Anda di halaman 1dari 4

PERDATA

1. Pacta sunt servanda atau asas kebebasan berkontrak. Setiap perjanjian itu mengikat para
pihak dan harus ditaati dengan itikad baik Lebih jelas di pasal 1338 KUH Perdata “Segala
perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai UU bagi mereka yang membuatnya.”
Penjelasan: setiap perjanjian mengikat kedua belah pihak, dan oran gleluasa membuat
perjanjian apa saja asal tidak melanggar ketertiban umum atu kesusilaan. PERDATA.

2. Asas Terbuka untuk Umum. Sidang pemeriksaan perkara pidana harus terbuka untuk umum,
kecuali diatur oleh UU dalam perkara tertentu seperti perkara kesusilaan, sidang tertutup
untuk umum tetapi pembacaan putusan pengadilan dilakukan dalam sidang yang terbuka
untuk umum. Asas terbukanya persidangan dalam hal menangani suatu perkara-perkara
yang diajukan ke pengadilan haruslah terbuka untuk umum karena jika ternyata hakim
dalam menangani suatu perkara tidak terbuka untuk umum, keputusan yang dibuat oleh
hakim tidak sah dan atau cacat hukum serta dapat batal demi hukum. Dapat dilihat pada
Pasal 13 UU No. 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman.ACARA PERDATA

3. Asas Hukum Benda merupakan Dwingendrecht yang pemaksa. Hak – hak kebendaan tidak
akan memberikan wewenang yang lain daripada apa yang sudah ditentukan dalam dalam
undang – undang. Dengan lain perkataan, kehendak para pihak itu tidak dapat
mempengaruhi isi hak kebendaan. ACARA PERDATA

PIDANA

1. STRAFRECHT HEEFTGEEN TERUGWERKENDE KRACHT (Asas tidak berlaku surut) Seandainya


seseorang melakukan suatu tindak pidana yang baru kemudian hari terhadap tindakan yang
serupa diancam dengan pidana, pelaku tdk dapat dipidana atas ketentuan yang baru itu. Hal
ini untuk menjamin warga negara dari tindakan sewenang-wenang dari penguasa. Hal ini
dapat dilihat pada KUHP Pasal 1 ayat 1, yang juga merupakan pasal yang mengatur asas
nullum delictum nulla poena sine praevia lege poenali. PIDANA

2. GEENSTRAF ZONDER SHCULD (Asas Tiada Hukuman Tanpa Kesalahan). “Tak seorangpun
dapat dijatuhi pidana jika tidak ada kesalahan yang ita perbuat.” Penjelasan: seseorang yang
tidak melakukan kesalahan / tindak pidana tidak dapat dibebankan sanksi pidana
terhadapnya. Hal ini diatur dalam pasal 45 KUHP. PIDANA.

3. Asas Bantuan Hukum. Seseorang yang tersangkut perkara pidana wajib diberi kesempatan
untuk memperoleh Bantuan Hukum secara cuma-cuma untuk kepentingan pembelaan
dirinya. Hal ini diatur dalam UU No.16 Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum. ACARA PIDANA

4. Asas Nebis in idem. Seseorang tidak dapat dituntut lagi karena perbuatan yang sudah pernah
diajukan kemuka pengadilan dan sudah mendapat putusan hakim yang berkekuatan hukum
tetap. Hal ini secara implisit dapat dilihat pada Pasal 1917 KUHPerdata dan secara eksplisit
dalam Surat Edaran Mahkamah Agung No.03 Tahun 2002 Tentang Perkata yang Berkaitan
Dengan Azas Ne Bis In Idem. ACARA PIDANA

5. Asas in dubio pro reo. Dalam hal terjadi keragu – raguan maka yang diberlakukan adalah
peraturan yang paling menguntungkan terdakwa. Asas ini digunakan bila hakim berdasarkan alat
bukti masih ragu-ragu mengenai bersalah atau tidaknya terdakwa maka berlaku Pasal 183
KUHAP yang melarang hakim menjatuhkan pidana apabila berdasarkan sekurang-kurangnya dua
alat bukti yang sah ia tidak memperoleh keyakinan bahwa tindak pidana benar-benar terjadi dan
bahwa terdakwalah yang bersalah. Juga, Putusan Mahkamah Agung No. 33K/MIL/2009 juga
mendukung asas tersebut. ACARA PIDANA

6. Asas Persamaan dimuka Hukum (Equality before the law). Artinya setiap orang harus
diperlakukan sama didepan hukum tanpa membedakan suku, agama, pangkat , jabatan dan
sebagainya. Tertulis dengan jelas pada Pasal 27 ayat (1) UUD 1945, Pasal 28 ayat (1)
UUD1945, dan lain-lain. ACARA PIDANA, ADMINISTRASI NEGARA, PERDATA, DLL.

7. Asas Peradilan cepat, sederhana dan biaya ringan serta bebas, jujur dan tidak memihak. Asas
ini menghendaki proses pemeriksaan tidak berbelit – belit dan untuk melindungi hak
tersangka guna mendapat pemeriksaan dengan cepat agar segera didapat kepastian hukum.
Asas ini dapat dilihat dalam pasal 4 ayat (2) Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 Tentang
Kekuasaan Kehakiman yang berbunyi: “Pengadilan membantu pencari keadilan dan
berusaha mengatasi segala hambatan dan rintangan untuk dapat tercapainya peradilan yang
sederhana, cepat, dan biaya ringan”. ACARA PIDANA
8. Nullum delictum nulla poena sine praevia lege poenali, atau asas legalitas. Pasal 1 Ayat 1
KUHPidana “Suatu perbuatan tidak dapat dipidana, kecuali berdaskan kekuatan ketentuan
perundang-undangan pidana yang telah ada.”, yaitu tidak ada perbuatan yang dapat
dihukum, kecualisebelumnya ada undang-undang yang mengaturnya. HUKUM PIDANA DAN
ACARA PIDANA

9. Cogitationis poena nemo patitur, yaitu tidak seorangpun dapat dihukum karena apa yang
dipikirkan dalam batinnya. Contoh: jika seseorang hanya menyimpan pengetahuan dan sikap
berpihak pada paham terorisme tanpa upaya apapun untuk menyebarluaskan kepada orang
lain baik secara lisan maupun tulisan, maka ia tidak dapat dihukum. PIDANA

10. Res Judicata pro veritate habeteur: Putusan hakim dianggap benar sampai memperoleh
kekuatan hukum yang tetap, atau ada putusan dari pengadilan yang lebih tinggi apabila
dimintakan banding atau kasasi. PIDANA

11. Lex dura set tamen scripta: Artinya adalah “Undang-undang itu kejam, tapi memang
demikianlah bunyinya.” Betapapun kerasnya hukum itu ia tetaplah hukum yang harus
dipatuhi. UU bersifat memaksa dan pasti, sehingga tdk dapat diganggu gugat. Dengan
demikian, timbullah kepastian hukum yang akan menciptakan tertib masyarakat. Hal-hal
kejam dapat dilihat pada Pasal 10 KUHP tentang jenis-jenis hukuman. PIDANA

12. Die normatieven kraft des faktischen: Perbuatan yang dilakukan berulang kali memiliki
kekuatan normative. Menurut Gustav Radbuch, jika suatu fakta dilakukan berulang-ulang,
maka secara sosiologis akan lahir ketentuan normatif yang mengikat. Asas ini
mengedepankan pentingnya keibasaan sebagai sumber hukum. Pasal 28 UU no 4 th 2004
“(1) Hakim wajib menggali, mengikuti, dan memahami nilai-nilai hukum dan rasa keadilan
yang hidup dalam masyarakat.” PIDANA

13. Asas the presumption of innocence atau Asas praduga tak bersalah Pasal 8 UU No.14 th
1970 dan UU No.8 th 1981 KUHAP butir 3c “Setiap orang yang disangka, ditangkap, ditahan,
dituntut, atau dihadapkan di depan pengadilan wajib dianggap tidak bersalah sebelum ada
putusan pengadilan yang menyatakan kesalahannya dan telah memperoleh kekuatan hukum
tetap.” Penjelasannya: bahwa seseorang dianggap tidak bersalah sebelum ada putusan
hakim yang menyatakan ia bersalah dan putusan hakim tersebut telh mempunyai kekuatan
hukum tetap, contoh: seorang tersangka ketika diperiksa harus diperlakukan seperti otang
yang tidak bersalah. ACARA PIDANA
14. Nullum delictum nulla poena sine praevia lege poenali (Pasal 1 ayat 1 KUHPidana) Tiada
suatu perbuatan dapat dihukkum kecuali atas kekuatan ketentuan pidana dalam UU yang
telaha da lebih dahulu daripada perbuatan itu. ACARA PIDANA

15. Lex niminem cogit ad impossibilia Undang-undang tidak memaksa seseorang untuk
melakukan sesuatu yang tidak mungkin. Pasal 44 KUH Pidana “Seseorang tidak dapat
dipertanggungjawabkan secara pidana jika cacat kejiwaan atau terganggu karena penyakit.”
Penjelasan: ketentuan UU tidak memaksa seseorang untuk menaatinya apabila orang
tersbut benar-benar tidak mampu melakukannya. Contoh: Pasal 44 KUHP: orang gila. Pasal
45 KUHP: dibawah umur. Pasal 48,49 KUHP: pembelaan darurat. Pasal 50 KUHP: karena
tugas. ACARA PIDANA

ASAS HUKUM TATA NEGARA

1. Asas Ius Sanguinis. Untuk menentukan kewarga negaraan seseorang berdasarkan pertalian
darah atau keturunan dari orang yang bersangkutan. Asas hukum tata negara ini diatur
dalam UU RI No.12 Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan Indonesia. HUKUM TATA
NEGARA

2. Asas Ius Soli. Menentukan kewarganegaraan seseorang berdasarkan tempat / negara


dimana orang tersebut dilahirkan. Asas ini juga diatur dalam UU RI No.12 Tahun 2006
Tentang Kewarganegaraan Indonesia. HUKUM TATA NEGARA

ASAS INTERNASIONAL

1. Asas Independent ( kemerdekaan ). Suatu Negara berdiri sendiri, merdeka dari dari negara
lainnya. INTERNASIONAL

2. Asas Souvereignity. Kedaulatan suatu negara mempunyai kekuasaan yang tertinggi.


INTERNASIONAL

3. Asas Statuta mixta. Dalam menghukum suatu perbuatan, digunakan hukum negara dimana
perbuatan itu dilakukan. INTERNASIONAL

ASAS ADMINISTRASI NEGARA

1. Asas Ne Bis Vexari Rule. Merupakan asas yang menghendaki agar setiap tindakan
administrasi negara harus didasarkan atas undang – undang dan hukum. HUKUM
ADMINISTRASI NEGARA

ASAS HUKUM ADAT

1. Asas Communal ( sifat kebersamaan ). Manusia menurut hukum adat merupakan makhluk dalam
ikatan kemasyarakatan yang erat dengan rasa kebersamaan meliputi seluruh lapangan hukum
adat. HUKUM ADAT
ISI KAIDAH HUKUM
1. Gebod (Perintah). Bersifat imperatif sehingga harus ditaati. Merujuk pada sebuah
keharusan. Jika dilanggar ada sanksi hukumnnya. Contoh. UU No. 11 tahun 2012 tentang
sistem peradilan pidana anak pasal 5 ayat (1). “Sistem Peradilan Pidana Anak wajib
mengutamakan pendekatan keadilan Restoratif.” Pasal ini digolongkan kepada isi kaidah
hukum Gebod atau perintah karena dapat dilihat secara jelas terdapat kata ‘wajib’ yang
pada dasarnya merupakan kata yang merujuk pada sebuah keharusan, sebuah perintah.

2. Verbod (Larangan). Bersifat imperatif sehingga harus ditaati. Merujuk pada hal-hal yang
harus dihindari. Jika dilanggar ada sanksi hukumnya. Contoh. Pasal 8 UU No.1 Thn 1974
“Perkawinan dilarang antara dua orang yang berhubungan darah dalam garis keturunan
lurus ke bawah atau ke atas;...” Pasal ini digolongkan kepada isi kaidah hukum Verbod atau
larangan karena dapat dilihat seara jelas terdapat kata ‘dilarang’ yang pada dasarnya
merupakan kata yang tidak menunjukkan hak yang harus dihindari.

3. Mogen (Kebolehan). Bersifat fakultatif sehingga tidak mengikat. Ada interpretasi lain yaitu
mogen adalah larangan dengan pengecualian. Contoh. Pasal 29 UU No.1 Thn 1974 “Pada
waktu atau sebelum perkawinan terjadi kedua belah pihak atas persetujuan bersama dapat
mengajukan perjnjain tertulis yang...” Pasal ini digolongkan kepada isi kaidah hukum Mogen
atau kebolehan karena dapat dilihat secara jelas terdapat kata ‘dapat’ yang pada dasarnya
bersifat tidak mengikat dan menunjukkan kebisaan atau kebolehan. Contoh. Pasal 53.
“Perjanjian penempatan TKI tidak dapat ditarik kembali dan/atau diubah, kecuali atas
persetujuan para pihak.” Terdapat kata ‘kecuali’ yang juga artinya dibolehkan dalam situasi
tertentu atau pengeculian.

DAFTAR PUSTAKA

Moeljatno, 1987, Asas-Asas Hukum Pidana, Bina Aksara, Jakarta, 1987


Herlindah, Materi Kulliah PHI, Jawa Timur: FHUB

Yusra, dkk. 2017. Analisis Problema dan Solusi Penegakan Hukum.


(https://books.google.co.id/books?isbn=6024534590)
"Pengantar Ilmu Hukum" Oleh : Dr. H. Zainal Asikin,SH.,MH. halaman: 31.
Materi Ajar Pertemuan-09, PIH D3, Bachry Soetjipto, S.H., M.H.

Materi Ajar Pertemuan-01 PIH, Universitas Komputer Indonesia,


(http://elib.unikom.ac.id/download.php?id=51346)

https://vdocuments.site/tugas-pih-verbod-mogen-gebod.html

Anda mungkin juga menyukai