang berlaku bagi persoalan
pokok ( pertama ) yang mendahului persoalan yang akan diselesaikan kemudian.
18. Lex Actus. Hukum dari negara yang mempunyai hubungan erat dengan transaksi yang
dilakukan.
19. Lex Originis. Ketentuan hukum mengenai status dan kekuasaan atas subyek hukum tetap
berlaku diluar negeri.
20. Lex Loci Celebrationis. Syarat formalitas berlangsungnya perkawinan, berlaku hukum
dari negara dimana perkawinan dilangsungkan. ( locus regit actum ).
21. Monogami. Asas dalam suatu perkawinan dimana seorang laki-laki hanya boleh memiliki
seorang perempuan sebagai isteri dan seorang perempuan hanya boleh memiliki seorang
suami.
22. Poligami. Asas dimana dalam suatu perkawinan seorang laki-laki diperbolehkan memiliki
lebih dari seorang isteri.
23. Resiprositas. Asas Timbal balik / Pembalasan. Ini biasanya berlaku dalam hal hak dan
kewjiban suatu negara terhadap negara lain.

ASAS – ASAS DALAM HUKUM ADAT.

1. Asas Communal ( sifat kebersamaan ). Manusia menurut hukum adat merupakan


makhluk dalam ikatan kemasyarakatan yang erat dengan rasa kebersamaan meliputi
seluruh lapangan hukum adat.
2. Mempunyai sifat yang sangat Visuil. Artinya, hubungan-hubungan hukum dianggap
hanya terjadi oleh karena ditetapkan dengan suatu ikatan yang dapat dilihat. ( tanda yang
kelihatan ).
3. Bersifat serba kongkrit. Hukum adat sangat memperhatikan banyaknya dan berulang-
ulangnya perhubungan-perhubungan dalam hidup yang kongkrit. Sistem hukum adat
mempergunakan bentuk perhubungan hukum yang serba kongkrit, misalnya bagaimana
keadaan teman-teman dalam kelompok masyarakat, perhubungan perkawinan antara dua
klan yang eksogen, perhubungan jual beli pada perjanjian atas tanah dan sebagainya.

ASAS – ASAS DALAM HUKUM PAJAK.

1. Asas Legal. Setiap pungutan pajak harus didasarkan atas undang-undang.


2. Asas Domisili ( tempat tinggal ). Negara dimana seseorang ( wajib pajak ) berkediaman,
berhak mengenakan pajak terhadap wajib pajak tersebut dari semua pendapatan dimana
saja didapat.
3. Asas Sumber. Cara pemungutan pajak yang tergantung atau didasarkan pada adanya
sumber disuatu negara. Negara dimana sumber – sumber penghasilan itu berada, berhak
memungut pajak, dengan tidak mengingat dimana wajib pajak berada.
4. Asas kepastian hukum. Hakekat perpajakan tidak menimbulkan pengertian ganda agar
tidak menimbulkan kesempatan untuk melakukan penyimpangan.
5. Asas Sederhana. Peraturan perpajakan haruslah sederhana/ simpel sehingga tidak bisa
terjadi berbagai penafsiran.
6. Asas Adil. Pajak ditekankan pada keadilan, dengan membebankan pajak sesuai daya
pikul masyarakat.
7. Asas Ekonomis, effisien. Pajak dipungut untuk membangun sarana-sarana bagi
kepentingan masyarakat ( kurang mampu ) . Dan dengan biaya pungutan yang serendah-
rendahnya.
8. Asas Non Distorsi. Pajak tidak boleh menimbulkan distorsi ekonomi, inflasi, psikologikal
effeck dan kerusakan-kerusakan.

ASAS – ASAS DALAM HUKUM AGRARIA.

1. Asas Dikuasai oleh Negara. Asas ini didasarkan pada Pasal 31 ayat (3) yo Pasal 2 UUPA,
yang menyatakan bahwa bumi, air dan ruang angkasa termasuk kekayaan alam yang
terkandung didalamnya “dikuasai” oleh negara. Dikuasai artinya berbeda dengan
“dimiliki”.
2. Asas Hak Milik Berfungsi Sosial. Maksudnya penggunaan tanah hak milik tetap harus
disesuaikan dengan keadaannya dan sifat dari pada haknya, hingga bermanfaat bagi
kesejahteraan dan kebahagiaan bagi pemilik maupun bagi masyarakat luas ( dianut dalam
UUPA ).
Ada sebuah adagium yaitu IGNORANTIA EXCUSATUR NON JURIS SED FACTI –
Ignorance of fact is excused but not ignorance of law. Ketidaktahuan akan fakta-fakta
dapat dimaafkan tapi tidak demikian halnya ketidaktahuan akan hukum.

Anda mungkin juga menyukai